Anda di halaman 1dari 3

Jeruji Organisasi dalam Berkreasi

Perkenalkan namaku Syahrul Gunawan, aku lahir di salah satu daerah Provinsi D.I
Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Gunung KIdul pada tanggal 26 Oktober 2000.
Sekarang aku tinggal di kabupaten klaten tepatnya di Kecamatan Pedan karena ayahku
berasal dari Pedan. Sewaktu kecil aku bercita-cita untuk bias sekolah di sekolah favorit
dan Alhamdulillah aku sejak sd hingga sekarang SMA ini aku bisa sekolah di salah satu
sekolah yang prestasinya cukup memuaskan khusunya di Kabupaten Klaten.
Saat ini aku mengenyam pendidikan di SMAN 1 Cawas,kebanyakan orang menyebutnya
SMANCA. SMAN 1 Cawas adalah salah satu sekolah favorit di Kabupaten Klaten
terletak di Desa Tugu,Kecamatan Cawas. Memang SMANCA terletak di desa dan jauh
dari perkotaan namun hal itu tidak membuat SMANCA miskin prestasi meskipun bukan
sekolah nomer 1 di Kabupaten Klaten namun prestasinya tidak kalah dengan sma favorit
lainnya terbukti dengan setiap tahun jumlah siswa SMAN 1 Cawas yang lolos seleksi
masuk perguruan tinggi negeri terbilang tidak sedikit baik melalui jalur SNMPTN,
SBMPTN, maupun Ujian Mandiri.
Sejak smp aku berkeinginan bahwa pada saat duduk di bangku sekolah menengah atas
aku ingin berkecimpung di organisasi pecinta alam dan benar saja pada Ahad, 6
November 2016 aku dilantik menjadi bagian dari organisasi pecinta alam di SMAN 1
Cawas atau biasa dikenal dengan nama LAREPA SMANCA dan pada Ahad, 6 Agustus
2017 aku diamanahi sebagai ketua umum dari organisasi tersebut.
Apa sih LAREPA? LAREPA kepanjangan dari Lingkungan Anak Remaja Pencinta Alam
SMAN 1 Cawas adalah sebuah organisasi pecinta alam yang berada di SMAN 1 Cawas
yang notabene program kerjanya bergelut dengan alam bebas baik gunung, pantai, sungai,
maupun di sekitar pedesaan atau pemukiman warga. LAREPA di bentuk pada tanggal 27
September 1998 sampai saat ini LAREPA sudah memiliki beberapa program kerja
diantaranya Pendidikan Dasar Pecinta Alam (PDPA), penghijauan, riverboarding, susur
pantai, pendakian masal (PENMAS), climbing, repling, dan sebagainya.
Sejak dulu larepa memang terkenal dengan organisasi yang kebanyakan berisi anak-anak
yang menyimpang peraturan misalnya berambut panjang, datang terlambat, dan sering
bolos pelajaran. Namun dibalik itu semua anak-anak larepa mempunyai prinsip dan
tanggung jawab terhadap diri mereka masing-masing sehingga sebagian besar dari
mereka tidak mau didoktrin dengan berbagai aturan yang membatasi ruang gerak mereka.
Larepa tidak hanya mengajak kita untuk sekedar bersenang-senang naik gunung jalan-
jalan dipantai namun mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan lingkungan,
bersosialisasi dengan masyarakat bagaimana bertahan hidup di alam liar jika kekurangan
bahan makan, bagaimana cara berorganisasi yang baik, dan masih banyak lagi. Hal itu
dibuktikan dengan adanya program kerja penghijauan yang mana pada program kerja
tersebut tidak hanya anggota dan pengurus larepa saja yang terlibat pada acara tersebut
tetapi juga melibat elemen masyarakat seperti pemuda-pemudi atau karang taruna di
tempat penyelenggaraan acara penghijauan tersebut.
Namun beberepa tahun belakangan ini termasuk dalam kepengurusan angkatan saya
hingga detik ini ada beberapa program kerja larepa yang terpaksa vakum hal itu
dikarenakan tidak lain dan tidak bukan adalah tidak memperoleh ijin dari pihak sekolah
untuk melaksakan kegiatan tersebut. Dengan berbagai alasan klise pihak sekolah berusaha
membatasi ruang gerak kami hingga akhirnya beberapa program kerja larepa terpaksa
vakum.
Pendakian masal (PENMAS) merupakan salah satu contoh dari program kerja larepa
yang terpaksa vakum padahal acara tersebut adalah acara puncak kegiatan larepa selama
satu tahun dan merupakan acara yang ditunggu-tunggu semua anggota larepa.
Acara tersebut tidak hanya sekedar naik gunung bersama-sama tetapi juga bertujuan
untuk melatih skill atau materi yang telah diberikan pada kegiatan larepa sebelumnya
baik itu survive skill, manajemen perjalan, perngepakan barang dengan baik dan benar,
pertolongan pertama pada kecelakaan(PPPK) dan juga melatih mental dan kekompakan
semua anggota larepa agar bisa bertahan pada kondisi terburuk dan juga memiliki rasa
kekeluargaan yang kuat. Pada acara tersebut tidak hanya anak-anak dari keluarga besar
larepa saja yang boleh mengikuti acara tersebut tetapi anak-anak yang tidak tegabung
dalam keluarga besar larepa juga boleh mengikuti asalkan mengikuti peraturan yang
diberikan panitia pelaksana kegiatan.
Sejak tahun 2016 pihak sekolah tidak memberikan ijin pada panitia pelaksana pendakian
masal larepa dengan alasan bahwa pihak sekolah tidak mau mengambil resiko dengan
berbagai anacaman bahaya yang mengincar fisik bahkan nyawa semua anggota larepa.
Padahal penmas merupakan program kerja yang selalu dilaksanakan setiap tahun oleh
pengurus larepa sejak pertama larepa dibentuk tentu saja semua panitia pelaksana sudah
mempunyai kemampuan dan pengalaman yang cukup untuk melaksanakan program kerja
tahunan tersebut dan juga pada setiap kegiatan larepa apapun itu senior dan alumni yang
tergabung di organisasi Lingkungan Anak Remaja Pecinta Alam selalu datang membantu
para panitia pelaksana kegiatan.
Sebelum melaksanakan acara tersebut para panitia pelaksana sudah melakukan persiapan
guna mengantisipasi dan memperkecil kemungkinan mengenai berbagai ancaman bahaya
yang mengintai fisik bahkan nyawa semua orang yang terlibat pada acara tersebut. Panitia
mempersiapkan itu berbulan-bulan sebelum acara tersbut dengan mengadakan rapat dan
koordinasi yang melibatkan semua panitia senior alumni dan pembina secara terstruktur
dan juga melakukan survei lokasi pada tempat-tempat yang akan digunakan
melangsungkan acara tersebut.
Menurut kacamata saya tidak semua organisasi di SMAN 1 Cawas yang mengalami nasib
yang sama seperti halnya larepa. Organisasi yang lain bisa melaksanakan program kerja
sesuai dengan planing mereka masing-masing. Namun apa yang terjadi dengan larepa?
pada waktu panitia mengajukan permohonan ijin kepada pihak sekolah, mereka selalu
pulang dengan tangan hampa. Semua persiapan telah dilakukan dengan detail dan matang
tetapi selalu terpatahkan oleh sulitnya mendapatkan ijin dari pihak sekolah.
Dalam hati aku selalu bertanya apa ada yang salah dengan larepa?apakah karena
kenakalan anak-anak larepa membuat pihak sekolah membatasi ruang gerak larepa dalam
berkreasi?menurut saya tidak karena hampir semua organisasi juga memiliki anak-anak
yang tingkat kenakalannya tidak berbeda jauh dengan anak-anak larepa. Apakah memang
program kerja larepa yang terlalu beresiko untuk seumuran anak sekolah atas sehingga
pihak sekolah tidak berani mengambil resiko dengan acara yang diadakan larepa?menurut
saya juga karena larepa sudah belasan tahun mengadakan acara sedemikian rupa sehingga
sudah memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup untuk mengadakan acara
seperti ini toh jika terlalu berisiko mengapa dulu pihak sekolah membentuk organisasi
semacam ini jika tidak berani mengambil risiko yang besar. Apakah karena sistem
birokrasi SMAN 1 Cawas yang memang tidak suka dengan larepa sehingga mereka
menganak tirikan dan mambatasi ruang gerak larepa untuk berkreasi dan berorganisasi?
entahlah. Yang jelas seburuk apapun keadaan larepa saya dan semua anggota larepa akan
berusaha semaksimal mungkin agar larepa tetap eksis di SMAN 1 Cawas

Anda mungkin juga menyukai