TINJAUAN PUSTAKA
PTS-FT-USBYPKP 4
2.2 Penyebab Tanah Longsor
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada tanah longsor tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi
penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, tetapi secara garis besar
dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.
PTS-FT-USBYPKP 5
e) Adanya budidaya kolam ikan dan genangan air di atas lereng. Sistem
pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
f) Terjadinya bocoran air saluran dan luapan air saluran.
PTS-FT-USBYPKP 7
b) Berat Isi Tanah
Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat
tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume
tanah,dinyatakan dalam g/cm3 (g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi
antara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan bahan
organik, tekstur tanah, kedalaman tanah,jenis fauna tanah, dan kadar air tanah
(Agus et al. 2006). Sedangkan utuk parameter tanah lainnya seperti Modulus
elastisitas tanah (Es) dan Poission Ratio (v) dapat diketahui berdasarkan jenis
tanah.
d) Poisson Ratio
Nilai poisson ratio ditentukan sebagai kompresi poros, terhadap regangan
permuaian lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasarkan jenis tanah
seperti pada Tabel 2.3
PTS-FT-USBYPKP 8
Tabel 2.3 Perkiraan angka Poisson ratio berdasarkan jenis tanah
PTS-FT-USBYPKP 9
Sumber: Wesley, 1977
b. Memperkecil ketinggian lereng. Cara ini hanya dapat dipakai pada lereng
yang ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat
“rational slide”.
PTS-FT-USBYPKP 11
muka air tanah, tanah dalam kondisi jenuh air dan tekanan air pori adalah positif.
Diatas muka air tanah, didalam zona tanah tidak jenuh, tekanan pori adalah
negatif. Sembarang perubahan tekanan pori akan merubah kuat geser tanah yang
akan mempunyai pengaruh besar pada stabilitas lereng. Reaksi dari rezim air
tanah terhadap air hujan, bervariasi dan bergantung pada lerengnya, yaitu dari
lereng yang tanpa reaksi sampai ke reaksinya sangat besar. Untuk lereng yang bila
longsor membahayakan keselamatan banyak orang dan mengakibatkan kerugian
besar, reaksi tekanan air pori ini sebaiknya diukur dengan alat piezometer.
PTS-FT-USBYPKP 12
2.7 Kuat Geser Tanah
Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (shear failur) tanah terjadi bukan
disebabkan karena hancurnya butir-butir tanah tersebut tetapi karena adanya gerak
relatif antara butir-butir tanah tersebut (Budi Santosa, dkk., 1998). Parameter kuat
geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas dukung tanah, stabilitas
lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan tanah. Menurut teori Mohr (1910,
dalam Hardiyatmo, 2002a) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat adanya
kombinasi keadaan kritis dan tegangan normal dan tegangan geser. Kuat geser
tanah menurut (Hardiyatmo, 2002a), adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh
butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila
pembebanan akan ditahan oleh :
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi
tidak tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan normal pada bidang gesernya.
PTS-FT-USBYPKP 13
2.8.1 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam
Tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan proses pengendapan. Selama proses
pengendapan, tanah mengalami konsolidasi karena pengaruh tekanan overburden
yaitu oleh akibat beban tanahnya sendiri.
Bila kita tinjau massa tanah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.7 Massa
tanah dibatasi oleh dinding dengan permukaan licin AB yang dipasang sampai
kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang terletak pada kedalaman h
akan terkena tekanan arah vertical dan tekanan arah horizontal.
Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak ke salah
satu arah baik kekanan maupun kekiri dari posisi awal, maka massa tanah akan
berada dalam keadaan keseimbangan elastic ( elastic equilibrium ). Kondisi
keseimbangan di tempat yang dihasilkan dari kedudukan tegangan-tegangan
dengan tanpa terjadinya tegangan geser di definisikan sebagai kondisi Ko
(Koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam)
Ko = …………………………………………………………………………………………...……(2.1)
PTS-FT-USBYPKP 14
Nilai gaya total per satuan lebar dinding Po sama dengan luas dari diagram
tekanan tanah. Diagram tekanan tanah dalam keadaan diam yang bekerja
pada dinding setinggi H, seperti Gambar 6.
Po= . Ko H2……………………………………………………………...(2.3)
Hardiyatmo, 2003 mengatakan pada posisi ini tekanan tanah pada dinding akan
berupa tekanan tanah saat diam (earth pressure at rest) dan tekanan tanah lateral
(horisontal) pada dinding, pada kedalaman tertentu (z), dinyatakan oleh
persamaaan:
σh = Ko z γ……………………………………………………………..…...(2.4)
atau
Ko = =
3
σh = Tegangan horisontal efektif (kN/m )
3
σv = Tegangan vertikal efektif ( kN/m )
PTS-FT-USBYPKP 15
2.8.2 Tekanan Tanah Aktif
Menurut Hardiyatmo (2003), tekanan tanah aktif adalah tekanan yang terjadi
pada dinding penahan yang mengalami keluluhan atau bergerak ke arah luar dari
tanah urugan di belakangnya, sehingga menyebabkan tanah urug akan bergerak
longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya, sedangkan nilai banding
tekanan horizontal dan tekanan vertikal yang terjadi didefinisikan sebagai
koefisien tekanan tanah aktif atau Ka. Nilai tekanan aktif lebih kecil dari nilai
tekanan saat diam.
1) Tekanan aktif yang bekerja pada dasar dinding adalah
a K a H……………………………………………………………..(2.5)
2) Gaya aktif yang bekerja pada dinding penahan tanah (DPT) non kohesif.
Pa Ka H…………………………………………………………...….(2.6)
Atau sama dengan
Pa = a………………………………………………………….….(2.7)
dimana :
Pa = Tekanan tanah aktif (KN/m)
Ka = Koefisien aktif
dimana :
Ka = Koefisien aktif
Ø = Sudut geser tanah (°)
PTS-FT-USBYPKP 16
Sumber: (Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Teknik Pondasi I)
Ka = COS 𝛽 ..............................................................(2.9)
dimana :
Ka = Koefisien aktif
Ø = Sudut geser tanah (°)
β = Kemiringan permukaan tanah urug (°)
PTS-FT-USBYPKP 17
ɤ = Berat volume tanah (KN/m3)
Hc =
√
PTS-FT-USBYPKP 18
Pp Kp H...............................................................................................(2.11)
Atau
Pp = ...............................................................................................(2.12)
2
Kp = = tan ( ).......................................................................(2.13)
Kp = Koefisien pasif
Ø = Sudut geser tanah (°)
Kp = COS 𝛽 ..................................................................(2.14)
Kp = Koefisien pasif
Ø = Sudut geser tanah (°)
β = Kemiringan permukaan tanah urug (°)
PTS-FT-USBYPKP 19
2.9 Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort
Dinding penahan tanah adalah suatu bangunan yang dibangun untuk
mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di
mana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri,
dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi tempat itu. Bila jalan dibangun
berbatasan dengan sungai atau danau tanah payau, dinding penahan itu dibangun
untuk melindungi kemiringan tanah dan melengkapi kemiringan dengan pondasi
yang kokoh. Ada beragam type dinding penahan tanah (Hardiyatmo, 2009), yaitu
dinding gravitasi, dinding kantilever dan dinding counterfort.
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam
dinding pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut
counterfort (dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanah
urug. Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian
dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort berfungsi sebagai
pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan
interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 meter (Tanjung, 2016)
PTS-FT-USBYPKP 20
2.10 Dinding Turap Vertikal Baja
Tiang turap baja di USA adalah sekitar 10 - 13 mm tebal. Penampang tiang turap
yang berasal dari Eropah bisa lebih tipis tetapi lebih lebar. Penampang tiang bisa
berbentuk Z, lengkung dalam (deep arch), lengkung rendah (low arch), atau sayap
lurus (straight web). Interlok pada tiang turap dibentuk seperti jempol-telunjuk
atau bola-keranjang untuk hubungan yang ketat untuk menahan air. Gambar
2.13(a) memperlihatkan diagram skematik untuk hubungan interlok jempol-
telunjuk untuk penampang sayap lurus. Sedangkan tipe interlok bola-keranjang
untuk penampang Z diberikan pada Gambar 2.13(b).
Gambar 2.13 Hubungan tiang turap: (a) jenis jempol-telunjuk (b) jenis bola-
keranjang
Tiang turap baja sangat baik digunakan karena daya tahannya terhadap tegangan
yang tinggi selama penyorongan ke dalam tanah yang keras. Tiang ini juga relatif
ringan dan dapat digunakan kembali (penggunaan yang berulang-ulang). Oleh
karena itu turap baja sering dipakai untuk pemakaian sementara. Turap sementara
dipakai ketika dilakukan penggalian, misalnya dalam pembuatan gorong-gorong.
Setelah gorong-gorong berada pada kedudukan yang direncanakan, turap dicabut
dan penggalian ditimbun kembali. Konstruksi sementara sering juga dipakai pada
bendungan elak (cofferdam). Bendungan elak ini dibangun untuk melaksanakan
proses dewatering selama konstruksi berlangsung.
PTS-FT-USBYPKP 21
2.11 Analisis Dinding Penahan Tanah dan Turap
Beban adalah sebuah gaya yang dipikul oleh struktur bangunan. Jenis-
jenis beban yang bekerja pada bangunan struktur antara lain:
SF = ≥ 1.5………………………..……………………………………….(2.16)
ΣRh = c x B + ΣW x tanϕ……………………………………………………...(2.17)
dengan:
SF = Faktor keamanan
PTS-FT-USBYPKP 22
B = Lebar dasar pondasi (m)
C = Kohesi (kN/m2)
Φ = Sudut gesek internal tanah (°)
Faktor aman terhadap penggeseran dasar fondasi minimum diambil 1,5. Bowles,
1997 menyarankan:
SF ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
SF ≥ 2 untuk tanah kohesif
PTS-FT-USBYPKP 23
dengan :
PTS-FT-USBYPKP 24
Nilai Nc’, Nq’, dan Nγ’ adalah faktor kapasitas dukung tanah pada kondisi
keruntuhan geser lokal. Menurut Hardiyatmo, 2007 dalam analisis kapasitas
dukung tanah, istilah-istilah berikut ini penting diketahui:
dengan :
qn = Tekanan fondasi neto (t/m2)
PTS-FT-USBYPKP 25
f) Kapasitas dukung perkiraan (presumed bearing capacity) adalah intensitas
beban neto yang dipandang memenuhi syarat untuk jenis tanah tertentu untuk
maksud perancangan awal. Nilai tertentu tersebut didasarkan pada pengalaman
local, atau dengan hitungan yang diperoleh dari pengujian kekuatan atau
pengujian pembebanan dilapangan, dengan memperhatikan faktor aman
terhadap keruntuhan geser.
g) Kapasitas dukung ijin (allowable bearing capacity) (q a) adalah besarnya
intensitas beban neto maksimum dengan mempertimbangkan besarnya
kapasitas dukung, penurunan dan kemampuan struktur untuk menyesuaikan
terhadap pengaruh penurunan tersebut.
Faktor aman (F) dalam tinjauan kapasitas dukung ultimit neto didefinisikan:
.
F= ……………………………………………………..….(2.23)
.
dengan :
PTS-FT-USBYPKP 26
2.11.3 Stabilitas dinding penahan tanah saat kondisi gempa
Berdasarkan literatur dengan judul Seismic Design Of Reinforced Earth Retaining
Wall And Bridge Abutments, nilai safety factor saat kondisi gempa yaitu:
Safety factor terhadap keruntuhan guling (SFoverturning) disyaratkan minimal
sebesar 1,5.
Safety factor terhadap keruntuhan geser (SFsliding) disyaratkan minimal
sebesar 1,1.
Safety factor terhadap daya dukung tanah dasar (SFbearing) disyaratkan
minimal sebesar 1.
Untuk mencari nilai koefisien tanah aktif (Ka) saat kondisi gempa, maka
perceptan gempa di lokasi pekerjaan harus dicari lebih dahulu.
PTS-FT-USBYPKP 27
Tabel 2.6 Koefisien situs
SMS = Fa x Ss
SDS = SMS
Untuk menghitung koefisien tekanan tanah aktif (Ka), dicari parameter berikut
terlebih dahulu.
K =
Kv= 0
δ’=0,5 ϕ’=15ᴼ
β = 90ᴼ
ɑ = 0ᴼ
PTS-FT-USBYPKP 28
Tabel 2.7 nilai koefisien tekanan tanah aktif saat gempa
Dari tabel tersebut, nilai koefisien tekanan tanah aktif saat gempa (Kae)
PTS-FT-USBYPKP 29