pembuatannya. Jenis-jenis plastik dibagi menjadi tujuh macam, yaitu Polyethylene Terephthalate
(PET), High Density Polyethylene (HDPE), Polyvinyl Chloride (PVC), Low Density Polyethylene
(LDPE), Polypropylene (PP), Polystyrene (PS), Other atau yang biasanya disebut dengan
Polycarbonate (PC) serta plastik multilayer.
Surabaya, sebagai kota besar yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan mengadakan program Lingkungan Masyarakat dan Inisiatif Daur Ulang Sampah
Kemasan yang merupakan kerjasama antara Yayasan Unilever Peduli Indonesia dengan Pemerintah
Kota Surabaya. Program ini dimulai pada tahun 2001 di Kecamatan Jambangan Surabaya, dimana
dalam program tersebut diadakan banyak kegiatan yang bertema tentang tata cara memilah sampah
dan membuat kompos dari sampah organik, serta mendaur ulang sampah anorganik (Anonim,
2006).
Kecamatan Jambangan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Surabaya, tepatnya
di Surabaya bagian barat. Data di BPS pada Tahun 2008 menyebutkan bahwa jumlah penduduk di
Kecamatan Jambangan sebanyak 42.286 jiwa dan mempunyai luas wilayah 4,19 Km2.
Dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui jumlah sampah plastik multilayer yang dapat di
daur ulang kembali dan yang terbuang ke lingkungan.
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :
1. Mengidentifikasi laju timbulan dan potensi daur ulang sampah plastik multilayer di Kecamatan
Jambangan Surabaya.
2. Menghitung jumlah sampah plastik multilayer yang dapat didaur ulang kembali dan yang
terbuang ke lingkungan.
3. Merekomendasikan upaya dan strategi yang dapat diterapkan untuk pengolahan sampah plastik
jenis multilayer guna memaksimalkan pemanfaatan sampah plastik tersebut.
2.
Tinjauan Pustaka
Sampah
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Tchobanoglous, Theisen,
dan Vigil (1993) sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari aktifitas
manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan kembali.
Jenis-Jenis Sampah
Menurut Suprihatin, Prihanto dan Gelbert (1996) jenis-jenis sampah dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
a. Sampah Organik
Sampah organik atau sampah basah adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau yang dihasilkan dari kegiatan pertanian,
perikanan, dan lain sebagainya. Sampah ini dapat terurai dengan mudah dalam proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar adalah sampah organik. Contoh sampah organik adalah
sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan daun.
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarui, seperti
mineral dan sisa-sisa hasil produksi. Secara keseluruhan, sebagian dari zat anorganik tidak dapat
diuraikan oleh alam. Sedangkan sebagian lainnya lagi dapat diuraikan dalam waktu yang sangat
lama. Contoh sampah anorganik adalah botol gelas, kaleng, dan logam.
Sumber-Sumber Sampah
Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 2008, sumber-sumber sampah antara lain :
adalah jenis PET (polyethylene Terephthalate). Menurut Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, (1993)
jenis-jenis plastik dibagi menjadi tujuh macam, yaitu :
1. PET (Polyethylene Terephthalate)
PET didaur ulang sebagai serat polister dalam industri bantal, bed cover, dan botol
minuman (air mineral, jus, soft drink, minuman olah raga) tetapi tidak untuk air hangat
atau panas.
2. HDPE (High Density Polyethylene)
Penggunaan HDPE tergantung dari produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah botol
susu yang terbuat dari HDPE dengan titik leleh yang rendah. Hasil daur ulangnya dapat
digunakan sebagai kemasan produk non-pangan seperti shampo, kondisioner, pipa,
ember, dan lain-lain.
3. PVC (Polyvinyl Chloride)
PVC digunakan untuk pembungkus makanan, peralatan elektronik dan pembungkus
kabel serta pipa. Bahan ini paling sulit untuk didaur ulang dan biasanya daur ulang
bahan ini hanya dapat digunakan untuk pipa, pot bunga, mainan anak-anak, dan
kontruksi bangunan.
4. LDPE (Low Density Polyethylene)
LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek (madu,
mustard), trash bag, pertanian, dan konstruksi bangunan. LDPE dapat didaur ulang dan
baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat.
5. PP (Polypropylene)
PP memiliki daya tahan yang baik terhadap bahan kimia, kuat, dan memiliki titik leleh
yang tinggi sehingga cocok untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan
minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, tempat obat dan botol
minum untuk bayi. Bahan ini biasanya didaur ulang menjadi casing baterai, sapu, sikat,
dan lain-lain.
6. PS (Polystyrene)
PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan sterofoam, tempat minum sekali pakai,
tempat CD, karton tempat telor, dan lain-lain. Pemakaian bahan ini sangat dihindari
untuk mengemas makanan karena bahan styrine dapat masuk ke dalam makanan ketika
makanan tersebut bersentuhan.
7. Other (PC atau Polycarbonate dan plastik multilayer)
Plastik ini terbuat dari bahan yang tidak termasuk enam golongan yang lainnya, atau
terbuat dari lebih dari satu jenis resin dan digunakan dalam kombinasi bermacammacam lapisan. Bahan ini tidak menguntungkan dari segi ekonomi karena tidak ada
pasar yang mau menerima produk jenis ini. Namun untuk membuat prosessor
menggunakan campuran antara bahan polyetilen dan polypropylen.
Plastik multilayer adalah plastik yang terdiri dari beberapa lapisan plastik lain yang
fungsinya untuk memberikan warna pada kemasan plastik tersebut. Sampah plastik ini sangat sulit
dihancurkan. Jika sampah plastik multilayer dibuang, maka membutuhkan waktu ratusan hingga
jutaan tahun untuk membuatnya hancur dan menyatu dengan tanah. Sehingga sampah plastik
multilayer ini mempunyai nilai jual yang sangat rendah (Gabeiras et al. 2009). Tahapan untuk
mendaur ulang plastik multilayer sebagai berikut :
1. Plastik multilayer dicuci dan bersihkan dari sisa kotoran yang masih melekat.
2. Plastik multilayer dikeringkan dengan cara dijemur sampai plastik multilayer benar-benar
kering.
3. Setelah kering, plastik multilayer dimasukkan ke dalam mesin peleleh sampai semua
kandungan plastik leleh. Setelah kandungan plastik leleh, yang tersisa adalah kandungan
alumunium (logam).
4
4.
Kandungan logam yang tersisa akan dilelehkan dengan menggunakan tungku pemanas dengan
temperatur 700 oC untuk alumunium, 1500 oC untuk besi, dan > 1500 oC untuk baja.
5. Hasil lelehan logam dicetak lalu didinginkan.
Untuk contoh sampah plastik multilayer dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut.
3
Sampling
5,250 0,900
Berat Tinggi
Isi
Sampah
(kg)
(m)
0,040
Luas
Kotak
(m)
0,036
145,833
Vol Sampah
Densitas
Volume Sampah =
(m)
(3) x (4) =
(5)
0,031
0,034
0,034
0,034
0,033
(kg/m)
(2) / (5) =
(1)
(2)
(3)
(4)
(6)
4
5,750 0,780
0,040
184,295
5
5,150 0,850
0,040
151,471
6
5,530 0,840
0,040
164,583
7
5,730 0,850
0,040
168,529
8
5,470 0,830
0,040
164,759
Rata-rata
166,395
Dari tabel tersebut didapatkan hasil rata-rata densitas sampah yaitu sebesar 166,395 kg/m3.
Kemudian dihitung volume sampahnya dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Hasil perhitungan volume sampah total dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Volume Sampah Total
di Kecamatan Jambangan
Volume
Jumlah
Volume
Timbulan
Sampling
Penduduk
Sampah
(L/hari)
(orang)
(L/orang.hari)
(1)
(2)
(3)
(2) / (3) = (4)
1
688,958
1,511
2
714,076
1,566
3
712,043
1,561
4
704,866
1,546
456
5
780.161
1,711
6
676,698
1,484
7
682,260
1,496
8
718,024
1,575
Rata - Rata
1,556
Dari tabel tersebut didapatkan hasil rata-rata volume sampah per orang yaitu sebesar 1,556
L/orang.hari, serta dapat dihitung volume sampah tiap rumah. Hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut :
Volume sampah tiap rumah
= rata-rata volume sampah per orang x jumlah penghuni
= 1,556 L/orang.hari x 5 orang/rumah
= 7,780 L/rumah.hari
Komposisi sampah yang dianalisis adalah sampah basah dan sampah kering. Sampah basah yaitu
berupa sampah sisa makanan, sayur-sayuran, daun-daunan, dan sampah lain yang mudah
membusuk. Sedangkan sampah kering berupa sampah plastik, kertas, kaleng, karet, kain, kayu,
kaca, dan sampah sejenisnya. Hasil perhitungan persentase komposisi sampah total dapat dilihat
pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.1, sedangkan untuk komposisi sampah plastik dilihat pada Tabel 5.5
dan Gambar 5.2.
1
60,623
11,867
0,400
4,520
4,580
5,783
0,733
3,783
1,487
1,963
4,227
2
60,280
12,377
1,103
4,517
3,443
4,210
1,447
3,870
2,587
2,190
3,983
7
62,210
12,237
0,520
4,150
3,433
4,697
1,043
4,110
1,203
2,590
4,260
8
57,043
13,097
1,350
3,693
5,000
5,617
0,837
5,853
1,790
2,230
3,483
Rata-Rata
60,636
11,962
0,720
3,853
4,072
4,953
1,094
4,261
2,123
2,059
4,333
1
88,133
3,380
8,487
2
87,623
3,237
9,140
7
87,763
3,823
8,413
8
86,903
3,630
9,467
Rata-Rata
88,063
3,403
8,559
Dari hasil gambar dan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase komposisi sampah
plastik multilayer ekonomi kelas bawah yaitu sebesar 3,403%.
Sampah Plastik Multilayer
Untuk mendapatkan hasil analisis sampah permukiman yaitu dengan dilakukannya sampling
sampah selama 8 kali terhadap 100 KK di Kecamatan Jambangan yang terdiri 3 Kelurahan, yaitu 33
KK di Kelurahan Kebonsari untuk ekonomi bawah, 34 KK di Kelurahan Jambangan untuk ekonomi
menengah, dan 33 KK di Kelurahan Karah untuk ekonomi atas.
Berat timbulan sampah plastik multilayer dihitung untuk mengetahui jumlah sampah plastik
multilayer yang dihasilkan. Dari hasil yang diperoleh di lapangan didapat rata-rata jumlah penghuni
tiap rumah di Kecamatan Jambangan yaitu 5 orang.
Berat timbulan sampah plastik multilayer dapat dihitung dengan cara membagi rata-rata
berat sampah perhari dengan jumlah penduduk. Hasil perhitungan berat timbulan sampah plastik
multilayer dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Berat Timbulan Sampah Plastik Multilayer
di Kecamatan Jambangan
Berat
Berat Timbulan
Total
Jumlah
Sampah Plastik
Plastik
Penduduk
Sampling
Multilayer
Multilayer
(kg/hari)
(orang)
(kg/orang.hari)
(1)
(2)
(3)
(2) / (3) = (4)
1
3,900
0,009
2
3,860
0,008
3
3,790
0,008
4
4,000
0,009
456
5
4,370
0,010
6
3,600
0,008
7
4,350
0,010
8
4,370
0,010
Rata - Rata
0,009
Dari tabel tersebut dapat hasil rata-rata berat timbulan sampah plastik per orang yaitu
sebesar 0,009 kg/orang.hari, serta dapat dihitung berat timbulan sampah tiap rumah. Hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Berat timbulan sampah tiap rumah
= rata-rata berat timbulan sampah plastik per orang x jumlah penghuni
= 0,009 kg/orang.hari x 5 orang/rumah
= 0,045 kg/rumah.hari
Perhitungan volume sampah dihitung dengan perbandingan berat total sampah dengan densitas
sampah. Sebelum menghitung volume sampah, dilakukan pengukuran densitas sampah dengan
menggunakan kotak pengukur dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm dengan berat kotak
pengukur 2 kg. Hasil perhitungan densitas sampah plastik multilayer dapat dilihat pada Tabel 5.7.
membusuk. Sedangkan sampah kering berupa sampah plastik, kertas, kaleng, karet, kain, kayu,
kaca, dan sampah sejenisnya. Hasil perhitungan persentase komposisi sampah plastik multilayer
dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan Gambar 5.3.
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah Plastik Multilayer
di LPS Kecamatan Jambangan
Jenis Sampah
Sampah lain
Plastik Multilayer
Plastik Lain
1
91,387
3,430
5,183
2
90,550
3,437
6,013
7
89,747
3,530
6,723
8
90,350
3,327
6,323
Rata-Rata
90,524
3,464
6,008
84,760
1,560
7,230
1,590
4,860
83,940
1,110
6,570
3,210
5,170
84,840
2,790
5,470
1,970
4,930
85,340
2,550
5,210
1,830
5,070
Rata-rata
84,926
2,140
5,882
2,092
4,960
Dari hasil gambar dan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase komposisi sampah
plastik multilayer ekonomi kelas bawah yaitu sebesar 4,960%.
Recovery Factor Sampah Plastik Multilayer di Permukiman, LPS, dan LPA
Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai recovery factor dan berat residu di
permukiman, LPS, dan LPA Benowo. Hasil perhitungan recovery factor dapat dilihat pada Tabel
5.11.
Tabel 5.11. Hasil Perbandingan Recovery factor Plastik Multilayer
di Permukiman, LPS, dan LPA Benowo
Lokasi
Recovery Factor
Berat
Sampling
(%)
Residu (kg)
Permukiman
48,697
0,687
LPS
56,575
1,507
LPA
45,681
2,704
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui persentase recovery factor serta berat residu sampah
plastik multilayer di permukiman, LPS, dan LPA yaitu untuk recovery factor permukiman 48,697%
dan berat residu sebesar 0,687 kg, untuk recovery factor LPS 56,575% dan berat residu sebesar
1,507 kg, untuk recovery factor LPA sebesar 45,681% dan berat residu sebesar 2,704 kg.
Perbandingan Persentase Komposisi Sampah Plastik Multilayer di Permukiman, LPS, dan
LPA
Dari hasil sampling yang dilakukan di permukiman Kecamatan Jambangan, LPS
Jambangan, dan LPA Benowo, maka didapatkan persentase sampah plastik multilayer di
peremukiman, LPS, dan LPA. Perbandingan persentase komposisi sampah plastik multilayer dapat
dilihat pada Tabel 5.12 dan Gambar 5.5.
Tabel 5.12. Perbandingan Persentase Komposisi Sampah Plastik Multilayer
% Komposisi Sampah
Lokasi Sampling
Plastik Multilayer
Permukiman
3,403
LPS
3,490
LPA
4,960
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Tugas Akhir tentang Studi Terhadap Timbulan Sampah Plastik
Multilayer Serta Upaya Reduksi Yang Dapat Diterapkan Di Kecamatan Jambangan Surabaya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Laju timbulan sampah total rata-rata yang dihasilkan oleh tiap orang di Kecamatan Jambangan adalah
0,260 kg/orang.hari, sedangkan untuk sedangkan untuk rata-rata laju timbulan sampah plastik multilayer
sebesar 0,009 kg/orang.hari.
2. Dari hasil perhitungan didapat nilai recovery factor sampah plastik multilayer di kawasan permukiman
(48,697%), LPS (56,575%), dan LPA (45,681%). Sedangkan untuk berat residu di kawasan permukiman
(0,687 kg), LPS (1,507 kg), dan LPA (2,704 kg).
3. Sampah plastik multilayer dapat didaur ulang dengan menjadikannya sebagai bahan-bahan kerajinan,
bahan campuran aspal, bahan campuran batako dan bahan campuran beton polimer.
6. Daftar Pustaka
Anonim, 1995. Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah
perkotaan (SNI 19-3964-1995). Jakarta: Badan Standar Nasional.
Anonim, 1991. Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, (SNI 19-2454-1991).
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Anonim, 2006. Menambah Vitalitas dalam Kehidupan. www.unilever.co.id. 10 Agustus 2010
Anonim, 2008. Undang-undang RI nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
http://digilib-ampl.net/file/pdf/UU%20No.18%20Tahun%202008.pdf
10 Agustus 2010
BPS. 2008. Kecamatan Jambangan Dalam Angka.
Gabeiras, J.E., Aracil, J., Palacios, J.P.F., 2009. Is Multilayer Networking Feasible. Optical
Switching and Networking 6, 129-140. 30 Juli 2010
Pratiwi, I.H., Wignjosoebroto, S., Dewi, D.S., 2007. Sistem Pengelolaan Sampah Plastik
Terintegrasi Dengan Pendekatan Ergonomi Total Guna Meningkatkan Peran Serta
Masyarakat. Jurusan Teknik Industri FTI-ITS, http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2892m_sritomo-ie-Makalah%20TA%20Irma.pdf. 17 Agustus 2010
Pandebesie, E., 2005. Buku Ajar Teknik Pengelolaan Sampah. Jurusan Teknik Lingkungan FTSPITS.
Simbolon, T., 2009. Pembuatan Dan Karakteristik Batako Ringan. Medan.
Suprihatin, A., Prihanto, D., dan Gelbert, M., 1996. Pengelolaan Sampah. PPPGT / VEDC. Malang.
Suraatmadja, I., S., 2000. Panel Beton Ringan Untuk Dinding. Teknik Sipil FT UGM, Yogyakarta.
Tchobanoglous, G., H. Theisen, dan S.A. Vigil, 1993. Integrated solid waste management.
Engineering principles and management issues. McGraw Hill International Editions, New
York
Trihadiningrum, Y., 2007. Perkembangan Paradigma Dalam Penanganan Sampah Kota dan
Kontribusinya Terhadap Pencapaian Millenium Development Goals. Departemen Pendidikan
Nasional Intitut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Zhang, Z.Z., Xue, Q.J., Liu, W.M., Shen, W.C., 1997. Tribological Properties Of Metal-Plastic
Multilayer Composites Under Oil Lubricated Conditions. Wear 210, 195-203.
www.sciencedirect.com. 30 Juli 2010 Diaz, L., Savage, G., Eggerth, L.,Golueke, C. 1993.
Composting and Recycling : Municipal Solid Waste. Lewis Publishers. USA.
13