Anda di halaman 1dari 7

Volume 1, Nomor 2, Agustus 2020 P-ISSN 2721-0456

E-ISSN 2746-6876

PENGARUH KETINGGIAN AIR TERHADAP KONSUMSI OKSIGEN LARVA


IKAN MAS KOI (Cyprinus carpio)

Oleh

Kifly, Irman Halid, Harfika Sari Baso


Email: kifly.kiff003@gmail.com

Universitas Andi Djemma Fakultas Perikanan Jln. Puang H.Daud No.4 Kota
Palopo

ABSTRAK

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak diminati
oleh berbagai lapisan masyarakat di dalam negeri maupun di luar negeri karena
komposisi warna yang dimilikinya. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang
digemari oleh masyarakat adalah ikan koi. Salah satu jenis ikan hias air tawar
yang banyak disenangi karena keindahannya seperti memiliki bentuk, warna dan
corak yang indah. Ikan mas koi memiliki potensi yang cukup menjanjikan
dibidang bisnis
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat konsumsi oksigen larva
ikan koi (Cyprinuscarpio) pada wadah pemeliharaan akuarium dengan tinggi air
yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 di
laboratorium UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Bantimurung Kabupaten Maros,
Provinsi Sulawesi Selatan. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4
perlakuan, 3 ulangan pada pemeliharaan larva ikan koi yaitu Perlakuan A : Tinggi
air 15 cm, Perlakuan B : Tinggi air 20 cm, Perlakuan C : Tinggi air 25 cm dan
Perlakuan D : Tinggi air 30 cm.

Kata kunci: Tinggi air, Konsumsi oksigen, larva ikan koi.

ABSTRACT

Ornamental fish is a fishery commodity that is in great demand by various


levels of society at home and abroad because of its color composition. One type
of freshwater ornamental fish favored by the community is koi fish. One type of
freshwater ornamental fish that is much loved because of its beauty such as
having beautiful shapes, colors and patterns. Koi goldfish have promising
potential in the business sector
This study aims to analyze the level of oxygen consumption of koi fish
larvae (Cyprinuscarpio) in aquarium maintenance containers with different water
levels. This research was conducted in September 2018 at the UPTD Laboratory
of the Bantimurung Fish Seed Center (BBI), Maros Regency, South Sulawesi
Province. Using a completely randomized design (CRD) 4 treatments, 3
repetitions on the rearing of the koi fish larvae, namely Treatment A: Water height
15 cm, Treatment B: Water height 20 cm, Treatment C: Water height 25 cm and
Treatment D: Water height 30 cm.

Key words: Water level, Koi fish larvae, oxygen consumption.

77 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020


PENDAHULUAN hingga saat ini masih belum
mencukupi.
Ikan hias merupakan salah Salah satu kendala dalam
satu komoditas perikanan yang usaha budidaya ikan koi yaitu tingkat
banyak diminati oleh berbagai kelangsungan hidup yang rendah
lapisan masyarakat di dalam negeri dan pertumbuhan ikan yang relatif
maupun di luar negeri karena lambat. Kondisi ini salah satunya
komposisi warna yang dimilikinya. disebabkan oleh adanya perubahan
Salah satu jenis ikan hias air tawar suhu atau tidak stabilnya suhu,
yang digemari oleh masyarakat sehingga ikan koi menjadi stres dan
adalah ikan koi. Salah satu jenis ikan mati. Selain itu, tidak stabilnya suhu
hias air tawar yang banyak juga mengakibatkan pertumbuhan
disenangi karena keindahannya ikan menjadi lambat. Hal ini
seperti memiliki bentuk, warna dan disebabkan suhu sangat
corak yang indah. Ikan mas koi berpengaruh terhadap proses
memiliki potensi yang cukup metabolisme dan akan berpengaruh
menjanjikan dibidang bisnis terhadap pertumbuhan ikan (Mufidah
(Ariyana, 2016). et.al.,2009).
Pertumbuhan ikan mas koi Volume air merupakan faktor
sangat tergantung kepada beberapa penting yang mempengaruhi faktor
faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis, kuantitas dan kulitas fisika dan kimia
kemampuan memanfaatkan air serta aktivitas pemijahan
makanan, ketahanan terhadap ikan.Ikan koi merupakan ikan
penyakit serta didukung oleh faktor pemakan dasar dan melakukan
lingkungan seperti kualitas air, gerak naik kepermukaan untuk
pakan dan ruang gerak atau padat aktivitas fisilogisnya.Ketinggian air
penebaran. Tingginya jumlah yang tinggi menyebabkan jarak
permintaan dari pasar ikan hias saat kepermukaan semakin besar
ini terkadang tidak terpenuhi karena sehingga semakin besar pula energi
jumlah ikan hias yang dihasilkan yang terpakai sehingga akan
masih berkurang atau masih belum berpengaruh terhadap proses
mencukupi. pertumbuhan. Volume air juga
Hal ini dikarenakan memberikan andil terhadap kuantitas
pertumbuhan benih ikan koi yang air yang digunakan. Ketinggian air
sangat lambat dan sulit untuk yang tinggi menyebabkan banyak air
menghasilkan benih yang bermutu yang digunakan sehingga menuntut
tinggi. Ikan koi yang berkualitas ketersediaan air dalam jumlah yang
dapat dibentuk dari induk yang banyak dan berkesinambungan
berkualitas baik, benih unggul dan (Witjaksono, 2009).
juga dengan tidak Penelitian terkait dengan
mengesampingkan faktor lingkungan ketinggian air telah banyak
dan pakan (Kottelat, 1993). dilakukan.Hasil penelitian
Usaha pembenihan ikan mas Witjaksono (2009) menunjukkan
koi hingga saat ini telah berkembang Ketinggian air tidak berpengaruh
pesat, sejalan dengan pertumbuhan terhadap sintasan atau tingkat
penduduk. Salah satu mata rantai kelangsungan hidup tetapi
usaha budidaya ikan mas koi adalah berpengaruh terhadap pertumbuhan
tersedianya benih yang mencukupi larva ikan Koi dan semakin rendah
baik kuantitas maupun kualitas. permukaan air semakin cepat pula
Walaupun usaha pembenihan ikan larva mendapatkan makanan
khususnya ikan mas koi telah lama (Asmawi, 1985).
dilakukan, tetapi kebutuhan benih Informasi terkait ketinggian
air untuk kegiatan pembesaran

78 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020


belum ditemukan.Oleh karena itu, 3) wadah yang sebelumnya
perlu dilakukan penelitian terkait telah disiapkan dan
ketinggian air dalam hubungannya dibersihkan, masing-masing
dengan komsumsi oksigen dan wadah diisi air dengan
pakan larva ikan, khususnya ikan ketinggian15cm, 20 cm, 25
koi. Volume air dalam kegiatan cm dan 30cm.
pembenihan diduga akan 4) Penebaran larva ikan koi.
mempengaruhi kualitas air yang 5) Penutupan akuarium dengan
dapat berdampak terhadap aktvitas menggunakan plastik
pertumbuhan ikan. Volume air juga 6) Pengukuran DO setiap hari
mempengaruhi kuantitas air yang 7) Pengukuran kualitas air
digunakan yang berdampak seperti suhu dan pH
terhadap optimalisasi pemanfaatan dilakukan setiap hari.
air yang efisisen dan efektif.
2. Parameter yang diamati
METODE PENELITIAN
Parameter yang diamati pada
Penelitian ini dilaksanakan penelitian ini adalah tingkat
pada bulan September 2019 di ketinggian air pada konsumsi
UPTD Balai Benih Ikan (BBI) oksigen ikan koi.
Bantimurung Kabupaten Maros, Kelangsungan hidup ikan
Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan sangat ditentukan oleh
menggunakan rancangan percobaan kemampuanya memperoleh oksigen
Rancangan Acak Lengkap (RAL) terlarut yang cukup dari
dengan 4 perlakuan dimana setiap lingkungannya (Junior, 2013),
perlakuan diulang sebanyak 3 kali konsumsi oksigen digunakan untuk
sehingga di peroleh 12 unit akuarium menilai laju metabolisme ikan.
berukuran 30x20x35 cm, kemudian Komsumsi oksigen ikan diukur
ikan ditebar sebanyak 15 ekor menggunakan rumus (Tyler,et.al,
kedalam akuarium yang telah di isi 1988) yaitu:
air.
𝐌𝟎 − 𝐦𝟏 𝐕 − 𝐯 𝐦𝐠/𝐋
Perlakuan A : Ketinggian air 15 cm 𝐭
(15 ekor)
Perlakuan B : Ketinggian air 20 cm Keterangan
(15 ekor) M0 : Kadar oksigen terlarut tanpa
Perlakuan C : Ketinggian air 25 cm ikan
(15 ekor) m1 : Kadar oksigen terlarut dalam
Perlakuan D : Ketinggian air 30 cm bejana yang memiliki ikan,
(15 ekor) setelah 1 jam
V : Volume bejana
1. ProsedurKerja v : Volume ikan
t : Waktu
Penelitian ini didahului dengan
persiapan yang meliputi: 3. Analisis Data
1) Persiapan alat dan bahan
yang akan digunakan. Perubahan yang diamati
2) Pencucian akuarium sebelum menggunakan RAL, dengan data
digunakan, kemudian konsumsi oksigeen dianalisis
pasangkan label setiap dengan analisis statistika
wadah dan ukur menggunakan aplikasi SPSS Versi
menggunakan mistar dan 19, yang meliputi Analisis Ragam
beri tanda menggunakan (ANOVA) uji F untuk mengetahui
spidol pengaruh perlakuan terhadap

79 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020


parameter. Apabila berpengaruh untuk pernapasan, proses
nyata, untuk melihat perbedaan metabolisme atau pertukaran zat
antar perlakuan (perbedaan Tinggi yang kemudian menghasilkan energi
Air) akan diuji menggunakan Uji untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Beda Nyata Jujur atau Tukey dan uji Disamping itu, oksigen juga
beda nyata terkecil atau LSD (Least dibutuhkan untuk oksidasi bahan-
significance Different). Selanjutnya bahan organik dan anorganik dalam
data disajikan dalam bentuk tabel proses aerobik. Sumber utama
dan grafik oksigen dalam suatu perairan
berasal sari suatu proses difusi dari
HASIL DAN PEMBASAN udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam
1. Komsumsi Oksigen perairan tersebut (Salmin, 2000).
Oksigen terlarut (Dissolved Grafik tingkat konsumsi oksigen
Oxygen atau biasa disebut DO) dapat dilihat pada Gambar 1
dibutuhkan oleh semua jasad hidup berikut:
45
Rerata Konsumsi

40
35
Oksigen

30
25
20
15
10
5
0
7 12 5 7 12 5
A (15cm) 1.54 10.48 29.86 18.62 24.45 41.74
B (20cm) 1.32 5.09 13.04 23.18 31.23 34.42
C (25cm) 2.57 9.07 13.9 25.21 32.47 37.37
D (30cm) 2.91 7.19 8.67 17.49 26.88 31.48

Gambar 1. Laju Konsumsi Oksigen Ikan Koi (Cyprinus carpio)

Gambar di atas dapat dilihat bahwa 17.00 tingkat konsumsi oksiger


tingkat konsumsi oksigen pada tiap tertinggi terdapat pada perlakuan A
perlakuan berbeda. Pada hari ke-1 (15cm) yaitu sebesar 29,86
pukul 07.00 tingkat konsumsi mg/O2/g/Jam, disusul perlakuan C
oksigen tertinggi terdapat pada (25cm) sebesar 13,90 mg/O2/g/Jam,
perlakuan D (30cm) sebesar 2,91 selanjutnya perlakuan B (20cm)
mg/O2/g/Jam, setelah itu perlakuan 13,04 mg/O2/g/Jam dan terendah
C (25cm) 2,57 mg/O2/g/Jam dan perlakuan D (30cm) yaitu sebesar
terendah perlakuan A (15cm) yaitu 8,67 mg/O2/g/Jam.
sebesar 1,54 mg/O2/g/Jam. Pada hari ke-2 pukul 07.00
Selanjutnya, pada pukul 12.00 konsumsi oksigen tertinggi terdapat
tingkat konsumsi oksigen tertinggi pada perlakuan C (25cm) sebesar
terdapat pada perlakuan A (15cm) 25,21 mg/O2/g/Jam, disusul
yaitu sebesar 10,48 mg/O2/g/Jam, perlakuan B (20cm) sebesar 23,18
disusul perlakuan C (25cm) sebesar mg/O2/g/Jam, selanjutnya perlakuan
9,07 mg/O2/g/Jam, selanjutnya A (15cm) 18,62 mg/O2/g/Jam, dan
perlakuan D (30cm) sebesar 7,19 tingkat konsumsi oksigen terendah
mg/O2/g/Jam dan terendah pada terdapat pada perlakuan D (20cm)
perlakuan B (20cm) yaitu sebesar 17,09 mg/O2/g/Jam. Pada pukul
5,09 mg/O2/g/Jam. Pada pukul 12.00 tingkat konsumsi oksigen

80 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020


tertinggi terdapat pada perlakuan C Hasil pengamatan tingkat
(25cm) 32,47 mg/O2/g/Jam, konsumsi oksigen berbeda, hal ini
selanjutnya perlakuan B (20cm) dikarenakan seiring meningkatnya
31,23 mg/O2/g/Jam, dan disusul pertumbuhan ikan. Menurut Yuwono
perlakuan D (30cm) 26,88 (2001), yang menemukan bahwa
mg/O2/g/Jam, dan terendah konsumsi oksigen meningkat seiring
perlakuan A (15cm) yaitu sebesar dengan peningkatan berat tubuh dan
24,45 mg/O2/g/Jam. Selanjutnya volume ikan.
pukul 17.00 konsumsi oksigen Kelangsungan hidup ikan
tertinggi terdapat pada perlakuan A sangat ditentukan oleh
(15cm) yaitu sebesar 41,74 kemapuannya memperoleh oksigen
mg/O2/g/Jam, selanjutnya perlakuan yang cukup dari lingkungannya.
C (25cm) dengan nilai konsumsi Berkurangnya oksigen terlarut dalam
oksigen sebesar 37,37 perairan, tentu saja akan
mg/O2/g/Jam, dan selanjutnya mempengaruhi fisiologi respirasi
ikan, dan hanya ikan yang memiliki
sistem respirasi yang sesuai dapat
Rerata bertahan hidup (Fujaya, 2004).
Konsumsi oksigen pada
Rerata setiap jenis ikan berbeda-beda.
Konsumsi oksigen dipengaruhi oleh
112.11 beberapa faktor seperti temperatur,
103.28 ukuran tubuh dan aktifitas yang
89.58 94.44
dilakukannya (Yuwono, 2001).
Konsumsi oksigen pada tiap
organisme berbeda-beda tergantung
pada aktivitas, jenis kelamin, ukuran
tubuh dan hormon. Fathuddin (2003)
mengemukakan bahwa faktor lain
A (15cm) B (20cm) C (25cm) D (30cm yang menyebabkan perbedaan
konsumsi oksigen terlarut adalah
nutrisi dan usia. Semakin besar
Gambar 2. Rerata konsumsi oksigen bobot ikan maka semakin banyak
ikan koi selama penelitian pula konsumsi oksigennya begitupun
sebaliknya. Semakin banyak
perlakuan B (20cm) yaitu konsumsi oksigen, semakin besar
34,42 mg/O2/g/Jam, konsumsi laju metabolismenya.
oksigen terendah sebesar D (30cm)
yaitu 31,48 mg/O2/g/Jam.

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam Anova


ANOVA
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between
26.148 3 8.716 27.512* .000
Groups
Within Groups 2.534 8 .317
Total 28.682 11
(*) berpengaruh sangat nyata

Hasil analisis ragam anova tingkat diatas menunjukkan bahwa


konsumsi oksigen pada tabel 1 perlakuan tinggi air berpengaruh

81 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020


sangat nyata terhadap tingkat berada pada batasan yang dapat
konsumsi oksigen (P> (α) 0,01), ditoleransi pada budidaya ikan
selanjutnya dilakukan uji lanjut gabus. Menurut Kordi (2009). Ikan
sehingga di peroleh hasil bahwa koi dapat hidup dengan baik pada
perlakuan A (15 cm) berbeda nyata suhu 25-32 oC.
dengan perlakuan B (20 cm) dan C
(25 cm), namun tidak bereda nyata 2) Derajat Keasaman (pH)
pada perlakuan D (30 cm).
Hasil yang tersaji pada gambar 4.
2. Parameter Kualitas Air menunjukkan nilai yang bervariasi
dengan pola naik turun. Kisaran pH
1) Suhu yang diperoleh selama penelitian
pada pemeliharaan hari ke-1 pukul
Hasil pengukuran suhu
06.00 yaitu 8,8. Pada pukul
yang diperoleh selama penelitian
07.009,1. Pada pukul 12.00 9,1.
menunjukkan nilai yang bervariasi
Pukul 17.00 8,9. Pada hari ke-2
sebagaimana yang di sajikan pada
pukul 07. 00 kisaran pH yaitu 9,0.
Gambar 3:
Pukul 12.00 8,9 dan pukul 17.00
berkisar 9,0.
Suhu
Suhu
pH
Ph
31
30 30 9.1 9.1
29 29 9 9
28 8.9 8.9
27 8.8

6 7 12 5 7 12 5

Gambar 3. Pengamatan suhu 6 7 12 5 7 12 5

Gambar 3 menunjukkan
Gambar 4. Pengamatan pH yang
bahwa menunjukkan bahwa suhu
diperoleh selama penelitian
pada masing-masing perlakuan
cukup variatif yang menunjukkan
Kisaran konsentrasi pH yang
pola naik turun tidak ada nya nilai
diperoleh tersebut masih berada
yang terlalu signifikan dikarnakan
pada batasan yang dapat ditoleransi
kolam aquarium berasa dalam
pada budidaya ikan Koi.
ruangan sehingga tidak terlalu
mempengaruhi suhu pada
KESIMPULAN
pemeliharaan. Kiasaran suhu yang
diperoleh pada hari pertama pukul Hasil penelitian mengenai
6.00 yaitu 29oC, pukul 07.00 27oC, pengaruh ketinggian air yang
pukul 12.0029oC, pukul17.00 31oC berbeda dalam pemeliharaan larva
dan pada pukul 07.0028oC, pukul ikan koi (Cyprinus carpio)dapat
12.00 30oC, dan pukul 17.00 diambil kesimpulan dari hasil analisis
berkisar 31oC. Kisaran konsentrasi ragam anova yang menunjukkan
suhu yang diperoleh tersebut masih

82 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020


bahwa perlakuan tinggi air Perikanan. Rineka Cipta,
berpengaruh sangat nyata terhadap Jakarta.
tingkat konsumsi okssigen (P> (α) Junior, M. J. 2013. Kiat Memijahkan
0,01),selanjutnya dilakukan uji lanjut Ikan Hias Secara Teratur.
sehingga di peroleh hasil bahwa Kottelat, M., Whitten, A J.,
perlakuan A (15 cm) berbeda nyata Kartikasari, S N.,
dengan perlakuan B (20 cm) dan C Wirjoatmodjo, S. 1993. Ikan
(25 cm), namun tidak berbeda Air Tawar Indonesia Bagian
berbeda nyata pada perlakuan D (30 Barat dan Sulawesi. Periplus.
cm). Jakarta.
Mufidah, N.B.W, Rahardja, B.S., dan
DAFTAR PUSTAKA Satyantini W.H. 2009.
Pengkayaan dapnia sp
Amri, K dan Khairuman. 2008. Buku Dengan Viterna Terhadap
Pintar Budidaya 15 Ikan Kelangsungan Hidup dan
Konsumsi. Agromedia Pertumbuhan Larva Lele
Pustaka. Jakarta. dumbo (Clarias
Ariyana. 2016. Pertumbuhan dan gariepinus).Jurnal. Ilmiah
Efisiensi Pakan Pada Ikan Perikanan dan Kelautan Vol 1
Koi (Cyprinus carpio) yang No 1 April 2009. Fakultas
Diberi Berbagai Tipe Pakan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Gel yang Berbeda. [Skripsi]. Universitas Airlangga.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Tyler, C.R and J. P. Sumpter, J.P.
Perikanan. Universitas 1988. Oocyte Growth and
Hasanuddin. Makassar development in teleost.
.Asmawi,S.1985.Ekologi Ikan. Reviews in Fish Biology and
Fakultas Perikanan Unlam. Fisheries.
Penerbit Witjaksono, A. 2009. Kinerja
MediaKampus.Banjarmasin.1 Produksi Pendederan Lele
05Hal.Bandung.Widya Sangkuriang (Clarias sp)
Padjajaran.21 Melalui Penerapan Teknologi
Fathuddin, M. Iqbal Djawal dan Ketinggian Media Air 15cm,
Liestiati Fachruddin. 2003. 20cm, 25cm, 30cm.skripsi.
Konsumsi Oksigen Juvenil Program Studi Teknologi Dan
Ikan Bandeng (Chanos Manajemen Akuakultur
chanos Forskall) Terhadap Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Air Tercemar Seng (Zn). J. Kelautan Institut Pertanian
Sains dan Tekhnologi, 3 (3): Bogor.
81-86.s Yuwono, E. dan P. Sukardi. 2001.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Fisiologi Hewan Air. CV
Pengembangan Teknik Sagung Seto, Jakarta. 64 hal.

83 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 1, No. 2, 2020

Anda mungkin juga menyukai