1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan karet Crumb Rubber
adalah bahan baku karet dalam bentuk padatan. Proses pengolahan karet Crumb
Rubber sendiri adalah proses pengolahan bahan baku karet (dalam bentuk padatan)
dengan cara peremahan, pemblendingan, dan pengeringan yang bertujuan untuk
mendapatkan karet kering dalam bentuk kemasan tertentu sesuai permintaan
konsumen. Lateks berbentuk cair di 3 jam pertama, setelah itu lateks akan
membeku secara alami dan berubah bentuk menjadi padatan. Lateks yang sudah
menggumpal (sering disebut juga Kompo) diolah di Pabrik Pengolahan Crumb
Rubber. Untuk mempercepat pembekuan lateks maka dilakukan penambahan
koagulan (biasanya Formic Acid) kedalam lateks.
Detailnya, 2 jenis bahan baku yang diterima di Pabrik Pengolahan Karet Crumb
Rubber adalah:
b. Slab
Slab adalah bekuan lateks yang digumpalkan dengan sengaja dengan cara
menambah zat koagulan/penggumpal. Koagulan yang biasa digunakan (dan
disarankan) adalah asam semut (Formic Acid). Namun masih banyak pemasok yang
menggunakan bahan lain sebagai koagulan seperti: air kotor, air baterai, pupuk, dan
lain-lain yang dapat menurunkan parameter mutu yang dipersyaratkan. Pemasok
mencoba semua cara (halal/maupun tidak halal) untuk mengurangi biaya produksi
dan tidak memikirkan akibat selanjutnya yang akan dialami pabrik yang dipasok.
Gambar 2. Slab
Truk yang masuk dicatat dulu nomor polisinya kemudian ditimbang dan
beratnya menjadi berat bruto. Truk kemudian masuk kedalam loading ramp dan
melakukan unloading muatannya. Setelah unloading, truk pengangkut ditimbang
lagi dan beratnya menjadi berat netto. Berat muatan didalam truk adalah Berat
Bruto dikurangi dengan Berat Netto dan disebut dengan Berat Tarra. Berat Tarra
inilah yang menjadi berat bahan baku yang diterima oleh pabrik. Hasil
penimbangan selanjutnya dicetak dan dan 1 kopiannya diberikan kepada si
pengirim.
Penimbangan bahan baku dilakukan terpisah menurut jenis bahan baku yang
diterima dan dibedakan menurut si pengirim bahan baku. Tidak dibenarkan Cup
Lump dan Slab ditimbang bersamaan. Ini dibuat karena kedua jenis bahan baku ini
memiliki karakter yang berbeda. Kadar Karet Kering kedua bahan baku ini juga
berbeda. Akan lebih mudah nantinya memeriksa Kadar Karet Kering apabila bahan
baku yang diterima sudah dipisahkan dari awal penerimaan.
Proses unloading muatan dilakukan dengan memperhatikan kaidah First In
First Out (FIFO) sehingga perlu mengatur letak dari muatan yang akan dionload
agar kaidah FIFO tadi terlaksana. Bahan yang pertama datang adalah bahan yang
pertama diolah dan selanjutnya bahan yang datang kemudian akan diolah
kemudian. Peletakan bahan baku yang sembarangan akan memberi kesulitan dalam
melaksanakan kaidah FIFO ini.
Gambar 5. Proses Unloading Bahan Baku dari Truk
Pengangkut
Biasanya proses unloading bahan baku dari truk ke lantai loading ramp
dilakukan oleh tenaga yang dibawa oleh pengangkutan itu sendiri atau tenaga pihak
ke-3 dari sekitar lingkungan pabrik. Pihak ke-3 biasanya juga adalah warga
setempat yang bergabung dalam suatu serikat/organisasi . Ini berlaku di pabrik
tempat saya bekerja tetapi kondisi yang berbeda bisa saja terjadi di pabrik yang lain.
Di tempat saya bekerja tidak ada karyawan sendiri yang ditugaskan untuk kegiatan
unloading ini. Pada proses unloading juga harus diusahakan agar slab dan cup lumb
benar benar diletakkan terpisah agar pada proses selanjutnya perbandingan 1 Slab
dan 3 Cup Lump dapat dengan mudah dilaksanakan.
Bahan baku yang turun dari Truk selanjutnya ditimbun sementara di lantai
Loading Ramp sebelum masuk ke proses pengolahan. Penimbunan dilakukan
dengan membagi bahan baku kedalam kelompok menurut umurnya untuk
menjamin sistem FIFO berjalan. Bahan baku yang diterima juga akan disortir dari
benda-benda non karet (kontaminasi). Contoh benda-benda kontaminasi ini antara
lain: tali plastik, pecahan mangkok lateks, tali rafia, scrap/getah tarik, potongan
kayu, daun-daun, sobekan goni plastik, dan lain-lain. Benda-benda (kontaminasi)
ini akan dikumpulkan dan dikembalikan kepengirim.
2. Bak Blending I
Bahan baku yang ditimbun dilantai Loading Ramp selanjutnya dimasukkan ke
dalam Bak Blending I. Bak blending I ini merupakan proses pengolahan pertama
yang bertujuan untuk mempermudah pencampuran antara Slab dan Cup Lump.
Bak blending diisi air yang fungsinya mencuci bahan baku. Pencucian ini
bertujuan untuk mengurangi kontaminasi. Air akan diganti secara berkala (biasanya
seminggu sekali) untuk menjamin efektifitas pencucian bahan baku.
3. Prebreaker
Dengan Bucket Conveyor, bahan baku dipindahkan dari Bak Blending I ke
mesin Prebreaker. Di Prebreaker bahan baku tadi akan diremahkan menjadi ukuran-
ukuran yang lebih kecil. Apabila ukuran sebelumnya seukuran "bantal tidur" maka
setelah lewat dari Prebreaker ukurannya akan menjadi seukuran "jempol kaki".
Gambar 7. Mesin Prebreaker
Sesuai dengan sebutannya yaitu Pabrik Crumb Rubber maka proses yang
dominan terjadi di pabrik adalah proses peremahan. Peremahan bertujuan untuk
memperluas bidang permukaan sehingga pencucian menjadi lebih efektif. Pada saat
proses peremahan ini juga akan terjadi " tekanan" terhadap bahan baku yang akan
memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku.
Berikut beberapa bocoran spesifikasi mesin (Pabrik Crumb Rubber dengan
kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari).
Tabel 1. Spesifikasi Mesin Prebreaker
Daya motor = 37 KW
Tenaga motor = 50 HP
4. Bak Blending II
Remahan-remahan yang keluar dari Prebreaker selanjutnya masuk ke dalam
Bak Blending II. Mirip dengan fungsi Bak Blending I maka Bak Blending II juga
berfungsi sebagai pencampur. Seluruh remahan-remahan akan diaduk sehingga
diharapkan bahan baku menjadi homogen.
Gambar 8. Bak Blending II
Air yang ada dalam bak blending yang menjadi media pencampur. Agar
produk akhir homogen (sama karakter mutunya disetiap bagian produk), maka
bahan yang sebelumnya memiliki karakter berbeda akibat adanya Cup Lump dan
Slab, jenis tanaman, proses pertumbuhan, perawatan tanaman harus melewati
proses-proses tertentu. Salah satu proses menghomogenkan tadi terjadi di Bak
Blending.
5. Hammer mill
Bucket Conveyor kemudian akan memindahkan remahan di Bak Blending
II ke mesin Hammer Mill. Mirip dengan fungsi Prebreaker maka Hammer Mill juga
berfungsi untuk meremahkan bahan baku yang ada di Bak Blending II. Remahan
yang sebelumnya berukuran sebesar "jempol kaki" akan diperkecil lagi ukurannya
menjadi 0,5 - 1 cm. Ternyata untuk mempermudah proses selanjutnya ukuran
remahan yang dihasilkan Prebreaker masih terlalu besar sehingga perlu diperkecil
lagi dengan Hammer Mill. Hammer Mill juga memiliki tujuan yang sama dengan
Prebreaker yaitu memperluas bidang permukaan bahan baku.
Gambar 9. Mesin Hammer Mill
Semakin luas permukaan bahan baku maka bidang kontak air dengan bahan
baku juga akan semakin besar sehingga proses pecucian menjadi lebih optimal. Di
Hammer Mill bahan baku diremahkan dengan mekanisme "pemukulan".
Pemukulan ini juga akan memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku.
Berikut beberapa bocoran spesifikasi mesin Hammer Mill (Pabrik Crumb Rubber
dengan kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari).
Tabel.2 Spesifikasi Mesin Hummer Mill
Bak Blending III juga berfungsi sebagai media transportasi dari Hammer
Mill ke mesin proses selanjutnya.
7. Remahan
Tujuan utama penggilingan remahan adalah untuk mendapatkan
keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk
lembaran. Proses ini sering juga disebut proses Mikro Blending. Sebelumnya saya
pernah menjelaskan proses Makro Blending yang terjadi di Bak Makro Blending 1,
2 dan 3. Makro Blending dan Mikro Blending sama-sama bertujuan untuk
mendapatkan keseragaman/homogenitas bahan baku. Pada proses Makro Blending
proses pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk/mixering remahan/bahan
baku. Proses ini mirip dengan proses membuat adonan campuran beton, yakni
dengan mengaduk semen, pasir, kerikil sehingga didapatkan campuran yang
homogen. Sedangkan pada Proses Mikro Blending kegiatan menghomogenkan
terjadi dengan cara menggiling remahan yang diatur sedemikian rupa sehingga
remahan saling "tindih" satu sama lain didalam penggilingan. Proses "saling tindih"
ini memaksa remahan-remahan karet untuk menjadi satu bagian yang akhirnya akan
menjadi bentuk lembaran. Proses menggiling telur, mentega, dan tepung untuk
mendapatkan adonan roti yang homogen merupakan proses yang mirip dengan
proses Mikro Blending.
Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin giling Crepper. Roll
Gilingan Crepper dibuat berulir/motif bunga agar efek pemerasan terjadi pada
bahan baku. Agar didapatkan jaminan bahwa setiap remahan karet sudah menjadi
sebuah kesatuan maka perlu dilakukan penggilingan berulang-ulang. Dalam
pengolahan ini menggunakan 6 mesin Crepper sehingga diperlukan 6 kali
penggilingan yang dilakukan berurut dari Crepper yang ke-1 hingga Crepper yang
ke-6. Dengan 5 mesin Crepper jumbo yang memiliki tekanan dan luas kontak yang
lebih besar memungkinkan penggilingan hanya dilakukan 6 kali. Dulu ketika pabrik
kami hanya menggunakan 2 buah mesin Crepper jumbo, kami harus menggiling
sampai 8 kali (ada 6 buah Crepper Non Jumbo) untuk mendapatkan hasil yang
homogen.
Bentuk remahan juga memungkinkan bahan baku dapat dicetak didalam Box
Dryer (sering juga disebut dengan trolley),sehingga memudahkan dalam proses
pengepakan.
10. Drying (Pengeringan)
Remahan-remahan yang dihasilkan oleh Schreder selanjutnya akan masuk
ke bak panjang berisi air bersih (berfungsi sebagian pencuci dan media transport)
didepan Schreder. Dari bak tersebut remahan kemudian dipindahkan melalui pipa
dengan pompa Hidro Cyclon ke Box Dryer. Ada 2 orang yang bertugas untuk
memastikan remahan masuk kedalam Box Dryer dengan baik dan benar (posisinya
disebelah kanan dan kiri dari box dryer).
Gambar 18. Proses pemindahan remahan dari Bak Schreder ke Box Dryer
dengan Hidro Cyclone
Suhu pengeringan diatur pada suhu 110 - 126 derajat celcius. Total waktu
pengeringan yang dilakukan adalah selama kurang lebih 4 jam. Operator dryer
bertugas menjaga agar remahan benar-benar kering optimal. Kondisi remahan yang
kurang kering biasanya memberikan akibat white spot ataupun virgin rubber pada
produk akhir (bandela). Sedangkan bila suhu pengeringan terlalu tinggi atau waktu
pengeringan terlalu lama maka hasil yang keluar dari dryer menjadi berlendir dan
lengket-lengket. Kondisi karet berlendir dan lengket ini merupakan gambaran awal
bahwa parameter mutu PRI (Plasticity Retention Index) gagal didapatkan. Proses
pengeringan di dalam Dryer menggunakan udara panas. Udara panas ini dihasilkan
oleh Heat Echanger. Komponen pemanas yang terdapat pada Heat Exchager adalah
susunan pipa yang berisi oli panas. Udara yang melewati pipa berisi oli panas inilah
kemudian yang berubah menjadi udara panas dan kemudian diteruskan ke dalam
dryer untuk mengeringkan remahan karet didalam box dryer. Udara tersebut
selanjutnya disirkulasikan lagi ke Heat Exchanger sehingga dengan proses sirkulasi
ini didapatkan suhu dryer yang stabil.
Oil panas yang ada didalam pipa merupakan oli panas yang mengalir dan
bersirkulasi dari Thermal Oil Heater dan Heat Exchanger. Thermal Oil Heater
berfungsi memanaskan oli yang terdapat didalam pipa. Oli panas ini selanjutnya
dipompakan ke Heat Exchanger. Dari Heat Exchanger oli panas tersebut kembali
lagi untuk dipanaskan di Thermal Oil Heater (TOH) dan begitu seterusnya. Bahan
bakar yang digunakan oleh TOH adalah berupa Cangkang Sawit. Kami
mengambilnya dari Pabrik Kelapa Sawit yang masih merupakan unit kerja dalam
perusahaan kami.
Sebelum ada TOH ini, pabrik tempat saya bekerja menggunakan Burner
untuk menghasilkan udara panas. Burner ini menggunakan bahan bakar minyak
solar. Harga minyak solar untuk industri yang semangkin tinggi membuat
perusahaan mengambil langkah mencari alternatif sumber energi baru. Hitachi
kemudian menawarkan konsep Thermal Oil Heater yang menggunakan bahan bakar
berupa cangkang sawit. Harga cangkang sawit jelas jauh lebih murah bila
dibandingkan dengan minyak solar . Investasi awal untuk membangun TOH ini
memang cukup besar, tapi keuntungan yang didapatkan dari perbedaan antara harga
cangkang dan solar menjadikan TOH ini sangat layak dalam penilaian ekonomis.
PREBREAKER
BAK BLENDING
II
HAMMER MILL
BAK BLENDING
III
REMAHAN
MATURASI
SCHREDING
Gambar 28. Diagram Alir Pembuatan Crumb Rubber.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti,Y.2014. Pengolahan Bahan Bahan Baku Karet. Jurnal Polsri. 1(1) : 4-
27.
Edison,R. 2007. Uji Coba Penggunaan Zeolit Untuk Penjernih Air yang Digunakan
pada Proses Pengolahan Lateks Menjadi Karet Remah. Jurnal Zeolit
Indonesia . 6 (1) : 1-9.
Hidayoko,G., dan W.Okta. 2014. Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan Penggumpal
Lateks Terhadap Mutu Sir 20. Jurnal Agritepa. 1(1) : 119-130.
Suwardin,D., 2015. Evaluasi Kinerja Pengelolaan Pabrik Karet Remah: Studi Kasus
di Sumatera Selatan. Jurnal Agro Industri Perkebunan. 3(2) : 108-121.
Vachlepi,A., dan D, Suwardin. 2014. Pengeringan Karet Remah Berbasis Sumber
Energi Biomassa. Jurnal Warta Perkaretan. 33(2) : 103-112.