Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GEOGRAFI SOSIAL

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SERTA FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA

DOSEN PEMBIMBING
RERY NOVIO S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :
VIONA (19045108)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memeberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak kan sanggup untuk menyelasaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga slalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang kita
teladani sifat-sifat nya.
Kami mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan
nikmat-Nya baik berupa sehat akal pikiran, sehingga saya mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah "Geografi sosial" dengan judul
“Manusia dan kebudayaan serta faktor yang mempengaruhinya".
Kami tentu menyadari makalah ini jauh dari kata sempurana dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya
mohon maaf apa yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing saya
dalam penulisan makalah ini.Demikian, makalah ini dapat bermanfaaat. Terima kasih.

Sungai Penuh, 12 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang...............................................................................................................4
Rumusan masalah........................................................................................................ 4
Tujuan ....................................................................................................................... ..5
BAB II PEMBAHASAN
2. 1. Manusi..............................................................................................................5
2.2 Hakikat manusia.................................................................................................6
2.3 Kepribadian Bangsa Timur.................................................. .............................7
2.4 Pengertian kebudayaan......................................................................................7
2.5 Unsur-unsur budaya............................................................................................9
2.6 Wujud kebudayaan..............................................................................................10
2.7 Masalah pokok yang ada dalam kehidupan manusia...........................................11
2.8 Proses terjadinya perubahan kebudayaan dan faktornya.....................................13
2.9 Keterkaitan antara manusia dengan kebudayaan.................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan............................................................................................................20
3.2 saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan karena
dimana manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan
kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya. Sedangkan Manusia atau orang
dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau
secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens
(Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana,dalam agama, dimengerti
dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Selain itu
manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan
suatu kebiasaan-kebiasaan tertentu yang pada akhirnya menjadi budaya yang biasa
mereka lakukan.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya
dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan
terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya dan kebudayaan
mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia di dalam kehidupannya.
1.2 Rumusan masalah
(1) Apa saja unsur-unsur yang membangun manusia?
(2) Bagaimana hakikat manusia sebenarnya?
(3) Bagaimana kepribadian dari bangsa timur?
(4) Apa pengertian dari kebudayaan?
(5) Apa saja unsur-unsur dari kebudayaan tersebut?
(6) Apa saja wujud dari kebudayaan itu sendiri?
(7) Apa saja masalah pokok dalam kehidupan manusia?
(8) Bagaimana proses terjadinya perubahan kebudayaan dan faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut?
(9) Bagaimana keterkaitan antara manusia dengan kebudayaan?

4
1.3 Tujuan
(1) Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur yang membangun manusia.
(2) Untuk mengetahui hakikat manusia sebenarnya.
(3) Untuk mengetahui kepribadian bangsa timur.
(4) Untuk mengetahui apa itu kebudayaan.
(5) Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dari kebudayaan.
(6) Untuk mengetahui wujud dari kebudayaan.
(7) Untuk mengetahui masalah pokok yang ada dalam kehidupan manusia.
(8) Untuk mengetahui proses terjadinya perubahan kebudayaan dan faktor yang
mempengaruhi.
(9) Untuk mengetahui keterkaitan antara manusia dengan kebudayaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna
menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.
Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian- kejadian yang sudah
diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan
yang unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di pandang
sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan system
(ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan
mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat berdiri
sendiri (ilmu sosiologi) dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab pertanyaan
tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia berdasarkan
unsur-unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang akan menjadi
acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
1. Jasad :badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati
ruang dan waktu.
2. Hayat :mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
3. Ruh :bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang
menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
4. Nafs :dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.
( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur, yaitu:
1. Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id
merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual
menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang

6
harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung
melalui mimpi atau khayalan.
2. Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan kepuasan
Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip
realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
3. Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul kira-kira pada usia
lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu
menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman terinternalisasi. (freud,
dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
2.2 Hakikat manusia
Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat
manusia adalah makhluk yang sempurna,ada juga yang menyebutnya makhluk paling
cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif.
Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.

7
8.Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia dicipta dengan
diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang
terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan.
Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang


bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak
diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun
tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
2.3 Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan
masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang
menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai
sifat teposeliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa
timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea,
dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara
Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan
sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai
negara yang mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik.
Misalnya masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur
kata dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak
boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu
suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal
tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik.

8
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah
masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan
oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan
upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah
Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian
barong.
2.4 Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan
unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai
unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar
manusia.
Kebudayaan, cultuur (bahasa belanda), culture (bahasa inggris), tsaqafah (bahasa
arab), berasal dari perkataan latin “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi
arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam”.
Pada pertengahan kedua abad ke-19 Sir Edward Burnett Tylor (London, 2 Oktober
1832 – Wellington, 2 Januari 1917), Bapak Antropologi Budaya, Profesor Antropologi
pada Universitas Oxford, Inggris, melakukan serangkaian studi tentang masyarakat-
masyarakat“primitif”, yang meliputi perkembangan kebudayaan masyarakat manusia
melampaui fase-fase transisi “from savage through barbaric to civilized life,” dari
masyarakat liar, melewati kehidupan barbarik sampai pada kehidupan beradab. Studi
tentang kebudayaan masyarakat manusia ini disampaikannya dalam 2 (dua) jilid buku
berjudul Primitive Culture setebal hampir 1000 halaman (Tylor, 1871), meliputi
berbagai aspek kehidupan dan ketahanan hidup,kehidupan spiritual, kekuatan magik,
sihir, astrologi, permainan anak-anak, peribahasa, sajak anak-anak, ketahanan adat, ritus
pengorbanan, bahasa emosional dan imitatif, seni menghitung,berbagai macam dan
ragam mitologi, hingga berbagai macam dan ragam animisme, ritus dan upacara.

9
Tylor (1871: 1) memanfaatkan studi ini antara lain sebagai landasan untuk
menyusun konsep tentang kebudayaan, yang dirumuskannya secara singkat sebagai
berikut.
" Culture or Civilization... is that complex which includes knowledge, belief,
art,morals, law, custom, and many other capabilities and habits acquired by man as a
member of society". (Kebudayaan atau Peradaban... adalah satuan kompleks yang
meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, akhlak, hukum, adat, dan banyak
kemampuan-kemampuandan kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat).
Menurut Clyde Kluckhohn, mendefisikan kebudayaan sebagai “total dari cara
hidup suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh individu dari grupnya”. Gillin,
beranggapan bahwa “kebudayaan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang terpola dan
secara fungsional salingb bertautan dengan individu tertentu yang membentuk grup-
grup atau kategori sosial tertentu. sedangkan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
adalah “keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Menurut Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski, bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri.Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.Sedangkan
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun termurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social, religious, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dn artistic yang menjadi ciri khas
suatu masrakat. Sedangkan Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuaan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149) Kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan

10
adat istiadat. Sedangkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu- Zain)Kebudayaan
adalah, 1 segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran dan akal
budinya; 2 peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3 ilmu pengetahuan manusia
sebagai mahluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan
manfaat kepadanya.
Dari berbagai definisi menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa budaya
atau kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan budaya atau kebudayaan itu sendiri adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan masih banyak lagi,
yang kesemuanya itu ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakatnya.
2.5 Unsur-unsur kebudayaan
Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system
religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan,
system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta
kesenian. Untuk lebih jelas, masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
1. Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo
religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap
bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat
“menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga
menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk
membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan
usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo
socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia
membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang
merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

11
3. Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari
pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui,
kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan
pengetahuan ini menyebar luas.
4.Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai
homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus
meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo
faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang
dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus
mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu
mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia
pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan
dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia
dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas
untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
2.6 Wujud kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan
adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama,
kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa.
Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual)
yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih
abstrak dan lebih sulit dipahami.
1. Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba
dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini
banyak yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-
gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu

12
system, disebut system budaya atau culture system, yang dalam bahasa Indonesia
disebut adat istiadat.
2. Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai tindakan berpola
manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto
dan didokumentir.
3. Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya
manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias
diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan
masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
2.7 Masalah pokok yang ada dalam kehidupan manusia
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku
seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku
seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi
pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan
orang,
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu
buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk
memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan
segala tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara)
(Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan
dan makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang

13
berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini
berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada
kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup
(survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga
yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun,
ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi
kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang
memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus
usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan
yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap
alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia.
Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk
dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan
keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas
masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak
kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah,
mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan
horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi,
kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat
eligaterian.
2.8 Proses terjadinya perubahan budaya dan faktor yang mempengaruhinya
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang
terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan
kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan
kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.

14
Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi
wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-
hubungan dengan manusia lainnya. Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok
manusia di dalam masyarakat.
Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1.Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
2.Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat
menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Suatu
masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu ada kelompok-kelompok individu
yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan
baru diantaranya
1.Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan
dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2.Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan
ditentukan oleh nilai-nilai agama dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata
yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor
dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3.Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan
kebudayaan baru.
4.Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan
yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan
mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Menurut “Dr. H. Th. Fischer” dalam bukunya Pengantar Antropologi ada
sejumlah faktor yang mempengaruhi kebudayaan. Secara garis besar berikut bebera
faktor yang mempengaruhi kebudayaan adalah :

15
1. Faktor Kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu)
faktor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok
masyarakat;
2. Faktor Induk Bangsa
Ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan
Barat dan pandangan Timur. Pandangan Barat berpendapat bahwa perbedaan induk
bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu corak
kebudayaan. Berdasarkan pandangan Barat umumnya tingkat caucasoit dianggap lebih
tinggi dari pada bangsa lain, yaitu mingloid dan negroid. Sedangkan pandangan Timur
berpendapat bahwa peran induk bukan sebagai faktor yang lebih dulu lahir dan cukup
tinggi pada saat barat masih “tidur dalam kegelapan. Hal itu lebih jelas ketika dalam
abad XX, bangsa Jepang yang dapat dikatakan lebih rendah dari pada bangsa Barat; dan
3. Faktor Saling Kontak Antar Bangsa.
Hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang makin
sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangsa lain.
Akibat dari pada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa
mempertahankan kebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang lebih
kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan
asli lebih lemah dari pada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan asli dan terjadi
budaya jajahan yang sifatnya tiruan. (colonial and imitative culture). Teteapi, dalam
kontak antarbangsa ini, yang banyak terjadi adalah adanya keseimbangan yang
melahirkan buday campuran (acculturation).
Sedangkan faktor yang menyebabkan pergeseran atau perubahan budaya antara
lain:
Untuk mempelajari pergeseran budaya maka perlu diketahui sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya proses pergeseran itu, apabila diteliti lebih mendalam
mengenai sebab terjadinya suatu pergeseran kebudayaan masyarakat mungkin saja
dikarenakan adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan mungkin saja
pergeseran terjadi karena adanya faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai
pengganti faktor yang lama itu.

16
Atau mungkin juga suatu masyarakat mengalami pergeseran budaya karena terpaksa
demi untuk menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami
perubahan terlebih dahulu.
Sumber-sumber yang melatar belakangi terjadinya pergeseran budaya Menurut
“Soerjono Soekanto” terbagi menjadi 2 (Dua), yaitu faktor intern dan faktor ekstern
terletak dalam masyarakat itu sendiri (intern) dan ada yang terletak di luar (ekstern).
Sebab-sebab yang bersumber dari masyarakat itu sendiri diantaranya :
(1) Bertambah atau berkurangnya penduduk.
(2) Adanya penemuan-penemuan baru.
(3) Pertentangan masyarakat
(4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Sedangkan Sumber-sumber yang berasal dari luar masyarakat, yaitu :
(1) Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia.
(2) Peperangan
(3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Proses Pergeseran Budaya


Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses pergeseran budaya terdapat
faktor-faktor yang mendorong jalannya pergeseran yang terjadi. Menurut “Soerjono
Soekanto” (2006 : 287) faktor-faktor tersebut antara lain :
(1) Kontak dengan kebudayaan lain.
(2) Sistem pendidikan formal yang maju.
(3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
(4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpan yang bukan delik.
(5) Sistem terbuka lapisan masyarakat
(6) Penduduk yang heterogen.
(7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
(8) Orientasi ke masa depan.
(9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.6
Selain itu Rosenberg percaya bahwa komunikasi massa berdampak besar terhadap
kebudayaan, dan pendapatnya terangkum berikut ini :

17
“Tidak diragukan lagi bahwa media massa dapat mengancam otonomi seseorang.
Selain bisa menyemaikan bibit kebebasan, media juga berpotensi menghasilkan
berbagai hal buruk. Tidak ada seni, pengetahuan atau sistem etika yang terbebas dari
pengaruhnya”.
Inti pendapat Rosenberg adalah bahwa proses penciptaan budaya massal terus
berlangsung. Karya besar Shakespare acap kali diperlakukan sama dengan karya
picisan, dan ini mengakibatkan goyahnya apresiasi para pembaca.7
Adapun Faktor-Faktor yang Menghalangi Pergeseran Budaya
(1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
(2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
(3) Sikap masyarakat yang tradisional.
(4) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat.
(5) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
(6) Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.
Adapun Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
(1) Adat atau kebiasaan.
(2) Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
2.9 Keterkaitan antara manusia dengan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama
lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari
berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh
keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo
economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik),
makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada
peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak

18
akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia
melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau
tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu
mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini
kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan
masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya
bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya
merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan
antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya
peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang
membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dan juga
misalnya saya orang betawi walaupun saya lahir di Bali tetapi tetap saja saya orang
betawai ngikutin abah dan emak saya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri.
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat
dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut.
Kedua posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang
lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan
atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis
dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan
antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut
disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis
dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai
aufgehoben.

19
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi
dunia adalah sama dengan isi kesadaran Dalam sistem filsafatnya, Hegel
menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis
baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan
aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b)
merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan
yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana
keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling
mengucilkan.
3 Tahap Proses Dialektis
1.Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan
manusia
2.Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan
demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan
membentuk perilaku manusia.
3.Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat
hidup dengan baik sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(1) Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
(a)Jasad :badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati
ruang dan waktu.
(b) Hayat :mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
(c) Ruh :bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang
menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
(d) Nafs :dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.
(2) Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat
manusia adalah makhluk yang sempurna,ada juga yang menyebutnya makhluk paling
cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif.
Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya.
(3) Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan
masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang
menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
(4) kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
(5) Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system
religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan,
system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta
kesenian.
(6) Wujud kebudayaan,yaitu:wujud ideal kebudayaan, sistem sosial dan kebudayaan
fisik.
(7) Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah:

21
(a) masalah hakekat hidup,
(b) hakekat kerja atau karya manusia,
(c) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,
(d) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(e) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
(8) perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga
tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
(9) Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama
lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari
berbagai segi.
3.2 Saran
Harapan nya makalah dapat di jadikan referensi untuk pembaca dalam menambah
wawasan dan pengetahuan. Dan menjadi sumber literasi berikutnya untuk membuat
makalah dengan tema yang sama. Dan melalui tulisan dalam makalah ini penyaji
berharap pemabaca dapat memahami dengan baik dari. Sehingga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan nilai literasi yang baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Nurdien Harry Kistanto. 2008. " Konsep Budaya ". Hal 1-11.
Mahdayeni, dkk. 2019. " Manusia dan kebudayaan ( Manusia dan sejarah kebudayaan,
manusia dalam keanekaragaman budaya dan peradaban, manusia dan sumber
penghidupan)". Jurnal Manajemen Pendidikan Islam". Vol 7. Nomor. 2: Agustus 2019.
Hal 154-165.
https://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/faktor-faktor-yang mempengaruhi.html?m=1
http://yossyuslaf.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
http://aras-rizki.blogspot.com/2012/03/pengertian-tentang-manusia-dan.html?m=1
http://myfatihurrizqi.blogspot.com/2016/03/tentang-manusia-kebudayaan-disusun-
oleh.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai