Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

TEKNOLOGI BERSIH DAN MINIMASI LIMBAH


“PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DALAM UPAYA PENURUNAN LIMBAH
CAIR DI PABRIK GULA MADUKISMO”
Dosen:
Ir. Handayani Sriwinarno, M. Par

Disusun oleh:
Denis Kusuma Dinata
16250341

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2018
1. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa industri mempunyai peranan penting dalam suatu
pembangunan dan banyak memberikan kontribusi, terutama dalam rangka
pembangunan di bidang ekonomi. Di Indonesia kemajuan pembangunan industri
sangatlah berperan penting guna mewujudkan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada
kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup.
Kegiatan pembangunan industri ini dimana pun dan kapan pun dapat menimbulkan
dampak karena dipakainya bahan kimia tertentu atau zat-zat yang dapat merusak atau
merugikan lingkungan. Dampak disini dapat berupa dampak positif yaitu memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia serta mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat
umum, dan dampak negatif yaitu timbulnya resiko atau dampak terhadap lingkungan
yang dapat mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.
Sebagai contoh industri yang diduga dapat menimbulkan pencemaran atau
perusakan lingkungan misalnya industri gula. Dalam proses produksi gula dari tanaman
tebu yang diproses sampai menjadi gula kasar atau gula murni hingga mempunyai nilai
jual yang tinggi, memiliki hasil samping produk berupa limbah. Limbah cair yang
berasal dari air pendingin kondensor baromatik, air pendingin, air proses dari pencucian
pada penghilangan warna, pencucian endapan saringan tekan, dan air cuci peralatan
pabrik. Limbah cair pabrik gula pada umumnya tidak mengandung limbah berbahaya
atau beracun.
2. Pembahasan
Upaya untuk mengatasi limbah cair selain teknologi end-of-pipe treatment adalah
dengan menerapkan teknik produksi bersih dengan pendekatan aspek teknologi, yaitu:
1. Proses Produksi

Tebu 100%

Air Ambibisi 19-27% ampas 32-33% STASIUN


STASIUN GILINGAN KETEL
Nira Mentah 87-94 %

Larutan Kapur 0,18-0,21%


STASIUN PEMURNIAN Blotong 3-4%
NIRA
Belerang 0,008-0,09%
Nira Encer 84-90%

STASIUN
Air Kondensat 62-64%
PENGUAPAN

STASIUN
MASAKAN
(KRISTALISASI) Air Kondensat 13-16%

Masecuite 40-44%

STASIUN
Sirup 31-35% Tetes 4-5%
SENTRIFUGASI

Gula Produk SHS 6-8%


a. Stasiun Gilingan

Stasiun gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung


di dalam tebu semaksimal mungkin sehingga hanya sedikit jumlah gula
yang terikut dalam ampas. Terdapat beberapa tahap penggilingan ampas,
pada tahapp akhir penggilingan diberikan air imbibisi suhu 60oC dengan
tujuan untuk melarutkan sisa nira yang masih terdapat dalam ampas tebu.
Ampas yang dihasilkan kemudian dibawa ke stasiun ketel. Effluent dari
stasiun gilingan yaitu nira mentah sebanya 87-94%.

b. Stasiun pemurnian

Stasiun pemurnian atau stasiun purifikasi adalah stasiun yang


bertujuan untuk memisahkan kotoran seperti partikel kasar (pasir dan ampas
yang masih terbawa mikroorganisme dalam nira mentah), partikel koloid
seperti non-suspendes sugar dan partikel terlarut (misalnya desinfektan yang
ikut terbawa dari stasiun penggilingan) dalam nira mentah sebanyak
mungkin dengan cara yang efektif. Dalam memproduksi gula pasir
khususnya pada stasiun pemurnian nira, diperlukan adanya bahan pembantu
yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperlancar jalannya
proses produksi gula. Bahan pembantu yang digunakan adalah beberapa zat
kimia, yaitu:
1. Susu kapur (Ca(OH)2), adalah bahan pembantu yang berfungsi untuk
menetralkan nira, mencegah terbentuknya inverse gula, dan
membentuk endapan kotoran dalam nira.
2. Belerang, adalah bahan pembantu yang digunakan pada unit operasi
purifikasi. Belerang digunakan dalam bentuk sulfit yang bertujuan
untuk menetralisir kelebihan susu kapur dan menyerap atau
menghilangkan zat warna pada nira.
Produk samping yang digunakan dari proses ini ialah blotong yang
dibawa ke Stasiun Ketel. Nira encer sebagai effluent dari stasiun pemurnian
kemudian diolah ke proses berikutnya.
c. Stasiun penguapan

Adalah stasiun yang bertujuan untuk menguapkan kandungan air


yang terdapat pada nira jernih (nira encer) dari stasiun pemurnian sehingga
dihasilkan nira kental. Nira encer dari stasiun pemurnian masih
mengandung air sekitar 80-85%. Hasil samping dari proses penguapan ini
adalah air (kondensat) yang dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun
ketel. Dari proses ini dihasilkan nira kental 22-26%.
d. Stasiun masakan (kristalisasi)

Adalah stasiun yang bertujuan untuk mengkristalkan nira kental


sehingga didapatkan ukuran kristal gula sesuai dengan yang diinginkan.
Secara umum proses kristalisasi melewati 3 tahapan, yaitu pembuatan
gula bibitan, pembesaran Kristal gula, dan kristalisasi sempurna. Dalam
proses ini diperoleh larutan Kristal gula yang disebut masecuite serta
diperoleh hasil samping berupa ir kondensat yang dimanfaatkan sebagai
air umpan di stasiun ketel.
e. Stasiun sentrifugasi

Pada stasiun ini dilakukan proses pemutaran masecuite yang


bertujuan memisahkan Kristal gula dari larutan (sirupnya). Pada proses ini
akan diperoleh gul aproduk SHS dan hasil samping berupa tetes.
f. Stasiun pembungkusan

Proses pembungkusan bertujuan untuk memberikan perlakuan


terakhir pada gula sebelum digudangkan.
g. Stasiun ketel

Di stasiun ketel dilakukan proses pemanasan air kondensat sampai


mendidih (menguap) yang bertujuan menghasilkan uap pada tekanan
tertentu. Ketel berfungsi untuk menguapkan air dengan tekanan tertentu
dan dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik tenaga uap. Bahan bakar
ketel diambil dari sisa stasiun gilingan yaitu berupa ampas tebu dan
blotong.

2. Sanitasi Limbah

Limbah sebagai salah satu hasil samping produksi yang dapat


mengganggu lingkungan jika tidak dilakukan penanganan dan
pengolahan dengan baik. Limbah utama yang dihasilkan pada produksi
gula biasanya hanya berupa blotong sebagai limbah padatnya, dan tetes
atau molase sebagai limbah cairnya. Blotong dan molase masih dapat
dimanfaatkan lagi untuk
pupuk dan sebagai bahan baku pembuatan MSG dan alcohol. Limbah
cair dan dikelola dengan baik. Jalur-jalur limbah sudah dibedakan antara
limbah yang berpolutan, limbah yang terkontaminasi B3 dan air
pendingin kondensor
(direcycle). Selain itu terdapat “ Koen” yaitu bangunan kecil untuk menampung
tetesan minyak yang bocor antara truk tangki minyak dengan drum-drum
penyimpanan dan pipa. PG Madukismo telah mendapat peringkat “ Biru” untuk
sertifikasi Proper (Program peringkat perusahaan tentang pengelolaan limbah
lingkungan) yang berarti sudah bagus atau aman.

3. Reuse Limbah
a. Abu Ketel

Abu ketel adalah produk samping yang dihasilkan dari ketel atau boiler.
Pabrik menggunakan abu ketel sebagai campuran pupuk kompos. Kompos ini
merupakan pupuk organik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah
sekaligus decomposer pupuk anorganik, sehingga menjadi bahan atau unsur hara
yang siap digunakan oleh tanaman.
Abu ketel berasal pada saat proses pembakaran yang terjadi pada stasiun
boiler yang bahan bakarnya berasal dari ampas tebu yang berasal dari proses
penggilingan.
b. Tetes (Molasses)

Tetes dihasilkan dari stasiun sentrifugasi yaitu hasil sentrifugasi dari gula.
Tetes yang dihasilkan ini ditampung ke tangki penampungan. Dari stasiun
sentrifugasi, molasses dialirkan ke tangki yang terdapat di luar pabrik. Tetes ini
dapat dijual ke perusahaan lain untuk digunakan sebagai tambahan pakan ternak.
4. Daur Ulang (Recycle)

1. Penggunaan dan Daur Ulang Kembali (In site Recovery and Reuse).

Penggunaan kembali pada tempatnya (On-site recovery and Re- use)


adalah penggunaan kembali limbah yang dihasilkan pada proses yang sama atau
pada proses yang lain di industri tersebut.
Proses daur ulang yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Penggunaan kembali air hasil akhir pengelolaan limbah,

b. Pengambilan tebu yang tercecer di emplacement untuk dimasukkan ke


stasiun gilingan,
c. Penggunaan ampas tebu dari stasiun gilingan sebagai bahan bakar
pada stasiun ketel,
d. Penggunaan uap nira dari stasiun masakan (kristalisasi) untuk stasiun
penguapan (evaporasi),
e. Penggunaan uap nira dari evaporator I untuk pengoperasian evaporator
berikutnya, nira yang terkandung dalam uap bekas dipisahkan dengan sap
vanger sehingga nira kental bisa dikembalikan ke proses,
f. Peleburan kembali gula hasil yang biasanya pada awal giling masih kotor
untuk dijadikan umpan pada stasiun kristalisasi,
g. Peleburan kembali gula yang tidak memenuhi kriteria produk (gula kasar dan
gula halus) di stasiun sentrifugasi untuk dijadikan bibitan di stasiun kristalisasi,
h. Tumpahan nira kental di stasiun kristalisasi yang terjadi karena kerusakan
peralatan ditarik kembali dengan pompa ke timbangan boulogne di stasiun
pemurnian (purifikasi) untuk mengalami proses kembali,
i. Ceceran oli yang telah diserap dengan ampas di stasiun penggilingan
digunakan pada ketel sebagai tambahan bahan bakar pada saat terjadi jam
berhenti giling yang biasanya dikarenakan kerusakan alat,
j. Gula yang tercecer di sekitar timbangan curah diambil kembali secara
manual untuk dilebur kembali di stasiun masakan sehingga jumlah
kehilangan produk bisa lebih dikurangi.
5. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan keberadaan yang wajib disuatu
perusahaan atau tempat produksi agar sisa hasil produksi (limbah) tidak langsung dibuang
kelingkungan. PT Madubaru PG-PS Madukismo memiliki sistem pengolahan air limbah
dengan tiga metode pengolahan, yaitu metode fisika dan biologi.
Metode biologi, metode ini memanfaatkan bakteri Innola 22I untuk mendegradasi
bahan organik pada proses aerasi. Metode fisika, pada proses pengaliran air dari bak
equalisasi menuju bak sedimentasi awal dengan cara gravitasi alami.
a. Diagram Alir
Berikut ini diagram alir serta proses instalansi pengolahan air limbah pada PT Madubaru
PG-PS Madukismo

INLET BAK SEDIMENTASI AERASI II


AERASI I
EQUALISASI AWAL (Spraypond)
(Cascade)

SEDIMENTASI AKHIR
OUTLET BAK KONTROL

Anda mungkin juga menyukai