Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR BANGUNAN

Oleh:
GOKLAS JUFRIANTO SIMANJUNTAK
X DPIB

SMKN 2 PINGGIR
T.A 2022/2023
1. Pengertian Struktur Bangunan

Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu


dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat
fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas
subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-
bagiannya dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur
berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada. Menurut Prof.
Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur-unsur
yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan. Struktur ada struktur atas,
struktur bawah. Struktur mempunyai sifat: Totalitas, Transformatif, Otoregulatif
Struktur bangunan dapat diartikan sebagai elemen-elemen atau bagian yang
merupakan pokok penting berdirinya suatu bangunan seperti adanya atap, dinding,
pondasi, dan sebagainya. Struktur ini nantinya akan melengkapi elemen-elemen
struktur bangunan lain seperti pada bagian interior rumah sehingga membentuk
suatu kesatuan yang indah dan kokoh. Namun, membangun sebuah bangunan
tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Apalagi untuk sebuah bangunan
bertingkat tinggi, sangat diperlukan perencanaan pembangunan dengan struktur
yang baik dan bertitik pada standar yang telah ditetapkan dalam peraturan
pemerintah. Beberapa pilihan jenis material bangunan diantaranya:  baja, beton,
kayu, kaca atau bahan lainnya. Dalambidang ini dipelajari lebih mendalam hal
yang berkaitan denganperencanaan struktur bangunan, jalan, jembatan,
terowongan dari pembangunan pondasi hingga bagunana siap digunakan.
2. Jenis Struktur Bangunan

Secara umum, terdapat dua jenis struktur bangunan yang biasa diketahui
masyarakat, yakni struktur atas dan struktur bawah. Sementara beberapa membagi
ke dalam tiga jenis, dengan tambahan struktur tengah. Keduanya sah saja, karena 
memiliki semua struktur yang diperlukan dalam bangunan. Namun, apa itu
sebenarnya struktur atas dan struktur bawah?

Struktur atas adalah seluruh komponen yang berada di atas tanah. Fungsi
adanya struktur atas adalah sebagai penopang bangunan dengan bentuk
memanjang ke atas seperti rangka, kuda-kuda, dan balok. Sementara struktur
bawah adalah komponen yang bersentuhan langsung dengan permukaan tanah.
Adanya komponen ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan memikul
beban di atasnya. Di bagian ini harus terdapat pondasi dan struktur basement.

3. Komponen Struktur Bangunan

Jika sudah mengetahui dan memahami struktur bangunan, selanjutnya kita


akan belajar komponen yang ada di tiap strukturnya. Komponen ini merupakan
bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk suatu elemen lain. Berikut
komponennya dimulai dari struktur atas lalu struktur bawah.
a. Kolom
Kolom merukan komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi
lateral terkecil melampaui 3 yang digunakan terutama untuk menumpu beban
tekan aksial. Untuk komponen struktur dengan perubahan dimensi lateral, dimensi
lateral terkecil adalah rata-rata dimensi atas dan bawah sisi yang lebih kecil.
Kolom dapat diibaratkan sebagai kerangka manusia. Jika terdapat bagian
yang rusak, maka akan mempengaruhi seluruh ketahanan tubuh. Fungsi kolom
sangat krusial sebagai penerus beban langsung ke pondasi. Kolom
mempertahankan rumah dari tiupan angin kencang, beban dalam bangunan seperti
manusia dan barang-barang, serta pengokoh bangunan agar tak mudah roboh.
Struktur kolom yang kuat tersebut menggunakan bahan besi dan beton, dimana
gabungan kedua material tersebut tahan akan tarikan dan dorongan.
Berdasarkan SNI 2847: 2013, pasal 8.10 dijelaskan bahwa kolom harus
dirancang untuk menahan beban aksial dan beban terfaktor pada semua lantai atau
atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang lantai atau
atap bersebelahan yang ditinjau. Dalam menghitung momen beban gravitasi pada
kolom, diizinkan untuk mengasumsikan ujung jauh kolom yang dibangun
menyatu dengan struktur sebagai terjepit. Tahanan terhadap momen pada setiap
tingkat lantai atau atap harus disediakan dengan mendistribusikan momen di
antara kolom-kolom langsung di atas dan di bawah lantai ditetapkan dalam
proporsi terhadap kekakuan kolom relatif dan kekangan.
Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen
struktur lain yang berhubungan dengan kolom. Umumnya kegagalan atau
keruntuhan komponen desak bersifat mendadak, tanpa diawali dengan tanda
peringatan yang jelas. Oleh karena itu, merencanakan struktur kolom harus
diperhitungkan secara cermat cadangan kekuatan yang lebih tinggi daripada
komponen struktur lainnya.
Kolom tidak hanya menerima beban aksial vertikal tetapi juga momen
lentur, sehingga analisi kolom diperhitungkan untuk menyangga beban aksial
desak dengan eksentrisitas tertentu (Nasution, 2009).
b. Balok
Jika kolom digunakan dengan posisi vertikal ke atas, maka balok diletakkan
dengan posisi tidur. Balok merupakan penguat horizontal yang berfungsi sebagai
dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas.
Pasal 7.13.2, SNI 2847: 2013 menjelaskan balok sepanjang perimeter
struktur harus memiliki tulangan menerus melebihi panjang bentang yang melalui
daerah yang dibatasi oleh tulangan longitudinal pada kolom yang terdiri dari:
1) Paling sedikit seperenam tulangan tarik yang diperlukan untuk momen
negatif di tumpuan, tetapi tidak kurang dari 2 batang tulangan.
2) Paling sedikit seperempat tulangan tarik yang diperlukan untuk momen
positif yang diperlukan di tengah bentang, tetapi tidak kurang dari dua
batang tulangan.
Pada tumpuan yang tidak menerus, tulangan harus diukur untuk
mengembangkan y f pada muka tumpuan menggunakan kait standar atau batang
tulangan ulir berkepala.
c. Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-
beban dari atap. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka
atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup atap sehingga
umumnya berupa susunan balok –balok (dari kayu/bambu/baja) secara vertikal
dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton.
Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,kasau dan reng.
Susunan rangka atap dapat menghasilkan lekukan pada atap (jurai dalam/luar) dan
menciptakan bentuk atap tertentu. Penopang rangka atap adalah balok kayu yang
disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda. Kuda-kuda berada
dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka atap. Sebagai
pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara
kedua kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk mengalirakan beban ke
tanah. Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
1) struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu.
2) kuda-kuda dan rangka kayu.
3) struktur baja konvensional.
4) struktur baja ringan.
d. Plat lantai
Plat lantai biasa disebut dengan lantai tingkat yang letaknya tidak berada di
atas tanah langsung. Plat lantai biasanya disusun dari balok-balok yang bertumpu
pada kolom struktur bangunan. Bahan plat lantai pun bermacam-macam mulai
dari kayu, beton, dan kayu semen. Sementara sistem plat lantai ada dua yakni plat
satu sistem dan plat dua arah.
1) Pelat 1 arah.
Struktur pelat yang mempunyai satu sisi yang pendek dan sisi yang lain
panjang, masuk kepada kategori pelat satu arah. Sistem pelat ini bila
ditumpu pada dua ujungnya disebut pelat sederhana.apabila pelat
ditumpu pada sisi memanjangnya pada lebih dari dua tumpuan, sistem
pelat tersebut merupakan pelat menerus.
2) Pelat 2 arah.
Pelat dua arah merupakan panel beton bertulang yang perbandingan
antara panjang dal lebarnya lebih kecil dari 2 (Nasution, 2009). Pada
pelat dua arah, tipe-tipe tumpuan pada keempat sisinya menetukan
perhitungan momen lentur pada setiap arahnya. Tumpuan pada setiap sisi
bisa merupakan tumpuan bebas (tidak ditumpu), sendi elastis atau terjepit
penuh (Budiadi, 2008). Bila slab dua arah tanpa balok ditujukan sebagai
bagian dari sistem penahan gaya gempa, defleksi lateral yang dihasilkan
dari beban lateral terfaktor diijinkan untuk dihitung menggunakan
analisis linier.
e. Tangga
Tangga merupakan penghubung antara lantai satu dengan lainnya. Tangga
biasanya terdiri dari komponen berupa plat, borders, dan anak tangga. Tangga
juga memiliki beberapa tipe yakni tangga membentang horizontal, tangga spiral,
tangga melayang, dan tangga terjepit sebelah yang bertumpuk pada balok tengah.  
f. Pondasi
Pondasi hampir diketahui oleh masyarakat umum. Bagian yang langsung
bertumpu dengan tanah ini jadi penyangga struktur bangunan di atasnya. Pondasi
memang dibuat untuk menahan dari gempa, tekanan angin, dan kegiatan metafisik
lain yang mampu menyebabkan kerusakan pada bangunan. Pondasi sendiri terbagi
menjadi tiga jenis yakni pondasi dalam, pondasi dangkal, dan sumuran.
Pondasi merupakan bagian bangunan (bawah) yang menghubungkan
bangunan/ gedung dengan tanah. Pondasi berfungsi meneruskan beban-beban dari
semua unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke dasar/ lapisan tanah.
Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kestabilan bangunan terhadap beban berat sendiri, beban bangunan, dan gaya-gaya
luar seperti tekanan angina, gempa bumi dan lain-lain.
g. Galian tanah
Galian tanah nantinya akan terhubung langsung dengan bagian-bagian yang
penting di tanah seperti adanya bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar
pohon. Jika pada galian terdapat saluran air, pipa pembuangan, kabel listrik,
telepon, maka secepatnya dilaporkan pada pihak yang berwenang. Pengerjaan
bagian ini biasanya diserahkan ke bagian kontraktor karena segala kerusakan yang
terjadi pada pengerjaan galian tanah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
h. Struktur basement
Komponen ini biasanya digunakan pada lahan yang terbatas. Sangat penting
untuk merencanakan beban dan metode galian untuk menghindari masalah yang
timbul saat pelaksanaan pembuatan seperti penurunan permukaan tanah.
i. Dinding
Dinding adalah bagian bangunan yang terletak di bagian atas sloof dimana
dinding berfungsi sebagai penutup bagaian badan bangunan, penyekat antar
ruangan, sebagai elemen estetika / keindahan bangunan bahkan sebagai elemen
pemikul konstruksi bagian bangunan lain yang ada diatasnya dan meneruskannya
ke balok sloof.
Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi
suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong
struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan,
atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama
dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta
dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan
langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca.
Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta
dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding
penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat
berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.
Jenis dinding :
a. Dinding Partisi : Dinding ringan yang memisahkan antar ruang dalam.
Terbuat dari gypsum, fiber, tripleks atau Duplex.
b. Dinding Pembatas : Untung menandakan batas lahan. Atau bisa disebut
dinding Privasi.
c. Dinding Penahan : Digunakan pada tanah yang berkontur dan dibutuhkan
struktur tambahan untuk menahan tekanan tanah.
d. Dinding Struktural : Untuk menopang atap dan sama sekalitidak
menggunakan cor beton untuk kolom. Konstruksinya 100% mengandalkan
pasangan batubata dan semen.
e. Dinding Non-Struktural : Dinding yang tidak menopang beban, hanya
sebagai pembatas apabila dinding di robohkan, maka bangunan tetap berdiri.
beberapa material dinding non-struktural

4. Pembebanan
Pembebanan pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang
terpenting dalam perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan
beban atau penerapan beban pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan
yang fatal pada hasil desain bangunan tersebut. Untuk itu sangat penting bagi kita
untuk merencanakan pembebanan pada struktur bangunan dengan sangat teliti
agar bangunan yang didesain tersebut nantinya akan aman pada saat dibangun dan
digunakan.
Berikut adalah beban-beban struktural yang diperhitungkan dalam
merencanakan struktur bangunan. Berdasarkan SNI 1727: 2013 tentang Beban
Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Beban mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon,tangga, dinding partisi tetap,
finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan structural lainnya, serta
peralatan layan terpasang lainnya termasuk berat keran.
b. Beban hidup
Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh pengguna dan
penghuni bangunan gedung, atau struktur lain yang tidak termasuk beban
konstruksi dan beban lingkungan, serta beban angina, beban hujan, beban gempa,
beban banjir, atau beban mati.

5. Pembebanan Gempa
Beban gempa merupakan beban yang diakibatkan oleh adanya pergerakan
tanah di bawah struktur suatu gedung atau bangunan. Akibat pergerakan tanah,
struktur atas akan bergoyang. Goyangan tersebut dimodelkan sebagai beban
horizontal terhadap struktur atas gedung atau bangunan, kemudian diformulasikan
sebagai beban gempa rencana.
Bila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, analisis rencana
struktur atas dan struktur bawah dapat dilakukan secara terpisah (Pamungkas &
Harianti, 2013).
Untuk bangunan yang tidak lebih dari 40 m, analisis struktur akibat seismik/
gempa dapat dilakukan dengan metode beban gempa statik ekivalen, dengan
memperhatikan kondisi tanah struktur bangunan tersebut. Sementara, untuk
bangunan yang lebih tinggi dari 40 m, analisi bebab seismik statik ekivalen perlu
diverifikasi dengan analisis dinamik. Bagi analisis dinamik, getaran alami struktur
f, periode T, distribusi gaya-gaya lateral F dan koefisien tanggapan gempa
(seismic response coefficient) Cs menjadi perhatian analisis tanggap struktur.
Kriteria rencana gempa berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Probabilitas terjadinya
b. Karakteristik gerakan tanah
c. Sifat deformasi struktur
d. Perilaku bahan bangunan menerima regangan bolak-balik
e. Tingkat kegagalan bangunan yang dapat ditoleransi
f. Biaya perbaikan kerusakan dibandingkan dengan biaya perencanaan sistem
tahan gempa.
Faktor penting dalam perencanaan tahan gempa yang perluh diperhatikan
sebagai berikut:
a. Peraturan adalah spesifikasi minimum yang harus dipenuhi dalam
perencanaan.
b. Rincian gambar kerja mengenai sambungan, sambungan lewatan, baut harus
benar-benar dirancang.
c. Kekokohan struktur harus terjamin.
d. Daktilitas elemen merupakan indikator dari pencegahan kehancuran
mendadak.
e. Secara umum, gempa menengah seharusnya menimbulkan tanggap elastis,
sedangkan gempa kuat harus dicegah untuk kegagalan struktur. Pada
kondisi inelastik (terbentuknya sendi-sendi plastis) struktur, harus
direkayasa terjadinya sendi pada balok atau bracing bukan di kolom.
f. Jika ada beban dengan sifat bolak-balik, rencanakan penempatan tulangan
dengan baik, terutama pada balok prategang.
g. Tanah fondasi seperti tanah timbunan, lereng, tanah lunak mempengaruhi
tanggap struktur.
h. Perlunya pengawasan bagi pelaksanaan supaya terlaksana rencana gambar
kerja dan terpenuhinya kualitas bahan.
i. Jarak bangunan harus dijaga supaya tidak terjadi tumbukan.
j. Jaga sifat simetri struktur.
k. Kurangi masa jika mungkin.
l. Rencana beban kerja benar-benar sesuai menurut peraturan (Nasution,
2009).

Anda mungkin juga menyukai