Anda di halaman 1dari 33

BAB II

IN SITU TESTING

Penyelidikan tanah di lapangan di butuhkan untuk data perancangan fondasi


bangunan-bangunan, seperti bangunan gedung, dinding penahan tanah, bendungan,
jalan, dermaga, dll. Bergantung pada maksud dan tujuannya, penyelidikan dapat
dilakukan dengan cara-cara : menggali lubang uji (test pit), pengeboran, dan uji
secara langsung di lapangan ( in-situ test ). Dari data yang diperoleh sifat-sifat teknis
tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisa kapasitas dukung dan penurunan.
In situ testing adalah metode penyelidikan tanah dengan cara mengadakan
suatu pengujian langsung pada tempatnya. In situ testing terbagi menjadi 2, yaitu:
2.1 Destructive Test
Destructive test adalah metode pengujian tanah langsung yang bersifat
merusak. Adapun yang termasuk destructive testing adalah sebagai berikut:
2.1.1 Standard Penetration Test (SPT)
A. Dasar Teori

SPT (Standard Penetration Test) adalah salah satu jenis uji tanah yang sering

digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah selain CPT. SPT dilaksanakan

bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah

maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri

atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai

pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1 ft)

vertikal.

Tujuan dari pengujian SPT yaitu untuk mengetahui kedalam lapisan tanah

keras serta sifat daya dukung setiap kedalaman. Selain itu juga dari pengujian SPT
dapat memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah timbunan yang telah

dikerjakan sebelumnya oleh kontraktor. Parameter tersebut diperoleh dari jumlah

pukulan terhadap penetrasi konus, yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi

kepadatan perlapisan tanah yang merupakan bagian dari persyaratan desain.

Dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedalam lubang bor sedalam 450

mm menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm, yang

dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan penetrasi sedalam 150 mm. Jumlah

pukulan yang digunakan adalah pada penetrasi sedalam 300 mm terakhir. Sewaktu

melakukan pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah

yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung belah

standar (Standar Split barrel sampler). Setelah tabung ini dipasang, bersama-sama

dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, dan

kemudian dipukul dari atas.

Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual, juga

Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter tanah secara kualitatif melalui

korelasi empiris. Keunggulan SPT Profil kekuatan tanah tidak menerupakan dalam

sistem beban jatuh ini, digunakan palu dengan beban 140 lb (63,5 kg) yang

dijatuhkan secara berulang dengan ketinggian 30 in (0,76 m). Pelaksanaan pengujian

dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 6 in (150 mm) untuk masing-

masing tahap.

Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk

memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N

atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan per 0,3 m atau pukulan per foot(ft)).
Uji SPT dilakukan pada setiap 2m pengeboran dan dihentikan pada saat uji SPT N

diatas 60 N berturut turut sebanyak 3 kali.

Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah satu uji

tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan besi

(pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan yang

diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak pukulan

yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat disimpulkan

juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah tersebut.

SPT Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah

satu uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan

besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan yang

diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak pukulan

yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat disimpulkan

juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah tersebut.

Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan

relatif dari lapisan tanah yang diuji.Untuk melakukan pengujian SPT dibutuhkan

sebuah alat utama yang disebut Standard Split Barrel Sampler atau tabung belah

standar.Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor terlebih dahulu dengan

alat bor.Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan hingga ujungnya

menumpu ke tanah dasar.Setelah menumpu alat ini kemudian dipukul (dengan alat

pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas.

Pada pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam 15 cm.Kemudian

dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua sedalam 30 cm dan dilanjutkan sedalam


45. Pukulan kedua dan ketiga inilah muncul nilai "N" yang merupakan manifestasi

jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung standar mencapai

kedalaman 45 cm.

Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah,

disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300

mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg,

yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian

dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing

tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk

memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan

N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).

Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk

mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan

adalah teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir

(auger boring). Peralatan yang digunakan pada masing-masing teknik pemboran

harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji SPT

dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila digunakan teknik bor bilas

maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping mata bor

dan bukan melalui ujung mata bor.

Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar lubang keluar

dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada gilirannya akan

menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang seharusnya.


B. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT
adalah:
1. Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
2. Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
3. Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00
m (untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau
lapisan seragam;
4. Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk
konus terbuka (open cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil,
digunakan ujung split barrel berbentuk konus tertutup (close cone);
5. Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
6. Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih
dahulu;
7. Jika ada air tanah, harus dicatat;
8. Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari
terjadinya gesekan antara palu dengan pipa;
9. Formulir-formulir isian hasil pengujian.
C. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah sebagai
berikut:
1. Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
2. Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
3. Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti diperlihatkan
pada Gambar 1 (ASTM D 1586-84);
4. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.
5. Alat penahan (tripod);
6. Rol meter;
7. Alat penyipat datar;
8. Kerekan;
9. Kunci-kunci pipa;
10. Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
11. Perlengkapan lain.

Gambar 2.1 Alat Pengambilan Contoh Tabung Belah


D. Bahan dan Perlengkapan
Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:
1. bahan bakar (bensin, solar);
2. bahan pelumas;
3. balok dan papan;
4. tali atau selang;
5. kawat;
6. kantong plastik;
7. formulir untuk pengujian;
8. perlengkapan lain.
E. Cara Pengujian
 Persiapan Pengujian
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai
berikut (Gambar 2):
1. Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di
atas penahan;
3. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian
dari bekas-bekas pengeboran;
4. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung
lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok
penahan;
5. Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau
sampai kedalaman pengujian yang diinginkan;
6. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15
cm, 30 cm dan 45 cm.

Gambar 2.2 Penetrasi dengan SPT

 Prodesur Pengujian
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada
interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;
2. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang
telah dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm);
3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan
(Gambar 3)
4. Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm;
5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm
yang pertama;
6. Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua
dan ke-tiga;
7. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm: 15 cm
pertama dicatat N1; 15 cm ke-dua dicatat N2; 15 cm ke-tiga dicatat
N3; Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1
tidak diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran;
8. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan
pengujian dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
9. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah
batuan.

Gambar 2.3 Skema urutan uji penetrasi standar (SPT)


F. Koreksi Hasil Uji SPT

Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai negara, digunakan tiga jenis

palu (donut hammer, safety hammer, dan otomatik, periksa Gambar 4) dan

empat jenis batang bor (N, NW, A, dan AW), lihat Pedoman penyelidikan

geoteknik untuk fondasi bangunan air”, Vol.1 (Pd.T-03.1-2005-A).

Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan dan

operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga

dari sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas

dengan massa dan tinggi jatuh tertentu adalah 48 kg-m (350 ft-lb), tetapi

besar tenaga sebenarnya lebih kecil karena pengaruh friksi dan

eksentrisitas beban. Adapun koreksi hasil uji SPT adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Contoh palu yang biasa digunakan dalam uji SPT

 Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan

harus dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya dengan menggunakan


alat ukur strain gauges dan aselerometer, untuk memperoleh

standar efisiensi tenaga yang lebih teliti. Di dalam praktek,

efisiensi tenaga sistem balok derek dengan palu donat (donut

hammer) dan palu pengaman (safety hammer) berkisar antara

35% sampai 85%, sementara efisiensi tenaga palu otomatik

(automatic hammer) berkisar antara 80% sampai 100%. Jika

efisiensi yang diukur (Ef) diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur

harus dikoreksi terhadap efisiensi sebesar 60%, dan dinyatakan dalam

rumus

𝐸𝑓
𝑁60 = × 𝑁𝑀
60

dengan :

N60 : efisiensi 60% ;

Ef : efisiensi yang terukur ;

NM : nilai N terukur yang harus dikoreksi.

Nilai N terukur harus dikoreksi pada N60 untuk semua jenis

tanah. Besaran koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya

bergantung pada lining tabung, panjang batang, dan diameter

lubang bor (Skempton (1986) dan Kulhawy & Mayne (1990)). Oleh

karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan

memadai terhadap N60, harus dilakukan uji tenaga Ef.

 Efisiensi dapat diperoleh dengan membandingkan pekerjaan yang

telah dilakukan
W = Fxd = gaya x alihan ;

tenaga kinetik (KE = ½ mv2)

tenaga potensial : PE = mgh ;

dengan :

m : massa (g) ;

v : kecepatan tumbukan (m/s);

g : konstanta gravitasi (= 9,8 m/s2 = 32,2 ft/s2 );

h : tinggi jatuh (m).

Jadi rasio tenaga (ER) ditentukan sebagai rasio ER= W/PE atau

ER = KE/PE. Semua korelasi empirik yang menggunakan nilai

NSPT untuk keperluan interpretasi karakteristik tanah, didasarkan

pada rasio tenaga rata-rata ER ~ 60%

 Dalam beberapa hubungan korelatif, nilai tenaga terkoreksi N60

yang dinormalisasi terhadap pengaruh tegangan efektif vertikal

(overburden), dinyatakan dengan (N1)60, seperti dijelaskan dalam

persamaan (2), (3) dan Tabel 1. Nilai (N1)60 menggambarkan

evaluasi pasir murni untuk interpretasi kepadatan relatif, sudut

geser, dan potensi likuifaksi.

(N1)60 = NM x CN x CE x CB X CR X CS

CN= 2,2/ (1,2 + (σ’vo/Pa))

dengan :

(N1)60 : nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga

60%;
NM : hasil uji SPT di lapangan;

CN : faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilainya ≤

1,70);

CE : faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu (Tabel 1);

CB : faktor koreksi terhadap diameter bor (Tabel 1);

CR : faktor koreksi untuk panjang batang SPT (Tabel 1);

CS : koreksi terhadap tabung contoh (samplers)dengan atau

tanpa pelapis (liner) (Tabel 1);

σ’vo : tegangan vertikal efektif (kPa);

Pa : 100 kPa.

Tabel 2.1 Koreksi-koreksi yang digunakan dalam uji SPT(Youd, T.L.


& Idriss, I.M., (2001)

G. Laporan Uji
Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu dengan log

bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan dalam

Lampiran B, yang antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;

2. Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji

dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;

3. Nomor lubang bor, kedalaman pengeboran, muka air tanah elevasi

titik bor dan hasil pengujian SPT;

4. Tipe ujung split barrel yang digunakan, apakah berbentuk konus

terbuka atau konus tertutup;

5. Catatan setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

2.1.2 Cone Penetration Test (CPT)


Riwayat penetrometer konus lapangan dimulai dari suatu desain oleh the
Netherlands Department of Public Works pada tahun 1930. Penetrometer buatan
Belanda atau alat sondir adalah alat yang dioperasikan secara mekanik
menggunakan manometer untuk pembacaan beban dan pasangan batang dalam
dan luar yang didorong dalam interval 20 cm. Pada tahun 1948 konus elektronik
mulai digunakan untuk pengujian menerus ke bawah. Pada tahun 1965 tambahan
penutup alat ukur friksi juga digunakan untuk pengujian secara tidak langsung
dalam membantu mengklasifikasi jenis-jenis tanah. Kemudian, pada tahun 1974
penggunaan konus elektronik digabung dengan pisoprobe sehingga membentuk
penetrometer pisokonus pertama.
Uji penetrasi konus atau uji sondir adalah uji lapangan yang paling terkenal
di Indonesia, karena dapat dilakukan dengan cepat, ekonomis, dan memberikan
gambaran profil lapisan tanah yang kontinu untuk digunakan dalam evaluasi
karakteristik tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji CPT ialah sebagai
berikut.
a) Uji ini dapat dilakukan untuk alat dengan sistem mekanik
konvensional (SNI 03-2827, ASTM D-3441), dan alat dengan sistem elektronik
(ASTM D 5778). Pengujian dilakukan dengan mendorong probe baja silindris ke
dalam tanah dengan kecepatan konstan 20 mm/detik dan mengukur besarnya
tahanan konus. Penetrometer standar mempunyai ujung yang berbentuk konus
bersudut puncak 600, diameter selubung 35,7 mm (luas proyeksi =10 cm2), dan
lengan friksi 150 cm2. Tahanan terukur pada ujung atau tahanan ujung konus
dinyatakan dengan qc, sedangkan tahanan gesek terukur atau friksi dinyatakan
dengan fs. Alat dengan diameter konus lebih besar, yaitu 43,7 mm (luas ujung 15
cm2 dan lengan 200 cm2) juga diperbolehkan dalam standar ASTM.
b) Uji CPT dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak sampai
pasir padat, tetapi tidak memadai untuk kerikil atau batuan. Uji CPT memberikan
hasil yang lebih akurat dan lebih dapat dipercaya (lebih handal) untuk analisis,
tetapi tidak dapat digunakan untuk pengambilan contoh uji. Oleh karena itu,
hasilnya sangat bermanfaat untuk melengkapi hasil pengeboran dengan
pengambilan contoh yang diuji di laboratorium dan uji SPT.
Keuntungan dan kerugian uji CPT dijelaskan sebagai berikut.
 Keuntungan CPT
(1) cepat dan menghasilkan profil tanah yang kontinu,
(2) ekonomis dan produktif,
(3) hasilnya tidak bergantung pada operator, tetapi pada peralatan
elektronik,
(4) dasar interpretasi dapat dipertanggung jawabkan secara teoritis,
(5) cocok untuk tanah lunak.
 Kerugian CPT
(1) investasi modal tinggi,
(2) perlu dikalibrasi pada setiap pengujian, perlu diperiksa electronic
drift dan bising(noise),
(3) tidak diperoleh contoh tanah,
(4) tidak cocok untuk deposit kerikil atau bongkah
c) Akhir-akhir ini, telah dilakukan tambahan sensor untuk membentuk
alat khusus seperti konus resistivitas, konus akustik, konus gempa, konus getar,
alat tekanan konus, dan konus tegangan lateral. Selain itu, dengan pemeliharaan
tanda, penyaringan, pengerasan, dan pendigitisasi telah digabung dengan probe,
sehingga menjadi konus elektronik (Mayne dkk, 1995).
d) Pada umumnya kabel yang diperlukan konus elektronik, dipasang
melalui batang-batang yang dihubungkan dengan sumber tenaga (mesin) dan
sistem data akuisisi di permukaan. Alat konversi digital analog dengan komputer
laptop dapat digunakan untuk pengumpulan data pada interval kira-kira 1 detik.
e) Kedalaman ujung konus dipantau dengan menggunakan baik
potensiometer (wirespooled LVDT), roda pengukur kedalaman dengan kabel
ataupun sensor ultra sonik. Sistem ini dapat diberi tegangan dengan
menggunakan generator (AC) atau batere (DC), atau diganti dengan aliran listrik.
Pengembangan baru yang ada terdiri atas
1) penggunaan signal audio untuk memindahkan data digital pada
batang tanpa kabel
2) penggunaan sistem memokonus dengan chip komputer dalam
penetrometer yang dapat menyimpan data waktu pendugaan.
2.1.3 Sondir elektrik (CPTu)
Belakangan ini telah terdapat sondir elektrik untuk mengukur tekanan
konus dan tekanan friksi secara menerus dengan akurasi jauh lebih baik dari pada
sondir mekanik. Koreksi berat tiang tekan seperti yang dilakukan untuk sondir
mekanik tidak perlu dilakukan untuk sondir listrik karena sensor tepat berada
diujung konus. Dengan demikian, sondir elektrik cukup sensitif untuk tanah liat
sangat lunak sehingga baik digunakan untuk proyek-proyek reklamasi. Untuk
sondir elektrik, telah diciptakan pula sensor untuk mengukur tekanan air pori
yang sangat berguna untuk penentuan jenis tanah, yaitu :
a. Tekanan air pori yang cenderung sama dengan tekanan air hidrostatis
menunjukkan tanah jenis pasiran
b. Tekanan air pori yang lebih besar dari tekanan hidrostatis menunjukan
tanah liat lunak hingga sedang
c. Untuk tanah liat atau pasir sangat padat; tekanan air pori cenderung lebih
kecil dari pada tekanan hidrostatis.

Uji dissipation yang menghentikan penetrasi sondir dan membiarkan air


pori kembali ke kondisi hidrostatis sangat berguna untuk mempelajari kecepatan
konsolidasi (rate of consolidation). Apabila tekanan air pori dibiarkan terus
sampai stabil, tekanan air tersebut menunjukkan tekanan hidrostatisnya. Korelasi
Umum Hasil Sondir Hasil sondir biasanya ditampilkan dalam grafik tekanan konus
(qc), tekanan friksi (fs) serta perbandingan friksi dan konus (FR = fs/qc x 100%)
dengan kedalaman. Untuk sondir elektrik, grafik tegangan air pori juga
ditampilkan dengan kedalaman. Dari grafik sondir, dapat diperoleh korelasi
dengan jenis tanah serta sifat mekanis lainnya. Penggunaan tabel korelasi tersebut
perlu diverifikasi dengan data pengeboran untuk memastikan akurasi. Penggunaan
dan Batasan Sondir Sondir digunakan untuk mengetahui profil tanah dan mencari
kuat geser tanah melalui korelasi empiris. Sondir elektrik dengan uji disipasi
berguna untuk mencari koefisien konsolidasi tanah lateral yang sering dipakai
pada perencanaan reklamasi dengan vertical drains. Penyelidikan tanah dengan
sondir tanpa dibarengi pengeboran sangat tidak dianjurkan terutama pada daerah
baru tanpa pengalaman yang memadai karena Sondir tidak dapat memperoleh
contoh tanah. Sondir yang tidak dapat menembus tanah keras bukan jaminan
bahwa lapisan keras tersebut cukup tebal. Oleh karena itu, Sondir hanya dilakukan
sebagai pelengkap penyelidikan yang dikombinasikan dengan pengeboran dan
pengambilan contoh tanah. Sondir mekanis kurang sensitif pada tanah liat sangat
lunak dan dianjurkan untuk menggunakan sondir elektrik. Sondir juga tidak dapat
dipakai pada tanah berbatuan atau berkerikil. Pengujian ini dianjurkan untuk tanah
sangat lunak seperti pada proyek reklamasi. Biasanya harus diikuti pengeboran
tangan pada penyelidikan detail.
Sondir Elektrik mampu mengukur tekanan konus dan tekanan friksi secara
menerus dengan akurasi jauh lebih baik daripada sondir mekanik. Koreksi berat
tiang tekan seperti yang dilakukan untuk sondir mekanik tidak perlu dilakukan
untuk sondir listrik karena sensor tepat berada diujung konus.

Gambar 2.5 Konus Sondir Elektrik


Kelebihan Sondir Elektrik
 Sondir Elektrik lebih superior dari pada Sondir Mekanis
 Lebih sensitif, akurat dan memberi hasil yang nyaris kontiniu
 Respon tekanan air pori dapat memberi informasi tambahan yang dapat
memberi informasi jenis tanah lebih lebih akurat akurat.

Kekurangan Sondir Elektrik


 Mahal
 Sangat Peka sehingga mudah rusak dimana perbaikan biasanya hanya bisa
dilakukan diluar negeri
 Butuh operator yang berpengalaman untuk persiapan konus terutama proses
penjenuhan filter keramik untuk memperoleh hasil yang bisa dipercaya.
 Perlu penetrometer hidrolis dengan kecepatan dorong yang konstan. Operasi
secara manual tidak dianjurkan.
2.1.4 Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Dynamic Cone Penetrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk menguji
dengan cepat kekuatan lapisan tanah. DCP dilakukan untuk mengetahui nilai CBR
tanah berdasarkan ASTM D6951. Pengujian dilakukan menerus sampai kedalaman
100 cm. Alat DCP terdiri atas tangkai baja yang di bagian ujung dipasang konus baja
dengan ukuran dan sudut tertentu, dan di bagian atas dilengkapi dengan batang
pengarah jatuh palu penumbuk.
Metode DCP ini adalah cara pengujian kekuatan lapisan perkerasan jalan
(tanah dasar, pondasi bahan berbutir) yang relatif cepat, yaitu dengan menekan ujung
konus yang ditimbulkan oleh pukulan palu dengan beban dan tinggi jatuh tertentu
menerus sampai kedalaman tertentu.
Untuk memperkirakan nilai CBR tanah atau bahan granular dapat
menggunakan beberapa metode, namun yang cukup akurat dan paling murah sampai
saat ini adalah dengan alat Penetrasi Konus Dinamis atau dikenal dengan nama
Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Di samping itu DCP adalah salah satu cara
pengujian tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT), yang digunakan untuk
lapis pondasi batu pecah, pondasi bawah sirtu, stabilisasi tanah dengan semen atau
kapur dan tanah dasar.
Sampai saat ini alat DCP yang sudah banyak dikenal dan digunakan adalah
DCP yang diperkenalkan oleh TRL yang dilaporkan pada Overseas Road Note 31,
Crowthorne, UK (1993), untuk kondisi tropis dan sub-tropis. Grafik hubungan yang
digunakan adalah perumusan dari Smith dan Pratt, 1983 untuk sudut konus
30O dengan persamaan Log CBR = 2,503 – 1,15(Log DCP), dan TRL, 1990 untuk
sudut konus 60Odengan persamaan Log CBR = 2,48 – 1,057(Log DCP).
Pengujian ini bertujuan untuk mendapat nilai kekuatan tanah di kedalaman ±
1,0 meter yang dapat dikorelasikan dengan nilai CBR di lapangan.
Peralatan yang digunakan:
1. Hammer/penumbuk beban (9,07 kg)
2. Konus dan stang/stick untuk penetrasi ke dalam
3. Mistar ukur yang dilekatkan pada stang/stick
Gambar 2.6 Sketsa alat DCP berdasarkan ASTM D 6951 -03
Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi atau operator, yaitu:
1) Satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang dengan tegak;
2) Satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan palu;
3) Satu orang untuk mencatat hasil.
Adapun cara pengujian DCP sebagai berikut:
1. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan tangkai
atas dengan landasan serta tangkai bawah dan kerucut baja sudah tersambung dengan
kokoh;
2. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak di atas dasar yang rata
dan stabil, kemudian catat pembacaan nol sebagai pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman.
3. Cara mengangkat dan menjatuhkan palu serta jumlah pukulan, antara lain:
(a) Angkat palu pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga menyentuh
batas handel;
(b) Lepaskan palu sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan.
(c) Lakukan langkah-langkah pada Butir 1) dan 2) di atas sesuai ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
i) Untuk lapisan perkerasan yang normal, pencatatan dilakukan pada setiap
kedalaman 10 mm; walaupun demikian, masih memungkinkan mengubah jumlah
pukulan antara pembacaan bila kekuatan lapisan yang diuji berubah lebih keras;
ii) Untuk pondasi yang terbuat dari bahan berbutir yang cukup keras, maka harus
dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 sampai 10 pukulan;
iii) Untuk pondasi bawah atau tanah dasar yang terbuat dari bahan yang tidak
keras maka pembacaan kedalaman pada sudah cukup untuk setiap 1 atau 2 pukulan.
Apabila kecepatan penetrasi kurang dari 0,5 mm/pukulan, pembacaan masih
dibenarkan tetapi bila setelah 20 pukulan tidak menunjukkan adanya penurunan,
maka pengujian harus dihentikan. Selanjutnya lakukan pengeboran atau penggalian
pada bagian tersebut sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali. Cara
mengangkat tangkai dan peralatan DCP, antara lain:
1) Siapkan bahwa peralatan akan diangkat atau dicabut ke atas;
2) Angkat palu dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas sehingga
menyentuh handel dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan tanah.
Untuk menentukan nilai CBR dapat menggunakan tabel korelasi antara hasil
pengujian DCP dengan nilai CBR yang ada di dalam standar ASTM ataupun dengan
menggunakan rumus:
𝐶𝐵𝑅 = 292⁄𝐷𝐶𝑃1,12
2.1.5 Bor Mesin
Uji bor mesin merupakan pengujian lapangan yang paling baik dan akurat
untuk segala jenis tanah dan diperlukan untuk pengujian lain, sedangkan kerugian
dari pengeboran ini yaitu mahal, berat (perlu menggunakan alat angkut yang
memadai), waktu pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk bangunan sederhana.
Tujuan dari melakukan uji bor mesin yaitu Pengujian pemboran memberikan
informasi kondisi tanah dasar fondasi. Penyelidikan detail pengeboran diikuti dengan
pengujian dilaboratoriun dan dilapangan. Uji bor merupakan pengujian lapangan
yang paling baik dan akurat untuk segala jenis tanah dan diperlukan untuk test-test
yang lain, sedangkan kerugiannya adalah : mahal, berat (perlu alat angkut yang
memadahi), waktu pelaksanaan lama dan kurang cocok untuk bangunan sederhana.
Setiap pelaksanaan uji bor selalu diikuti dengan uji penetrasi baku (SPT). Bagian bor
mesin pada umumnya terdiri dari bagian-bagian berikut:
1. Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang bisa
diatur dan dapat memberikan gaya ke bawah.
2. Pompa yang berfungsi untuk memompakan air pencuci (wash water) ke
bawah melalui bagian dalam stang bor.
3. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menarik dan
menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.
Ada bermacam-macam alat bor (tools) yang dapat dipasang pada ujung ke bel
roda pemutar atau stang-stang bor. Macam-macam alat yang dipergunakan
disesuaikan dengan macam tanah dan maksud perbuatan lubang bor tersebut. Cara-
cara serta macam-macam alat yang dipakai pada penggunaan alat-alat bor dengan
motor pergerak, dapat diutarakan secara ringkas sepakai berikut:
1. Pemboran Tumbuk (Percussion Drilling)
Pemboran tumbuk dilakukan dengan memakai bermacam-macam auger
dan alat-alat yang biasanya dikenal sebagai cable tools. Cable tools ini
diikatkan pada ujung kabel dan diturunkan atau dijatuhkan ke dalam
lubang bor dengan memakai roda pemutar dan tripod atau derrick.
Pemboran tumbuk biasanya dilakukan terhadap kerikil dan pasir dimana
tidak mungkin dipakai auger atau core barrels.
2. Pemboran dengan air (Wash Boring)
Dalam bahan-bahan lunak atau yang lepas, kadang-kadang dilakukan
wash boring. Dalam hal ini, air dipompakan ke bawah melalui stang-stang
bor ke alat pemotong (cutting tools) atau pahat pemotong (cutting bit)
serta ait pemboran ini mengangkut potongan-potongan atau hancuran
tanah tersebut kembali keatas permukaan tanah. Bahan-bahan yang
didapatkan ini bercampuran dengan air dan hal ini tidak memungkinkan
kita untuk mendapatkan keterang-keterang yang dapat dipercaya tentang
keadaan asli dari bahan-bahan tersebut di dalam tanh. Karena itu, wash
boring tidak dianjurkan untuk dilakukan saat kita memerlukan catatan
yang tepat mengenai bahan-bahan yang dibor tersebut
3. Flight Auger dan Core Cutters
Pemboran yang digunakan untuk menembus bahan-bahan yang lunak,
seperti lempung lanau dan pasir kelanauan. Flight auger teristimewa baik
dipakai saat membtuhkan kemajuan cepat. Walaupun tanah didapatkan
tidak asli (disturbed), tetapi tanah tersebut masih menunjukan kadar air
sebagaimana aslinya. Hal tesebut terjadi dikarenakan pada pemboran tidak
dipakai penggalian air. Core cutters dapat dipakai untuk mendapatkan inti
(core) yang sambung menyambung dan dalam keadaan hamper asli
(undisturbed). Dalam bahan yang lunak core cutter dapat dengan mudah
ditekan langsung ke dalam tanah tanpa diputar. Dalam bahan-bahan yang
lebih keras mungkin kedua-duanya harus dilakukan dengan wanktu yang
bersamaan harus ditekan sambil diputar.

2.1.6 Vane Shear Test (VST)


Vane Shear Test (VST) merupakan alat in-situ yang digunakan untuk
menentukan nilai kuat geser tak terdrainase dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat
mencapai pada kuat geser hingga 200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Dari penelitian
sebelumnya, pengujian VST pada tanah dengan konsistensi medium hingga lempung
lunak diperoleh nilai su ≤ 50 kPa. VST juga dapat digunakan pada tanah lanau,
gembur dan material tanah lainnya yang dapat diprediksi kekuatan geser tak
terdrainase-nya.
Metode penggunaan VST ini tidak dapat diaplikasikan pada 10 tanah pasir,
gravel, dan jenis tanah lainnya yang memiliki permeabilitas tinggi. Pada penelitian
sebelumnya diperoleh bahwa alat VST memang dibutuhkan untuk tes pada tanah
yang memiliki permeabilitias rendah untuk respon dari suatu pengujian untuk
menggambarkan kuat geser tak terdrainase. Tes ini dilakukan pada tahun 1919 di
Swedia kemudian dikembangkan oleh John Olsson (di Flodin dan Broms, 1981).
VST terdiri dari empat baling-baling (blade) berbentuk persegi panjang dengan
sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam tanah
kemudian diikuti dengan pengukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur uji ketika
baling-baling menggeser tanah. Torsi yang didapat dapat mengukur seberapa besar
perlawanan tanah yang muncul akibat pergeseran yang diterima dari baling-baling.
Beberapa keuntungan dari penggunaan VST ini adalah :
1) Salah satu metode in-situ yang ekonomis dan cukup cepat dalam prosedur
pengujian di lapangan.
2) Dapat mengukur kuat geser tanah dalam kapasitas yang besar hingga 200 kPa.
3) VST dapat menentukan propertis tanah lunak sensitif yang sulit dilakukan di
laboratorium tanpa perlakuan yang halus.
4) Salah satu alat yang sering digunakan dalam menganalisis kuat geser tak
terdrainase.
Adapun beberapa kekurangan dari penggunaan VST ini adalah :
1) VST dapat terjadi kesalahan (error) yang diakibatkan oleh kelebihan gaya gesek
pada batang VST, kalibrasi torsi yang tidak sesuai, derajat putaran yang tidak
memenuhi standar.
2) Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST sehingga keakuratan hasil
sangat dipengaruhi pada operator yang melakukan.
ASTM D2573 memberikan beberapa sumber-sumber mayor mengenai eror
yang terjadi di alat uji vane shear. Bor putar (rotary drill)Tujuan pengeboran salah
satunya untuk mengambil sampel tanah asli (undisturbed sample) dan sampel tanah
tidak asli(disturbed sample), sehingga kita dapat mengidentifikasi jenis-jenis lapisan
tanah pada setiap kedalaman, apakah tanahtersebut berjenis pasir, lanau, lempung
atau berupa gabungan dari jenis-jenis tanah tersebut.
(a) Undisturbed sample/Contoh tanah asli
Contoh tanah asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli
dari tanah yang ada padanya.Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur,
kadar air (water content) atau susunan kimia. Contoh yang benar-benar asli (truly
undisturbed samples) tidak mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknis pelaksanaan
sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat maka kerusakan-kerusakan
contoh dapat diminimumkan. Contoh tanah asli ini diambil dengan memakai tabung-
tabung contoh (sample tube). Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang
disambung dengan suatu pemegang tabung contoh, alat ini dipakai untuk lempung
lunak sampai sedang. Tabung ini dimasukkan kedalam dasar lubang bor dan
kemudian ditekan/ dipalukedalam tanah asli yang akan diambil contohnya. Uraian
secara jelas tentang cara pengambilan sampel dibahas.
(b) Disturbed sample/Contoh tanah tidak asli
Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk
melindungi struktur tanah asli. Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat
tertutup (kantung plastik) agar kadar air dalam tanah tidak berubah.Contoh ini dipakai
untuk menentukan ukuran butiran, batas-batas atterberg, pemadatan, BJ dan lainnya.

Gambar 2.7 Peralatan Vane Shear Test


A. Peralatan
Alat bor terdiri dari :
1) stang bor secukupnya
2) kunci mata bor
3) T + engkol2
Alat sampling terdiri dari :
1) Tabung sampel
2) Stick aparat + kunci yang sesuai
Alat Vane terdiri dari :
1) Mata Vane + koupling
2) Stang vane secukupnya + kepala
3) Torsimeter
Perlengkapan :
1) Kunci pipa
2) Parafin
3) Obeng / spatula
4) Kompor
5) Dongkrak & angker
6) Panci
B. Prosedur Kerja
Pengambilan Contoh Tanah Asli
1) Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu.
2) Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan rangka dongkrak.
3) Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai tangan kalau
memungkinkan).
4) Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick aparat untuk memasang
tabung sampel.
5) Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel dimasukkan ke dalam
lubang bor hingga dasar lubang.
6) Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk dudukan alas martil.
7) Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil sampai tabung sample
terisi penuh.
8) Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat untuk memutuskan
tanah dibagian bawah tabung sampel kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan
dari lubang.
9) Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu dibersihkan. Tanah pada
kedua ujungnya dikorek sedikit kemudian ditutup dengan parafin cair yang
telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.
Vane Shear Test
1) Stel alat Vane yang terdiri dari mata vane (bagian bawah), kopling stang dan
kepala (connection).
2) Masukkan alat Vane ke dalam lubang bor, di tekan/ dipukul hingga mata
sampai kopling benar-benarmasuk ke dalam tanah asli.
3) Dengan menggunakan kunci pas, putar stang bolak-balik hingga bagian stang
terbebas dari pengaruh gesekan tanah.
4) Pasang torsi meter lalu putar perlahan-lahan searah dengan putaran jarum jam
hingga terjadi keruntuhan yang ditunjukkan oleh menurunnya bacaan jarum
hitam dari torsimeter sedangkan jarum merah menunjukkan bacaan maksimum
kemudian catat bacaan tersebut.
2.1.7 Sumur Uji
Sumur-sumur uji adalah lubang-lubang hasil pengalian dengan diameter 1–1,5
meter, hingga mencapai kedalaman tertentu selama kohesi tanah yang digali masih
memungkinkan dan permukaan air tanah di tempat tersebut lebih dari.
Sumur uji paling sesuai dilakukan untuk tempat sumber material bagi
pembangunan karena contoh yang banyak dapat terlihat secara lansung. Sumur uji
dapat digunakan untuk mendapatkan contoh-contoh tidak terganggu (undisturbed
sampels) yang diambil dengan rapih dan teliti untuk pengujian di laboratorium. Selain
itu sumur uji dapat dipakai sebagai tempat pengujian lapangan, biasanya uji
pembebanan secara berangsur-angsur untuk dapat mensimulasikan suatu pondasi. Ini
disebut ”Uji Pelat Beban (plate load test)” dan kapasitas beban pelat yang terbesar di
kaitkan dengan tekanan tanah ijin yang direkomendasikan kapada para perencana
untuk desain pondasi.
Uji sumur digali dengan menggunakan Bachoe atau Frontend Loader, tetapi
mempunyai kedalaman yang terbatas, memerlukan tempat yang cukup luas dan biaya
pelaksanaannya cukup mahal. Uji sumur jarang digali dengan tangan karna
banyaknya waktu dan tenaga yang dibutuhkan. Selain itu, uji sumur dapat dipakai
sebagai tempat pengujian lapangan, biasanya uji penbebanan dengan menggunakan
pelat logam dasar. Untuk pekerjaan-pekerjaan penimbunan tanah, Uji sumur sangat
berguna untuk mengetahui angka pori dan kondisi lapisan tanah jelek mungkin dapat
ditemui pada lokasi tempat pengambilan tanah urungan (borrow area). Selain itu cara
ini sangat berguna dalam penyelidikan tanah untuk pondasi bangunan yang ringan
seperti bangunan gedung, tangki, dinding penahan tanah, dan jalan raya.
Perlu diperhatikan bahwa, uji sumur tidak perlu dibuat pada tempat-tempat dinding
atau kolom yang akan diletakan. Jika kedalaman uji sumur lebih dalam dari
kedalaman pondasi, maka tanah urug akan ditimbun untuk mencapai elevasi
kedalaman dasar pondasi yang dibutuhkan dapat mengurangi kekuatan tanah dasar
galiannya. Oleh karena itu, uji sumur sebaiknya dilakukan pada titik-titik yang di
anggap atau dipartimbangkan penting.
A. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam melakukan pengujian uji sumur
yaitu:
1) Bachoe.
2) Cangkul.
3) Sekop.
4) Linggis.
5) Meteran.
6) Keranjang.
7) Bahan yang diperlukan tanah lapangan dalam kondisi asli.
B. Langkah Kerja
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pembentukan lokasi tempat pembuatan sumur uji.
2) Siapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan sumur uji.
3) Bersihkan tempat / titik yang akan digunakan sebagai pembuatan sumur uji
dari berbagai material yang dapat menghambat dalam melakukan pengujian.
4) Lakukan penggalian pada titik yang telah di tentukan denagan ukuran
kedalaman ± 1 meter.
5) Tanah hasil galian diangkut ke suatu tempat untuk dijadikan sebagai sampel
pada pengujian laboratorium.
6) Amati kondisi tanah pada lubang galian yaitu jenis tanah, warna, serta tebal
lapisan tanah tersebut.
Gambar 2.8 Pengujian Uji Sumur dengan Manual

2.2 Non-Destructive Test


Non-destructive test adalah metode pengujian tanah langsung yang bersifat
tidak merusak. Adapun yang termasuk non-destructive testing adalah Geofisika.
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan
kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi,
elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui
kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan
bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi.
Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah
permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara
global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi
mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu
untuk aplikasi geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).
Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi
negeri yang ada. Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultasMatematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang
kuat, atau ada juga yang memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini,
baik geofisika maupun geologi hampir menjadi suatu kesatuan yang tak
terpisahkan Ilmu bumi.
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode
pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang
dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan
gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami
yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi
bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta
radiasi radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit,
pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain
sebagainya.

Sifat-sifat fisika yang


Metode Parameter yang diukur
terlibat
Densitas dan modulus
Waktu tiba gelombang
elastisitas yang menentukan
Seismik seismik pantul atau bias, amplitudo
kecepatan rambat gelombang
dan frekuensi gelombang seismik
seismik

Variasi harga percepatan gravitasi


Gravitasi Densitas
bumi pada posisi yang berbeda

Variasi harga intensitas medan Suseptibilitas atau remanen


Magnetik
magnetik pada posisi yang berbeda magnetik

Resistivitas Harga resistansi dari bumi Konduktivitas listrik

Tegangan polarisasi atau


Polarisasi
resistivitas batuan sebagai fungsi Kapasitansi listrik
terinduksi
dari frekuensi

Potensial diri Potensial listrik Konduktivitas listrik

Respon terhadap radiasi Konduktivitas atau Induktansi


Elektromagnetik
elektromagnetik listrik

Waktu tiba perambatan gelombang


Radar Konstanta dielektrik
radar

Adapun yang biasanya dipakai pada bidang Teknik sipil adalah sebagai
berikut:
2.2.1 Geolistrik
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan.
Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity,
conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self potential dan
medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik.
Metoda - metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat
dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan
kedalam kategori statis. Salah satu keunikan lain dari metoda geolistrik adalah
terpecah-pecaah menjadi bermacam-macam mazhab (aliran atau school) yang
berbeda satu dengan yang lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda
I) buatan kedalam tanah melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda
potensial (beda V) pada elektroda lain. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui
tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik dapat diketahui dengan Hukum
Ohm yaitu :
R = V/I..............(1),
dimana R = tahanan (ohm/mohm), V= beda potensial listrik (volt/mvolt) dan I =
beda arus listrik dalam amper/mampe).
Dengan memanfaatkan nilai tahanan jenis ini maka aplikasi metoda
geolistrik telah digunakan pada berbagai bidang ilmu yaitu :
1. Regional Geology untuk mengetahui struktur, stratigrafi dan sedimentasi.
2. Hidrogeologi/Geohidrologi untuk mengetahui muka air tanah, akuifer,
stratigrafi , intrusi air laut.
3. Geologi Teknik untuk mengetahui struktur, startigrafi, permeabilitas dan
porositas batuan, batuan dasar , pondasi , kontruksi bangunan teknis.
4. Pertambangan untuk mengetahui endapan plaser, stratigrafi, struktur,
penyebaran endapan mineral.
5. Archeology untuk mengetahui dasar candi, candi terpendam, tanah galian
lama.
6. Panas bumi (geothermal) mengetahui kedalaman, penyebaran, low resistivity
daerah panas bumi.
7. Minyak untuk mengetahui struktur, minyak, air dan kontak air dan minyak
serta porositas , water content (well logging geophysic).

Gambar: Alat geolistrik

Gambar: Kurva geolistrik


2.2.2 Georadar
Georadar adalah metode geofisika yang menggunakan radar untuk
menggambarkan daerah bawah permukaan. Metode tanpa merusak
menggunakan radiasi elektromagnetik dan mendeteksi sinyal yang direfleksikan
dari struktur bawah permukaan. Radar ini dapat digunakan dengan media apapun,
seperti batu, tanah, es, air dan bangunan. Radar penembus tanah dapat mendeteksi
benda.

Gambar: Georadar
2.2.3 Geoseismik
Geoseismik adalah salah satu metode eksplorasi yang didasarkan
pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam
tanah dan kemudian direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan
tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu
godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah,
benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang
tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang mengukur
pergerakan bumi. Metode ini terbagi dua, yaitu:
1. Refleksi
Metode seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan
suatu impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-
batas formasi geologi, dan kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone.
Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada
teknologi bawah air, kapal, dan sisitem radar. Informasi tentang medium juga
dapat diekstrak dari benuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam.
Metode seismik refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi
perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan
tanah.
Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari
batas-batas formasi geologi. Gelombangpantul ini dapat dibagi atas beberapa
jenis gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley,
dan Gelombang Love.
2. Refraksi
Seperti namanya yaitu seismik refraksi yang berarti bias. Jadi metoda
seismic refraksi adalah mengukur gelombang datang yang dibiaskan
sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Seismik Refraksi
digunakan berdasarkan waktu jalar dari getaran medium/tanah yang
dibangkitkan oleh sebuah sumber pada jarak yang bervariasi. Data yang
direkam terdiri dari deretan data fungsi waktu dan kedalaman. kemudian data
tersebut di interpretasi untuk menentukan kedalaman bidang batas di bawah
permukaan dan kecepatan penjalaran gelombang masing-masing lapisan.
Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling
atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama
seismik pada masing-masing geofon memberikan informasi mengenai
kedalaman dan lokasi dari horizon-horizon geologi ini. Informasi ini
kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk menunjukkan
kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan batuan
cadas.

Anda mungkin juga menyukai