yang secara kimia, hanya terdiri dari atom H dan O mempunyai sifat yang unik.
Tanpa air tidak akan mungkin terdapat kehidupan. Air di alam dijumpai dalam tiga
bentuk, yakni bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai
uap. Bentuk mana yang akan ditemui, tergantung keadaan cuaca setempat. Kepadatan
(density), seperti halnya bentuk, juga tergantung pada temperatur dan tekanan
barometris (P).
Dengan demikian tranfer panas dari dan kedalam air tidak banyak menimbulkan
perubahan temperatur. Kapasitas panas yang besar ini juga menyebabkan efek stabilitas
badan air terhadap udara sekitarnya. Kondisi ini sangat penting untuk melindungi
kehidupan akuatik yang sangat sensitif terhadap gejolak suhu. Pada tekanan atmosfir air
mendidih pada 100 oC, karena tekanan di daerah tinggi lebih rendah dari satu atmosfir,
maka air mendidih pada temperatur yang lebih rendah
Secara awam air tercemar dapat dilihat dengan mudah, misalnya dari kekeruhan,
karena
umumnya orang berpendapat bahwa air murni atau bersih itu jernih dan tidak keruh,
atau dari
warnanya yang transparan dan tembus cahaya, atau dari baunya yang menyengat
hidung, atau
menimbulkan gatal-gatal pada kulit dan ada juga yang dapat merasakan dengan lidah,
seperti rasa
asam dan getir. Dengan demikian, sebenarnya mudah untuk mengenal pencemaran, oleh
karena itu jangan meremehkan informasi dan keluhan masyarakat tentang pencemaran
air. Air tercemar juga dapat diketahui dari matinya atau terganggunya organisme
perairan, baik ikan, tanaman dan hewan-hewan yang berhubungan dengan air tersebut.
Dalam menentukan karakteristik limbah, parameter-parameter yang dipakai antara lain
:
1) Parameter Suhu. Parameter ini sangat diperlukan dalam penentuan karakter limbah,
karena menyangkut kecepatan reaksi dan pengaruhnya terhadap kelarutan suatu gas, bau
dan rasa.
Beberapa jenis bakteri populasinya dipengaruhi oleh suhu dari limbah, dan organisme
perairan sangat peka terhadap perubahan suhu air. Pengukuran suhu dapat dipakai
termometer khusus yang dapat dipakai untuk setiap variasi kedalaman.
3) Parameter Warna.
Estetika air sering dilihat dari warna. Air yang jernih, transparan, segar dan tidak bau
merupakan indikator air bagus secara awam. Namun demikian penting untukdapat
membedakan antara air yang mempunyai warna asli akibat material terlarut dan warna
semu akibat zat-zat yang tersuspensi. Warna kuning alami pada air yang berasal dari
daerah pegunungan adalah berasal dari asamasam organik yang tidak berbahaya bagi
kesehatan, dan warna ini bisa disamakan dengan warna asam tanik yang terdapat dalam
air teh. Namun demikian banyak konsumen atau pemakai air yang
menolak air dengan warna yang terlalu menyolok atas dasar alasan estetika. Demikian
pula dengan industri tertentu, air berwarna sering kali tidak dapat diterima, misalnya
pada industri kertas
yang bermutu tinggi.
.
6) Parameter Kondutivitas.
Konduktivitas suatu larutan tergantung pada jumlah garam-garam terlarut dan untuk
larutan yang encer konduktivitasnya kurang lebih akan sebanding dengan nilai TDS.
Secara matematis K =(Konduktivitas - µmhos/m)/(TDS – mg/l). Dengan mengetahui
nilai K untuk suatu sampel air tertentu, pengukuran konduktivitas air dapat dipakai
untuk memperkirakan jumlah TDS secara cepat dan mudah.
7) Parameter pH.
Tingkat asiditas atau alkalinitas suatu sampel diukur berdasarkan skala pH yang
dapat menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tersebut. Skala pH
mempunyai rentang 0 – 14, dengan nilai 7 sebagai pH netral, di bawah 7 larutan disebut
asam sedangkan di atas 7 larutan disebut basa. Reaksi kimia banyak dikendalikan oleh
nilai pH dan demikian pula aktivitas biologi yang
biasanya dibatasi oleh rentang pH yang sangat sempit (pH antara 6 – 8). Air yang terlalu
asam atau basa tidak dikehendaki oleh karena akan bersifat korosif atau kemungkinan
akan sulit diolah.
8) Parameter Oxidation Reduction Potential(ORP).
Dalam setiap sistem yang sedang melangsungkan proses oksidasi, akan terjadi
perubahan yang
terus menerus rasio antara material dalam bentuk tereduksi dan material yang
teroksidasi.
Oksigen elemen yang paling penting dalam pengendalian kualitas air. Hadirnya
oksigen dalam air sangat penting bagi kelangsungan hidup makluk biologi tingkat tinggi
dan dampak
pembuangan air limbah ke sungai atau badan air akan ditentukan oleh kesetimbangan
oksigen dalam sistem tersebut. Hanya saja oksigen mempunyai daya larut yang rendah
dalam air, misalnya pada suhu 0, 10, 20, dan 30 0C adalah masing-masing 14,6; 11,3;
9,1; dan 7,6 mg/l. Air permukaan yang
mengalir deras dan jernih, biasanya mengandung oksigen dengan kadar yang jenuh,
akan tetapi oksigen yang terlarut tersebut dapat berkurang secara cepat akibat hadirnya
air limbah yang banyak mengandung bahan organik. Ikan-ikan besar bisa tahan hidup
pada konsentrasi hidrogen paling sedikit 5 mg/l, sedangkan ikan-ikan tertentu masih
bisa hidup pada kondisi oksigen terlarut
2 mg/l. Air yang banyak mengandung oksigen rasanya segar dan untuk meningkatkan
oksigen terlarut biasanya dilakukan aerasi. Namun demikian untuk pemakaian tertentu,
misalnya ketel uap, oksigen terlarut tidak dikehendaki sebab dapat meningkatkan resiko
berkaratnya peralatan.
13) Parameter Kebutuhan Oksigen.
Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mungkin saja teroksidasi
secara biologis atau kimiawi menjadi bentuk yang lebih sederhana atau stabil. Indikator
adanya zat organik dalam air limbah dapat diperoleh dengan cara mengukur jumlah
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menstabilkannya dan dapat dinyatakan
dengan parameter BOD, Angka Permanganat, atau COD.
14) Parameter Nitrogen
Nitrogen merupakan elemen penting, karena reaksi biologi dapat berlangsung hanya
jika tersedia nitrogen yang cukup. Nitrogen hadir di alam dalam 4 senyawa pokok : 1).
Nitrogen-Organik, yaitu nitrogen yang berupa protein asam amino dan urea; 2).
Nitrogen Amonia, yaitu nitrogen dalam bentuk senyawa masing bentuk senyawanya
yang saling berhubungan dapat memberikan petunjuk yang berguna terhadap sifatsifat
dan daya cemar suatu sampel air atau limbah cair. Sebelum dilakukan
analisis bakteriologi, kualitas air seringkali diperkirakan atas dasar nitrogennya. Air
yang mengandung
nitrogen organik dan nitrogen amonia dengan konsentrasi tinggi serta NO2-N dan NO3-
N dengan konsentrasi rendah akan dianggap berbahaya (tidak aman), karena keadaan
demikian menunjukkan
bahwa pencemaran akan atau sedang berlangsung. Di lain pihak, suatu sampel yang
tidak lagi terdapat nitrogen organik dan amonia atau yang mengandung sedikit NO3-N
akan dianggap aman,
sebab proses nitrifikasi telah terjadi yang berarti pencemaran tidak berlangsung
lagi.
15) Parameter Khlorida.
Khlorida adalah penyebab rasa payau dalam air dan merupakan indikator
pencemaran dari air
limbah rumah tangga, mengingat khlorida berasal dari urine manusia.
Batas rasa asin untuk Cl- ini adalah 250 – 500 mg/l, walaupun sampai 1500 mg/l
sebenarnya belum membahayakan kesehatan manusia.
Sungai Pencemaran air ialah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya (PP No. 82 Tahun 2001). Pencemaran air permukaan secara
umum dapat berkontribusi terhadap manajemen air yang kurang dan pemakaian bahan
kimia pertanian yang tidak teregulasi. Limbah yang tidak diolah dari kota dan sektor
pertanian langsung masuk ke badan air permukaan tanpa pengolahan. Limbah yang
berasal dari sektor industri juga berkontribusi dalam pencemaran air permukaan (Quay,
2018). Pertumbuhan populasi menyebabkan pencemaran air permukaan, terutama pada
air sungai karena terbatasnya manajemen sanitasi dan limbah domestik. Kekurangan
pengelolaan limbah domestik dan perilaku manusia yang berlaku secara tidak langsung
membuang limbah organik dan anorganik serta limbah padat dan cair ke badan air, telah
meningkatkan tingkat polusi air dan menurunkan kualitas air (Suswati dan Wibisono,
2013 dalam Susanti, dkk, 2017). Sumber pencemaran air yang berasal dari limbah
domestik umumnya berasal dari kawasan permukiman penduduk. Air limbah cair yang
berasal dari hasil kegiatan manusia masuk ke perairan melalui limpasan yang bersumber
dari wilayah pertanian, permukiman dan perkotaan (Sahabuddin, 2014). Banyaknya
aktifitas di sekitar sungai dapat menyebabkan pencemaran dan mempengaruhi serta
menurunkan kualitas air, selain aktifitas manusia faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran adalah perubahan iklim (Zanatia, 2019).
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh tata guna lahan. Kemampuan daya tampung air
sungai secara alamiah terhadap pencemaran harus tetap dipertahankan untuk
meminimalkan terjadinya penurunan kualitas air sungai (Marfai Aris, 2004 dalam
Pohan dkk, 2016). Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian di
laboratorium. Pengujian kualitas air dilakukan dengan menguji parameter fisik, kimia,
dan biologi seperti bau dan warna. Parameter kualitas air terdiri dari parameter fisika
yaitu suhu, kekeruhan, dan sebagainya), parameter kimia terdiri dari COD, BOD, pH,
DO dan sebagainya, dan parameter biologi seperti keberadaan bakteri dan sebagainya
(Sahabuddin dkk, 2014). Partikel senyawa organik yang berasal dari kegiatan domestik
manusia dapat ditemukan sebagai partikel koloid dan kasar yang dapat menyebabkan
cahaya terhalang masuk kedalam air sehingga menyebabkan kekeruhan menjadi tinggi
(Widyatmoko dkk, 2010). Nilai pH yang rendah mengindikasikan bahwa terjadinya
penurunan kualitas perairan yang nantinya berdampak terhadap kehidupan biota air.
Akibat dari perubahan ini akan membunuh biota yang paling toleran sekalipun, hal ini
dikarenakan jaringan makanan pada perairan terganggu (Susana, 2009). Selain
perubahan pH, konsentrasi oksigen terlarut yang berubah juga dapat mengindikasikan
terjadinya perubahan kualitas air dimana semakin rendah konsentrasi oksigen terlarut
maka semakin rendah kualitas perairan (Welch, 1980 dalam Susana, 2009). Lingkungan
dapat tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan pada makhluk hidup yang ada di dalamnya (Bahtiar, 2007).
Menurunnya kualitas air ditandai dengan perubahan warna air dan bau. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 pencemaran air dan sungai dikatakan
tercemar apabila kualitasnya sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. (Pohan dkk,
2016).
Grey water (GW) adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga namun tidak
termasuk yang berasal dari toilet. Grey water dinilai sebagai air limbah yang kadar
pencemarnya ringan (light) dibandingkan dengan air limbah yang berasal dari kegiatan industri
(1). Selain GW, rumah tangga juga menghasilkan limbah kotoran manusia, yang dikenal dengan
blackwater . Bahan organik, anorganik, maupun gas yang terkandung di dalam limbah cair
rumah tangga dapat mencemari lingkungan serta menyebabkan berbagai penyakit. Selain itu,
sebagian bahan tersebut diurai oleh mikroorganisme menjadi suatu senyawa yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Air limbah terdiri dari 99.7% air dan 0.3% bahan lain, seperti
bahan padat, koloid dan terlarut. Bahan lain tersebut terbagi atas bahan organik dan anorganik
(2).Beberapa ahli sanitasi menambahkan satu kategori lagi untuk limbah tetesan AC dan kulkas
sebagai clearwater. Dalam kehidupan seharihari, clearwater umumnya tidak berjumlah
banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC
jumlahnya sedikit lebih banyak dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan
untuk keperluan bersih-bersih, misalnya cuci piring atau pakaian langsung ke selokan yang ada
di depan rumah, tanpa diolah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai yang menjadi tempat
bermuaranya selokan berpotensi tercemar; warnanya menjadi coklat dan mengeluarkan bau
busuk. Selain bisa menyebabkan ikan-ikan mati, zatzat polutan yang terkandung di dalam
limbah juga bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain.
Banyaknya aktifitas di sekitar sungai salah satunya adalah kegiatan domestik dapat
menyebabkan pencemaran dan mempengaruhi serta menurunkan kualitas air. Meningkatnya
debit air limbah domestik yang dihasilkan dapat menyebabkan meningkatnya beban
pencemaran air limbah domestik sehingga dapat menurunkan kualitas air di sungai.
Pencemaran air limbah domestik dapat menyebabkan meningkatnya komposisi bahan organik
di dalam sungai dan meningkatkan nilai COD dan BOD yang menyebabkan berkurangnya
oksigen di dalam air sungai dan menurunkan kualitas air sungai. Tingginya tingkat pencemaran
sungai maka dapat mengurangi daya tampung bahkan dapat melampaui daya tampung sungai
tersebut. Kegiatan manusia di sekitar bantaran sungai menghasilkan air limbah rumah tangga
yang langsung dibuang ke saluran drainase atau sungai yang menyebabkan kualitas sungai
menjadi tercemar. Penanggulangan terhadap pencemaran air limbah domestik dapat
dilakukan dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga air limbah dari
rumah tangga dapat diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan langsung ke sungai atau saluran
drainase. Strategi Penurunan Limbah Domestik Pencemaran air sungai sebagian besar berasal
dari limbah rumah tangga, kemudian industri/usaha. Sistem pengelolaan air limbah dan
sanitasi dapat dilakukan dengan : a) Pengembangan jaringan air limbah komunal, off side, dan
on side. b) Perbaikan sarana sanitasi dasar permukiman, yaitu dengan membuat SPAL (saluran
pembuangan air limbah) yang meliputi tanki septik dan sumur peresapan. c) Pembangunan
jamban keluarga maupun komunal termasuk tanki septik komunal, MCK dan WC umum. d)
Pengembangan sistem pengumpulan dan pengolahan lumpur tinja, untuk melayani
masyarakat dalam menguras tanki septik.
e) Perbaikan sarana pengolahan air limbah peternakan dan industri. Air kotor hasil dari
limbah peternakan, industri, bengkel, dan sejenisnya harus ditreatment terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran drainase. Konsep pembuangan air limbah yang onsite dapat
dikombinasikan dengan sistem jaringan drainase dan air hujan dalam satu saluran. Sebelum
dibuang ke saluran, air limbah diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terutama
limbah dari rumah sakit, industri, dan limbah lain yang bisa mencemari lingkungan dan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan hendaknya
memiliki dimensi ekologi, ekonomi dan sosial (Zulkifli, 2003 dalam Widodo et al, 2005).
Dimensi ekologi lebih menekankan pada pentingnya upaya-upaya untuk mencegah
terganggunya fungsi dasar ekosistem sungai sehingga tidak akan mengurangi fungsi layanan
ekologi. Dimensi ekonomi menekankan bahwa pertumbuhan dan efisiensi dalam pemanfaatan
sumberdaya alam harus diupayakan secara terus menerus. Dimensi sosial mencakup isu-isu
yang berkaitan dengan distribusi kekayaan/pemerataan secara adil serta penghapusan
kemiskinan. Berdasarkan konsepsi tersebut maka secara umum pengelolaan Sungai Code
dapat dilakukan dengan 3 strategi, yaitu: a. Pemberdayaan Sosial – Budaya Ada beberapa isu
yang penting diperhatikan dalam pengembangan sektor sosial - budaya yakni (1) upaya
meningkatkan kualitas sosial-budaya dalam berkehidupan, (2) mengembangkan konsep
pembangunan sosial – budaya yang partisipatif, dan (3) kegiatan pembangunan sosial – budaya
merupakan proses pembangunan yang berkelanjutan. b. Pendekatan Politis Strategi politis
lebih dititikberatkan pada institution building. Beberapa hal yang diperlukan dalam strategi
politis adalah: (1) Kesiapan aparat pemerintah dalam pembangunan dan pengendalian, baik
dari segi kebijaksanaan, dukungan personalia maupun administratif; (2) Kesiapan pihak - pihak
lain dalam menghadapi kemungkinan adanya hambatan dan dukungan; dan (3) Kesiapan
masyarakat setempat. c. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Strategi pengembangan
ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni (1) faktor ketersediaan sumber daya yang
ada di kawasan ini, baik sumber daya lokal (tanah, informasi, teknologi, energi,dan kreativitas)
maupun sumber daya manusia, termasuk proses pengolahan sumber daya tersebut, (2) tingkat
pendapatan dan pola konsumsi masyarakat, (3) faktor ketersediaan infrastruktur untuk
produksi dan distribusi barang dan jasa, (4) faktor suprastruktur yang ada, yakni peraturan dan
kebijakan pemerintah setempat, dan (5) faktor kondisis sosial-budaya. Bentuk spesifik dan
konkrit yang dapat direkomendasikan adalah pengembangan ekonomi masyarakat berbasis
potensi ekowisata.
2.2. Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Proses pengolahan air limbah dengan tujuan
untuk menurunkan atau menyisihkan subtrat tertentu yang terkandung dalam air dengan
memanfaatkan aktifitas mikro-organisme biasa disebut dengan proses biologis. Proses
pengolahan air limbah secara biologis merupakan suatu proses biokimia yang dapat
berlangsung dalam dua lingkungan, yaitu lingkungan anaerob (tanpa udara) dan aerob (dengan
udara). Kondisi aerob, yaitu kondisi dimana kandungan oksigen terlarut (DO) di dalam air
cukupbesar, sehingga keberadaan oksigen merupakan faktor pembatas. Sedangkan kondisi
anaerob merupakan kebalikan dari kondisi aerob, dimana pada kondisi ini kandungan oksigen
terlarut sangat rendah atau dapat dikatakan tidak terdapat oksigen. Proses biologis aerob
biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar,
sedangakan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beben
BOD yang sangat tingi. Pengolahan air limbah secara biologis secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga 3) , (gambar 1): yaitu proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended
culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan
dengan sistem kolam (lagoon). Gambar 1. Klasifikasi proses pengolahan air limbah secara
biologis Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan
menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan polutan yang ada dalam air
limbah, dimana mikroorganisme yang ada dibiakkan secara tersuspensi di dalam suatu reaktor.
Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain: proses lumpur aktif standar
atau konvensioanal (standart activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended
aeration, contact stabilization, extended aeration, kolam oksidasi sistem parit (oxidation ditch)
3) . Proses pengolahan air limbah dengan sistem lagoon adalah dengan cara menampung air
limbah dalam suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga
mikroorganisme dibiarkan tumbuh secara alami dan senyawa polutan yang ada di dalam air
akan terurai. Untuk mempercepat penguraian senyawa polutan atau untuk memperpendek
waktu tinggal dapat ditambahhkan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air
limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond) 3) .
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan melekat adalah proses
dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga
mikroorganisme tumbuh dan melekat pada permukaan media. Contoh pengolahan air limbah
dengan sistem biologis melekat adalah; trickling filter atau yang disebut dengan biofilter,
reakktor kontak biologis putar (rotating biological contactor: RBC), aerasi kontak (contact
aeration/ oxidation)
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Reaktor Biofilter AnaerobAerob Pengolahan air
limbah rumah tangga/ domestik dengan reaktor biofilter anaerob-aerob ini merupakan
pengembangan dari proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan
air limbah dengan reaktor biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak
pengendap awal, biofilter anaerob, biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu
dilengkapi dengan bak kontaktor khlor. Limbah rumah tangga/ domestik bersumber dari air
mandi cuci dari dapur. Air limbah rumah tangga yang berasal dari dapur biasanya banyak
membawa sampah atau sisa makanan/masakan, sehingga sampah yang berukuran besar
seperti potongan sayur, daun, karet, kertas, atau plastik dan lain-lain yang terbawa oleh air
limbah rumah tangga dipisahkan di bak pengumpul air limbah yang dilengkapi dengan saringan
kasar (bar screen). Sampah padat tersebut dibersihkan secara periodik dan karena tergolong
sampah rumah tangga sehingga dapat dibuang di tempat sampah. Air limbah dari bak
pengumpul yang telah bebas dari sampah tersebut dialirkan ke bak pengendap awal, dengan
tujuan untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya yang masih lolos dari
saringan kasar. Bak pengendap awal selain berfungsi sebagai bak pengendap, juga berfungsi
sebagai bak pengontrol laju alir (debit), serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, pengurai lumpur (sludge digestion) dan penampung endapan (lumpur). Endapan
lumpur terpisah pada bak pengendap awal dan air luapan yang berasal dari bak pengendap
awal dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah selanjutnya
dari bawah ke atas. Bak kontaktor anaerob diisi dengan media biakan bakteri. Media dapat
digunakan bahan dari bambu yang dipotong-potong menyerupai cincin, kerikil, batu split,
plastik, PVC, dan lain-lain. Terkait dengan biaya investasi, operasional dan perawatan dipilih
media biakan bakteri dengan bahan yang ringan, kuat dan tipis serta area permukaan kontak
luas, yaitu menggunakan lembaran PVC yang dibentuk segi enam menerupai sarang lebah.
Jumlah bak kontaktor anaerob ini disesuaikan dengan kebutuhan, kualitas dan jumlah air
limbah yang akan diolah. Setelah lima hari reaktor biofilter anaerob-aerob beroperasi, pada
permukaan media akan tumbuh lapisan film mikro-organisma (bakteri anaerobik atau fakultatif
aerobik). Mikroorganisme inilah yang berperan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter anaerob dialirkan ke biofilter aerob, yang
diisi dengan media biakan bakteri. Di dalam biofilter aerob ini dihembuskan udara (aerasi)
sehingga mikro organisme aerobik yang ada akan tumbuh dan menempel pada permukaan
media serta menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Air limbah yang melewati
media biakan tersebut akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air
maupun yang menempel pada permukaan media. Proses alamiah tersebut mampu
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta memacu proses nitrifikasi,
sehingga efisiensi penghilangan ammonia meningkat. Proses penguraian semacam ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Air luapan dari biofilter aerob dialirkan ke bak
pengendap akhir. Di dalam bak pengendap akhir lumpur aktif yang masih mengandung massa
mikro-organisme diendapkan dan sebagian dipompa kembali ke bagian pemasukan biofilter
aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi lumpur. Microorganisme patogen yang terikut
pada air luapan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi
ini air limbah hasil pengolahan dikontakkan dengan senyawa khlor (klorinasi). Hasil pengolahan
akhir sudah bebas dari microorganisme patogen dan selanjutnya melalui proses lanjutan
diolah menjadi air bersih (daur ulang air limbah). Adanya air limbah yang melalui media biakan
bakteri mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti media yang biasa disebut
juga biological film. zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap awal akan
mengalami proses penguraian secara biologis pada lapisan lendir ini. Efisiensi reaktor biofilter
anaerob-aerob ini sangat tergantung pada luas kontak antara air limbah dengan
mikroorganisme yang menempel pada permukaan media biofilter tersebut. Semakin luas
bidang kontak, efisiensi penurunan konsentrasi zat organik (BOD) makin besar. Selain itu
biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melewati media ini, sehingga
suspended solid dan bakteri E. coli yang terdapat dalam air limbah akan berkurang
konsentrasinya. Efesiensi penyaringan semakin besar dengan adanya penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas (biofilter up flow), yaitu akan mengurangi kecepatan partikel
yang terdapat pada air buangan, sehingga partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan
mengendap pada dasar bak biofilter. Reaktor biofilter anaerob-aerob ini sangat sederhana bisa
menggunakan kontruksi beton, bata atau fiber, operasionalnya sangat mudah, tidak
menggunakan proses kimia dan sedikit membutuhkan energi, sehingga proses ini sangat tepat
digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan kapasitas medium. Pengolahan air
limbah rumah tangga secara komunal dengan reaktor biofilter anaerob-aerob, selain mampu
menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, sistem ini dapat juga mampu
mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS), deterjen (MBAS),
ammonium dan posphor. Efisiensi penghilangan senyawa phospor ini lebih besar bila
dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada dalam kondisi
anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada di dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar,
sebagi hasil hidrolosa senyawa phospor, sedangkan energi timbul manfaatkan untuk menyerap
BOD (senyawa organik) yang terkandung dalam air limbah. Efisiensi pengurangan atau
penghilangan BOD akan optimum apabila perbandingan antara BOD dan phospor (P) lebih
besar 10 4). Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap oleh
bakteria atau mikro-organisme, selanjutnya akan disintesa menjadi polyphospat dengan
menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Proses ini
dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.
Dengan demikian pengolahan air limbah rumah tangga/domestik dengan reaktor biofilter
anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik.
Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku
mutu air limbah, disamping itu juga ditentukan oleh debit air limbah yang dihasilkan. Indikator
pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis (Azwir, 2006).
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
besar kecilnya industri, pengawasan industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air
limbah yang ada. Air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi sesuai dengan
sumber asalnya. Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan
perubahan sifat Fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang
mencemari air. Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air sehingga menimbulkan
penyakit pada manusia dan binatang. Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi derajat
keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan pertilisasi permukaan air.
Limbah hasil industri menjadi salah satu persoalan serius di era industrialisasi. Oleh karena
itu, regulasi tentang industrialisasi ramah lingkungan menjadi isu penting (Basaran, 2013;
Wilson, et al., 2012). Alasan yang mendasari sebab limbah tidak hanya dari proses produksi
tapi juga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, pengolahan limbah harus dilakukan sedari dini
ketika proses produksi terjadi. Artinya, pengolahan limbah harus dilakukan dari hulu sampai
hilir karena jika ini tidak dilakukan maka ancaman terhadap pencemaran akan berakibat fatal
(Xue, et al., 2013; Mohanty, 2012). Urgensi penanganan dan pengelolaan limbah hasil industri
bahwa hasil produksi menimbulkan limbah yang rentan terhadap lingkungan, baik berupa
limbah cair, padat atau bentuk limbah lainnya. Oleh karena itu, edukasi kepada pelaku usaha
industri kecil terkait problem penanganan dan pengelolaan limbah hasil usaha sangat penting
(Nasir dan Fatkhurohman, 2010). Persoalan mendasar penanganan dan pengelolaan limbah
yaitu tentang minimnya pengetahuan pelaku usaha, utamanya dari kelompok industri kecil.
Hal ini kemudian menjadi pembenar tentang rendahnya kesadaran dari pelaku usaha industri
kecil terhadap manajemen penanganan dan pengelolaan limbah. Persoalan lainnya yang
terkait yaitu tidak adanya titik temu antara mereka yang dapat memanfaatkan limbah dengan
industri yang menghasilkan limbah. Padahal secara ekonomi sebenarnya semua limbah dapat
diolah untuk memberikan manfaat sehingga memberikan nilai dan keuntungan ekonomi, yaitu
tidak saja bagi pelaku industri, tetapi juga pihakpihak yang berkepentingan terhadap limbah
tersebut (Achillas, et al., 2013). Dari beragam persoalan limbah dan relevansinya dengan
pemanfaatan limbah, salah satunya isunya yaitu penanganan dan pengelolaan limbah hasil
industri kecil pembuatan tahu (Nasir dan Fatkhurohman, 2010). Limbah cair yang dihasilkan
dari industri kecil tahu di berbagai daerah potensial untuk dikembangkan menjadi energi
alternatif untuk pemenuhan kebutuhan kegiatan rumah tangga dan lainnya (Darsono, 2007;
Damayanti, et al., 2004). Terkait ini, Kartasura adalah salah satu daerah yang dikenal sebagai
sentra industri tahu. Oleh karena itu, kajian hasil limbah industri tahu di Kartasura menjadi
menarik karena tidak hanya terkait kepentingan pelaku usaha menambah penghasilan dari
limbah tapi juga tuntutan untuk menciptakan industri yang ramah lingkungan.
Komponen Pemanfaatan Limbah Hasil Produksi Industri tahu adalah salah satu industri
rumah tangga yang jumlahnya sekitar 84.000 unit dan kapasitas produksi 2,6 juta ton per
tahun sehingga produksi limbah cairnya 20 juta m3 per tahun dan emisi sekitar 1 juta ton CO2 .
Mayoritas industri tahu di Jawa sehingga konsentrasi pencemaran dari hasil industri tahu ada
di Jawa (Setiawan dan Rusdijati, 2014). Meski industri tahu mayoritas berskala kecil tapi
kontribusi terhadap ekonomi domestik dan penyerapan kerja cukup besar. Oleh karena itu,
pemanfaatan limbanya perlu dioptimalkan. Komponen pemanfaatan limbah hasil produksi
merupakan faktor penting yang akan menjadi kajian penelitian ini. Persoalan utama proses
produksi adalah limbah yang dihasilkan. Oleh karena itu tuntutan saat ini adalah zero waste
atau proses produksi minim limbah. Hal ini dapat dilakukan dilakukan dengan memulai
tahapan sumber produksi yang minim menghasilkan limbah. Artinya, bahan baku yang baik
berpengaruh pada hasil dengan limbah minim dan proses produksi yang baik juga berpengaruh
terhadap hasil akhir dan minimalisasi limbah. Terkait ini, penanganan limbah pada dasarnya
dimulai dari ketersediaan bahan baku dan juga proses produksi serta yang terakhir adalah
penanganan limbah yang dihasilkan.
Komponen Pengolahan Limbah Hasil Produksi Beberapa aspek yang harus diperhatikan
terkait urgensi pengolahan limbah hasil produksi di sentra industri tahu yaitu : 1. Reduce
Prinsip reduce adalah meminimalisasi limbah, terutama hasil akhir proses produksi. Meski
demikian, bukan tidak mungkin tahap ini juga dapat dilakukan sedari awal yaitu bahan baku
dan proses produksi. Hal ini menunjukan semua proses produksi pada dasarnya mampu
diupayakan untuk menghasilkan limbah seminimal mungkin. Tahapan ini biasanya dilakukan
dengan sistem filterisasi sehingga semakin tinggi dari tingkatan filterisasi maka secara otomatis
limbah yang dihasilkan semakin berkurang, begitu juga sebaliknya. Persoalan riil tahapan
reduce yaitu minimnya etos pengusaha terhadap hal ini. Selain itu, harapan terhadap
optimalisasi kapasitas produksi juga terkadang memicu sentimen negatif terhadap niat untuk
mereduksi limbah hasil produksi. Oleh karena itu, kesadaran untuk mencapai tahapan ini
adalah sangat penting. Faktor yang mendukung hal ini adalah minimnya permodalan dan
keterbatasan lahan, termasuk juga minimnya ruang gerak dari proses produksi yang dimiliki
industri tahu di berbagai daerah. 2. Reuse Prinsip reuse adalah upaya pemanfaatan kembali
limbah yang dihasilkan selama proses produksi. Yang dimaksud pemanfaatan bisa dalam
bentuk proses lanjutan atau pemanfaatan untuk kegiatan di bidang yang lain, misalnya pakan
ternak atau pemanfaatan lainnya. Terkait hal ini inovasi dan eksplorasi terhadap pemanfaatan
lain dari hasil proses produksi tahu menjadi sangat penting karena jumlah industri tahu di
Indonesia cukup banyak. Artinya, ini menjadi peluang mencari potensi kemanfaatan dari
melimpahnya limbah hasil produksi industri tahu. Persoalan reuse banyak disebabkan karena
tidak adanya kepentingan yang bersinergi antara limbah yang dihasilkan dengan tujuan
pemanfaatan. Hal ini mengindikasikan pentingnya mata rantai industri yang terbangun dari
semua aspek, terutama hulu sampai hilir. Sinergi industri dari hulu ke hilir memberikan
peluang yang sangat besar terhadap pemanfaatan semua limbah yang dihasilkan sehingga nilai
potensi dari setiap limbah bisa diserap dan dimanfaatkan bagi kepentingan industri lanjutan
tanpa mengurangi kuantitas dan kualitasnya. Oleh karena itu, semua industri seharusnya
memikirkan pola seperti ini sehingga persoalan limbah industri bisa direduksi dan secara tidak
langsung model sinergi ini mampu menciptakan zero waste di level industri apapun. Implikasi
jangka panjang dari model sinergi ini mampu menciptakan green production. 3. Recycle Prinsip
recycle adalah proses daur ulang dari limbah yang telah dihasilkan sehingga bisa dimanfaatkan
untuk kepentingan lain tanpa mengurangi produksi. Pemahaman recycle tidak bisa lepas dari
kepentingan untuk optimalisasi semua hasil akhir proses produksi, baik itu berupa limbah
padat, cair atau gas. Hal ini dapat dilakukan dengan proses kimia atau non-kimia. Selain itu,
proses recycle juga bisa dilakukan dengan cara alamiah, meski ini membutuhkan waktu yang
lebih lama terutama jika dibandingkan dengan cara yang menggunakan proses percepatan.
Selain itu, proses ini juga dimungkinkan dengan pemanfaatan yang bersifat non-ekonomi.
Pemahaman daur ulang selama ini lebih menekankan aspek kepentingan ekonomi semata,
padahal persepsian daur ulang tidak hanya terfokus kepada kepentingan ekonomi tapi juga
kemanfaatan untuk aspek yang lebih luas. Oleh karena itu, pemanfaatan yang masih mengacu
mata rantai industri tahu tentu memberikan nilai positif, meski hal ini juga bisa berkaitan
dengan pemanfaatan di luar mata rantai industri tahu itu sendiri. Potensi daur ulang semua
limbah hasil industri pada dasarnya mampu memberikan peluang sehingga hal ini perlu dikaji
lebih lanjut.
2. PENCEMARAN AIR
2.1 Definisi Dalam UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air yang
dimaksud dengan Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukkannya. Dari definisi tersebut tersirat bahwa pencemaran air
dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja dari kegiatan manusia pada suatu
perairan yang peruntukkannya sudah jelas.
Pencemaran Sungai
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung pada air.
Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tapi pada
akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi syarat menjadi masalah
seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air telah berkurang yang
disebabkan oleh pencemaran.
Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam air sungai terdapat berbagai macam zat
atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga
tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar
tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh suatu sungai yang mengandung
logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan
industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga.
Senyawa organik
Senyawa organik
Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domistik yakni yang berasal
dari buangan rumah tangga, dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan
pertokoan (daerah komersial). Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri,
pencemaran akibat limbah domistikpun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius.
Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan
kota, mengakibatkan tercemarnya badan – badan sungai oleh air limbah domestik,
bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah
tercemar pula. Ilustrasi mengenai pemakaian air dan nasibnya sebagai limbah cair
tersebut memberi gambaran bahwa air merupakan sumberdaya yang harus dikelola
secara hati-hati, menginga Ilustrasi mengenai pemakaian air dan nasibnya sebagai
limbah cair tersebut memberi gambaran bahwa air merupakan sumberdaya yang harus
dikelola secara hati-hati, mengingat
3.1 Disentri Penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri dysentery baccilus, waktu
inkubasi 1 - 7
hari, biasanya sekitar 4 hari atau kurang. Gejala penyakitnya antara lain : bakteri
dysentery yang masuk melalui mulut akan tumbuh di dalam perut besar, dan berubah
secara lokal ke kondisi sakit
misalnya timbulnya bisul pada selapur lendir (mucous membrane). Gejala utama yakni
mencret, mulas, demam, rasa mual, muntahmuntah, serta berak darah campur lendir.
Infeksi penyakit ini dapat berjangkit sepanjang tahun. Penderita dan carriernya adalah
sumber penuranan yang utama, dan penularannya dapat terjadi melalui makanan, air
minum atau kontak orang ke orang.
3.2 Tipus dan Paratifus
Penyebabnya adalah jenis bacillus typhus dan parathyphus, dengan waktu inkubasi
antara 1 sampai 3 minggu. Bakteri penyakit tersebut. masuk melalui mulut dan
menjangki pada struktur lympha (getah bening) pada bagian bawah usus halus,
kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-organ internal sehingga
gejala muncul pada seluruh tubuh misalnya: seluruh badan lemas, pusing, hilang nafsu
makan, dan timbul deman serta badan menggigil. Pada penderita yang serius sering
timbul gejala pendarahan usus. Suhu badan berfluktuasi dan akan turun perlahan-lahan
setelah infeksi berjalan tiga atau empat minggu, dan gejala umum juga hilang. Untuk
penyakit paratyphus, gejalanya hampir sama, hanya lebih lunak. Sumber penularan yang
utama adalah penderita itu sendiri atau carriernya, dan penularan dapat terjadi karena
infeksi yang disebabkan oleh bakteria yang ada di dalam tinja penderita mela
3.4 Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15 sampai 30 hari
(biasanya 30 hari). Infeksi umumnya terjadi melalui mulut. Gejala primairnya antara
lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa lelah/lemas di seluruh tubuh. Gelaja
spesifik antara lain terjadinya pembengkaan liver dan timbul gejala sakit kuning.
Sumber penularan yakni air minum atau makanan yang tercemar oleh kotoran manusia
yang mengandung virus hepatitis A