Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ILMIAH

STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN (SKB) IV


Sistem struktur bangunan bertingkat

Dosen Koordinator:
Fredyantoni F. Anji, ST., MT.
(19790909 200501 1 002)

KELOMPOK 5
1. Obet Nego Saragih (DBB118022)
2. Cecilia Putri Utami (193010502007)
3. Holong Hartaro Siahaan (DBB 118 051)
4. Helsa Felia M.S (193030502050)
5. Lina Yolanda (193010502004)
6. Rahmat Perdana (DBB 118 015)
7. Edo Simarmata (DBB 117 037)
8. Josua Silalahi (193020502032)
9. Wilhelmus Telaumbanua (193020502030)
10. Dico Elfredo Purba (193020502035)

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara harfiah, struktur bangunan dapat diartikan sebagai bagian-bagian yang


membentuk berdirinya sebuah bangunan, mulai dari pondasi, sloof, dinding, kolom, ring,
kuda-kuda, hingga atap. Fungsi utama dari struktur bangunan sebenarnya untuk mendukung
keberadaan elemen-elemen konstruksi lain, seperti, tampak, interior, dan arsitektur bangunan,
hingga membentuk suatu kesatuan.Oleh karenanya, meski memiliki tujuan yang sama,
elemen-elemen yang terkandung pada struktur bangunan memiliki fungsi dan kegunaannya
masing-masing. Struktur bangunan merupakan komponen utama yang menunjang berdirinya
suatu bangunan. Struktur bangunan gedung terdiri dari komponen-komponen diatas tanah dan
komponen-komponen di bawah yang direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
menyalurkan beban ke tanah dasar. Konstruksi dari sebuah bangunan merupakan kebutuhan
dasar manusia, dimana tingkat kebutuhan tersebut terus meningkat sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi. Konstruksi bangunan pada saat ini merupakan suatu
objek yang kompleks, dimana didalam bangunan tersebut diperlukan perhitungan dan analisa
yang cermat serta pertimbangan tertentu yang akan menghasilkan suatu bangunan yang
memenuhi syarat kokoh, ekonomis maupun estetika.
Pada umumnya, struktur bangunan sendiri terdiri atas dua jenis, yakni struktur bawah
(lower structure) dan struktur atas (upper structure). Selain membaginya ke dalam dua jenis,
ada pula orang yang membagi struktur bangunan ke dalam tiga jenis, di antaranya struktur
bawah, struktur atas, dan struktur tengah. Struktur bawah merupakan bagian-bagian
bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah, contohnya seperti pondasi, sloof, dan
lain-lain. Sedang struktur atas, berfungsi sebagai penopang atap dan berbentuk memanjang ke
atas. Contoh struktur ini adalah pondasi, rangka, serta kuda-kuda. Berbeda dengan struktur
tengah, struktur tengah sendiri letaknya berada di antara tanah dan atap, seperti dinding,
kolom, dan juga ring. Lantas pernyataan mana yang benar, dua jenis atau tiga jenis?
Keduanya tidak salah, hanya saja yang satu dikelompokkan ke dalam tiga jenis, sedang yang
satunya hanya dua. Terlebih, keduanya juga memiliki komponen yang sama. Komponen
Struktur Bangunan
1. Kolom

Kolom dapat dikatakan sebagai komponen yang cukup penting bagi ketahanan suatu
bangunan. Pasalnya, jika kolom pada bangunan runtuh, maka seluruh komponen yang
terdapat pada bangunan juga runtuh.

Struktur bangunan pada kolom sendiri terbuat dari besi dan beton. Kedua material ini
memungkinkan kolom atau bagian struktur lain, seperti sloof dan balok mampu menahan
gaya tekan dan tarik bangunan.

2. Balok

Tak kalah dengan kolom, fungsi balok pada struktur bangunan juga cukup krusial,
yakni sebagai rangka penguat horizontal. Balok digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas.

3. Tangga

Seperti yang kita ketahui bersama, tangga merupakan komponen struktur rumah yang
berguna menghubungkan lantai satu ruangan dengan lantai di atasnya. Terdapat beberapa
macam tipe tangga, seperti tangga membentang horizontal, tangga membentang memanjang,
cantilever stairs yang bertumpuk oleh balok tengah, tangga spiral, dan tangga melayang.

4. Plat

Plat lantai dan lantai biasa adalah dua hal yang berbeda, plat lantai tidak terletak di
atas tanah secara langsung, atau dapat dikatakan sebagai lantai tingkat. Biasanya, plat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom struktur bangunan. Bahan plat lantai
juga bermacam-macam, mulai dari kayu, beton, hingga kayu semen (yumen).

5. Atap

Atap merupakan komponen terpenting yang harus dimiliki sebuah bangunan, apalagi
jika bangunan yang dibangun diperuntukan sebagai tempat tinggal, atap akan melindungi kita
dari sinar matahari dan hujan. Pada umumnya, material yang dipakai sebagai penopang
rangka atap adalah balok kayu atau baja. Material ini kemudian disusun hingga membentuk
segitiga dan disebut sebagai kuda-kuda.

6. Kuda-Kuda
Ya, kuda-kuda sendiri berperan sebagai penyangga utama pada struktur atap. Kuda-
kuda umumnya terbuat dari kayu (12 meter), bambu (10 meter), baja (75 meter), dan beton
bertulang (10-12 meter).

7. Pondasi

Jika berbicara struktur bangunan, agaknya kurang pas jika kita tidak membahas soal
pondasi bangunan. Secara umum, pondasi diartikan sebagai bagian bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah. Sehingga, fungsi dari pondasi sendiri bisa dikatakan
sebagai penahan beban bagian bangunan lain yang terdapat di atasnya. Selain itu, pondasi
juga dibuat tahan akan tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain.

8. Galian Tanah

Pelaksanaan galian tanah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Di sini,


kontraktor arus memperhatikan lubang-lubang galian pondasi agar terbebas dari longsoran-
longsoran tanah. Selain itu, penggalian tanah juga harus memperhatikan ukuran dalam, lebar,
serta sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar.

9. Struktur Basement

Pada struktur bangunan, basement difungsikan sebagai cara dalam mengatasi keterbatasan
lahan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan galian basement adalah beban
dan metode galian. Metode galian struktur basement sendiri dibagi atas beberapa macam,
seperti open cut, cantilever, angker, dan strut.

https://www.99.co/id/panduan/seluk-beluk-struktur-bangunan#:~:text=Secara%20harfiah
%2C%20struktur%20bangunan%20dapat,kuda%2Dkuda%2C%20hingga%20atap.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penulisan Pengaruh pemilihan sistem struktur disusun tehadap bangunan bertingkat,


agar bangunan bertingkat bisa kokoh sebagaimana mestinya.

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Memberi kesempatan dan kemampuan mahasiswa untuk membuat laporan ilmiah

2. Membantu mahasiswa memahami tentang pemilihan struktur terhadap bangunan


bertingkat.
3. Membantu mahasiswa mengetahui sistem struktur bangunan.

4. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan dan mengembangkan


pembahasan dari pengaruh pemilihan struktur terhadap bangunan bertingkat.

5. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk berlatih dan mempresentasikan laporan


ilmiah yang telah di buat.

6. Agar mahasiswa memahami tentang pemilihan struktur terhadap bangunan bertingkat

7. Agar mahasiswa mengetahui sistem struktur bangunan

BAB II

PEMBAHASAN

Klasifikasi Struktur

Untuk dapat memahami suatu bidang ilmu termasuk struktur bangunan,maka


pengetahuan tentang bagaimana kelompok-kelompok dalam struktur dibedakan, diurutkan,
dan dinamakan secara sistematis sangat diperlukan. Pengetahuan tentang kriteria dan
kemungkinan hubungan dari bentuk-bentuk menjadi dasar untuk mengklasifikasikan struktur
bangunan. Metode umum yang sering digunakan adalah mengklasifikasikan elemen struktur
dan sistemnya menurut bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi,

Klasifikasi struktur berdasarkan geometri atau bentuk dasarnya:

• Elemen garis atau elemen yang disusun dari elemen-elemen garis, adalah klasifikasi
elemen yang panjang dan langsing dengan potongan melintangnya lebih kecil dibandingkan
ukuran panjangnya. Elemen garis dapat dibedakan atas garis lurus dan garis lengkung.

• Elemen permukaan adalah klasifikasi elemen yang ketebalannya lebih kecil dibandingkan
ukuran panjangnya. Elemen permukaan, dapat berupa datar atau lengkung. Elemen
permukaan lengkung bisa berupa lengkung tunggal ataupun lengkung ganda Klasifikasi
struktur berdasarkan

karakteristik kekakuannya elemennya:


• Elemen kaku, biasanya sebagai batang yang tidak mengalami perubahan bentuk yang
cukup besar apabila mengalami gaya akibat beban-beban.

• Elemen tidak kaku atau fleksibel, misalnya kabel yang cenderung berubah menjadi bentuk
tertentu pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk struktur ini dapat berubah drastis sesuai
perubahan pembebanannya. Struktur fleksibel akan mempertahankan keutuhan fisiknya
meskipun bentuknya berubah-ubah.

Berdasarkan susunan elemen, dibedakan menjadi

• Sistem satu arah, dengan mekanisme transfer beban dari struktur untuk menyalurkan ke
tanah merupakan aksi satu arah saja. Sebuah balok yang terbentang pada dua titik tumpuan
adalah contoh sistem satu arah.

• Sistem dua arah, dengan dua elemen bersilangan yang terletak di atas dua titik tumpuan dan
tidak terletak di atas garis yang sama. Suatu pelat bujur sangkar datar yang kaku dan terletak
di atas tumpuan pada tepi-tepinya

Berdasarkan material pembentuknya, dibedakan:

• Struktur kayu

• Struktur baja

• Struktur beton

Elemen-elemen Utama Struktur

Elemen-elemen struktur utama dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu:

• Elemen kaku yang umum digunakan: balok, kolom, pelengkung, pelat datar, pelat
berkelengkungan tunggal dan cangkang.

• Elemen tidak kaku atau fleksibel: kabel, membran atau bidang berpelengkung tunggal
maupun ganda.

• Elemen-elemen yang merupakan rangkaian dari elemen-elemen tunggal: rangka, rangka


batang, kubah, dan jaring.

a) Balok dan kolom


Kolom Struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horisontal di atas
elemen kaku vertikal. Elemen horisontal (balok) memikul beban yang bekerja secara
transversal dari panjangnya dan menyalurkan beban tersebut ke elemen vertikal (kolom)
yang menumpunya. Kolom dibebani secara aksial oleh balok, dan akan menyalurkan
beban tersebut ke tanah. Balok akan melentur sebagai akibat dari beban yang bekerja
secara transversal, sehingga balok sering disebut memikul beban secara melentur. Kolom
tidak melentur ataupun melendut karena pada umumnya mengalami gaya aksial saja.
Pada suatu bangunan struktur balok dapat merupakan balok tunggal di atas tumpuan
sederhana ataupun balok menerus. Pada umumnya balok menerus merupakan struktur
yang lebih menguntungkan dibanding balok bentangan tunggal di atas dua tumpuan
sederhana.

b) Rangka

Struktur rangka secara sederhana sama dengan jenis balok-tiang (post-and-beam),


tetapi dengan aksi struktural yang berbeda karena adanya titik hubung kaku antar elemen
vertikal dan elemen horisontalnya. Kekakuan titik hubung ini memberi kestabilan
terhadap gaya lateral. Pada sistem rangka ini, balok maupun kolom akan melentur sebagai
akibat adanya aksi beban pada struktur. Pada struktur rangka panjang setiap elemen
terbatas, sehingga biasanya akan dibuat dengan pola berulang.
c) Rangka Batang

Rangka batang (trusses) adalah struktur yang dibuat dengan menyusun elemen
linier berbentuk batang-batang yang relatif pendek dan lurus menjadi pola-pola
segitiga. Rangka batang yang terdiri atas elemenelemen diskrit akan melendut secara
keseluruhan apabila mengalami pembebanan seperti halnya balok yang terbebani
transversal. Setiap elemen batangnya tidak melentur tetapi hanya akan mengalami gaya
tarik atau tekan saja.

d)Pelengkung

adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang melengkung dan
membentang antara dua titik. Struktur ini umumnya terdiri atas potongan-potongan kecil
yang mempertahankan posisinya akibat adanya pembebanan. Bentuk lengkung dan
perilaku beban merupakan hal pokon yang menentukan apakah struktur tersebut stabil
atau tidak. Kekuatan struktur tergantung dari bahan penyusunnya serta beban yang akan
bekerja padanya. Contoh struktur pelengkung adalah pelengkung yang dibentuk dari
susunan bata. Bentuk struktur pelengkung yang banyak digunakan pada bangunan
modern adalah pelengkung kaku (rigid arch). Struktur ini hampir sama dengan
pelengkung bata tetapi terbuat dari material kaku. Struktur pelengkung kaku dapat
menahan beban aksial lebih baik tanpa terjadi lendutan atau bengkokan pada elemen
strukturnya, jika dibandingkan dengan pelengkung bata.
e.) Dinding dan Plat

Pelat datar dan dinding adalah struktur kaku pembentuk permukaan. Suatu dinding
pemikul beban dapat memikul beban baik beban yang bekerja dalam arah vertikal
maupun beban lateral seperti beban angin maupun gempa. Jika struktur dinding terbuat
dari susunan material kecil seperti bata, maka kekuatan terhadap beban dalam arah tegak
lurus menjadi sangat terbatas. Struktur pelat datar digunakan secara horisontal dan
memikul beban sebagai lentur dan meneruskannya ke tumpuan. Struktur pelat dapat
terbuat dari beton bertulang ataupun baja. Pelat horisontal dapat dibuat dengan pola
susunan elemen garis yang kaku dan pendek, dan bentuk segitiga tiga dimensi digunakan
untuk memperoleh kekakuan yang lebih baik. Struktur pelat dapat berupa pelat lipat
(folded plate) yang merupakan pelat kaku, sempit, panjang, yang digabungkan di
sepanjang sisi panjangnya dan digunakan dengan bentang horisontal.

f) Cangkang silindrikal dan terowongan

Cangkang silindrikal dan terowongan merupakan jenis struktur pelatsatu-


kelengkungan. Struktur cangkang memiliki bentang longitudinal dan kelengkungannya
tegak lurus terhadap diameter bentang. Struktur cangkang yang cukup panjang akan
berperilaku sebagai balok dengan penampang melintang adalah kelengkungannya. Bentuk
struktur cangkang ini harus terbuat dari material kaku seperti beton bertulang atau baja.
Terowongan adalah struktur berpelengkung tunggal yang membentang pada arah
transversal. Terowongan dapat dipandang sebagai pelengkung menerus.

g) Kubah dan Cangkang Bola


Kubah dan cangkang bola merupakan bentuk struktur berkelengkungan ganda. Bentuk
kubah dan cangkang dapat dipandang sebagai bentuk lengkungan yang diputar.
Umumnya dibentuk dari material kaku seperti beton bertulang, tetapi dapat pula dibuat
dari tumpukan bata. Kubah dan cangkang bola adalah struktur yang sangat efisien yang
digunakan pada bentang besar, dengan penggunaan material yang relatif sedikit. Struktur
bantuk kubah dapat juga dibuat dari elemen-elemen garis, kaku, pendek dengan pola yang
berulang, contohnya adalah kubah geodesik.

h) Kabel

Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuk struktur kabel tergantung dari basar
dan perilaku beban yang bekerja padanya. Struktur kabel yang ditarik pada kedua
ujungnya, berbentuk lurus saja disebut tierod. Jika pada bentangan kabel terdapat beban
titik eksternal maka bentuk kabel akan berupa segmen-segmen garis. Jika beban yang
dipikul adalah beban terbagi merata, maka kabel akan berbentuk lengkungan, sedangkan
berat sendiri struktur kabel akan menyebabkan bentuk lengkung yang disebut catenary-
curve.
i) Membran, Tenda dan Jaring

Membran adalah lembaran tipis dan fleksibel. Tenda biasanya dibentuk dari
permukaan membran. Bentuk strukturnya dapat berbentuk sederhana maupun kompleks
dengan menggunakan membran-membran. Untuk permukaan dengan kelengkungan
ganda seperti permukaan bola, permukaan aktual harus tersusun dari segmen-segmen
yang jauh lebih kecil karena umumnya membran hanya tersedia dalam bentuk
lembaranlembaran datar. Membran fleksibel yang dipakai pada permukaan dengan
menggantungkan pada sisi cembung berarah ke bawah, atau jika berarah keatas harus
ditambahkan mekanisme tertentu agar bentuknya dapat tetap. Mekanisme lain adalah
dengan menarik membran agar mempunyai bentuk tertentu. Jaring adalah permukaan
tiga dimensi yang terbuat dari sekumpulan kabel lengkung yang melintang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur


1. Kriteria desain struktur
Untuk melakukan desain dan analisis struktur perlu ditetapkan kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan bahwa struktur sesuai dengan manfaat penggunaannya.
Beberapa kriteria desain struktur:
 Kemampuan layan (serviceability)
Struktur harus mampu memikul beban rancangan secara aman, tanpa kelebihan
tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi dalam batas yang
diizinkan. Kemampuan layan meliputi:
 Efisiensi
Kriteria efisiensi mencakup tujuan untuk mendesain struktur yang relatif lebih
ekonomis. Indikator yang sering digunakan pada kriteria ini adalah jumlah
material yang diperlukan untuk memikul beban. Setiap sistem struktur dapat
memerlukan material yang berbeda untuk memberikan kemampuan layan struktur
yang sama. Penggunaan volume yang minimum sebagai kriteria merupakan
konsep yang penting bagi arsitek maupun perencana struktur.
 Konstruksi
Tinjauan konstruksi juga akan mempengaruhi pilihan struktural. Konstruksi
merupakan kegiatan perakitan elemen-elemen atau materialmaterial struktur.
Konstruksi akan efisien apabila materialnya mudah dibuat dan dirakit. Kriteria
konstruksi sangat luas mencakup tinjauan tentang cara atau metode untuk
melaksanakan struktur bangunan, serta jenis dan alat yang diperlukan dan waktu
penyelesaian. Pada umumnya perakitan dengan bagian-bagian yang bentuk dan
ukurannya mudah dikerjakan dengan peralatan konstruksi yang ada merupakan
hal yang dikehendaki.
 Ekonomis
Harga merupakan faktor yang menentukan pemilihan struktur. Konsep harga
berkaitan dengan efisiensi bahan dan kemudahan pelaksanaannya. Harga total
seuatu struktur sangat bergantung pada banyak dan harga material yang
digunakan, serta biaya tenaga kerja pelaksana konstruksi, serta biaya peralatan
yang diperlukan selama pelaksanaan.
 Lain-lain
Selain faktor yang dapat diukur seperti kriteria sebelumnya, kriteria relatif yang
lebih subyektif juga akan menentukan pemilihan struktur. Peran struktur untuk
menunjang tampilan dan estetika oleh perancang atau arsitek bangunan termasuk
faktor yang juga sangat penting dalam pertimbangan struktur.

2. Pembebanan pada Struktur


Dalam melakukan analisis desain suatu struktur, perlu ada gambaran yang jelas
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur.
a) Gaya-gaya Statis
Gaya-gaya statis pada umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban mati, beban
hidup, dan beban akibat penurunan atau efek termal.
Beban Mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur
dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat
mekanis, partisi yang dapat dipindahkan, adalah beban mati. Berat eksak elemen-
elemen ini pada umumnya diketahui atau dapat dengan mudah ditentukan dengan
derajat ketelitian cukup tinggi. Semua metode untuk menghitung beban mati
suatu elemen adalah didasarkan atas peninjauan berat satuan material yang
terlihat dan berdasarkan volume elemen tersebut.
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk
suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindahpindah, beban hidup
masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur. Beban
penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk ke dalam
beban penggunaan adalah berat manusia, perabot, barang yang disimpan, dan
sebagainya
b) Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau
dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan ber-ubah bentuk
menjadi energi potensial yang berupa tekanan atau isapan pada struktur. Besar
tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angin pada suatu titik akan bergantung
pada kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada struktur,
perilaku permukaan struktur, bentuk geometris, dimensi dan orientasi struktur.

c) Beban Gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada
kerak bumi. Kejutan yang berkaitan dengan benturan tersebut akan menjalar
dalam bentuk gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan bumi dan
bangunan di atasnya bergetar.
Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena
adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari
gerakan. Gaya yang timbul ini disebut gaya inersia. Besar gaya-gaya tersebut
bergantung pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling
utama karena gaya tersebut melibatkan inersia. Faktor lain adalah cara massa
tersebut terdistribusi, kekakuan struktur, kekakuan tanah, jenis pondasi, adanya
mekanisme redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar getaran itu
sendiri. Perilaku dan besar getaran merupakan aspek yang sulit ditentukan secara
tepat karena sifatnya yang acak (random), sekalipun kadang kala dapat ditentukan
juga. Gerakan yang diakibatkan tersebut berperilaku tiga dimensi. Gerakan tanah
horisontal biasanya merupakan yang terpenting dalam tinjauan desain struktural.
Massa dan kekakuan struktur, yang juga periode alami dari getaran yang
berkaitan, merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi respons keseluruhan
struktur terhadap gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai
akibat dari gerakan tersebut. Salah satu cara untuk memahami fenomena respons
yang terlihat dapat diperhatikan terlebih dahulu bagaimana suatu struktur kaku
memberikan respons terhadap getaran sederhana gedung. Strukturnya cukup
fleksibel, seperti yang umumnya terdapat pada semua struktur gedung.

d) Kombinasi Pembebanan
Pada setiap sistem struktur terdapat berbagai jenis beban yang bekerja. Hal
yang penting dalam menentukan beban desain adalah apakah semua beban
tersebut bekerja secara simultan atau tidak. Perlu diperhatikan sekali lagi bahwa
beban mati selalu terdapat pada struktur, sedangkan yang selalu berubah-ubah
harganya adalah besar beban hidup dan kombinasi beban hidup.
Struktur dapat dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang
bekerja secara simultan, tetapi model struktur yang demikian, akan berkekuatan
sangat berlebihan untuk kombinasi beban yang secara aktual mungkin terjadi
selama umur struktur. Berkenaan dengan hal ini, banyak peraturan atau
rekomendasi mengenai reduksi beban desain apabila ada kombinasi beban
tertentu.
Untuk beban penggunaan pada gedung bertingkat banyak, sangat tidak
mungkin semua lantai secara simultan memikul beban penggunaan maksimum.
Oleh sebab itu ada reduksi yang diizinkan dalam beban desain untuk
merencanakan elemen struktur dengan memperhatikan efek kombinasi dan beban
hidup dari banyak lantai.

https://mirror.unpad.ac.id/bse/Kurikulum_2006/11_SMK/kelas11_SMK_teknik-struktur-
bangunan_Dian.p
2.1. Konsep Pemilihan Struktur

Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya :

1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur)

Aspek ini merupakan aspek yang harus dipenuhi karena berhubungan dengan besarnya
kekuatan dan kekakuan struktur dalam menerima beban-beban yang bekerja, baik beban
vertikal maupun beban horizontal.

2. Aspek arsitektural dan ruang

Aspek ini berkaitan dengan denah dan bentuk gedung yang diharapkan memiliki nilai estetika
dan fungsi ruang yang optimal yang nantinya berkaitan dengan dimensi dari elemen struktur.

3. Aspek pelaksanaan dan biaya

Meliputi jumlah pembiayaan yang diperlukan agar dalam proses pelaksanaannya perencana
dapat memberikan alternatif rencana yang relatif murah dan memenuhi aspek mekanika,
arsitektural, dan fungsionalnya.

4. Aspek perawatan gedung

Aspek berhubungan dengan kemampuan owner untuk mempertahankan gedung dari


kerusakan yang terjadi.

Dalam pemilihan struktur bawah harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Keadaan tanah pondasi

Keadaan tanah ini berhubungan dengan pemilihan tipe pondasi yang sesuai, yaitu jenis tanah,
daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras.

2. Batasan akibat struktur di atasnya

Keadaan struktur sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi, yaitu kondisi beban dari
struktur diatasnya (besar beban, arah beban, penyebaran beban).

3. Keadaan lingkungan disekitarnya

Meliputi: lokasi proyek, dimana pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu atau
membahayakan bangunan dan lingkungan di sekitarnya.
4. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan

Pekerjaan pondasi harus mempertimbangkan biaya dan waktu pelaksanaannya sehingga


proyek dapat dilaksanakan dengan ekonomis dan memenuhi faktor keamanan. Pelaksanaan
juga harus memenuhi waktu yang relatif singkat agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien.

2.2 Kriteria Dasar Perancangan

Beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Material struktur

Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu:

a. Struktur kayu

Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup, kelemahan dari material ini
adalah tidak tahan terhadap api, dan adanya bahaya pelapukan. Oleh karena itu material ini
hanya digunakan pada bangunan tingkat rendah.

b. Struktur baja

Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi karena material baja
mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi bila dibandingkan dengan material-
material struktur yang lain

Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai
berikut:

Baja

• Tulangan Utama fy = 400 Mpa

• Tulangan Geser fy = 240 Mpa

• Baja Profil fy = 240 Mpa

c. Struktur beton
Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah sampai dengan bangunan
tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan bila dibandingkan dengan struktur
lainnya karena struktur ini lebih monolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang.

Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai
berikut:

Beton f’c = 25 Mpa

d. Struktur komposit

Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih. Pada umumnya yang
sering digunakan adalah kombinasi antara baja struktural dengan beton bertulang. Kombinasi
tersebut menjadikan struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan
struktur beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk bangunan tingkat menengah
sampai dengan bangunan tingkat tinggi.

Setiap jenis material mempunyai karakteristik tersendiri sehingga suatu jenis bahan bangunan
tidak dapat digunakan untuk semua jenis bangunan.

2. Konfigurasi struktur bangunan

- Konfigurasi horisontal

Denah bangunan diusahakan memiliki bentuk yang sederhana, kompak, dan simetris tanpa
mengesampingkan unsur estetika. Hal tersebut bertujuan agar struktur mempunyai titik pusat
kekakuan yang sama dengan titik pusat massa bangunan atau memiliki eksentrisitas yang
tidak terlalu besar sehingga tidak terjadi torsi. Struktur dengan bagian-bagian yang menonjol
dan tidak simetris perlu adanya dilatasi gempa (seismic joint) untuk memisahkan bagian
struktur yang menonjol dengan struktur utamanya. Dilatasi tersebut harus memberikan ruang
yang cukup agar bagian-bagian struktur yang dipisahkan tidak saling berbenturan saat terjadi
gempa.

Gedung yang mempunyai denah sangat panjang sebaiknya dipisahkan menjadi beberapa
bagian menggunakan seismic joint karena kemampuan untuk menahan gaya akibat gerakan
tanah sepanjang gedung relatif lebih kecil.

- Konfigurasi vertikal
Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari adanya perubahan bentuk struktur
yang tidak menerus. Hal ini dikarenakan apabila terjadi gempa maka akan terjadi pula getaran
yang besar pada daerah tertentu dari struktur. Gedung yang relatif langsing akan mempunyai
kemampuan yang lebih kecil dalam memikul momen guling akibat gempa.

- Konfigurasi rangka struktur

Ada dua macam yaitu: rangka penahan momen yang terdiri dari konstruksi beton bertulang
berupa balok dan kolom, dan rangka dengan difragma vertikal,

adalah rangka yang digunakan bila rangka struktural tidak mencukupi untuk mendukung
beban horizontal (gempa) yang bekerja pada struktur. Dapat berupa dinding geser (shear
wall ) yang dapat juga berfungsi sebagai core walls.

- Konfigurasi keruntuhan sruktur

Perencanaan struktur di daerah gempa terlebih dahulu harus ditentukan elemen kritisnya.
Mekanisme tersebut diusahakan agar sendi-sendi plastis terbentuk pada balok terlebih dahulu
dan bukannya pada kolom. Hal ini dimaksudkan karena adanya bahaya ketidakstabilan akibat
perpindahan balok jauh lebih kecil dibandingkan dengan kolom, selain itu kolom juga lebih
sulit untuk diperbaiki daripada balok sehingga harus dilindungi dengan tingkat keamanan
yang lebih tinggi. Oleh sebab itu konsep yang diterapkan adalah kolom harus lebih kuat
daripada balok (strong coloum weak beam).Oleh karena perencanaan ini berada dalam zona
gempa ringan maka prinsip yang digunakan adalah disain biasa.

2.3. Perencanaan Struktur Atas

Struktur atas adalah bangunan gedung yang secara visual berada di atas tanah yang terdiri
dari atap, pelat, tangga, lift, balok anak dan struktur portal utama yaitu kesatuan antara balok,
kolom dan shear wall. Perencanaan struktur portal utama direncanakan dengan menggunakan
prinsip strong columm weak beam, dimana sendi- sendi plastis diusahakan terletak pada
balok.
2.3.1 Metode Analisis Gedung Struktur Beton

2.3.1.1 Tinjauan terhadap beban lateral (gempa)

Kestabilan lateral dalam desain struktur merupakan faktor yang sangat penting, karena gaya
lateral tersebut akan mempengaruhi elemen-elemen vertikal dan horisontal dari struktur.

Beban lateral yang sangat berpengaruh adalah beban gempa dimana efek dinamisnya
menjadikan analisisnya lebih komplek. Pada dasarnya ada dua buah metode analisis yang
digunakan untuk menghitung pengaruh beban gempa pada struktur yaitu:

1. Metode analisa statik

Analisa statik merupakan analisa sederhana untuk menentukan pengaruh gempa

yang hanya digunakan pada bangunan sederhana dan simetris, penyebaran kekakuan massa
merata, dan tinggi struktur kurang dari 40 meter.

Analisa statik pada prinsipnya adalah menggantikan beban gempa dengan gaya-gaya statik
ekivalen yang bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan. Metode ini disebut
juga Metode Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent Lateral Force Method), yang
mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan hasil perkalian suatu konstanta / massa
dari elemen tersebut.

Besarnya beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar menurut
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003 pasal
6.1.2) dapat dihitung menurut persamaan:

C.I.Wt
V
R
Dimana :

V = Beban gempa dasar nominal

Wt = Berat total struktur sebagai jumlah dari beban-beban berikut ini:


1) Beban mati total dari struktur bangunan gedung

2) Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan
tambahan beban sebesar 0.5 kPa;

3) Pada gudang-gudang dan tempat-tempat penyimpanan barang maka


sekurang-kurangnya 25% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan;

4) Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus
diperhitungkan..

C = Faktor spektrum respon gempa yang didapat dari spektrum respon gempa

http://eprints.undip.ac.id/34487/4/1750_chapter_II.pdf

BAB III

KESIMPULAN

Metode umum yang sering digunakan adalah mengklasifikasikan elemen struktur dan
sistemnya menurut bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi, Klasifikasi struktur
berdasarkan geometri atau bentuk dasarnya:
• Elemen garis atau elemen yang disusun dari elemen-elemen garis, adalah klasifikasi elemen
yang panjang dan langsing dengan potongan melintangnya lebih kecil dibandingkan ukuran
panjangnya.

Suatu pelat bujur sangkar datar yang kaku dan terletak di atas tumpuan pada tepi-tepinya
Berdasarkan material pembentuknya, dibedakan:
• Struktur kayu
• Struktur baja
• Struktur beton

Elemen-elemen Utama Struktur Elemen-elemen struktur utama dikelompokan menjadi tiga


kelompok utama, yaitu:
• Elemen kaku yang umum digunakan: balok, kolom, pelengkung, pelat datar, pelat
berkelengkungan tunggal dan cangkang.
Elemen horisontal (balok) memikul beban yang bekerja secara transversal dari panjangnya
dan menyalurkan beban tersebut ke elemen vertikal (kolom) yang menumpunya.

Struktur rangka secara sederhana sama dengan jenis balok-tiang (post-and-beam), tetapi
dengan aksi struktural yang berbeda karena adanya titik hubung kaku antar elemen vertikal
dan elemen horisontalnya.

Rangka batang (trusses) adalah struktur yang dibuat dengan menyusun elemen linier
berbentuk batang-batang yang relatif pendek dan lurus menjadi pola-pola segitiga.

Pelat horisontal dapat dibuat dengan pola susunan elemen garis yang kaku dan pendek, dan
bentuk segitiga tiga dimensi digunakan untuk memperoleh kekakuan yang lebih baik.

Struktur pelat dapat berupa pelat lipat (folded plate) yang merupakan pelat kaku, sempit,
panjang, yang digabungkan di sepanjang sisi panjangnya dan digunakan dengan bentang
horisontal.

Kubah dan cangkang bola adalah struktur yang sangat efisien yang digunakan pada bentang
besar, dengan penggunaan material yang relatif sedikit.

Jika beban yang dipikul adalah beban terbagi merata, maka kabel akan berbentuk
lengkungan, sedangkan berat sendiri struktur kabel akan menyebabkan bentuk lengkung yang
disebut catenary-curve.

Kriteria desain struktur Untuk melakukan desain dan analisis struktur perlu ditetapkan
kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa struktur sesuai dengan manfaat
penggunaannya.

Beberapa kriteria desain struktur:


• Kemampuan layan (serviceability) Struktur harus mampu memikul beban rancangan secara
aman, tanpa kelebihan tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi dalam batas
yang diizinkan.

Setiap sistem struktur dapat memerlukan material yang berbeda untuk memberikan
kemampuan layan struktur yang sama.
Pada umumnya perakitan dengan bagian-bagian yang bentuk dan ukurannya mudah
dikerjakan dengan peralatan konstruksi yang ada merupakan hal yang dikehendaki.

Pembebanan pada Struktur Dalam melakukan analisis desain suatu struktur, perlu ada
gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur.

Beban Mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan
mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, partisi
yang dapat dipindahkan, adalah beban mati.

Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu
waktu yang diberikan.

Yang termasuk ke dalam beban penggunaan adalah berat manusia, perabot, barang yang
disimpan, dan sebagainya. Beban Angin Struktur yang berada pada lintasan angin akan
menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti.

Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angin pada suatu titik akan bergantung pada
kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada struktur, perilaku permukaan
struktur, bentuk geometris, dimensi dan orientasi struktur.

Massa dan kekakuan struktur, yang juga periode alami dari getaran yang berkaitan,
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi respons keseluruhan struktur terhadap
gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat dari gerakan tersebut.

Struktur dapat dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang bekerja secara
simultan, tetapi model struktur yang demikian, akan berkekuatan sangat berlebihan untuk
kombinasi beban yang secara aktual mungkin terjadi selama umur struktur.

Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek,


diantaranya :
1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang
harus dipenuhi karena berhubungan dengan besarnya kekuatan dan kekakuan struktur dalam
menerima beban-beban yang bekerja, baik beban vertikal maupun beban horizontal.

2. Aspek arsitektural dan ruang Aspek ini berkaitan dengan denah dan bentuk gedung
yang diharapkan memiliki nilai estetika dan fungsi ruang yang optimal yang nantinya
berkaitan dengan dimensi dari elemen struktur.
3. Batasan akibat struktur di atasnya Keadaan struktur sangat mempengaruhi pemilihan
jenis pondasi, yaitu kondisi beban dari struktur diatasnya (besar beban, arah beban,
penyebaran beban).

Kriteria Dasar Perancangan Beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan antara lain: 1.
Material struktur Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu:

a. Struktur kayu Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup,
kelemahan dari material ini adalah tidak tahan terhadap api, dan adanya bahaya
pelapukan.
b. Struktur baja Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi
karena material baja mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi bila
dibandingkan dengan material-material struktur yang lain Spesifikasi material yang
digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut:
•Tulangan Utamafy = 400 Mpa
•Tulangan Geserfy = 240 Mpa
•Baja Profilfy = 240 Mpa

c. Struktur beton Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah
sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan bila
dibandingkan dengan struktur lainnya karena struktur ini lebih monolit dan mempunyai
umur rencana yang cukup panjang. Spesifikasi material yang digunakan dalam
perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut: Beton f’c = 25 Mpa

d. Struktur komposit Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih.
Kombinasi tersebut menjadikan struktur komposit memiliki perilaku struktur antara
struktur baja dan struktur beton bertulang. Struktur dengan bagian-bagian yang menonjol
dan tidak simetris perlu adanya dilatasi gempa (seismic joint) untuk memisahkan bagian
struktur yang menonjol dengan struktur utamanya. adalah rangka yang digunakan bila
rangka struktural tidak mencukupi untuk mendukung beban horizontal (gempa) yang
bekerja pada struktur.
Perencanaan Struktur Atas Struktur atas adalah bangunan gedung yang secara visual
berada di atas tanah yang terdiri dari atap, pelat, tangga, lift, balok anak dan struktur
portal utama yaitu kesatuan antara balok, kolom dan shear wall.

Tinjauan terhadap beban lateral (gempa) Kestabilan lateral dalam desain struktur
merupakan faktor yang sangat penting, karena gaya lateral tersebut akan mempengaruhi
elemen-elemen vertikal dan horisontal dari struktur.

Dimana : V= Beban gempa dasar nominal Wt= Berat total struktur sebagai jumlah dari
beban-beban berikut ini:

1) Beban mati total dari struktur bangunan gedung


2) Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan
tambahan beban sebesar 0.5 kPa;
3) Padagudang-gudangdantempat-tempatpenyimpananbarangmaka sekurang-kurangnya
25% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan;
4) Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus
diperhitungkan.. C= Faktor spektrum respon gempa yang didapat dari spektrum
respon gempa

( http://eprints.undip.ac.id/34487/4/1750_chapter_II.pdf )

Anda mungkin juga menyukai