Anda di halaman 1dari 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kemiringan Lahan


Land slope atau kemiringan lahan merupakan faktor yang sangat penting
diperhatikan dalam persiapan lahan pertanian, usaha penanaman, pengambilan
produk-produk serta dalam pengawetan lahan. Karena lahan yang mempunyai
kemiringan mudah terganggu atau rusak, lebih-lebih kalau derajat kemiringanya
demikian besar. Tanah yang mempunyai kemiringan akan selalu dipengaruhi oleh
curah hujan (lebih-lebih jika curah hujan itu mencapai 3.200 mm/tahun dan
distribusi hujan yang merata setiap bulannya), oleh terik sinar matahari dan angin
yang selalu berhembus. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut gangguan
kelongsoran-kelongsoran tanah, menyebabkan menghanyutkan lapisan-lapisan
tanah yang subur (Kartasapoetra, 2010).
Lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan meningkatkan
kecepatan aliran permukaan dan volume air permukaan semakin besar, sehingga
benda yang bisa diangkut akan lebih banyak. Semakin miring tanah maka
semakan rendah permeabilitas, kemungkinan terjadinya erosi akibat hujan yang
sangat besar. Erosi permukaan yang terjadi pada tanah miring akan menghambat
perkembangan tanah, bahkan tanah yang mengalir (lepas) akan hilang dan tanah
dengan kemiringan besar akan tampak pada awal perkembangan tanah, atau
bahkan muncul batuan dipermukaan (Martono, 2004). Tanah yang agak miring,
antara pembentukan tanah dan kehilangan akibat erosi berada pada kondisi
seimbang sehingga perkembangan tanah tetap terjadi. Bahan tanah yang tereosi
dari tempat yang lebih rendah dan merupakan cekungan kemungkinan akan
mengubur tanah asli sehingga tanah asli yang berada dicekungan disebut tanah
terkubur (Sutanto, 2005).
Kemiringan lereng menunjukkan besarnya sudut lereng dalam persen atau
derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih
tinggi 10 meter membentuk lereng 10 persen. Kecuraman lereng 100 persen sama
dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan,
semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan
lereng semakin besar, maka jumlah butiran-butiran tanah yang terpercik ke bawah

4
oleh tumbukan butiran air hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya
berat yang semakin besar sejalan dengan yang tererosi akan semakin banyak. Jika
lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per
satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000). Adapun klasifikasi
kelas kemiringan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Table 2.1. Klasifikasi kelas kemiringan lahan

Kemiringan Lahan (%) Kelas Kelas Kemiringan


0–3 A Datar
3–8 B Landai
8 – 15 C Miring
15 – 30 D Berbukit
3 – 45 E Agak Curam
45 – 65 F Curam
>65 G Sangat Curam
Sumber : Arsyad, 2000

II.2. Sifat Fisik Tanah


Sifat fisik tanah merupakan sifat yang bertanggung jawab atas peredaran
udara, panas, air dan zat terlarut melalui tanah. Sifat fisik tanah yang penting
antara lain adalah tekstur tanah, struktur, porositas tanah dan stabilitas agregat.
Beberapa sifat fisik tanah dapat dan memang mengalami perubahan karena
pengolahan tanah. Sifat fisik tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu batuan
induk, iklim, vegetasi, topografi dan waktu (Hardjowigeno, 2003).
Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi
air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga mempengaruhi
sifat-sifat kimia dan biologi tanah. Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah,
ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah,
macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta
perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu(Hakim dkk.,
1986).

5
II.2.1. Kepadatan Tanah (Bulk Density)
Kepadatan tanah (bulkdensity=BD) menunjukkan berat tanah kering per
satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Kepadatan tanah berguna untuk
evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan
kepadatan tanah yang tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah
tersebut. Karena tanahnya memadat dan oksigen kurang tersedia akibat
berkurangnya ruang/pori. Disamping itu, juga dapat disebabkan karena kadar liat
di lapisan bawah lebih tinggi sehingga tanah pada lapisan tersebut lebih padat
(Tolaka dkk., 2013).
Hardjowigeno (1995) mengatakan bahwa bulk density merupakan petunjuk
kepadatan tanah, semakin padat suatu tanah maka semakin tinggi nilai bulk
density, yang berarti makin sulit memeruskan air atau ditembus akar tanaman.
Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai kandungan bulk
density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah di bawahnya. Nilai bulk
density tanah mineral berkisar antara 1,0-1,6 g/cm³, sedangkan tanah organik
umumnya memiliki nilai bulk density antara 0,1-0,9 g/cm³ (Pairunan dkk., 1997).
Nilaikepadatan tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
pengolahan tanah, bahan organik, tekstur, struktur, pemadatan oleh alat-alat
pertania, dan kandungan air tanah. Nilai kepadatan tanah penting dipergunakan
untuk perhitungan-perhitungan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan
tanah, dan lain-lain (Sarief, 1989).

II.2.2. Kadar Air


Kadar air merupakan jumlah air dalam tanah yang dapat ditahan oleh tanah
terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus
menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin
lama semakin kering (Hardjowigeno, 2003).
Air mempunyai beberapa fungsi penting dalam tanah diantaranya: air
penting dalam pelapukan mineral dan bahan organic yaitu reaksi yang
menyiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman tetapi bila air terlalu banyak, hara-hara dapat
hilang tercuci dari lingkungan perakaran (Hanafiah, 2005).

6
II.2.3. Warna Tanah
Warna tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan atau komposisi mineral
dan organik tanah tersebut. Selain itu, kandungan mineral yang khas dan posisi
topografi juga akan memengaruhi warna tanah. Metode klarifikasi warna yang
cukup dikenal adalah menggunakan tabel warna munsell dalam tabel ini terdapat
175 warna yang tersusun secara sistematik sesuai dengab variabel warna, yaitu
kilap, nilai briliance, dan chroma. Warna suatu contoh dibandingkan dengan
kumpulan warna tanah yang baku tersebut, kemudian ditentukan klarifikasi
warnanya (Suprihanto, 2005).
Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
telah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah
semakin gelap (Hardjowigeno, 1995).
Warna tanah dapat meliputi putih, merah, cokelat kelabu, kuning dan
hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan, kebanyakan tanah
mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, cokelat dan bercak
(rust), keeap kali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot disebut karatan
(Hanafiah, 2005). Warna tanah juga menunjukkan kualitas tanah, semakin gelap
makan semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Koloid tanah bersifat sebagai
perekat tanah yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan kesuburannya
(Sunarko, 2014).

II.2.4. Tekstur Tanah


Tekstur tanah merupakan perbandingan partikel-partikel tanah primer
berupa fraksi tanah liat, debu dan pasir (Sunarko, 2014). Tekstur tanah,biasanya
berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel-partikel tanah dan tanah akan
membentuk tipe tanah teetentu. Tiga unsur utama tanah adalah pasir (san), debu
(silt) dan liat (clay), di lapangan tanah terbentuk oleh kombinasi tiga unsur
tersebut. Misalnya tanah dengan unsur dominan liat, ikatan antar partikel-partikel
tanah tergolong kuat sehingga tidak mudah erosi. Hal yang sama juga berlaku
untum tanah dengan unsur dominan pasir (tanah dengan tekstur kasar),

7
kemungkinan untuk terjadi erosi pada jenis tanah ini besar, dan demikian
menunjukkan laju larian. Sebaliknya pada tanah unsur utama debu dan pasir
lembut serta sedikit unsur organik, memberikan kemungkinan yang lebih besar
untuk terjadinya erosi (Rahayu, 2008).
Untuk keperluan pemeliharaan ada 13 kelas tekstur tanah yaitu:pasir, debu,
liat, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung
berliat, lempung liat berpasir, lempung dan liat berdebu, segitiga tekstur
merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur tanah,menurut
klasifikasi USDA yang dimodifikasi oleh soil survey staf 2010, dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Segitiga tekstur tanah (Hakim dkk, 1986).

II.2.5. Porositas
Porositas atau ruang pori adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu
volume tanah utuh, yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang
diatara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
Ukuran porositas tanah dikelompokkan kedalam ruang pori kapiler yang dapat
menghambat pergerakan air menjadi pergerakan kapiler, dan ruang pori non

8
kapiler yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan perkolasi secara
cepat sehingga sering disebut pori drainse. Porositas total tanah dapat dihitung
dari data berat volume tanah dan berat jenis (Tolakadkk., 2013).
Ruang pori total merupakan volume ruang tanah yang ditempati oleh udara
dan air. Persentase volume pori total disebut porositas tanah. Pori-pori tanah dapat
dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori kasar berisi udara atau
air gravitasi, sedangkan pori halus berisi air atau kapiler atau udara. Tanah
berpasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak dibanding tanah liat. Tanah
dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah
kekeringan. Tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dibandingkan tanah
berpasir. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur
tanah dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi pula.
Tanah dengan stuktir remah atau granuler mempunyai porositas tanah yang lebih
tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur pejal (Hardjowigeno, 2003).

2.3. Tanaman Karet


Tanaman karet di Indonesia pertama kali di perkenalkan kepada masyarakat
pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1864. Orang yang pertama kali
memperkenalkan karet di Indonesia bernama Hofland. Karet yang di bawa ke
Indonesia di jadikan sebagai salah satu jenis tanaman koleksi di kebun raya bogor.
Jenis karet yang pertama kali di tanam di Indonesia adalah jenis karet rembung
(Ficus elastica). Sementara itu, penanaman jenis karet havea brasiliensis yang
berlokasi di Indonesia terjadi pada tahun tanam 1902 untuk daerah sumatra timur
dan pada 1906 untuk daerah tanam Pulau Jawa (Prasetio, 2017).
Luas hutan karet di Indonesia di dominasi oleh kebun karet rakyat. Pada
umumnya, masyarakat menanam karet dalam bentuk resAgroforestry. Luas
perkebunan karet rakyat di indonesia pada saat ini kurang lebih sudah mencapai 3
juta hektare. Sementara itu, perkebunan karet milik negara (PTPN) seluas kurang
lebih 2 juta hektare dan perkebunan karet milik swasta mencapai 1,75 hektar
(Prasetio, 2017).
Ketinggian tempat tanaman karet akan tumbuh optimal pada daerah
dataran rendah yang berketinggian 200 m dari permukaanlau. Daerah yang

9
berketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
kembang tanaman karet tujuan komersial. Pengaruh ketinggian tempat tumbuh
terhadap tanaman karet, yakni pada umur sadap perdana. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut maka umur sadap perdana tanaman karet semakin
lama (Nurhakim, 2014).

10

Anda mungkin juga menyukai