Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

POLA LOKASI DAN STRUKTUR RUANG

APLIKASI TEORI LOKASI INDUSTRI (WEBER) PADA INDUSTRI OLAHAN


KARET UIKM DI KABUPATEN SIJUNJUNG

Kelompok 8 :

Khoirun Nada Bela Dina (120220046)

Priyadita Pangestu (120220109)

Adriel P. Y. S. Pangaribuan (120220176)

Ni Putu shima (120220178)

Rayhan Mahardika Ar Rasyid (120220026)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKONOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Sasaran...........................................................................................................5
1.3.1 Tujuan........................................................................................................................5
1.3.2 Sasaran.......................................................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup Studi........................................................................................................6
1.4.1 Ruang Lingkup Materi...............................................................................................6
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah............................................................................................6
1.4.3 Ruang Lingkup Waktu...............................................................................................6
1.5 Metodologi Penelitian.......................................................................................................6
1.5.1 Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................................6
1.5.2 Jenis Penelitian..........................................................................................................6
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................7
1.6 Sistematika Penulisan.......................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
TEORI DASAR...........................................................................................................................8
2.1 Teori Lokasi Industri Weber.............................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................10
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS..............................................................10
3.1 Deskripsi Studi Kasus.....................................................................................................10
3.2 Pembahasan Studi Kasus................................................................................................11
3.2.1 Bahan Baku..............................................................................................................11
3.2.2 Nilai Lahan..............................................................................................................12
3.2.3 Biaya Transportasi...................................................................................................13
3.2.4 Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di Kabupaten Sijunjung..............13
3.3 Interpretasi Dalam Bidang PWK....................................................................................14
BAB IV..........................................................................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................15
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
4.2 Saran................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki kondisi geografis yang berbeda beda di tiap
daerahnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah
berbeda – beda. Salah satu sektor yang paling umum ada di Indonesia adalah sektor
Perkebunan. Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis perkebunan, seperti kelapa sawit,
karet dan lain lain. Perkebunan di Indonesia memiliki peran yang sangat penting, baik dalam
segi ekonomi, social serta dalam penyerapan tenaga kerja sebagai sumber lapangan
pekerjaan.

Akan tetapi, dalam pengelolaannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Salah satu
yang dilakukan pemerintah agar pengelolaan potensi derah agar tidak hanya mensejahterakan
rakyat dan peningkatan PDRB tetapi juga pengendalian terhadap kerusakan kosistem sekitar
adalah dengan memberlakukan Otonomi Daerah yang mana Pemerintah Daerah lah yang
memiliki tanggung jawab penuh dalam pengembangan daerahnya.

Dalam hal ini, Kabupaten Sijunjung dapat dijadikan studi kasus. Kabupaten sijunjung
terletak di Provinsi Sumatera Barat. Pencaharian utama sebagian masyarakatnya adalah
pertanian, khususnya di sub sektor perkebunan karet. Dengan luas rata rata areal perkebunan
sebesar 2 Ha, Komoditas karet menempati posisi pertama sebagai komoditas yang peling
sesuai serta paling memiliki prospek bagus di Kabupaten Sijunjung. Akan tetapi, meskipun
perkebunan karet memilikin prospek yang bagus, dan menjadi komoditi unggulan di
Kabupaten Sijunjung, hal ini tidak selaras di sektor Indutri nya. Hasil produksi karet yang
dikelola oleh masyarakat hanya masih dalam bentuk slab/ojol (bekuan karet) atau bahan
mentah nya saja. Hal ini diakibatkan karena indutri pengolahan karet di Kabupaten Sijunjung
hingga saat ini belum tersedia, hal ini membuat rantai pemasaran menjadi panjang dan harga
yang diterima oleh petani hanya berkisar diantara 50 – 55% (persen) saja.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pemerintah Kabupaten Sijunjung merencanakan
pembangunan kawasan industri pengolahan karet mentah. Hal ini selaras dengen apa yang
tertuang dalam RTRW Kabupaten Sijunjung tahun 2011 – 2030. Tujuan perencanaan
pembangunan kawasan industri pengolahan karet ini tidak lain adalah agar terjadi integrasi
Antara sektor pertanian dan indutri sehingga diharapkan kedepannya dapat memberikan nilai
tambah dan daya jual yang cukup tinggi. Akan tetapi, dalam perencanaan suatu lokasi
industri haruslah mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan, aksesibilitas, saran pendukung,
serta nilai lahan. Hal ini bertujuan agar lokasi industri dapat memberikan unit cost terendah
atau memberikan efisiensi yang maksimum agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Sijunjung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori produksi – lokasi Weber?


2. Mengapa perencanaan kawasan industri pengolahan karet perlu dilakukan?
3. Apa keterkaitan Antara teori produksi – lokasi Weber dengan studi kasus?
4. Mengapa teori produksi – lokasi Weber memiliki keterkaitan dengan studi kasus ini?

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami keterkaitan
Antara teori produksi – lokasi Weber dengan perencanaan pembangunan kawasan
Industri pengolahan karet di Kabupaten Sijunjung.

1.3.2 Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah :
1. Pengembangan lokasi industri pengolahan karet di Kabupaten Sijunjung
2. Keterkaitan Antara teori produksi – lokasi Weber dengan pengembangan lokasi
industry pengolahan karet di Kabupaten Sijunjung.
1.4 Ruang Lingkup Studi

1.4.1 Ruang Lingkup Materi


Yang menjadi teori pembuatan laporan ini adalah Teori Produksi – Lokasi
Weber yang terdapat dalam buku Modern Urban and Regional
Economicsyang ditulis oleh Philip McCann di halaman 3 – 16 pada tahun
2013 dan jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota dengan judul “Penentuan
Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di Kabupaten Sijunjung” oleh Shelly
Christina dkk pada tahun 2015.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah


Wilayah yang menjadi cakupan penelitian dalam laporan ini adalah
Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.

1.4.3 Ruang Lingkup Waktu


Pengambilan dan pengolahan data dilakukan dari tanggal 11 Oktober 2021
sampai tanggal 14 Oktober 2021.

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilaksanakn di Institut Teknologi Sumateranyang
beralamat di Jalan Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati Agung,
Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35365. Waktu penelitian dilakukan
mulai bulan September 2021 sampai dengan bulan Oktober 2021.

1.5.2 Jenis Penelitian


Dalam pembuatan laporan ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah
dengan melakukan penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian
yang dilakukan dengan menggunakan beberapa jurnal atau buku sebagai
referensi dalam penulisan laporan.
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Dokumentasi
Penelitian dilakukan dengan cara mengamati dan mengutip dokumen
yang sudah ada, baik dokumen pribadi maupun dokumen resmi atau
dokumen milik suatu instansi tertentu.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab 1. Pendahuluan
Penulis memaparkan latar belakang laporan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup studi, (materi, wilayah dan waktu), metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.

Bab 2. Tinjauan Literatur


Penulis memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan Teori Produksi – Lokasi yang
dipaparkan oleh Weber.

Bab 3. Deskripsi dan Pembahasan Studi Kasus


Penulis menguraikan deskripsi dan pembahasan mengenai studi kasus yang diambil, serta
keterkaitannya dengan teori produksi – lokasi Weber.

Bab 4. Kesimpulan dan Saran


Pada bagian ini, berisi kesimpulan akhir dan saran atau rekomendadi atas penelitin yang
sudah penulis lakukan.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Teori Lokasi Industri Weber

Lokasi industri berada pada titik dimana biaya transport bahan mentah, bahan jadi
adalah minimal. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (Spatial Order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta
hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik
ekonomi maupun sosial. Tujuan dari mempelajari teori lokasi adalah melihat kedekatan atau
jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing
karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut.

Biaya penanganan (hadling cost) mempunyai peranan penting dalam keseluruhan biaya
transport, tidak hanya dari unsur-unsur biaya keuangan tetapi juga biaya non moneter, seperti
kerugian waktu, ketidaknyamanan, dan sebagainya. Terbatasnya pelayanan transportasi pada
beberapa rute bersamasama biaya penanganan merupakan faktor penting terhadap pemilihan
lokasi nodal, yang sering merupakan jalan sambung transportasi (transportation junctions)
atautranshipment point, dimana transportasi darat dan laut bertemu satu sama lainnya yang
kemudian menunjang terbentuknya pusat-pusat industri. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap
usaha tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya
harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.

Gambar 1 Teori Lokasi Industri


Gambar di atas dimisalkan dengan adanya dua sumber bahan baku yang lokasinya
berbeda, yaitu dan dan pasar berada pada arah yang lain, dengan demikian, terdapat 3 arah lokasi
sehingga ongkos angkut termurah adalah pada pertemuan dari 3 arah tersebut, dari gambar diatas
terlihat bahwa lokasi optimum adalah titik T.
BAB III

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS

3.1 Deskripsi Studi Kasus

Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah


timur Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Sijunjung merupakan jalur penghubung utama
bagi Provinsi Riau dan Provinsi Jambi. Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten
Sijunjung didominasi oleh hutan 51% dan pertanian/perkebunan dengan luas wilayah
Kabupaten Sijunjung sekitar 47% dari luas wilayahnya. Topografi Kabupaten Sijunjung
memiliki ciri pegunungan dengan derajat kemiringan lereng yang bervariasi.

Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Sijunjung

Karet merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar di Kabupaten Sijunjung.


Tanaman karet memiliki keunggulan antara lain tanaman tersebut memiliki persyaratan
tumbuh yang lebih mudah dibandingkan tanaman lain, dapat dikelola sendiri oleh
masyarakat, tersebar dalam skala besar, dan dapat memperbaiki kondisi hidrologis pada
tanah kritis serta memperbaiki dan melestarikan lingkungan. Luas lahan perkebunan karet
yang dikelola secara intensif di Kabupaten Sijunjung adalah 120.358 ha atau sebesar
38,44% dari luas wilayahnya.

Penentuan lokasi industri merupakan salah satu elemen penting dari


perekonomian suatu daerah, terutama dari perspektif tata ruang. Pemilihan lokasi yang
baik mengarah pada efisiensi di bidang produksi dan pemasaran, yang pada akhirnya
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.Salah satu program pemerintah daerah yang
mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan dibuatnya industri pengolahan
karet milik UIKM (Usaha Kecil Menengah). UIKM mempunyai beberapa keunggulan
antara lain, penggunaan modal yang tidak terlalu besar, modal dapat kurang dari
Rp500.000.000, teknologi yang digunakan cukup sederhana, penggunaan bahan baku
lokal, luas lahan 1 hektar atau lebih, serta tenaga kerja hanya 5-99 orang.

Hasil produksi karet yang dikelola oleh masyarakat di Kabupaten Sijunjung saat
ini masih berupa slab/ojol (karet beku) tanpa pengolahan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan
belum tersedianya industri pengolahan karet di Kabupaten Sijunjung, sehingga
mengakibatkan rantai pemasarannya menjadi cukup panjang dan harga yang diterima
petani karet hanya 50-55% dari harga pabrik. Tujuan dari laporan ini adalah untuk
mengetahui lokasi industri pengolahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung

3.2 Pembahasan Studi Kasus

Pada bagian ini akan dibahas penempatan lokasi industri pengolahan karet UIKM
di Kabupaten Sijunjung. Apakah lokasi tersebut sesuai dengan teori lokasi produksi
Alfred Weber (Least Cost Theory), yang didasarkan pada beberapa faktor, yaitu
memaksimalkan keuntungan dengan menempatkan lokasi produksi yang tepat antara
bahan baku dan lokasi pemasaran, sehingga distribusi barang lebih mudah dan
efisien.Dengan mempertimbangkan hal berupa berat barang, jarak, dan harga transportasi
per berat barang, agar biaya transportasi ke tempat produksi lebih murah selain itu juga
dari tempat produksi ke tempat pemasaran.

3.2.1 Bahan Baku

Karet merupakan salah satu komoditi terbesar di Kabupaten


Sijunjung. Karena UIKM Kabupaten Sijunjung berbasis perkebunan karet,
maka bahan baku utamanya adalah karet mentah.Bahan baku sangat
penting dalam suatu produksi, karena bahan baku merupakan bahan dasar
untuk pembuatan suatu barang atau suatu produksi. Jadi persediaan bahan
baku harus selalu tersedia dalam jumlah banyak untuk kelancaran dan
proses produksi yang berkelanjutan.
Lokasi sumber bahan baku menentukan lokasi tempat produksi.
Jika bahan baku yang dibutuhkan suatu industri cadangannya cukup besar
dan banyak ditemukan, hal ini akan mempermudah pilihan atau alternatif
lokasi industri agar dapat meningkat. Ketika bahan baku yang dibutuhkan
oleh industri terbatas dan hanya dapat ditemukan di lokasi tertentu, hal ini
menyebabkan biaya operasional menjadi lebih tinggi dan pilihan lokasi
industri menjadi lebih terbatas.

3.2.2 Nilai Lahan

Analisis nilai lahan dimaksudkan untuk memastikan bahwa lokasi


yang dipilih memiliki nilai lahan paling minimum. Nilai lahan di sini
menggunakan beberapa pendekatan dalam penelitian, yaitu kedekatan
dengan infrastruktur dan kedekatan dengan jaringan jalan. Semakin dekat
kemungkinan lokasi industri pengolahan karet dengan jaringan jalan dan
infrastruktur, maka semakin tinggi asumsi nilai lahan dan juga sebaliknya.

Tabel 1 Analisis nilai lahan

No Indikator Kategori Kriteria Skor


1 Kedekatan Cukup tinggi 0-500 m 1
dengan jaringan Tinggi 500-1000 m 2
jalan Sedang 1000-1500 m 3
Rendah 1500-2000 m 4
Cukup rendah >2000 m 5
2 Kedekatan Tinggi 0-1 km 1
dengan Sedang 1-2 km 3
infrastruktur Rendah >2 km 5
Analisis nilai lahan didasarkan pada kedekatannya dengan jaringan
jalan dengan kriteria jarak 500 m, 1.000 m, 1.500 m dan 2.000 m. Proses
yang sama juga digunakan untuk menganalisis nilai tanah berdasarkan
kedekatannya dengan infrastruktur yang memiliki kriteria jarak 1 km, 2
km dan dilakukan lebih dari 2 km ke titik infrastruktur.

3.2.3 Biaya Transportasi

Biaya transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting


untuk menentukan perhitungan suatu lokasi industri. Biaya transportasi
akan menentukan lokasi produksi yang dekat dengan pasar atau bahan
baku. Dapat diasumsikan bahwa biaya transportasi berbanding lurus
dengan jarak yang ditempuh dan berat barang produksi, sehingga titik
terendah dari biaya transportasi menunjukkan minimum biaya transportasi
bahan baku, dan distribusi produk. Biaya transportasi akan meningkat
sebanding dengan jaraknya. Titik transportasi terendah merupakan titik
yang menunjukkan biaya transportasi minimum bahan baku (input) dan
produksi (output).

Tabel 2 Biaya transportasi dari jalan ke lokasi industri karet

Jarak Jalan ke Lokasi


Biaya Transportasi (Rp)
Industri Karet (m)
500 375
1000 750
2000 1500
3000 2250

3.2.4 Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di Kabupaten


Sijunjung

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten


Sijunjung Tahun 2011-2030 menjelaskan bahwa lokasi industri di
Kabupaten Sijunjung diarahkan ke Kecamatan IV Nagari dan Kamang
Baru. Khususnya Kiliran Jao dengan pertimbangan antara lain jaringan
transportasi yang mudah dan dekat dengan sumber bahan mentah. Lokasi
tersebut kemudian ditampalkan (overlay) dengan peta lokasi industri
olahan karet UIKM terpilih.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa Nagari Lubuk
Tarantang tidak sesuai sebagai lokasi industri karena kurangnya listrik,
kawasan hutan lindung dan jauh dari jaringan jalan. Selain itu, Nagari
Kecamatan IV juga tidak direkomendasikan sebagai lokasi industri karet
UIKM karena sangat dekat dengan pemukiman (kurang dari 1 km dari
pemukiman) dan produksi karet di daerah tersebut cukup rendah.
Berdasarkan hasil analisis industri pengolahan karet UIKM yang terpilih
oleh RTRW Kabupaten Sijunjung, lokasi industri pengolahan karet UIKM
yang paling diprioritaskan adalah Kecamatan Kamang Baru, terutama
Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung.

3.3 Interpretasi Dalam Bidang PWK

Dalam kasus ini berkaitan dengan teori lokasi industri Weber di mana biaya
transportasi, bahan mentah, dan jarak dipertimbangkan serta ditekan seminim mungkin
untuk menentukan lokasi yang efisien untuk dijadikan lokasi industri. Kecamatan
Kamang Baru dipilih karena kecamatan tersebut mempunyai produksi karet yang cukup
tinggi serta biaya transportasi yang minim dibandingkan dengan Kecamatan Nagari.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Teori lokasi adalah ilmu ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang
langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam
usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Weber menyatakan Tempat di mana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum.Terbatasnya pelayanan transportasi pada beberapa rute bersama- sama biaya
penanganan merupakan faktor penting terhadap pemilihan lokasi modal, yang sering merupakan
jalan sambung transportasi (transportation junctions) atautranshipment point, dimana
transportasi darat dan laut bertemu satu sama lainnya yang kemudian menunjang terbentuknya
pusat-pusat industri.Lokasi industri pengolahan karet UIKM di wilayah Sijunjung dapat
difokuskan di kabupaten Kamang Baru, khususnya Nagari Sungai Lansek dan Takung, karena
wilayah tersebut telah disetujui oleh pemerintah daerah untuk pengembangan industri pertanian.

4.2 Saran

Dalam membangun dan mencari lokasi suatu industri yang tepat maka harus diperhatikan
unsur utamanya yaitu bahan baku, lokasi pabrik, kondisi lahan, dan pemasaran. Apabila unsur-
unsur tersebut terpenuhi maka akan industri tersebut bisa mendapatkan keuntungan maksimal
dengan meminimalkan pengeluaran.
DAFTAR PUSTAKA

Agroindustri, P., & Wi, P. T. (n.d.). Critical Review Jurnal Analisis Lokasi dan Keruangan "
Aplikasi Teori Weber Critical Review Jurnal Analisis Lokasi dan Keruangan.
Azis, I. (1985). Teori Produksi dan Teori Lokasi: Suatu Upaya Penyempurnaan Ilmu Ekonomi.
Economics and Finance in Indonesia, 33(4), 415–423.
Christina, S., & Pigawati, B. (2015). Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di
Kabupaten Sijunjung. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 11(1), 76.
https://doi.org/10.14710/pwk.v11i1.8659
Haryo, Prasetyo, Adelya Suswanto, Abi Syarwan, S. J. S. (2016). Dasar & Perkembangan teori
lokasi klasik melalui pendekatan analisis berdasarkan teori webber (Industrial Location
Theory). Dasar & Perkembangan Teori Lokasi Klasik Melalui Pendekatan Analisis
Berdasarkan Teori Webber (Industrial Location Theory)., RP 14-1316.
McCann, P. (2001). Urban and Regional Economics. Oxford University Press Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai