TINJAUAN PUSTAKA
bangunan ke tanah atau batuan yang ada dibawahnya. Terdapat dua klasifikasi
pada struktur atas ke tanah. Fungsi ini dapat berlangsung secara baik apabila
kestabilan fondasi terhadap guling, geser, penurunan, dan daya dukung tanah
Pemilihan tipe fondasi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi
tanah, kedalaman tanah keras, beban yang diterima oleh fondasi, biaya dan
fondasi, yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam. Fondasi dangkal didefinisikan
sebagai fondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan
yang terletak relatif jauh dari permukaan, contohnya fondasi sumuran dan
fondasi tiang. Macam-macam contoh tipe fondasi ditunjukkan dalam Gambar 3.1.
III - 1
3. Fondasi rakit ( atau ) adalah fondasi yang
digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang
relatif dalam.
III - 2
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak diatas air atau tanah
tersebut bertambah.
Pada saat ini ada tiga metode dasar pengeboran (variable-variabel tempat
1. Metode Kering ( )
Metode kering cocok digunakan pada tanah di atas muka air yang
III - 3
ketika dilakukan pengeboran, air tidak masuk ke dalam lubang bor
saat lubang masih terbuka. Pada metode kering, lubang dibuat dengan
kemudian di cor
2. Metode Basah
air tanah, sehingga lubang bor biasanya longsor bila dindingnya tidak
ditahan. Agar lubang tidak longsor, di dalam lubang bor diisi dengan
Larutan yang keluar dari lubang bor, ditampung dan dapat digunakan
3. Metode Casing
seluruh bagian tanah yang dapat runtuh akibat penggalian dan juga
III - 4
dipakai pada proyek yang mungkin terjadi lekukan atau
tanah. Pada uji SPT akan diperoleh sampel tanah perlapisan tanah dan juga nilai
Data Bor Inti SPT yang diperoleh merupakan data primer yang akan
parameter Kepadatan Relatif (Dr), Modulus Elastisitas (E) untuk tanah berpasir,
dan Indeks Konsistensi (CI) untuk tanah lempung menggunakan grafik dan
III - 5
Gambar 3.2 Skema Urutan Pengujian Uji Penetrasi Standar
0– 4 Sangat Lepas
4 – 10 Lepas
10 – 30 Menengah
30 – 50 Padat
III - 6
Tabel 3.2 Hubungan antara Parameter Tanah untuk Tanah Pasir
Relative Perkiraan
Density Berat
Perkiraan Perkiraan
Kondisi Volume
(Kepadatan Harga Harga
Kepadatan Jenuh,
Relatif) NSPT (⁰ )
sat
Rd (ton/m3)
Very Loose
Loose 1,50 –
15% - 35% 4 – 10 28 – 30
(Renggang) 2,0
Medium 1,75 –
35% - 65% 10 – 30 30 – 36
(Menengah) 2,10
Dense 1,75 –
65% - 85% 30 – 50 36 – 41
(Rapat) 2,25
Very Dense
Sumber: Teng,1962
N CI Konsistensi Cu (kN/m2)
III - 7
2– 8 0,5 – 0,75 Lunak ke Sedang 12,5 – 40
III - 8
Kiku et al. (2001) Semua Tanah Vs = 68,3 N0,292
Pasir Vs = 22 N0,77
Jafari et al. (2002)
Lempung Vs = 27 N0,73
Pasir Vs = 73 N0,33
Dikmen (2009)
Lanau Vs = 60 N0,36
Lempung Vs = 44 N0,48
.(3.1)
14πDs2=Qw0,25f'c→
Ds=2,257Qwf'c..................................................................(3.2)
Keterangan:
dukung ujung berada dalam zona tanah yang lunak yang berada diatas
III - 9
tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar
atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan
tiang.
Sumber: (Hardiyatmo,2018)
Secara umum untuk menghitung daya dukung ultimit tiang dapat digunakan
Qu = Qp + Qs ....................................................................................... ....(3.19)
Dengan:
3.2.10 Daya Dukung Fondasi Tiang Bor dari Hasil SPT (Metode Reese & Wreight)
III - 10
(SPT) adlah sejenis percobaan dinamis dengan
Perkiraan kapasitas daya dukung fondasi tiang bor pada tanah pasir dan
silt didasarkan pada data uji lapangan SPT, ditentukan dengan perumusan
sebagai berikut:
Qp = 7 . N . Ap ..............................................................................(3.20)
Dimana:
Qp = 9 . Cu . Ap ............................................................................(3.21)
Keterangan:
CU =
Qs = α . Cu . P . L .........................................................................(3.24)
III - 11
Dimana:
p =K
α = Faktor adhesi
Qa = Qu2,5 ................................................................................................(3.
25)
Qa = Qu2 ................................................................................................
(3.26)
berdekatan dan diikat menjadi satu bagian dengan menggunakan pile cap.
III - 12
Gambar 3.8 Tipe Keruntuhan Dalam Kelompok Tiang;
(a) Tiang Tunggal, (b) Kelompok Tiang
Sumber: (Hardiyatmo,2011)
Qg = Eg . n . Qu .............................................................................. ....(3.27)
Dengan:
keruntuhan ............(kg).
𝐸 𝑔 = 1- θ n-1m+m-1n90mn' ...........................................................
(3.27) keterangan:
𝑚 = jumlah baris
III - 13
S = jarak pusat ke pusat tiang (m)
kuat dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari
berikut :
S = S1 + S2 + S3.....................................................................................(3.28)
Dengan:
Dengan:
III - 14
Ap = luas penampang tiang (cm2)
koefisien dari
Dengan:
Tiang
Jenis Tanah Tiang Bor
Pancang
tiang tunggal karena pengaruh tegangan pada daerah yang lebih luas.
III - 15
Vesic (1969) memberikan formula empiris yang sederhana untuk
Dengan:
tekanan air pori. Pengurangan kelebihan tekanan air pori, hanya dapat
persamaan-persamaan:
Dengan:
III - 16
Untuk lempung :
Dengan:
konstruksi
pc = tekanan prakonsolidasi
Cc = indeks kompresi
Cr = indeks
4. Penurunan Diizinkan
III - 17
Bangunan dengan dinding bata
sederhana
80
L/H ≥ 2,5
100
L/H ≤ 1,5
Bangunan dengan dinding bata yang
diperkuat dengan beton bertulang 150
kolom ke tiang-tiang. Jumlah minimum tiang dalam satu pelat penutup tiang
umunya 3 tiang. Bila tiang hanya berjumlah 2 tiang dalam 1 kolom, maka pelat
Balok dibuat yang melewati pusat berat tiang-tiang ke arah tegak lurus
deretan tiang (tegak lurus pelat penutup tiang). Demikian pula, bila pelat penutup
kolom-kolom yang lain. Bila kolom dilayani hanya satu tiang besar, maka bisa
Tebal pelat penutup tiang dipengaruhi oleh tegangan geser ijin beton.
Tegangan geser harus dihitung pada potongan terkritis. Momen lentur pada pelat
penutup tiang harus dihitung dengan menganggap momen tersebut bekerja pada
pelat penutup tiang dapat dilihat pada Gambar 3.10. Bila kondisi memungkinkan,
guna menanggulangi tegangan pada pelat penutup tiang yang terlalu besar, tiang-
III - 18
Gambar 3.9 Susunan Kelompok Tiang Dalam Pelat Penutup Tiang
Sumber: (Hardiyatmo,2018)
Bila beban sentris, tiang-tiang di dalam kelompoknya akan mendukung
beban aksial yang sama. Dalam hitungan, tanah dibawah pelat penutup tiang
Karena itu, tidak ada momen lentur yang diakibatkan oleh pelat penutup
ke tiang.
Pelat penutup tiang harus cukup besar sehingga jarak tiang terluas dengan
pinggir pelat beton minimum kira-kira 10 sampai 15 cm. Biasanya ujung atas
tiang minimum tertancap 15 cm pada pelat penutup tiang dan tulangan beton
III - 19
Ukuran pelat akan ditentukan oleh banyaknya tiang dalam satu kelompok,
sehingga jarak tiang akan mempengaruhi dimensi pelat penutup tiang. Dalam
praktek, tiang-tiang harus dipasang pada jarak tertentu. Jarak tiang minimum
jarak tiang adalah 2 – 3 ( = diameter tiang). Jarak tiang 2,5 dapat dipakai
untuk tiang dukung ujung yang pendek. Jarak ini harus ditambah untuk tipe tiang
yang mengandalkan gesekan sisi tiang (tiang gesek). Semakin panjang tiang,
semakin besar risiko kerusakan saat pengeboran. Untuk alasan ini, Fellenius
(2006) menyarankan jarak minimum tiang yang merupakan fungsi dari panjang
tiang:
Dengan:
III - 20