Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lereng dan Longsoran


Kelongsoran dapat terjadi pada setiap macam lereng, akibat berat tanah
sendiri, ditambah dengan pengaruh yang besar dari rembesan air tanah, serta gaya
lain dari luar lereng.
Wesley (1977) membagi lereng menjadi 3 macam ditinjau dari segi terbentuknya,
yaitu :
1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam, seperti
erosi, gerakan tektonik dan sebagainya.
2. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan pada tanah
asli.
3. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan raya.
Menurut Craig (1989), gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage)
cenderung menyebabkan ketidakstabilan (instability) pada lereng alami (natural
slope), pada lereng yang dibentuk dengan cara penggalian, dan pada lereng
tanggul serta bendungan tanah (earth dams).
Ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah, yaitu sebagai berikut :
1. Kelongsoran rotasi (rotational slips), yaitu kelongsoran yang bentuk
permukaan runtuh pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau kurva
bukan lingkaran.
2. Kelongsoran translasi (translational slips), cenderung terjadi bila lapisan tanah
yang berbatasan berada pada kedalaman yang relatif dangkal dibawah
permukaan lereng.
3. Kelongsoran gabungan (compound slips), terjadi bila lapisan tanah yang
berbatasan berada pada kedalaman yang lebih dalam. Hal ini umumnya terjadi
karena reruntuhannya terdiri dari potongan kurva dan bidang.

PTS-FT-USBYPKP 4
2.2 Penyebab Tanah Longsor
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada tanah longsor tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi
penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, tetapi secara garis besar
dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.

2.2.1 Faktor alam


Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a) Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, lereng yang terjal yang diakibatkan oleh struktur sesar dan kekar
(patahan dan lipatan), gempa bumi, stratigrafi dan gunung api, lapisan
batuan yang kedap air miring ke lereng yang berfungsi sebagai bidang
longsoran, adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik).
b) Keadaan tanah : erosi dan pengikisan, adanya daerah longsoran lama,
ketebalan tanah pelapukan bersifat lembek, butiran halus, tanah jenuh
karena air hujan.
c) Iklim: curah hujan yang tinggi, air (hujan. di atas normal)
d) Keadaan topografi: lereng yang curam.
e) Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika, susut air cepat, banjir,
aliran bawah tanah pada sungai lama.

2.2.2 Faktor manusia


Faktor manusia yang menyebabkan kelongsoran antara lain :
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c) Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d) Perubahan tata lahan seperti penggundulan hutan menjadi lahan basah
yang menyebabkan terjadinya pengikisan oleh air permukaan dan
menyebabkan tanah menjadi lembek.

PTS-FT-USBYPKP 5
e) Adanya budidaya kolam ikan dan genangan air di atas lereng. Sistem
pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
f) Terjadinya bocoran air saluran dan luapan air saluran.

2.3 Penyelidikan Tanah


Penyelidikan tanah dilakukan untuk memperoleh contoh tanah dan batuan
untuk keperluan identifikasi dan untuk menentukan parameter-parameter tanah
yang diperlukan, Penyelidikan tanah mencakup antara lain, pekerjaan Bor Hole,
pengambilan contoh tanah, dan pengujian laboratorium.

2.3.1 Metode Standard Penetration Test (SPT)


Uji penetrasi standar (SPT) adalah tes penetrasi dinamis in-situ yang
dirancang untuk memberikan informasi tentang sifat-sifat geoteknik tanah
Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan
relatif dari lapisan tanah yang diuji. Untuk melakukan pengujian SPT dibutuhkan
sebuah alat utama yang disebut Standard Split Barrel Sampler atau tabung belah
standar. Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor terlebih dahulu
dengan alat bor. Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan hingga
ujungnya menumpu ke tanah dasar. Setelah menumpu alat ini kemudian dipukul
(dengan alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas. Pada pemukulan pertama
alat ini dipukul hingga sedalam 15,24 cm.Kemudian dilanjutkan dengan
pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 cm. Pada pukulan kedua inilah muncul
nilai "N" yang merupakan manifestasi jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk
membuat tabung belah standar mencapai kedalaman 30,48 cm. Menurut teori
Terzaghi dan Peck, hubungan nilai N dengan kerapatan relatif adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif

Nilai N Kerapatan Relatif (Dr)


<4 Sangat Tidak Padat
4-10 Tidak Padat
10-30 Kepadatan sedang
30-50 Padat
>50 Sangat Padat
PTS-FT-USBYPKP 6
2.3.2 Pengambilan Sample Tanah
Pengambilan sampleh tanah dilakukan menggunakan alat bor tanah untuk
mengidentifikasi jenis-jenis tanah pada kedalaman tertentu dengan mengamati
sifat-sifat tanah seperti, tekstur, warna,pori dan sebagainya. Pengambilan sampel
tanah dibagi dalam dua katagori yaitu sampel tanah asli ( undisturbed sample) dan
sampel tanah tidak asli ( disturbed sample). Sampel tanah asli (undisturbed
sample) adalah tanah yang di peroleh dari hasil pemboran yang diambil
menggunakan tabung sampel sebagai pelindung tanah dengan maksud
mempertahankan sifat-sifat asli tanah agar tidak mengalami perubahan struktur,
kadar air ataupun susunan kimia tanah. Tanah yang benar-benar asli tidak dapat
diperoleh meskipun teknik pengambilan contoh tanah dilakukan secara hati-hati
dan melakukan pengamatan yang tepat, tetapi kerusakan-kerusakan tanah dapat
diminimalisir. Sedangkan yang di maksud sampel tanah tidak asli ( disturbed
sample) yaitu tanah yang di ambil tidak menggunakan pelindung tanah untuk
menjaga struktur tanah, tetapi tetap saja perubahan kadar air tanah harus tetap
diperhatikan.

2.3.3 Parameter Tanah


Untuk mengetahui parameter-parameter tanah dilakukan pengujian labolatorium
yang di ambil dari tanah hasil pemboran. Parameter tanah yang dibutuhkan untuk
analisis stabilitas lereng yaitu : Kohesi (c), Sudut geser (ø), Modulus Elastisitas
tanah (Es), Berat Isi tanah (ɣ ), Poisson Ratio (v). Berikut adalah pengujian
labolatorium yang dilakukan untuk mencari parameter tanah tersebut.

a) Uji Geser Langsung (Direct Shear)


Uji geser langsung dilakukan untuk menentukan parametr sudut geser (ø) yang
dinyatakan dalam derajat (°) dan kohesi (c) yang dinyatakan dalam kg/cm2.
Benda uji pada pengujian ini dapat di buat menggunakan beda uji tanah asli
(Undistrubed sample), benda uji asli bukan dari tabung dan benda uji buatan
(dipadatkan).

PTS-FT-USBYPKP 7
b) Berat Isi Tanah
Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat
tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume
tanah,dinyatakan dalam g/cm3 (g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi
antara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan bahan
organik, tekstur tanah, kedalaman tanah,jenis fauna tanah, dan kadar air tanah
(Agus et al. 2006). Sedangkan utuk parameter tanah lainnya seperti Modulus
elastisitas tanah (Es) dan Poission Ratio (v) dapat diketahui berdasarkan jenis
tanah.

c) Modulus Elastisitas tanah (E)


Modulus elastisitas menunjukan besarnya nilai elastisitas tanah yang
merupakan perbandingan antara tegangan yang terjadi terhadap regangan.
Perkiraan nilai E untuk tiap jenis tanah terdapat pada Tabel 2.1

Tabel 2.2 Perkiraan nilai E berdasarkan jenis tanah

Jenis Tanah E (Kg/cm2)


LEMPUNG
Sangat lunak 3 – 30
Lunak 20 – 40
Sedang 45 – 90
Berpasir 300 – 425
PASIR
Berlanau 50 – 200
Tidak padat 100 – 250
Padat 500 – 1000
PASIR DAN KERIKIL
Padat 800 – 2000
Tidak padat 500 – 1400
LANAU 20 – 200
LOESS 150 – 600
CADAS 1400 - 14000

Sumber: Bowles ,1997

d) Poisson Ratio
Nilai poisson ratio ditentukan sebagai kompresi poros, terhadap regangan
permuaian lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasarkan jenis tanah
seperti pada Tabel 2.3

PTS-FT-USBYPKP 8
Tabel 2.3 Perkiraan angka Poisson ratio berdasarkan jenis tanah

Jenis Tanah v (Poisson Ratio)

Lempung jenuh 0,40 – 0,50


Lempung tak jenuh 0,10 – 0,30
Lempung berpasir 0,20 – 0,30
Lanau 0,30 – 0,35
Pasir padat 0,20 – 0,40
Pasir kasar 0,15
Pasir halus 0,25
Batu 0,10 – 0,40
Loess 0,10 – 0,30

Sumber: Das M, 2002

Sumber: Craig, 1989

Gambar 2.1 Tipe- tipe Keruntuhan Lereng

2.4 Mengatasi Kelongsoran Lereng


Menurut Wesley (1977), ada dua cara untuk membuat lereng supaya
menjadi lebih aman, yaitu :
1. Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak, yaitu dengan
mengubah bentuk lereng. Cara yang dilakukan yaitu :
a. Membuat lereng lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut kemiringan.

PTS-FT-USBYPKP 9
Sumber: Wesley, 1977

Gambar 2.2 Memperkecil Sudut Kemiringan Lereng

b. Memperkecil ketinggian lereng. Cara ini hanya dapat dipakai pada lereng
yang ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat
“rational slide”.

Sumber: Wesley, 1977

Gambar 2.3 Memperkecil Ketinggian Lereng


2. Memperbesar gaya melawan, yaitu yang dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
a. Dengan memakai counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng.

Sumber: Wesley, 1977

Gambar 2.4 Penanganan dengan Counterweight


PTS-FT-USBYPKP 10
b. Dengan mengurangi tegangan air pori didalam lereng, dengan cara
injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng,
membuat selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi
tegangan air pori pada tanah, dengan menambahkan bahan kimia atau
semen dipompa melalui pipa supaya masuk kedalam lereng.

Sumber: Wesley, 1977

Gambar 2.5 Mengurangi Tegangan Air Pori

c. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau


dengan memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut
mempunyai tingkat kelongsoran yang kecil.

Sumber: Wesley, 1977

Gambar 2.6 Dinding Penahan Tanah

2.5 Tekanan Air Pori


Tanah terbagi menjadi dua zona yaitu zona tekanan pori positif dan negatif
(Hardiyatmo, 2006c). Garis yang membagi kedua zona adalah garis permukaan air
tanah, dimana tekanan hidrostatiknya sama dengan tekanan atmosfer. Dibawah

PTS-FT-USBYPKP 11
muka air tanah, tanah dalam kondisi jenuh air dan tekanan air pori adalah positif.
Diatas muka air tanah, didalam zona tanah tidak jenuh, tekanan pori adalah
negatif. Sembarang perubahan tekanan pori akan merubah kuat geser tanah yang
akan mempunyai pengaruh besar pada stabilitas lereng. Reaksi dari rezim air
tanah terhadap air hujan, bervariasi dan bergantung pada lerengnya, yaitu dari
lereng yang tanpa reaksi sampai ke reaksinya sangat besar. Untuk lereng yang bila
longsor membahayakan keselamatan banyak orang dan mengakibatkan kerugian
besar, reaksi tekanan air pori ini sebaiknya diukur dengan alat piezometer.

2.6 Tegangan Efektif


Craig (1989) menjelaskan bahwa tanah dapat divisualisasikan sebagai suatu
partikel padat tanah (solid skeleton) yang membatasi pori-pori yang mengandung
air maupun udara. Pada tanah jenuh, pengurangan volume hanya terjadi bila
sebagian airnya dapat melepaskan diri dan ke luar dari pori-pori. Pada tanah
kering atau tanah jenuh sebagian, pengurangan volume selalu mungkin terjadi
akibat kompresi udara dalam pori-pori, dan terdapat suatu ruang kembali partikel
tanah.
Terezaghi (1923, dalam Craig, 1989) mengemukakan prinsip tegangan
efektif yang didasarkan pada data hasil percobaan. Prinsip tersebut hanya berlaku
untuk tanah jenuh sempurna. Tegangan – tegangan yang berhubungan dengan
prinsip - prinsip tersebut adalah :
1. Tegangan normal total (σ) pada bidang di dalam tanah, yaitu gaya per
satuan luas yang ditransmisikan pada arah normal bidang, dengan
menganggap bahwa tanah adalah material padat saja (fase tunggal).
2. Tekanan air pori (µ), yaitu tekanan air pengisi pori-pori di antara partikel-
partikel padat.
3. Tegangan normal efektif (σ’) pada bidang, yang mewakili tegangan yang
dijalarkan hanya melalui kerangka tanah saja.

PTS-FT-USBYPKP 12
2.7 Kuat Geser Tanah
Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (shear failur) tanah terjadi bukan
disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut tetapi karena adanya gerak
relatif antara butir-butir tanah tersebut (Budi Santosa, dkk., 1998). Parameter kuat
geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas dukung tanah, stabilitas
lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan tanah. Menurut teori Mohr (1910,
dalam Hardiyatmo, 2002a) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat adanya
kombinasi keadaan kritis dan tegangan normal dan tegangan geser. Kuat geser
tanah menurut (Hardiyatmo, 2002a), adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh
butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila
pembebanan akan ditahan oleh :
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi
tidak tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan normal pada bidang gesernya.

2.8 Tekanan Tanah Lateral


Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan
tanah dibelakang struktur penahan tanah. Dalam perancangan dinding penahan
dilakukan cara analisis dengan kondisi yang akan terjadi pada keadaan runtuh,
kemudian diberikan faktor keamanan yang cukup.

Menurut Hardiyatmo (2003), analisis tekanan tanah lateral ditinjau pada


kondisi keseimbangan plastis,yaitu saat massa tanah pada kondisi tepat saat akan
runtuh Besar dan distribusi tekanan tanah adalah fungsi dari perubahan letak
(displacement) dan regangan (strain).

Pada prinsipnya kondisi tanah dalam kedudukannya ada 3 kemungkinan, yaitu :

 Dalam Keadaan Diam ( Ko )


 Dalam Keadaan Aktif ( Ka )
 Dalam Keadaan Pasif ( Kp )

PTS-FT-USBYPKP 13
2.8.1 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam
Tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan proses pengendapan. Selama proses
pengendapan, tanah mengalami konsolidasi karena pengaruh tekanan overburden
yaitu oleh akibat beban tanahnya sendiri.
Bila kita tinjau massa tanah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.7 Massa
tanah dibatasi oleh dinding dengan permukaan licin AB yang dipasang sampai
kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang terletak pada kedalaman h
akan terkena tekanan arah vertical dan tekanan arah horizontal.

Sumber: Das, 1993

Gambar 2.7 Tekanan tanah dalam keadaaan diam (at rest)

Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak ke salah
satu arah baik kekanan maupun kekiri dari posisi awal, maka massa tanah akan
berada dalam keadaan keseimbangan elastic ( elastic equilibrium ). Kondisi
keseimbangan di tempat yang dihasilkan dari kedudukan tegangan-tegangan
dengan tanpa terjadinya tegangan geser di definisikan sebagai kondisi Ko
(Koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam)

Ko = …………………………………………………………………………………………...……(2.1)

Karena = z maka tekanan lateral saat diam adalah :


= Ko (z )………………………………………………………………………………….....….(2.2)

PTS-FT-USBYPKP 14
Nilai gaya total per satuan lebar dinding Po sama dengan luas dari diagram
tekanan tanah. Diagram tekanan tanah dalam keadaan diam yang bekerja
pada dinding setinggi H, seperti Gambar 6.

Sumber: Das, 1993

Gambar 2.8 Distribusi tekanan tanah keadaaan diam (at rest)


Menurut Das, 1993 persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

Po= . Ko H2……………………………………………………………...(2.3)

Hardiyatmo, 2003 mengatakan pada posisi ini tekanan tanah pada dinding akan
berupa tekanan tanah saat diam (earth pressure at rest) dan tekanan tanah lateral
(horisontal) pada dinding, pada kedalaman tertentu (z), dinyatakan oleh
persamaaan:
σh = Ko z γ……………………………………………………………..…...(2.4)
atau

Ko = =
3
σh = Tegangan horisontal efektif (kN/m )
3
σv = Tegangan vertikal efektif ( kN/m )

Ko = Koefisien tekanan tanah saat diam


z = Kedalaman dari muka air (m)
3
γ = Berat volume tanah (kN/m )

PTS-FT-USBYPKP 15
2.8.2 Tekanan Tanah Aktif
Menurut Hardiyatmo (2003), tekanan tanah aktif adalah tekanan yang terjadi
pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah luar dari
tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah urug akan bergerak
longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya, sedangkan nilai banding
tekanan horizontal dan tekanan vertikal yang terjadi didefinisikan sebagai
koefisien tekanan tanah aktif atau Ka. Nilai tekanan aktif lebih kecil dari nilai
tekanan saat diam.
1) Tekanan aktif yang bekerja pada dasar dinding adalah
 a    K a  H……………………………………………………………..(2.5)
2) Gaya aktif yang bekerja pada dinding penahan tanah (DPT) non kohesif.
Pa  Ka    H…………………………………………………………...….(2.6)
Atau sama dengan
Pa = a………………………………………………………….….(2.7)

dimana :
Pa = Tekanan tanah aktif (KN/m)
Ka = Koefisien aktif

ɤ = Berat volume tanah (KN/m3)

H = Kedalaman tanah dihitung dari puncak dinding penahan (m)

Harga Ka untuk tanah datar


2
Ka = = tan ( ).............................................................................(2.8)

dimana :
Ka = Koefisien aktif
Ø = Sudut geser tanah (°)

PTS-FT-USBYPKP 16
Sumber: (Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Teknik Pondasi I)

Gambar 2.9 Metode Rankine Dinding Penahan


Urugan Tanah Permukaan Rata

Harga Ka untuk tanah miring

Ka = COS 𝛽 ..............................................................(2.9)

dimana :
Ka = Koefisien aktif
Ø = Sudut geser tanah (°)
β = Kemiringan permukaan tanah urug (°)

Sumber: (Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Teknik Pondasi I)

Gambar 2.10 Metode Rankine Dinding Penahan


Urugan Tanah Permukaan Miring

3) Gaya aktif pada dinding penahan pada tanah kohesif


Pa    H  Ka (2c  Ka)……………………………….…...…………..….(2.10)
dimana :

Pa = Tekanan tanah aktif (KN/m)

PTS-FT-USBYPKP 17
ɤ = Berat volume tanah (KN/m3)

H = Kedalaman tanah dihitung dari puncak dinding penahan (m)


Ka = Koefisien aktif
c = kohesi (KN/m2)
Nilai negatif memberikan pengertian adanya gaya tarik yang bekerja, yang
dimulai dari kedalaman tertentu (hc) pada permukaan. Dapat dilihat pada
Gambar 2.11 Kedalaman dimana Pa = 0, akan memberikan kedalaman retakan
tanah urug akibat gaya tarik.

Sumber: (Hardiyatmo, Hary Christady. 2002)

Gambar 2.11 Kedalaman retakan tanah urug

Hc =

2.8.3 Tekanan Tanah Pasif


Menurut Hardiyatmo (2003), tekanan pasif adalah tekanan tanah yang
terjadi saat gaya mendorong dinding penahan tanah ke arah tanah urugannya,
sedangkan nilai banding tekanan horisontal dan vertikal yan terjadi di
definisikan sebagai koefisien tekanan tanah pasif atau kp. Nilai tekanan pasif
lebih besar dari nilai tekanan tanah saat diam dan nilai tekanan aktif. Tekanan
tanah pasif menunjukkan nilai maksimum dari gaya yang dapat dikembangkan
oleh tanah pada gerakan struktur penahan terhadap urugannya, yaitu dimana
tanah harus menahan gerakan dinding penahan tanah sebelum mengalami
keruntuhan.
1) Gaya Pasif pada dinding penahan tanah (DPT) pada tanah tak kohesif

PTS-FT-USBYPKP 18
Pp  Kp    H...............................................................................................(2.11)
Atau
Pp = ...............................................................................................(2.12)

Pp = Tekanan tanah pasif (KN/m)


Kp = Koefisien pasif

ɤ = Berat volume tanah (KN/m3)

H = Kedalaman tanah dihitung dari puncak dinding penahan (m)

Harga Kp untuk tanah datar

2
Kp = = tan ( ).......................................................................(2.13)

Kp = Koefisien pasif
Ø = Sudut geser tanah (°)

Harga Kp untuk tanah miring

Kp = COS 𝛽 ..................................................................(2.14)

Kp = Koefisien pasif
Ø = Sudut geser tanah (°)
β = Kemiringan permukaan tanah urug (°)

2) Gaya pasif pada dinding penahan pada tanah kohesif


Pp    H  Kp 2c  Ka…………………...…………………………...…...(2.15)
dimana :
Pp = Tekanan tanah pasif (KN/m)
ɤ = Berat volume tanah (KN/m3)
D. = Kedalaman tanah dihitung dari puncak dinding penahan (m)
Kp = Koefisien pasif
c = Kohesi (kN/m2)

PTS-FT-USBYPKP 19
2.9 Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort
Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yang dibangun untuk
mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di
mana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri,
dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi tempat itu. Bila jalan dibangun
berbatasan dengan sungai atau danau tanah payau, dinding penahan itu dibangun
untuk melindungi kemiringan tanah dan melengkapi kemiringan dengan pondasi
yang kokoh. Ada beragam type dinding penahan tanah (Hardiyatmo, 2009), yaitu
dinding gravitasi, dinding kantilever dan dinding counterfort.
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam
dinding pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut
counterfort (dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanah
urug. Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian
dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort berfungsi sebagai
pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan
interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 meter (Tanjung, 2016)

Sumber: Hardiyatmo 2014

Gambar 2.12 Dinding penahan tanah tipe (counterfort).

PTS-FT-USBYPKP 20
2.10 Dinding Turap Vertikal Baja
Tiang turap baja di USA adalah sekitar 10 - 13 mm tebal. Penampang tiang turap
yang berasal dari Eropah bisa lebih tipis tetapi lebih lebar. Penampang tiang bisa
berbentuk Z, lengkung dalam (deep arch), lengkung rendah (low arch), atau sayap
lurus (straight web). Interlok pada tiang turap dibentuk seperti jempol-telunjuk
atau bola-keranjang untuk hubungan yang ketat untuk menahan air. Gambar
2.13(a) memperlihatkan diagram skematik untuk hubungan interlok jempol-
telunjuk untuk penampang sayap lurus. Sedangkan tipe interlok bola-keranjang
untuk penampang Z diberikan pada Gambar 2.13(b).

Sumber: Google 2020

Gambar 2.13 Hubungan tiang turap: (a) jenis jempol-telunjuk (b) jenis bola-
keranjang

Tiang turap baja sangat baik digunakan karena daya tahannya terhadap tegangan
yang tinggi selama penyorongan ke dalam tanah yang keras. Tiang ini juga relatif
ringan dan dapat digunakan kembali (penggunaan yang berulang-ulang). Oleh
karena itu turap baja sering dipakai untuk pemakaian sementara. Turap sementara
dipakai ketika dilakukan penggalian, misalnya dalam pembuatan gorong-gorong.
Setelah gorong-gorong berada pada kedudukan yang direncanakan, turap dicabut
dan penggalian ditimbun kembali. Konstruksi sementara sering juga dipakai pada
bendungan elak (cofferdam). Bendungan elak ini dibangun untuk melaksanakan
proses dewatering selama konstruksi berlangsung.

PTS-FT-USBYPKP 21
2.11 Analisis Dinding Penahan Tanah dan Turap
Beban adalah sebuah gaya yang dipikul oleh struktur bangunan. Jenis-
jenis beban yang bekerja pada bangunan struktur antara lain:

2.11.1 Beban yang Bekerja


a) Beban Mati
Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan berada pada posisi
yang sama setiap saat. Beban ini terdiri dari berat sendiri struktur dan beban
lain yang melekat pada struktur secara permanen.
b) Beban Hidup
Beban hidup adalah seluruh beban tidak tetap yang dapat mempengaruhi berat
bangunan dan atau unsur bangunan. Jenis beban hidup lain adalah angin,
tekanan tanah, tekanan air, beban lumpur, dan beban yang disebabkan oleh
pelaksanaan konstruksi.

2.11.2 Stabilitas Dinding Penahan Tanah


a) Stabilitas Terhadap Geser
Akibat gaya-gaya lateral seperti tekanan tanah aktif Pa yang bekerja, maka
Dinding penahan tanah bergeser. Gaya-gaya Pa tersebut akan mendapatkan
perlawanan dari tekanan tanah pasif Pp dan gaya antara dasar dinding yang
digunakan.

Rumus yang digunakan :

SF = ≥ 1.5………………………..……………………………………….(2.16)

ΣRh = c x B + ΣW x tanϕ……………………………………………………...(2.17)
dengan:

SF = Faktor keamanan

ΣRh = Tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran (kN)

ΣPh = Jumlah tekanan gaya horisontal (kN)

ΣW = Jumlah gaya berat sendiri dinding penahan tanah (kN)

PTS-FT-USBYPKP 22
B = Lebar dasar pondasi (m)
C = Kohesi (kN/m2)
Φ = Sudut gesek internal tanah (°)
Faktor aman terhadap penggeseran dasar fondasi minimum diambil 1,5. Bowles,
1997 menyarankan:
SF ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
SF ≥ 2 untuk tanah kohesif

b) Stabiltas Terhadap Guling


Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding
penahan, cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki
depan pelat fondasi. Momen penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat
sendiri dinding penahan dan momen akibat berat tanah di atas pelat fondasi.
Faktor aman terhadap penggulingan (SF) dirumuskan:
SF = ≥ 1.5………………………………………………………………………...(2.18)
ΣMt = momen melawan terhadap guling (kNm)
ΣMg = momen yang mengakibatkan penggulingan (kNm)
Faktor aman terhadap penggulingan bergantung pada jenis tanah, yaitu:
SF ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
SF ≥ 2 untuk tana kohesif

c) Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah


Tekanan kontak pada tanah dasar pondasi > tegangan ijin tanah. Tegangan ijin
tanah = kapasitas dukung ultimit dibagi faktor aman F (F≥3) (Endaryanta, 2017)
Kapasitas dukung ultiimit (qu) untuk pondasi memanjang menggunakan cara
Terzaghi dinyatakan sebagai berikut:
qu = c. Nc + Df. γ.Nq + 0,5.B.γ.Nγ…………………………………………...(2.19)
Kapasitas dukung tegangan ijin dinyatakan sebagai berikut:
qa = qu : 3 (dengan F = 3)……………………………………………….(2.20)
Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan sebagai:

PTS-FT-USBYPKP 23
dengan :

qu = Kapasitas dukung ultimit (kN/m2)


qa = Kapasitas dukung tegangan ijin (kN/m2)
c = Cohesi tanah dasar (kN/m2)

Df = Kedalaman fondasi (m)


γ = Berat volume tanah
(kN/m3) B = Lebar fondasi (m)
Nc, Nq, Nγ = faktor kapasitas tanah dukung (fungsi ϕ)
Tabel 2.4 Nilai-nilai faktor kapasitas dukung tanah terzaghi
Φ Keruntuhan geser umum Keruntuhan geser lokal

(°) Nc Nq Nγ Nc’ Nq’ Nγ’

0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 00,0

5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2

10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5

15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9

20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7

25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2

30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7

34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0

35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1

40 95,8 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8

45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7

48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4

50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1

Sumber: Hardiyatmo, 2007

PTS-FT-USBYPKP 24
Nilai Nc’, Nq’, dan Nγ’ adalah faktor kapasitas dukung tanah pada kondisi
keruntuhan geser lokal. Menurut Hardiyatmo, 2007 dalam analisis kapasitas
dukung tanah, istilah-istilah berikut ini penting diketahui:

a) Tekanan overburden total (total overburden pressure) (p) adalah intensitas


tekanan total yang terdiri dari berat material di atas dasar fondasi total, yaitu
berat tanah dan air sebelum fondasi dibangun.
b) Kapasitas dukung ultimit (ultimit bearing capacity) (qu) adalah bagian
maksimum persatuan luas yang masih dapat didukung oleh fondasi, dengan
tidak terjadi kegagalan geser pada tanah yang mendukungnya. Besarnya beban
yang didukung, termasuk beban struktur, beban pelat fondasi, dan tanah urug di
atasnya.
c) Kapasitas dukung ultimit neto (net ultimate bearing capacity) (qun) adalah nilai
intensitas beban fondasi neto di mana tanah akan megalami keruntuhan geser,
dengan :
qun = qu – γ. Df…………………………………………………………….(2.21)
dengan :
2
qun = Kapasitas dukung ultimit neto (t/m )
2
qu = Kapasitas dukung ultimit (t/m )

d) Tekanan fondasi total (total foundation pressure) atau intensitas pembebanan


kotor (gross loading intensity) (q) adalah intensitas tekanan total pada tanah
didasar fondasi, sesudah struktur selesai dibangun dengan pembebanan penuh.
Beban-bebannya termasuk berat kotor fondasi, berat struktur atas, dan berat
kotor tanah urug termasuk air di atas dasar fondasi.
e) Tekanan fondasi neto (net foundation pressure) (qn) untuk suatu fondasi
tertentu adalah tamabahan tekanan pada dasar fondasi, akibat beban mati dan
beban hidup dari struktur. Bila dinyatakan dalam persamaan, maka :
qn = q – γ. Df……………………………………………………………….(2.22)

dengan :
qn = Tekanan fondasi neto (t/m2)

PTS-FT-USBYPKP 25
f) Kapasitas dukung perkiraan (presumed bearing capacity) adalah intensitas
beban neto yang dipandang memenuhi syarat untuk jenis tanah tertentu untuk
maksud perancangan awal. Nilai tertentu tersebut didasarkan pada pengalaman
local, atau dengan hitungan yang diperoleh dari pengujian kekuatan atau
pengujian pembebanan dilapangan, dengan memperhatikan faktor aman
terhadap keruntuhan geser.
g) Kapasitas dukung ijin (allowable bearing capacity) (q a) adalah besarnya
intensitas beban neto maksimum dengan mempertimbangkan besarnya
kapasitas dukung, penurunan dan kemampuan struktur untuk menyesuaikan
terhadap pengaruh penurunan tersebut.
Faktor aman (F) dalam tinjauan kapasitas dukung ultimit neto didefinisikan:
.
F= ……………………………………………………..….(2.23)
.

dengan :

γ = Berat volume tanah di atas dasar fondasi (kN/m3)


Df = Kedalaman fondasi (m)
Prinsip yang digunakan untuk menentukan besarnya tegangan pada dinding sama
seperti menentukan tegangan pada tanah dasar dimana tegangan pada bidang
horisontal dihitung dengan rumus:

a. Tegangan vertical desak maksimum, dihitung dengan umus :


.
σmax = ( )………………………………………………………..(2.24)
b. Tegangan vertical desak maksimum, dihitung dengan umus :
.
σmax = ( )……………………………………………….......…...(2.25)
c. Tegangan geser (lintang) pada tubuh dinding :

τ= ≤ Kuat geser izin bahan dinding………………………….......…...(2.26)


.
V = Komponen gaya vertical
H = Komponen gaya horisontal
B = Lebar bagian potongan yang ditinjau
1 = Panjangn dinding tiap 1 meter
e = Eksentrisitas

PTS-FT-USBYPKP 26
2.11.3 Stabilitas dinding penahan tanah saat kondisi gempa
Berdasarkan literatur dengan judul Seismic Design Of Reinforced Earth Retaining
Wall And Bridge Abutments, nilai safety factor saat kondisi gempa yaitu:
 Safety factor terhadap keruntuhan guling (SFoverturning) disyaratkan minimal
sebesar 1,5.
 Safety factor terhadap keruntuhan geser (SFsliding) disyaratkan minimal
sebesar 1,1.
 Safety factor terhadap daya dukung tanah dasar (SFbearing) disyaratkan
minimal sebesar 1.
Untuk mencari nilai koefisien tanah aktif (Ka) saat kondisi gempa, maka
perceptan gempa di lokasi pekerjaan harus dicari lebih dahulu.

Sumber: SNI 1726 : 2012

Gambar 2.14 Gempa Maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER)


Tabel 2.5 Klasifikasi situs tanah

Sumber: SNI 1726 : 2012

PTS-FT-USBYPKP 27
Tabel 2.6 Koefisien situs

Sumber: SNI 1726 : 2012

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi


Kalimantan timur yang memiliki nilai Ss yaitu 0,3 g. Tanah dasar di
bawah DPT memiliki nilai N-SPT bernilai lebih dari 50 sehingga
dinyatakan sebagai tanah keras dan termasuk pada kelas situs SC. Dari
kedua nilai tersebut. Didapat nilai Fa yaitu 1,2.

SMS = Fa x Ss

SDS = SMS

Untuk menghitung koefisien tekanan tanah aktif (Ka), dicari parameter berikut
terlebih dahulu.

K =

Kv= 0
δ’=0,5 ϕ’=15ᴼ
β = 90ᴼ
ɑ = 0ᴼ

PTS-FT-USBYPKP 28
Tabel 2.7 nilai koefisien tekanan tanah aktif saat gempa

Sumber: SNI 1726 : 2012

Dari tabel tersebut, nilai koefisien tekanan tanah aktif saat gempa (Kae)

Sumber: SNI 1726 : 2012

Gambar 2.15 Ss Mencari nilai Kpe

PTS-FT-USBYPKP 29

Anda mungkin juga menyukai