Anda di halaman 1dari 10

ARSITEKTUR VERNACULAR

( JENIS-JENIS SISTEM SAMBUNGAN STRUKTUR PADA BANGUNAN


TRADISIONAL)

OLEH :
NAMA : FRANSISKUS ARMANDO TRI NAIKOFI
NIM : 1806090005
KELAS :A

MK : ARSITEKTUR VERNAKULAR

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG
2020
PENDAHULUAN

Pengertian Struktur

Struktur bangunan adalah susunan atau pengaturan bagian–bagian bangunan yang menerima beban
atau konstruksi utama, tanpa mempermasalahkan tampilan apakah konstruksi tersebut terlihat sebagai
struktur bangunan atau tidak. Secara umum struktur bangunan terdiri atas pondasi, dinding, kolom,
lantai dan kuda–kuda atap (Heinz Frick ,1997).

Sistem Struktur Pada Arsitektur Tradisional

Karakteristik dari bangunan tradisional menurut Triyadi & Harapan (2008) yaitu: adanya pengaruh factor
lingkungan alam (iklim, temperatur, potensi daerah) dan teknologi (termasuk kapasitas SDM) yang
dikuasai masyarakat lokal dalam proses awal membangun (trial and error). Kemampuan ini tidak
dipengaruhi/ didukung prinsip bangunan. Faktor sosial-budaya juga menjadikan bangunan memiliki
karakteristik tertentu dilihat dari segi religi, struktur keluarga dan sistem kekerabatan, serta struktur
sosial masyarakat lokal).

Kerangka sistem bangunan secara umum dipengaruhi 2 (dua) hal yaitu keterkaitan/tautan antar
subsistem dalam sistem (contoh: kuda-kuda pada atap) dan keterkaitan/tautan antar aspek yang
menentukan (join/sambungan) (Triyadi & Harapan, 2008).

Pada arsitektur tradisional umumnya menggunakan struktur sederhana (tiang, soko guru dan balok,
sunduk, kili dan sebagainya) dan stabilitasnya tergantung pada pengalaman empiris, pengetahuan
intuitif, serta mencoba dan meralat yang diwariskan secara turun temurun. Struktur berkaitan erat
dengan pemahaman anatomi bangunan, yang dikategorikan dalam dua kategori, yaitu: substructure
(struktur bawah) dan upperstructure (struktur atas). Konstruksi berhubungan dengan metode, teknik
atau cara, misalnya: mengikat, mengangkat, menyambung dan lain-lain.
PEMBAHASAN

Jenis-jenis system sambungan struktur pada bangunan tradisional

Sub Struktur

Sub struktur atau struktur bagian bawah bangunan adalah berupa landasan utama berdirinya
sebuah bangunan yang dikenal istilah pondasi bangunan yang terdiri dari beberapa jenis.

Pengertian pondasi

Pondasi merupakan bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah. Pondasi
tersebut harus menjamin kestabilan bangunan terhadap berat gedung sendiri, beban berguna
dan gayagayaluar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain. (Heinz Frick dkk, 1998).

Jenis-jenis pondasi

Pondasi Umpak

Pondasi umpak adalah pondasi yang terbuat dari batu, kayu, maupun beton yang dibentuk bulat, lesung,
ataupun kubus. Material tersebut dibuat untuk menopang tiang penyangga di atasnya.

Pondasi umpak biasa digunakan pada warung-warung dan restoran yang bertema lesehan untuk
membuat fasilitas-fasilitas restoran seperti rumah-rumah panggung, gazebo atau saung-saung.

1pondasi umpak
Pondasi tiang tongkat

Pondasi tiang tongkat merupakan pondasi yang khusus diterapkan pada daerah dengan kondisi
permukaan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah. Prinsip kerjanya mirip konstruksi
pelampung, yang memanfaatkan daya tekan ke atas tanah gambut. Pondasi initergolong
pondasi titik atau setempat, dan termasuk jenis pondasi dangkal dan pondasi langsung serta
umumnya digunakan pada sistem lantai panggung. Material utama yang digunakan adalah kayu
kelas I dengan sifat ketahanan terhadap air. Komponen utama konstruksi pondasi terdiri dari 3
bagian, yaitu tiang tongkat, kayu laci dan kayu alas. Dalam proses perencanaan, pondasi
ditempatkan secara merata di seluruh bagian lantai dengan jarak modulasi 1,5 m-2 m.

2tiang pondasi

Upper Struktur

Upper struktur atau struktur atas merupakan bagian konstruksi pada bagian atas bangunan antara lain:
kolom, balok pemikul, rangka atap.

Atap

Prinsip dasar atap sama dengan dinding, yaitu konstruksi yang menjadi selimut bangunan atau penutup
bangunan, yang berfungsi menahan panas dan dingin dari lingkungan luar bangunan, khususnya untuk
daerah tropik lembab. Konstruksi ringan adalah salah satu sistem konstruksi yang berkembang dan
dikenal di daerah tropis, khususnya pada hunian diatas air.

Jenis-jenis atap

Atap pelana

Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan atau rumah di
masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis pertemuan yang disebut
bubungan.
Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena pemeliharaannya mudah
dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas dua bidang miring yang ujung
atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan. Sudut kemiringan antara 30
sampai dengan 45 derajat.

3atap pelana
Atap perisai

Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis bubungan
jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat terdapat dua bidang
berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga.

Bentuk atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang atap miring yang
berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga dengan kemiringan yang biasanya sama.

4atap perisai
Contoh :

Rumah Suku Bajo.

Bangunan rumah tinggal suku bajo yang umumnya berada di pesisir pantai dan berbentuk
rumah panggung. Bangunan ini didirikan dengan struktur utama yaitu berupa kayu berjenis
Posi-posi yang dengan sistem sambungan berupa takikan kayu yang dipaku pada bagian bawah
rumah dan ikatan tali enau pada bagian struktur atap.

5Rumah Panggung Suku Bajo


Bagian dari struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :

1) Tiang

Tiang yang merupakan struktur utama bangunan, ditancapkan langsung ke dalam pasir sedalam
± 50 centimeter. Pola tiang rumah berbentuk grid kubus dengan jarak bentang 5 x 6 meter.
Bangunan ini memiliki dua macam tiang yaitu tiang yang menjadi penyangga kuda-kuda atap
(biasa berukuran panjang ±4m) dan tiang yang menjadi menjadi penyangga tiang lantai (biasa
berukuran panjang ±1,5m).
6Konstruksi Tiang Rumah Suku Bajo
Semua tiang yang digunakan berbahan kayu ( kayu posi-posi sejenis kayu bakau yang tahan
terhadap air laut). Kayu Posi-posi merupakan kayu lokal yang banyak terdapat di daerah
tersebut, diameter kayu yang digunakan untuk tiang adalah sekitar 15-20 cm. Kayu batangan
tersebut langsung digunakan utuh karena jenis kayu tersebut tumbuh lurus tegak sehingga
sangat ideal digunakan sebagai tiang bangunan.

2) Lantai

Tidak ada pola khusus pada pengaturan lantai, struktur lantai tersusun atas batangan kayu utuh
sebagai penopang lantai (berfungsi sebagai penyangga/balok lantai) dan papan kayu digunakan
sebagai penutup bahan lantai, seperti pada gambar 3.5. Balok lantai pertama ditakik dan di
pakukan ke tiang. Balok lantai kedua disusun dengan rapat berjarak ± 40 cm dan dipakukan ke
tiang pertama. Lalu ditutup dengan papan yang di pakukan ke balok kedua. Sebelum papan
digunakan sebagai penutup lantai, masyarakat suku Bajo menggunakan kayu nibong yang
dicacah hingga menjadi datar.

Pohon Nibong sejenis pohon pinang yang banyak tumbuh daerah tersebut, kemudian
masyarakat suku Bajo beralih ke papan yang berasal dari kayu posi-posi.
7Konstruksi Lantai Rumah Suku Bajo
3) Dinding

Bentuk struktur dinding menggunakan batang pohon nibong yang digunakan sebagai bahan
dinding dengan bentuk sambungan ikat. Bahan dinding tersebut telah mengalami perubahan,
sebagai pengganti adalah bahan dari kayu (papan) dengan bentuk sambungan yang
menggunakan paku.

8Konstruksi Dinding Suku Bajo


4) Atap

Untuk Bentuk atap yang digunakan masih berbentuk asli yaitu atap pelana dengan sistem struktur
menggunakan system sambungan ikat. Penutup atap menggunakan bahan rumbia yang dikenal juga
sebagai atap nipah.

9Konstruksi Atap Suku Bajo

10Sistem Struktur Ikat Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai