PERSONAL INFORMATION
Name : ................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Phone : ................................................................................................................
Mobile : ..............................................................................................................
Company : ..........................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Other : .................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
i
Technical Level 2 Road Managaement
ii
Technical Level 2 Road Management
iii
Technical Level 2 Road Managaement
iv
Technical Level 2 Road Management
DAFTAR ISI
v
Technical Level 2 Road Managaement
Note
vi
Technical Level 2 Road Management
Kata Pengantar
Tim penyusun juga meminta maaf apabila ada kesalahan dalam hal
penulisan dan penyusunan, sekiranya masukan dari pembaca diharapkan untuk
penyusunan buku yang lebih baik lagi kedepannya.
Hormat kami
Tim Penyusun
Tim Penyusun :
vii
Technical Level 2 Road Management
BAB 1
SAFETY OPERATION
A. Kepemimpinan dalam K3LH
Pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi dan membimbing
orang lain dan pemimpin harus bisa menjadi seorang teladan bagi
anggota timnya. Seorang GL harus mampu menjakankan peran nya
sebagai pemimpin tidak hanya dalam operasional teknis nya saja namun
juga terkait K3LH.
1
Technical Level 2 Road Management
2
Technical Level 2 Road Management
3
Technical Level 2 Road Management
4
Technical Level 2 Road Management
5
Technical Level 2 Road Management
6
Technical Level 2 Road Management
7
Technical Level 2 Road Management
Frequency (F)/Frekuensi(F)
8
Technical Level 2 Road Management
9
Technical Level 2 Road Management
10
Technical Level 2 Road Management
11
Technical Level 2 Road Management
12
Technical Level 2 Road Management
2. Manajemen Fatigue
Definis : adalah akumulasi kelelahan fisik dan psikis yang melampaui
batas optimal kemampuan fisik dan mental individu. Hal ini ditengarai
dengan menurunkan kinerja fisik dan mental.
13
Technical Level 2 Road Management
b. Penyebab Fatique
1) Faktor Individu: gaya hidup, pola makan, gangguan tidur,
obat-obatan, sakit dan gangguan psikologi
2) Faktor lingkungan: cuaca dingin atau panas, ergonomi kerja,
pencahayaan, getaran
3) Faktor pekerjaan: pola shift, beban kerja dan budaya kerja
c. Cara Mencegah Fatique
1) Tiap karyawan harus tidur sebelum bekerja yang cukup
minimal 7 JAM
2) “FIT TO WORK” harus dijalankan diawal shift
3) Menjalankan “OPERATION DIVISION POLICY” secara
menyeluruh (fit to work, ruang istirahat, no pinalty, rest
area, fatigue check 100%, Mess Management)
4) Program edukasi dan sosialisasi “FIT AWARENESS”
kepada operator dan keluarganya
5) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan “FATIGUE
CALCULATOR” terintegrasi dengan “Bandara System”
14
Technical Level 2 Road Management
15
Technical Level 2 Road Management
3. Traffic Mangament
Dalam hal ini coal transport, tiga aspek dalam Hauling Road
Management yang harus diperhatikan adalah :
a. Perencanaan jalan (konstruksi & geometrik)
b. Haul Road Sign (traffic & rambu)
Buku ini hanya kan membahas tentang Haul Road Sign (traffic),
sedangkan Perencanaan jalan (konstruksi & geometrik) dibahas lebih
lanjut pada buku training road construction & maintenance.
a. Simpang Y
16
Technical Level 2 Road Management
b. Simpang T
c. Persimpangan Ganda
d. Cross Junction
17
Technical Level 2 Road Management
18
Technical Level 2 Road Management
5. Rambu
Untuk efektivitas rambu, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
di antara nya :
a. Sesuai dengan kebutuhan. (harus di awali dengan assesment
b. bersama pihak safety & operation)
c. Menarik perhatian dan mendapat respek penguna jalan
d. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah
e. dimengerti (Informatif)
f. di sarankan untuk area tambang gunakan yang reflective dan
g. ukuran besar (dia. 90 cm)
b. Rambu Larangan
Menunjukan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan pengguna
jalan. Warna dasar rambu larangan berwarna putih dengan lambang
atau tulisan berwarna hitam dan atau merah
19
Technical Level 2 Road Management
c. Rambu Perintah
Menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan.
Rambu perintah dengan warna dasar biru dengan lambang atau
tulisan berwarna putih
Berikutnya adalah terkait Safety Awareness. Hal ini adalah salah satu
dasar utama dalam penerapan safety. Tiga hal utama terkait Safety
Awareness adalah :
a. Membangun kesadaran peran dan tanggung jawab yang berawal
dari kesadaran dan pola pikir positif sebagai karyawan dengan
segala kewajiban yang diembannya,
20
Technical Level 2 Road Management
21
Technical Level 2 Road Management
BAB 2
TERMINOLOGI JALAN TAMBANG
22
Technical Level 2 Road Management
Vertical alignment
Tanjakan atau turunan sepanjang jalan yang direncanakan dan
dihitung dengan satuan percent grade.
23
Technical Level 2 Road Management
b. Alinemen Horizontal
Kec. Rencana (km/jam)
Radius tikungan, jarak pandang (m)
Jenis tikungan, superelevasi (m/m)
Superelevasi (m/m)
c. Alinemen Vertikal
Grade maksimum (%), lengkungan vertical
Drainase jalan, jarak pandang, safety berm
24
Technical Level 2 Road Management
25
Technical Level 2 Road Management
BAB 3
PERENCANAAN JALAN TAMBANG
A. Perencanaan Jalan
Proses perencanaan badan jalan, agar mendapatkan desain yang kompeten
sehingga dapat mengakomodir kebutuhan operasional penambangan.
Meliputi :
Alinyemen Vertikal, Alinyemen Horisontal, Safety Berm dan
Drainage System
b. Perencanaan struktural
Vertikal Alinyemen
1. Stopping Distance (jarak pengereman)
26
Technical Level 2 Road Management
27
Technical Level 2 Road Management
Horisontal Alinyemen
1. Lebar Jalan
2. Superelevasi Jalan
28
Technical Level 2 Road Management
29
Technical Level 2 Road Management
30
Technical Level 2 Road Management
Material seperti
gambar disamping
dapat digunakan
sebagai material
dasar jalan
(subgrade).
Contoh :
Tanah merah dengan
butiran pada dan
relatif kering
31
Technical Level 2 Road Management
Material seperti
gambar disamping
dapat digunakan
sebagai material dasar
jalan (subgrade).
Contoh :
Tanah merah dengan
butiran pada dan relatif
kering
32
Technical Level 2 Road Management
33
Technical Level 2 Road Management
BAB 4
JENIS KERUSAKAN JALAN TAMBANG
Faktor Penyebab :
a. Tidak terbentuk nya cross fall jalan dengan baik pada tahap road
construction sehingga air tidak dapat mengalir sempurna dan
menggenangi badan jalan selanjutnya genangan air ini semakin
mengikis permukaan badan jalan.
b. Proses scrapping jalan tidak mengikuti kaedah standar potongan
melintang jalan, sehingga Cross fall tidak terbentuk sempurna.
c. Repetisi beban kendaraan yang cenderung melintasi bagian tengah
badan jalan.
34
Technical Level 2 Road Management
Faktor Penyebab :
a. Terdapat hambatan terhadap aliran air,
b. Terdapat genangan air di dalam saluran drainasi,
c. Saluran air ditumbuhi tanaman,
35
Technical Level 2 Road Management
Faktor Penyebab :
a. Beban unit yang melebihi kapasitas dukung jalan.
b. Proses pemadatan yang tidak sempurna pada saat road construction
Metode Perbaikan :
a. Jika Corrugated masih pada skala kecil, dapat dilakukan perbaikan
dengan pembentukan kembali badan jalan dilanjutkan dengan
pemadatan. Pastikan badan jalan sudah pada kondisi terpadatkan
sempuna pada saat akan digunkan.
b. Jika Corrugated yang terjadi sudah mencapai skala yang cukup
besar, perlu dilakukan proses rekonstruksi jalan. Proses rekonstruksi
jalan akan dibahas dibawah.
4. Pencemaran Debu
Faktor Penyebab :
a. Partikel material halus yang telampau banyak, Hal ini dapat
disebabkan oleh.
b. Gradasi butiran partikel material tanah dasar tidak memiliki
kombinasi partikel pasir, lanau dan lempung yang baik, sehingga
apabila dipadatkan tidak mempunyai massa yang tertutup dengan
nilai permeabilitas yang rendah, hal ini menyebabkan air mudah
masuk kedalam tanah.
c. Jika pada badan jalan yang menggunakan lapis agregate, Jenis
Agregat yang dipakai sebagai bahan lapis perkerasan jalan
36
Technical Level 2 Road Management
Metode Perbaikan :
a. Dengan penyiraman air,
b. Dengan penyiraman zat kimia berbasis chlorida,
c. Dengan menggunakan binder (pengikat) pada base coarse atau
surface layer.
5. Lubang (Patholes)
Faktor Penyebab :
a. Cross fall jalan tidak sempurna, sehingga air menggenang dan
merusak struktur lapis perkerasan.
b. Saluran tepi jalan tidak terbentuk sempurna.
c. Beban unit melebihi kapasitas dukung jalan.
37
Technical Level 2 Road Management
Metode Perbaikan :
a. Kupas badan jalan sampai lapis tanah keras, dikontrol dengan
pengujian nilai CBR terhadap tanah dasar tersebut.
b. Tambahkan material baru yang kompeten sesuai spesifikasi yang
disyaratkan.
c. Lakukan pembentukan geometri badan jalan
(Crossfall,drainage,safety berm).
d. Penyiraman air dengan menggunakan water truck, dilanjutkan uji
kadar air lapangan.
e. Lakukan pemadatan dengan compactor 16T, + 6-8 Lintasan.
f. Uji CBR Lapangan : Jika belum berhasil mencapai nilai CBR
desain,lakukan pemadatan kembali. Pastikan juga kadar air
lapangan berada dalam range + 3% dari OMC nya.
Faktor Penyebab :
a. Konsentrasi lintasan kendaraan pada suatu jalur (channelized)
secara berulang ulang.
b. Proses pemadatan yang tidak sempurna.
Metode Perbaikan :
a. Kupas badan jalan sampai lapis tanah keras, dikontrol dengan
pengujian nilai CBR terhadap tanah dasar tersebut.
b. Tambahkan material baru yang kompeten sesuai spesifikasi yang
disyaratkan.
c. Lakukan pembentukan geometri badan jalan
(Crossfall,drainage,safety berm).
38
Technical Level 2 Road Management
Faktor Penyebab :
a. Base coarse berasal dari aggregate yang bergradasi sama (single
gradation) sehingga tidak terdapat ikatan (interlocking) diantara
butiran aggregate tersebut karena rongga pori masih cukup besar
dan tidak dapat terisi oleh butiran aggregate yang lebih kecil.
b. Lalu lintas dengan beban yang cukup berat menimbulkan pengaruh
lepasnya lapisan aggregate bagian atas .
Metode Perbaikan :
a. Mengganti material dengan gradasi butiran yang lebih baik
b. Melakukan pemadatan secara maksimal
39
Technical Level 2 Road Management
40
Technical Level 2 Road Management
2) Klasifikasi Tanah
Karena beragamnya komposisi tanah, maka beberapa institusi terutama di
Amerika Serikat seperti:
- USDA (United States Department of Agriculture),
- AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Officials),
- ASTM (American Society for Testing Materials),
41
Technical Level 2 Road Management
42
Technical Level 2 Road Management
43
Technical Level 2 Road Management
Perbaikan Tanah
Jenis perbaikan tanah untuk Subgrade ada beberapa jenis, antara lain
pemadatan dan Pencampuran (Soil Mixing)
a) Pemadatan Subgrade
1) Menaikkan kuat geser (shear strength) tanah,
2) Menaikkan daya dukung (bearing capacity) tanah,
3) Mengurangi rongga pori tanah,
4) Menaikkan berat volume tanah,
5) Memperkecil permeabilitas tanah,
6) Menaikkan modulus elastisitas tanah,
7) Mengurangi penurunan (settlement) tanah
44
Technical Level 2 Road Management
45
Technical Level 2 Road Management
46
Technical Level 2 Road Management
b) Soil Maxing
Kesesuaian jenis tanah dengan metode mixing
SOIL CEMENT
CMS : Cement Modified Soil : mencampur tanah badan jalan dengan semen
dan air dengan komposisi tertentu dan dipadatkan untuk perbaikan tanah
sehingga layak dipergunakan sebagai subgrade
Parameter geoteknik yang dapat diperbaiki dengan pelaksanaan soil cement
adalah:
1. Mengurangi plastisitas tanah,
2. Mengurangi partikel lanau dan lempung,
3. Menaikkan daya dukung tanah (CBR pada konstruksi jalan),
4. Menaikkan kuat geser tanah
5. Mengurangi kembang-susut tanah.
47
Technical Level 2 Road Management
2) Pencampuran
3) Perataan Lapisan
4) Pemadatan
48
Technical Level 2 Road Management
49
Technical Level 2 Road Management
50
Technical Level 2 Road Management
BAB 5
JALAN TAMBANG
51
Technical Level 2 Road Management
Dou
ble
cros
s fall
52
Technical Level 2 Road Management
Drainase yang baik sangat menentukan terciptanya jalan yang stabil. Untuk
menghindari timbulnya masalah, jalan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah kering. Air tidak boleh dibiarkan menggenangi permukaan jalan atau
daerah di dekat aspal jalan. Genangan air tersebut mungkin akan meresap ke
bawah lapis permukaan dan merusaknya atau merusak material lapisan bawah.
Jika hal ini terjadi, gerakan dan penyimpangan lapis permukaan akan semakin
bertambah.
53
Technical Level 2 Road Management
Tanggul adalah timbunan material overburden atau red mud stone (scorea)
(bukan terbentuk dari mud,spoil, sub soil, maupun top soil), yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga membentuk trapezoidal. Di mana bertujuan untuk
mencegha kendaraan menaiki tanggul dan mengalihkan arah gerakan roda
kembali ke jalur.
Gambar.
Penempatan Tanggul
30 m
di jalan tambang
30 m
54
Technical Level 2 Road Management
Dikedua sisi bahu jalan tambang, harus terdapat tanggul dikedua sisi yang
masing-masing dilengkapi dengan jalur air dan sodetan air sepanjang masing-
masing 30m . Jika salah satu sisi jalan bersebelahan dengan tebing /jurang,
maka penempatan tanggul sisi jalan tersebut harus diberi jarak minimal 1 m
dari tebing/ jurang.
55
Technical Level 2 Road Management
Gambar : Superelevasi
Lebar jalan hauling wajib 3,5 lebar alat angkut terbesar, dimana 0,5 x
alat angkut disamping untuk menjaga jarak dengan tanggul, 1 x alat
angkut untuk lebar alat angkut yang melintas, 0,5 x alat angkut untuk
area penjagaan jarak berpapasan, 1 x alat angkut untuk lebar alat angkut
kedua yang melintas dan 0,5 x alat angkut untuk jarak dengan alat
angkut kedua dengan tanggul.
56
Technical Level 2 Road Management
57
Technical Level 2 Road Management
4. Perawatan
Pada dasarnya disain jalan tambang sudah disesuaikan dengan berat
dan frekuensi (jumlah) alat angkut yang melewatinya dan material yang
tersedia sebagai perkerasan jalan
Road Drain
58
Technical Level 2 Road Management
Geosintetis secara umum dapat diartikan sebagai bahab bantu dalam bidang
teknik sipil untuk perbaikan struktur tanah/lapisan dasar guna meningkatkan
performance daya dukung tanah tersebut.
59
Technical Level 2 Road Management
Tanpa geotekxtile dua jenis tanah yang akan ditimbun akan tercampur, Oleh
karena itu, beban roda dapat menimbulkan proses pumping apabila subgrade
adalah tanah lunak , bahan timbunan lapis sub grade bergradasi kecil akan
melakukan penetrasi ke dalam lapisan atasnya, sedangkan lapisan base coarse
yang bergradasi besar melakukan penetrasi ke dalam lapisan sub-grade ,
sehingga akan terjadi pencampuran pada batas lapisan sub grade dan base
coarse.
Sebagai separator antara base coarse dan subgrade agar kedua material
tersebut tidak tercampur oleh karena terjadi proses pumping oleh beban
kendaraan secara berulang.
60
Technical Level 2 Road Management
61
Technical Level 2 Road Management
62
Technical Level 2 Road Management
Gambar. Pelaksanaan
Penimbunan lapisan base
coarse
Gambar. Pelaksanaan
Penimbunan lapisan
surface
63
Technical Level 2 Road Management
Methode ini digunakan jangan ada pohon dan tonjolan batu, juga jangan ada
halangan selama pembersihan dan pembuatan parit.
Pemberitahuan
Mengatur frame straight. Jika unit mengunakan articulated, sisi ban akan
mendorong terhadap kemiringan berlawanan (kemiringan belakang), dan ini akan
menyebabkan kerusakan pada sisi ban. Selain itu, lumpur akan didorong antara
ban dan rim, dan itu akan menyebabkan masalah seperti ban bocor dan tread ban
64
Technical Level 2 Road Management
Pemberitahuan
Mengatur bingkai lurus. Jika mesin diartikulasikan, sisi ban akan mendorong
terhadap wajah lereng berlawanan (kembali kemiringan) dan ini akan
menyebabkan kerusakan ke sisi wajah Ban. Selain itu, Lumpur akan mendorong di
antara ban dan rim, dan ini akan menyebabkan masalah seperti kebocoran udara
dan tambal Ban.
65
Technical Level 2 Road Management
66
Technical Level 2 Road Management
c. F
i
n
i
s
h
i
n
g
P
a
r
i
t Sisi Kanan
67
Technical Level 2 Road Management
68
Technical Level 2 Road Management
5) Untuk mendorong keluar tanah ke atas slope dan shoulder jalan, lulus terpisah
yang diperlukan. Menyebarkan tanah, kemudian melaksanakan akhir akhir
finishing dengan grader.
6) Aktivitas harus diawasi dan Group Leader wajib mengontrol serta memastikan
proses serta hasil pekerjaan Operator Motor Grader telah tuntas dan sesuai
dengan PKH
69
Technical Level 2 Road Management
70
Technical Level 2 Road Management
Keterangan :
Seharusnya roda normalnya hampir tegak
lurus
20) Bila pemotongan relatif berat, sudut roda menentukan hasil terhadap
permukaan slop
71
Technical Level 2 Road Management
72
Technical Level 2 Road Management
5) Aktivitas harus diawasi dan Group Leader wajib mengontrol serta memastikan
proses serta hasil pekerjaan Operator Motor Grader telah tuntas dan sesuai
dengan PKH.
73
Technical Level 2 Road Management
C. Grading Activity
74
Technical Level 2 Road Management
75
Technical Level 2 Road Management
76
Technical Level 2 Road Management
77
Technical Level 2 Road Management
78
Technical Level 2 Road Management
79
Technical Level 2 Road Management
80
Technical Level 2 Road Management
81
Technical Level 2 Road Management
2. Saat Operasi
a. Melakukan pengawasan dengan mengisi daftar periksa GL (OPR/F-061
Daftar Periksa Group Leader) secara periodik setiap dua jam yang
meliputi :
- Permukaan Jalan, Kondisi Jalan, Superelevasi, Bundwall, Drainase
b. Memastikan sinkronisasi Setting Fleet dari Engineering dengan aktual di
lapangan (produktivitas loader dan jarak)
c. Memonitor produktivitas dan working hours setiap jam dengan
menggunakan excavator control (OPR/F-001 Excavator Control)
d. Melakukan pengawasan secara ekstra untuk area yang sudah
teridentifikasi high risk
82
Technical Level 2 Road Management
3. Akhir Shift
a. Meng-update posisi unit ke dispatch untuk update bandara
b. Membuat Handover Report (OPR/F-028 Form Production Handover
Report) untuk menuliskan kondisi terakhir area yang diawasi untuk job
pending dengan GL shift berikutnya
c. Melakukan inspeksi area kerja aman dan siap beroperasi bersama-sama
dengan GL yang akan menggantikan
- Memastikan Kondisi Dumping Area aman
- Memastikan Kondisi Jalan aman
- Menginformasikan area-area kritis, antara lain : di bawah/dekat
tebing, dekat air serta lokasi jalan sudah teridentifikasi sebelumnya
d. Melakukan Pengawasan shift change di Lapangan
- Melakukan Validasi Time Sheet Operator
e. Memastikan kondisi area kerja dalam kondisi aman dan tidak
meninggalkan jika kondisi tidak aman
f. Melaporkan progress pekerjaan ke dalam PKH dan diserahkan ke shift
berikutnya untuk diselesaikan
83
Technical Level 2 Road Management
Note : Grader biasanya beroperasi dalam waktu yang lama, sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk pemindahan gigi atau memutar dapat di abaikan.
Model GD623A GD 705 GD 825
Lebar Blade (m) 3.7 4.3 4.9
Le (450) (m) 2.6 3.0 3.5
Lo (m) 0.3 0.3 0.3
Operating Speed (Km/Jam) 4 5 5
E (%) 0.8 0.8 0.8
Produktivitas (m2/Jam) 7.360 10.800 12.800
84
Technical Level 2 Road Management
NxD
T=
VxE
Dimana :
T = Waktu kerja (jam)
D = Working Distance (Km)
E = Job Efficiency
N = Number of trips
V = Kecepatan (Km/Jam)
Ketika unit motor grader yang beroperasi di area kerja dan meratakan
strip paralel maka jumlah waktu pengerjaan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
W
xn
Le - Le
85
Technical Level 2 Road Management
N=
Dimana :
W = Total luar area untuk dikerjakan (m2)
Lo = Width of overlap (m)
n = Jumlah grading yang digunakan
Le = Effective blade lenght (m)
Contoh Soal :
Jika terdapat area yang akan dikerjakan dengan luas area 100 m2,
dengan panjang 20 meter dan lebar 5 meter menggunakan unti G825.
Berapa lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
grading di area kerja tersebut ?
Diketahui :
W = 100 m2
Le = 3.5 m
Lo = 0.3 m
n=1
D = 20 m
Jawab :
NxD
T= VxE
100 m2
N= x1
3.5 m – 0.3 m
= 31.25
86
Technical Level 2 Road Management
BAB 6
TRAFFIC DENSITY
A. DASAR TEORI
Jalan tambang (hauling road) merupakan salah satu faktor untuk menjamin
tercapainya target produksi serta terlaksananya operasi penambangan yang
aman. Oleh karena itu kegiatan perencanaan,pelaksanaan serta perawatan
terhadap jalan tambang mutlak dilakukan. Seiring meningkatnya target
produksi pada suatu aktifitas penambangan, akan diiringi dengan
bertambahnya jumlah alat angkut material, baik material product (coal)
maupun material waste (overburden) . Pergerakan unit angkut material dari
suatu tempat ke tempat lainnya juga memerlukan penyediaan sarana dan
prasarana transportasi yang memadai dan maksimal. Peningkatan populasi
jumlah alat angkut ini tentunya berdampak terhadap kepadatan arus lalu lintas
pada segmen jalan tambang yang dilalui, sehingga mempengaruhi kinerja
operasional lalu lintas secara keseluruhan. Seperti yang dipahami bersama,
arus lalu lintas yang semakin padat akan menimbulkan penurunan kecepatan
rata-rata pada segmen jalan tambang tersebut, sehingga berdampak terhadap
produktivitas. Di lain sisi, kepadatan arus lalu lintas juga akan membawa
dampak pada aspek keselamatan, dimana pada kondisi arus lalu lintas yang
padat seringkali kendaraan tidak lagi bisa menjaga jarak aman dalam
beriringan, sehingga muncul potensi terjadi kecelakaan tabrak belakang
dengan unit di depannya. Menyikapi kondisi ini, diperlukan kajian lebih lanjut
terkait kinerja arus lalu lintas pada suatu segmen jalan tambang agar
kendaraan senantiasa dapat berjalan beriringan dengan kondisi aman dan
nyaman pada kecepatan yang direncanakan.
Van Rijn (2004) menyampaikan tiga parameter pengukur kinerja arus
lalu lintas adalah kepadatan jalan, kecepatan serta intensitas. Kepadatan arus
lalu lalu lintas adalah lintas didefinisikan sebagai banyaknya unit yang
beroperasi pada suatu panjang segmen jalan tambang. Kendaraan harus saling
beriringan pada jarak aman tertentu, untuk mengantisipasi agar pada saat
berhenti mendadak tidak terjadi insiden tabrak belakang dengan kendaraan
didepannya, karena jarak antar kendaraan cukup. Kecepatan adalah jarak yang
dapat ditempuh suatu kendaraan pada suatu ruas jalan per satuan waktu.
Intensitas adalah banyaknya unit yang melintas pada suatu segmen jalan
dengan panjang tertentu per satuan waktu.
87
Technical Level 2 Road Management
B.1. INTENSITAS
Intensitas arus lalu lintas menurut Ritcher (2009), didefinisikan sebagai
jumlah kendaraan yang lewat pada suatu titik di ruas jalan, atau pada suatu
lajur selama interval waktu tertentu. Dinyatakan dalam kendaraaan per
satuan waktu dengan satuan kendaraan per jam atau kendaraan per hari.
Batas jumlah kendaraan pada suatu penggal segmen jalan pada interval
waktu tertentu dimana kendaraan masih dapat beroperasi optimal biasa
dikenal sebagai Kapasitas Jalan. Kapasitas jalan merupakan batasan arus
kendaraan pada suatu segmen jalan agar senantiasa jalan dapat beroperasi
optimal.
B.2. KECEPATAN
Kecepatan rata-rata menurut Ritcher (2009) didefinisikan untuk
menggambarkan tingkat pergerakan kendaraan yang dinyatakan dalam
jarak tempuh per satuan waktu atau nilai perubahan jarak terhadap waktu.
Setiap segmen jalan akanmemiliki nilai kecepatan yang berbeda-beda, hal
ni terkait perbedaan karakteristik hambatan di masing-masing penggal
segmen jalan tersebut. Perbedaan kondisi geometri badan jalan , kondisi
permukaan serta tingkat kepadatan arus lalu lintas merupakan beberapa
faktor yang mempengaruhi pencapaian kecepatan pada suatu segmen jalan.
88
Technical Level 2 Road Management
merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi
kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat. dengan
lama waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan lalulintas.
Kecepatan alat angkut juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam
operasional penambangan terbuka, sehingga untuk mendapatakan hasil
yang maksimal seringkali dilakukan penetapan target kecepatan rencana
alat angkut. Berdasarkan Komatsu(2007) menjadi acuan mengenai travel
performance unit angkut yang melalui “Travel Performance Curve” untuk
menaksir kelas kemampuan kendaraan terhadap kemiringan jalan,
kecepatan serta Rimpull dan “Brake Performance Curve” untuk
menetapkan posisi kecepatan serta perpindahan gigi maksimum pada
kondisi turunan yang aman.
Pada gambar di atas terlihat salah satu contoh grafik Travel Performace yang
dikeluarkan Handbook Komatsu edisi 28 untuk unit HD 785-7 kondisi
muatan. Sebagai contoh untuk mencari kecepatan ideal dumptruck HD 785-7
dengan muatan penuh dengan kemiringan jalan tambang sebesar 5%
disampaikan
a. Segmen jalan tambang dengan kemiringan 5%, dan permukaan baik pada
kondisi muatan penuh dengan berat total 163 ton, tarik garis vertikal ke bawah
sampai pada perpotongan nilai total resistance pada titik 1,
89
Technical Level 2 Road Management
B.3. KEPADATAN
Kepadatan lalu lintas (traffic density) menurut Ritchers (2009) didefinisikan
sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan tertentu atau
lajur, yang biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan per kilometer.
Kepadatan lalau lintas merupakan parameter utama dalam evaluasi kinerja
kualitas arus lalu lintas jalan, terkait dari jumlah kendaraan maksimum
yang diijinkan melintas pada suatu segmen jalan tambang berdasarkan
kondisi geometri serta kinerja operasional alat angkut yang melintas agar
kendaraan dalam situasi beriringan senantiasa berada dalam kisaran jarak
aman kendaraan beriringan.
Pada suatu operasional penambangan, dalam suatu ruas jalan tambang tidak
hanya dilewati oleh unit produksi (hauler) saja, melainkan juga dilewati oleh
unit maintenance (Grader, compactor), unit inspeksi (Light Vehicle) serta
90
Technical Level 2 Road Management
Kepadatan dikatakan jenuh jikalau jarak antar alat di satu area jalan
yang sama sudah melewati batas aman jarak aman untuk berhenti
(Stop Sight Distance). Stop Sight Distance adalah jarak yang ditempuh
pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah mengetahui
adanya rintangan didepannya.
91
Technical Level 2 Road Management
Sebagai panduannya adalah jarak antar alat 3 s/d 6 detik. Jarak disesuaikan
dengan kecepatan, misalkan kecepatan 40 km/jam berarti jarak aman
adalah 40 meter, sedangkan kecepatan 50km/jam berarti jarak aman adalah
50 meter. Untuk memastikan jarak dapat menggunakan post guide
Perhitungan traffic density berdasarkan jenis material dan grade jalan dapat
dilihat pada bagian Lampiran buku ini. Berikut adalah perhitungan jumlah
maksimum alat angkut HD 785 per satuan jarak pada grade maksimum 8%.
92
Technical Level 2 Road Management
93
Technical Level 2 Road Management
94
Technical Level 2 Road Management
1. Evaluasi geometri :
Evaluasi geometri khususnya pada kemiringan jalan (grade) secara
berkala. Tujuan dilakukan evaluasi kondisi geometri agar kemiringan
grade setiap segman jalan utama termonitor, sehingga dapat dilakukan
perbaikan segera pada segmen jalan yang overgrade.
95
Technical Level 2 Road Management
96
Technical Level 2 Road Management
1. Tujuan :
97
Technical Level 2 Road Management
2. Ruang Lingkup :
a. Penilaian kondisi jalan dilakukan di masing-masing segmen jalan
aktif baik untuk jalan kelas 1 maupun jalan kelas 2,
b. Penilaian dilakukan terhadap setiap jenis kerusakan jalan untuk
masing-masing tingkat kerusakan (severity level),
c. Penilaian URCI seluruh segmen aktif untuk tingkat kerusakan High,
Medium dan Low dilakukan setiap minggu sebagai acuan perbaikan
pekerjaan mingguan dan sebagai potret standar nilai kebaikan
permukaan jalan,
d. Inspeksi kerusakan jalan menggunakan parameter URCI dilakukan
harian untuk tingkat kerusakan High dan medium sebagai kontrol
terhadap rencana mingguan yang dituangkan dalam bentuk daily
work order road maintenance.
98
Technical Level 2 Road Management
99
Technical Level 2 Road Management
Tipikal kerusakan
“ketidaksempurnaan saluran
drainase”
Item Inspeksi : Panjang area
kerusakan “ketidaksempurnaan
saluran drainase” yang terjadi
(m), diukur panjang bagian jalan
yang mengalami kerusakan
“ketidaksempurnaan saluran
drainase”
Tipikal kerusakan
“corrugated”
Item Inspeksi : Luas area
kerusakan “corrugated”
yang terjadi (m²), diukur
panjang serta lebar bagian
jalan yang mengalami
kerusakan “corrugated”.
100
Technical Level 2 Road Management
4) Dustines (Debu)
Pencemaran debu di sepanjang segmen jalan sehingga mengganggu
jarak pandang pengendara.
Medium
High
101
Technical Level 2 Road Management
C
o
n
t
o
h
k
e
rusakan “Potholes”
102
Technical Level 2 Road Management
Tipikal kerusakan
“ruting”
Item Inspeksi : Luas
area kerusakan
“Rutting” yang
terjadi (m²), diukur
panjang serta lebar
bagian jalan yang
mengalami
kerusakan “Rutting”.
103
Technical Level 2 Road Management
Tipikal kerusakan
“loose agregate”
Item Inspeksi :
Luas area
kerusakan “loose
agregate” yang
terjadi (m²), diukur
panjang serta lebar
bagian jalan yang
mengalami
kerusakan
“looseagregate”.
104
Technical Level 2 Road Management
105
Technical Level 2 Road Management
contoh :
- kerusakan jenis gelombang dengan bobot (density) sebesar 5% dan
tingkat kerusakan low
106
Technical Level 2 Road Management
107
Technical Level 2 Road Management
108
Technical Level 2 Road Management
3. Waktu (Time)
- Waktu Perencanaan perbaikan dan pemeliharaan
- Waktu pelaksaan perbaikan dan pemeliharaan
109
Technical Level 2 Road Management
110
Technical Level 2 Road Management
111
Technical Level 2 Road Management
DUMP TIME
(1.00 minutes)
SPOT
TING
TIME
112
Technical Level 2 Road Management
113
Technical Level 2 Road Management
BAB 8
WORKING HOUR EFFECTIVE
A. Definisi Umum
Jam kerja Efektif adalah jam kerja yang digunakan sebuah untuk
kegiatan operasional. Dalam kegiatan penambangan, jam kerja efektif
digunakan dalam perencanaan produksi dimana dipengaruhi oleh tingkat
kesiapan alat untuk bekerja (Phisical Availability) serta pengunaan alat
tersebut untuk bekerja
(Utilization of Availability
Contoh kasus :
bila dalam satu hari, LD 433 mengalami Periodic Service selama 3 jam,
kemudian breakdown tyre selama 1 jam. Sehingga total B/D adalah 4 jam.
Dengan demikian alat tersebut siap bekerja selama 20 jam dan PA nya adalah
(20/24) x 100% = 83,3%.
114
Technical Level 2 Road Management
115
Technical Level 2 Road Management
116
Technical Level 2 Road Management
Contoh kasus :
Plan PA dan UA dari Wheel Loader adalah 95% dan 73%. Berapa WH
Efektif WA terebut selama bulan Maret?
PA 95%, 95% x 24 jam = 22,8 jam (jam Ready Alat selama
sehari)
UA 73%, 73% x 22,8 = 16,64 jam.
Dalam sehari, WH Efektif Wheel Loader tsb adalah 16,64jam dan
selama bulan Maret adalah 16,64 x 31 = 515,964 jam
Rumusan atau cara lain, WH Efektif = PA x UA x SCH Hours,
95% x 73% x 24 jam x 31 = 515,964 jam
117
Technical Level 2 Road Management
BAB 9
KAPASITAS PRODUKSI
A. Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi adalah kemampuan untuk menghasilkan sebuah
produk dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dan dalam jangka
waktu yang telah direncanakan. Dalam aktivitas penambangan, cara paling
sederhana dalam penentuan kapasitas produksi adalah Kemampuan produksi
per jam dikalikan dengan Jam Kerja Efektif.
Contoh, bila produktivitas rata-rata PC adalah 300 ton/jam dan jam kerja nya
20 jam maka produksi PC tersebut adalah 600 ton. Dan bila di rumuskan,
maka :
Contoh kasus :
Rencanakan kapasitas produksi yang dapat dihasilkan oleh 1 unit PC 1250
selama januari s.d Juli 2015 bila Produktivtas rata-rata nya sebesar 650
ton/jam dan PA dari plant adalah 91% !!
Jawab : (Perlu diperhatikan hari kerja dalam penentuan WH Efektif)
Estimasi Perencanaan Produksi WA 600
Data Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Produktivitas 650 650 650 650 650 650 650
PA 91% 91% 91% 91% 91% 91% 91%
UA 75% 75% 78% 80% 85% 85% 85%
n days 30 28 31 30 31 30 29
WH Efektif 491,4 458,64 528,0912 524,16 575,484 556,92 538,356
Produksi 319.410 298.116 343.259 340.704 374.065 361.998 349.931
118
Technical Level 2 Road Management
Contoh :
Plan Produksi bulan januari adalah 500.000 ton
Jarak dari pit to ROM adalah 4,5 km. Berapa PC 1250 yang dibutuhkan
bila produktivitas nya 510 ton/jam
Langkah 1.
Tentukan kapasitas masing-masing alat untuk bulan januari.
Kap.Produksi PC 1250 = Prodvity x WH Efektif
= 510 x 491,4 = 250.614 ton
Dengan demikian, dapat kita setting 2 fleet PC 1250
Dalam hal pemilihan alat, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan :
e. Working Geometri di front loading
f. Geometrik jalan hauling dan Dumping point
g. Biaya Operasional tiap-tiap alat.
119
Technical Level 2 Road Management
BAB 10
OPERATION COST
A. Konsep Umum
Biaya Operasional Hauling adalah total biaya yang dikeluarkan dalam
aktivitas pengangkutan batubara diantaranya biaya pembelian & penyusutan
alat, biaya operasional, biaya repair & miantenance, biaya bunga , gaji
karyawan dll. Untuk memudahkan pembahasan tentang biaya operasional,
konsep Owning & Operating Cost harus dipahami terlebih dahulu.
B. Owning Cost
Adalah biaya kepemilikan alat yang dibebankan akibat dari biaya
pembelian & penyusutan bahkan ketika alat terebut tidak beroperasi.
Komponen dari Owning Cost adalah :
- Depresiasi
Adalah Biaya aus atau biaya penyusutan dari suatu aset
yang besarnya disebar/dibagi sesuai dengan umur asset
tersebut
Aset yang dapat di Depresiasi adalah :
Aset digunakan untuk kegiatan produksi yang menghasilkan
pendapatan (revenue)
Umur aset lebih dari 1 tahun.
Aset mengalami penurunan nilai (rusak, peforma kerja menurun,
dll).
Aset dapat digantikan.
Keterangan
Delivery Price :
biaya pembelian alat termasuk semua biayauntuk mengantarkan
peralatan sampai ke pemakai termasuk biaya transportasi. Dalam hal ini,ban
tidaktermasuk dalam delivery price.
120
Technical Level 2 Road Management
Nilai sisa : Estimasi harga alat setelah masa umur pakai dimana
sangat dipengaruhi oleh jumlah jam kerja, penggunaan alat,
Contoh perhitungan:
Hitung Depresiasi sebuah Wheel Loader (WA-500) bila diketahui data
berikut :
Delivery Price = US$ 460.000
Masa Umur pakai = 5 tahun (asumsi jam kerja per tahun 5000 jam
maka 25.000 jam)
Nilai sisa = 10 % dari delivery price
(Delivery Price – Nilai sisa) : (masa umur pakai)
(US$ 460.000 – US$ 46.000) : (25.000)
16,56 US$/hours
121
Technical Level 2 Road Management
C. Operating Cost
Adalah adalah biaya operasional alat yang diperlukan untuk
mengerjakan suatu aktivitas penambangan. Operating cost muncul bila engine
dari alat terebut telah running. Adapun komponen dari operating cost adalah :
1. Fuel Consumption
Nilainya dapat ditentukan di lapangan atau diprediksi jika aplikasi
peralatan diketahui termasuk kondisi kerja dari alat terebut. Selain itu,
dapat pula kita gunakan tabel data dari pabrik pembuat alat berat.
Contoh :
2. Pelumasan
Seperti halnya dengan fuel consumption, nilai biaya pelumas berikut
filternya didapatkan dari data histotical lapangan atau dari tabel data
dari pabrik pembuat alat berat seperti berikut ini.
122
Technical Level 2 Road Management
3. Tyre
Nilainya tergantung dari umur pakai ban, dan dapat diestimasi dengan
menggunakan tire life estimator curves ataupun Tabel Approximate
Tire Life. Dapat juga digunakan data base yang ada.
4. Undercarriage
Umur pakai undercarriage dipengeruhi oleh beberapa hal yaitu Impact,
Abrassiveness, faktor pengoperasian alat, serta perawtan.
123
Technical Level 2 Road Management
7. Gaji karyawan
Untuk memudahkan perhitungan,gaji karyawan di ubah menjadi US$
per jam.
Dalam perhitungan Operating cost, data yang di dapatkan biasanya
dalam satuan liter per jam. Untuk memudahkan perhitungan, kita ubah
menjadi US$ per jam. Dengan demkian, biaya yang timbul per jam dari
sebuah alat yang bekerja adalah Owning + Operating Cost (OOC)
dikalikan Jam kerja.
Contoh :
untuk pekerjaan road maintenance dalam aktivitas OB removal bila
diketahui data berikut :
1. Menangani 4 fleet PC 2000, dengan produktivitas 800 BCM/jam,
dengan WH 20 jam
2. Panjang jalan yang ditangani adalah 10 km, lebar jalan 30 m
124
Technical Level 2 Road Management
Jawaban :
Produksi PC 2000 (3 fleet) = 3 x 800bcm/jam x 20jam
= 48000 BCM
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
maintenance jalan untuk aktivitas OB removal adalah sebesar 0,125
US$/BCM. Dan dengan mengunakan Activity Based Cost, evaluasi tiap-tiap
aktivitas dalam OB remova; akan lebih mudah.
125
Technical Level 2 Road Management
BAB 11
GEOTEKNIK
Longsoran seperti ini tidak hanya merugikan harta dan benda akan tetapi dapat
mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar.
126
Technical Level 2 Road Management
Bencana Tsunami, ribuan hektar lahan terendam air akibat bencana tsunami.
Kerugian material dan korban jiwa yang sangat besar akibat bencana gempa
dan tsunami.
127
Technical Level 2 Road Management
Tunneling
Pembuatan terowongan (tunneling), umum digunakan pada project
infrastruktur dan underground mining. Agar massa batuan yang dilubangi
dapat bertahan pada kedudukannya, biasanya dipasangi support berupa rock
bolt, steel beam, grouting, shotcrete dsb.
128
Technical Level 2 Road Management
129
Technical Level 2 Road Management
130
Technical Level 2 Road Management
131
Technical Level 2 Road Management
Klasifikasi Tanah
Karena beragamnya komposisi tanah, maka beberapa institusi terutama di
Amerika Serikat mengklasifikasikan tanah dari diameter butirnya seperti :
USDA (United States Department of Agriculture)
AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials)
ASTM (American Society for Testing Materials)
US Army Corps of Engineer
USBR (United States Bureau of Reclamation)
132
Technical Level 2 Road Management
3. Batuan
Adalah mineral padat yang merupakan kumpulan (agregat) kohesif dari
satu atau lebih mineral.
133
Technical Level 2 Road Management
a. Batuan Beku
134
Technical Level 2 Road Management
b. Batuan Sediment
c. Batuan Metamorf
135
Technical Level 2 Road Management
b. Regangan
Efek dari stress yang bekerja pada suatu batuan cenderung akan
menghasilkan deformasi, dalam bentuk perubahan panjang, volume, dan
bentuk. Deformasi biasanya dinyatakan dalam bentuk strain (tanpa
satuan).
136
Technical Level 2 Road Management
c. Tegangan vs regangan.
137
Technical Level 2 Road Management
Hitung
- Tegangan total
- Tegangan air pori
- Tegangan efektif
Untuk masing-masing titik A, B, C dan D.
138
Technical Level 2 Road Management
139
Technical Level 2 Road Management
140
Technical Level 2 Road Management
Triaxial Test
141
Technical Level 2 Road Management
142
Technical Level 2 Road Management
143
Technical Level 2 Road Management
2. Pemantauan Visual
a. Rekahan Tarik
Rekahan tarik akan terjadi jika material lereng telah bergerak kearah
pit
Perpindahan ini tidak dapat dideteksi dari lantai pit →sangat penting
untuk secara reguler menginspeksi crest dari highwall diatas daerah
penambangan aktif
Akses yang aman harus terus dijaga didaerah yang langsung berada
dilokasi penambangan aktif
Inspeksi dengan frekuensi sering mungkin diperlukan selama periode
musim hujan dan setelah peledakan yang besar
b. Scarps
Scarps terjadi jika material telah bergerak kebawah secara vertikal
atau hampir vertikal
Material dan permukaan scraps dapat tidak stabil dan harus dipantau
secara benar
144
Technical Level 2 Road Management
145
Technical Level 2 Road Management
146
Technical Level 2 Road Management
BAB 12
FLDS, FLOR dan GL Superior
A. FLDS (Frontline Leader Development System)
147
Technical Level 2 Road Management
148
Technical Level 2 Road Management
149
Technical Level 2 Road Management
150
Technical Level 2 Road Management
151
Technical Level 2 Road Management
C. GL Superior
152
Technical Level 2 Road Management
153
Technical Level 2 Road Management
154
Technical Level 2 Road Management
155
Intermediate Disposal Management
CATATAN
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Intermediate Disposal Management
CATATAN
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Intermediate Disposal Management
CATATAN
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................