Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maju dan berkembangnya zaman saat ini dipengaruhi oleh teknologi

yang terus tumbuh menuju inovasi yang semakin terbaru. Dengan adanya

perkembangan teknologi tersebut, akan berdampak juga pada penyebaran

komunikasi dan informasi. Salah satunya dengan media penyebaran yang

dicetak dalam kertas oleh sebuah industri percetakan.

Banyaknya permintaan publik dalam bentuk media informasi dan

komunikasi yang tersebar luas saat ini, mengharuskan sebuah proses industri

percetakan yang memproduksi secara massal tulisan dan gambar dengan tinta

di atas kertas tersebut. Dengan menggunakan sebuah mesin cetak cepat dan

canggih, yang demikian juga dapat meningkatkan daya saing pada roda

pendistribusian barang dan jasa.

Akan tetapi, dibalik proses serba cepat dan peningkatan yang

diharapkan, Konsekuensi yang didapat dari meningkatnya industri ini

menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Dampak terhadap

lingkungan yaitu berupa buangan atau limbah industri. Limbah industri

percetakan menghasilkan limbah cair yang berasal dari bahan pelarut, tinta

yang rusak, bahan pencair hingga bahan pengering. Seyogyanya, sebuah

industri percetakan harus sudah bisa mengolah limbah cair sebelum dibuang

ke lingkungan atau kembali digunakan secara efektif. Limbah cair yang

dihasilkan dari aktivitas produksi dapat dikelola dengan menggunakan prinsip

1
W2M, yaitu waste water minimize. Prinsip W2M ini memasukkan unsur

recycle, reuse, reduce. Konkretnya, limbah cair yang dihasilkan diolah di

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sebelum diolah dalam sebuah

treatment, limbah cair dalam industri percetakan mengandung logam berat

yang sangat berbahaya dan beracun apabila di buang langsung ke badan air

atau lingkungan.

Sebuah analisa yang pernah dilakukan Yunaska Wiskandini et al (2013)

bahwa limbah percetakan dari sebuah perusahaan diketahui mempunyai

kandungan logam Cd 5 ppm, Cr 5 ppm, Cu 9 ppm, dan Pb 35,09 ppm. Dari

hasil analisa tersebut diketahui konsentrasi logam berat tertinggi adalah

Timbal(Pb). Angka tersebut melebihi baku mutu air limbah untuk percetakan

yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah(Perda) Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 yang menyatakan limbah percetakaan

maksimal adalah 1 ppm.

Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena

sifatnya yang toksik (beracun) terhadap manusia dan dapat masuk ke dalam

tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang

tercemar Pb. Tubuh menimbun Pb selama seumur hidup dan secara normal

mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan bagi

kesehatan adalah gangguan pada saraf perifer dan sentral, sel darah, gangguan

metabolisme Vitamin D dan Kalsium sebagai unsur pembentuk tulang,

gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus placenta sehingga

mempengaruhi pertumbuhan janin.

2
Untuk itu, agar aman dibuang ke lingkungan dan sesuai dengan standar

baku yang ditetapkan,limbah cair yang mengandung Timbal (Pb) perlu diolah

terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu cara dalam

menurunkan kadar Timbal(Pb) adalah dengan cara adsorpsi fisika berupa

adsorben arang aktif.Adsorben tersebut tergolong adsorben yang paling baik

dan biasanya dihasilkan dari arang kayu, lignin, tempurung kelapa, kulit

kacang,dan material-material yang serupa, (Tebbut, 1990). Dalam penelitian

ini menggunakan kulit buah kakao sebagai adsorben untuk dijadikan arang

aktif.

Kulit buah kakao yang sering disangka sebagai limbah tak berguna lagi

setelah diambil biji didalamnya. Padahal, Kulit buah kakao banyak

mengandung selulosa 23-54% dan senyawa organik berupa protein

kasar 5,69-9,69 %, lemak 0,02-0,15 %, glukosa 1,16-3,92 %, sukrosa 0,02-

0,18 %, pektin 5,30-7,08 %,dan serat kasar 33,19-39,45 %. Senyawa-senyawa

tersebut merupakan polimer bagian dari unsur-unsur karbon (C) yang dapat

dibuat arang aktif sebagai adsorben yang mempunyai porous dan permukaan

dalam yang luas sehingga mempunyai daya serap yang tinggi,

(Amanah,2010). Kandungan selulosa yang cukup tinggi pada kulit buah kakao

ini yang digunakan dalam skala besar atau konsentrasi limbah yang tinggi,

(Manurung,2004). Limbah kulit buah coklat selalu tersedia mengingat buah

coklat pada perkebunan rakyat dapat dipanen sepanjangtahun, (Masitoh,2013).

Pembuatan arang aktif kakao dilakukan dengan cara pirolisis untuk pembuatan

3
arang dan cara aktivasi dengan larutan untuk mengaktifkan arang dari kulit

buah kakao.

Arang aktif memiliki ruang pori sangat banyak dengan ukuran

tertentu. Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus

(molekul) terutama logam berat dan menjebaknya disana. Ion Pb2+ ditarik oleh

arang aktif dan melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik

kompleks dan reaksi kimia. Arang aktif memiliki jaringan porous (berlubang)

yang sangat luas yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul

pengotor baik besar maupun kecil. Penyerapan menggunakan arang aktif

efektif untuk menghilangkan logam berat Pb.

Dengan dibuatnya arang aktif dari kulit buah kakao sebagai

adsorben,diharapkan mampu dan efektif menurunkan kadar Timbal (Pb) yang

terkandung dalam limbah cair industri percetakan agar tidak menjadi polutan

satu dari penyebab kerusakan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah arang aktif kulit buah kakao dapat menurunkan kadar Pb pada

limbah cair industri percetakan?.

2. Bagaimana hubungan variasi massa dan waktu kontak adsorben arang

aktif kulit buah kakao terhadap penurunan kadar Pb limbah cair industri

percetakan?.

3. Berapa besar efektivitas dari penurunan kadar Pb pada limbah cair

industri percetakan menggunakan arang aktif kulit buah kakao?

4
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah arang aktif kulit buah kakao dapat menurunkan

kadar Pb pada limbah cair industri percetakan.

2. Untuk mengetahui hubungan variasi massa dan waktu kontak adsorben

arang aktif kulit buah kakao dalam penurunan kadar Pb limbah cair

industri percetakan.

3. Untuk mengetahui besar efektivitas dari penurunan kadar Pb pada limbah

cair industri percetakan menggunakan arang aktif kulit buah kakao.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Adsorben yang digunakan dalam bentuk arang yang diaktifkan dengan

menggunakan aktivator HCl (Asam Klorida) 1 N dan pemanasan pada

arang dalam oven bersuhu 1050C selama 1 Jam.

2. Kulit buah kakao diambil dari limbah padat dari pemanenan buah kakao.

3. Air limbah yang diambil berasal dari limbah cair salah satu percetakan di

Yogyakarta.

4. Arang aktif kulit buah kakao berbentuk serbuk ukuran 40 mesh.

5. Variasi massa serbuk arang aktif yang digunakan yaitu 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4

gr, 5 gr,6 gr,7 gr, dan 8 gr.

6. Variasi waktu kontak yaitu 10 menit dan 20 menit.

7. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah parameter

Timbal(Pb).

5
8. Penelitian menggunakan sistem batch skala laboratorium dengan volume

sample 500 ml.

9. Pengulangan untuk sample dilakukan sebanyak 2 kali.

10. Menggunakan alat jart test dengan kecepatan 100 rpm untuk homogenisasi

dan 20 rpm untuk kontak adsorben dengan limbah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Manfaat penelitian ini adalah menambah wawasan tentang pengolahan

limbah cair terutama dalam penurunan kadar logam berat Pb dengan cara

adsorbsi arang aktif kulit buah kakao.

2. Bagi industri percetakan

Manfaat penelitian ini adalah memberikan referensi dan informasi bahwa

kulit buah kakao dapat dijadikan adsorben dalam menurunkan kadar

logam berat Pb pada limbah cair industri percetakan.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber dan media pembelajaran

untuk tambahan referensi dan masukan bagi ilmu pengetahuan serta

sebagai pemicu penelitian selanjutnya terhadap pemanfaatan arang aktif

kulit buah kakao dalam upaya penurunan kandungan bahan pencemar

lainnya dalam air limbah, khususnya limbah cair industri percetakan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah Cair

Limbah cair adalah air yang tidak bersih dan terdapat berbagai zat yang

bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan dan lazim muncul

karena hasil aktivitas manusia. Limbah cair juga dapat diartikan sebagai akibat

kejadian dimasukkannya atau masuknya benda padat, cair dan gas kedalam air

dengan sifat berupa padatan padat tersuspensi, koloid dan emulsi.

Air limbah juga dibagi menurut sifat buangnya, yaitu bersifat fisis,

kimia, biologi dan radioaktif. Tingkat potensial pencemaran di atas ditentukan

oleh jumlah air buangan per satuan waktu dan besar kecilnya konsentrasi

pencemar volume atau persatuan berat, (Tjokrokusumo, 1998).

Beberapa sumber pencemar limbah cair berasal dari :

a. Limbah cair rumah tangga. Limbah cair ini berasal dari perumahan,

daerah perdagangan, perkantoran, kelembagaan (rumah sakit,

penginapan, sekolah, asrama) dan fasilitas rekreasi.

b. Limbah cair industri. Limbah cair ini, jenis dan kuantitasnya

tergantung pada jenis dan besar kecilnya industri.

c. Limbah cair rembesan dan tambahan. Limbah cair ini terjadi pada

waktu hujan. Apabila tempat penampungan air hujan serta

salurannya tidak mampu menampung air hujan dan akhirnya

mengalir ke saluran limbah cair, (Sugiharto, 1987).

7
2.1.1 Karakteristik Limbah Cair

Karakteristik limbah cair merupakan sifat atau ciri yang

terkandung didalam limbah cair. Karakteristik limbah cair dapat

klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Karakteristik fisik

Penentu derajat kekotoran limbah cair sangat

dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah

terlihat.Adapun sifat fisik yang penting adalah :

a. Warna

Secara kualitatif warna limbah cair yang baru

biasanya berwarna keabu-abuan, tetapi apabila

senyawa organik dioksidasi oleh bakteri makan

warna akan berubag menjadi hitam, hal ini

disebabkan karena semakin meningkatnya aktivitas

bakteri anaerob yang menyebabkan pembusukan

yang menimbulkan bau.

b. Bau

Bau pada dasarnya ditimbulkan oleh proses

dekomposisi secara anaerob dan pada saat proses

tersebut berlangsung maka dilepaskan senyawa-

senyawa yang menyebabkan bau,seperti H2S dan

NH3.

8
c. Suhu

Suhu limbah cair sangat tergantung pada aktivitas

sumber limbah cair, selain itu suhu juga bervariasi

dari musim ke musim dan tergantung letak

geografis.

d. Kekeruhan

Kekeruhan terjadi karena larutnya zat-zat dalam

limbah cair. Adapun kekeruhan diukur berdasarkan

zat padat terlarut dan tersuspensi.

2. Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia menunjukkan kandungan zat

kimia yang terdapat di dalam limbah cair. Adapun

karakteristik kimia diantaranya :

a. Bahan Organik

Pada umumnya, kandungan bahan organik yang

dijumpai pada limbah cair berisikan 40 – 60 %

berupa protein, 25 – 50 % berupa karbohidrat serta

10 % lainnya berupa minyak atau lemak.

b. Bahan Anorganik

Konsentrasi zat organik sangat ditentukan oleh

aktivitas sumber limbah cair itu sendiri. Konsentrasi

ini biasanya ditentukan dalam nilai pH dan logam-

9
logam berat seperti Mn, Pb, Cd, Zn, Fe dan

sebagainya.

3. Karakteristik biologi

Karakteristik biologi di dalam limbah cair untuk

memisahkan apakah ada bakteri-bakteri pathogen di dalam

air limbah, (Sugiharto, 1987).

2.1.2 Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair dimaksudkan untuk mengurangi

konsentrasi masing-masing polutan dalam limbah cair sehingga

aman untuk dibuang ke badan air penerima. Pengolahan limbah

cair tidak memurnikan tetapi memperbaiki kualitas limbah cair

untuk melindungi kesehatan masyarakat, menghindari gangguan

terhadap lingkungan, mencegah polusi terhadap badam air can

menghindari kerusakan-kerusakan lingkungan lainnya, (Darsono,

1995). Pengolahan limbah cair dapat diklasifikasikan dalam tiga

cara yaitu :

1. Pengolahan limbah cair secara fisik

Pengolahan ini dilakukan terhadap air limbah yang

mengandung bahan-bahan limbah yang dapat dipisahkan

secara mekanis, langsung tanpa penambahan bahan-bahan

kimia ataupun proses biologi, (Subroto, 2003).

Pada perlakuan fisika (physical treatment)

melibatkan beberapa proses, yaitu saringan bar(bar screen),

10
saringan getar,pemindahan kerikil, ekualisasi, sedimentasi,

flotasi, filtrasi, adsorpsi, dan pencampuran, (Suharto, 2011).

2. Pengolahan limbah cair secara kimia

Pengolahan ini bertujuan untuk mengendalikan /

menghilangkan komponen limbah yang ada dengan

menambahkan bahan-bahan kimia tertentu, (Subroto, 2003).

Perlakuan kimia (chemical treatment) melibatkan

beberapa proses kimia, yaitu netralisasi, koagulasi,

flokulasi, pertukaran ion (ion exchange), elektrodialisis,

desinfeksi, klorinasi, ozonisasi, khlorin dioksida dan

pemindahan ammonia, (Suharto, 2011).

3. Pengolahan limbah cair secara biologi

Pengolahan ini dilakukan untuk mengurangi /

menstabilkan bahan organik pada air limbah yang pada

dasarnya merupakan proses oksidasi zat organik melalui

mikroorganisme, (Subroto, 2003).

Secara umum yang termasuk dalam proses ini yaitu

perlakuan lumpur aktif (activated sludge), tricking filter,

stabilisasi kolam dan aerobik, aerobik, anaerobik,

nitrifikasi, dan denitrifikasi, (Suharto, 2011).

2.2 Industri Percetakan

Proses cetak dalam industri percetakan yaitu usaha untuk memproduksi

atau menyalin suatu original dengan menggunakan suatu alat / mesin, atau

11
secara umum dikatakan mencetak. Mencetak disini dimaksudkan adalah

mencetak teks atau gambar.

Dalam melakukan aktivitas produksi,industri percetakan memerlukan

bahan baku seperti industri pada umumnya. Industri percetakan diperlukan

untuk proses percetakan yang terdiri dari kertas, tinta/cat dan bahan kimia

lainnya. Disamping itu,bahan aditive diperlukan untuk mendapatkan hasil

yang optimal, baik dalam percetakan, pewarnaan, juga dalam pemasakan dan

pencucian yang memerlukan zat-zat kimia dengan jenis beserta komposisi

tertentu. Setiap proses percetakan memiliki spesifikasi bahan aditif yang

diperlukan.

2.2.1 Proses Produksi Industri Percetakan

Proses produksi pada industri percetakan meliputi tahapan-

tahapan proses sebagai berikut :

1. Setting

Setting adalah kegiatan penyusunan dan pengetikan

naskah. Pada proses ini digunakan komputer sebagai alat

untuk melakukan setting pada berbagai jenis naskah

(tulisan maupun gambar).

2. Lay Out

Lay Out adalah mengatur penempatan berbagai

unsur komposisi, seperti misalnya huruf teks, garis, bidang,

gambar dan sebagainya. Pada proses ini hasil naskah pada

proses setting akan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai

12
dengan masing-masing warna yang akan dicetak.

Pembagian ini dilakukan pada media kertas kalkir dengan

menstransfer data dari komputer pada proses setting.

3. Repro dan plate making

Repro dan plate making adalah proses pembuatan

klise atau plate yang nantinya dipakai dalam proses cetak /

offset hasil dari proses lay out yang berupa bagian-bagian

kertas kalkir tadi akan dibuatkan masing-masing klise atau

platenya.

4. Cetak / offset

Cetak / offset adalah penggandaan naskah dengan

menggunakan berbagai macam peralatan, pada proses ini

plate-plate yang telah dibuat pada prose repro dan plate

akan direkam pada rol tinta kemudian diubah dan

digandakan dengan menggunakan media kertas pada mesin

cetak. Mesin cetak yang digunakan pada industri

percetakan adalah mesin cetak mada yang menggunakan

beberapa rol tinta, sehingga penggabungan hasil rekaman

tidak dilakukan secara bertahap namun langsung dikerjakan

secara bersamaan.

5. Lipat dan campur

Lipat dan campur adalah tindakan bantuan sebelum

proses penjilidan. Dalam kegiatan lipat diperlukan mesin

13
lipat, yaitu mesin untuk melipat kertas dari hasil cetakan

yang berupa lembaran besar menjadi beberapa halaman

kecil.

6. Jilid dan potong

Dalam proses penjilidan dipergunakan alat jilid dan

dilanjutkan dengan mesin pemotong.

7. Prepacking

Proses ini adalah pengepakan atau pembungkusan buku-

buku yang sudah dijilid dan dipotong untuk menjaga agar

buku tidak mengalami kerusakan pada saat pengiriman.

Proses produksi pada limbah industri percetakan dapat

dilihat pada diagram berikut

Setting

Lay Out

Repro dan plate making

Cetak / Offset

Lipat dan campur

Jilid dan potong

Prepacking

Gambar 2.1 Diagram alir proses produksi industri percetakan,


(Hery,2008).

14
2.2.2 Bahan Baku Proses Industri Percetakan

Layaknya sebuah industri,dalam melakukan aktivitas

produksi memerlukan bahan baku. Pada industri percetakan, bahan

baku yang diperlukan untuk proses percetakan antara lain :

1. Bahan Baku Utama

a. Kertas

Bahan baku kertas tidak diproduksi sendiri

melainkan didatangkan dari industri yang bergerak

di bidang pembuatan kertas.

b. Tinta / cat

Tinta / cat yang digunakan pada proses percetakan

mengandung zat warna, Tinta / cat digunakan dalam

pembuatan stiker, sablon, foster dan lain-lain.

2. Bahan Baku Tambahan

a. Bahan Kimia

Bahan Kimia ini terdiri dari : GOM (untuk melapisi

plate agar tidak terjadi oksidasi atau karat pada

plat).

b. Bensin

Dalam proses percetakan, bensin ini digunakan

untuk mencuci alat rol tinta setelah percetakan

selesai dilakukan.

c. Oxidon

15
Untuk membersihkan plate dari oksidasi atau karat.

d. Detergen

Setelah proses percetakan selesai dilakukan, makan

digunakan detergen sebagai sabun dalam proses

pencucian.

e. Developer Plate

Bahan ini digunakan untuk membuat plate dalam

proses percetakan, (Hery,2008).

2.2.3 Sumber Limbah Cair Industri Percetakan

Sumber limbah cair yang dihasilkan dari Industri

Percetakan dapat diketahui dari penjabaran diagram berikut ini.

Setting
Setting

Lay Out Limbah Cair

Repro dan plate Limbah Cair


making

CetakCetak
/ Offset
/ Limbah Cair
Offset

LipatLipat
dan campur
dan
campur

JilidJilid
dan dan
potong
potong

Prepacking

2.2 Diagram alir sumber limbah cair industri percetakan

16
Dari gambar 2.2 tersebut dapat diketahui sumber limbah cair

berasal dari tahap berikut ini :

a. Lay Out

Pada tahap ini limbah cair dihasilkan dari proses kimiawi

antara film dan bahan-bahan pengembang film (developer,

fixer, dll).

b. Repro dan Plate Making

Pada tahap ini limbah cair dihasilkan dari proses kimiawi

antara pelat cetak dan bahan-bahan pengembang plat.

c. Cetak / Offsett

Pada tahap ini limbah cair dihasilkan dari limbah cair dari

tinta, plate cleaner, sabun, fountain solution,wash bensin,oli

dll.

2.2.4 Karakteristik Limbah Cair Industri Percetakan

Pada Industri percetakan,yang dihasilkan umumnya

mengandung logam berat Pb dan Cd yang dapat menimbulkan

gangguan kehidupan biota badan air jika dibuang tanpa melakukan

pengolahan terlebih dahulu (Rusdiana, 2006). Adapun kedua

logam berat tersebut berasal dari zat warna berupa tinta yang

digunakan pada proses percetakan tersebut.

Selain itu, penggunaan bensin sebagai bahan baku

tambahan menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat

Pb.Semakin banyak warna cat dan bensin yang digunakan akan

17
semakin banyak pencucian alat percetakan, sehingga jumlah air

buangan juga semakin banyak, (Hery, 2008). Limbah yang

terkandung dalam percetakan ini adalah Pb(CO3)2, (Nugrahesti,

2004). Proses percetakan tersebut yaitu Lay Out, Repro dan Plate

Making, dan Cetak / Offsett.

2.3 Buah Kakao

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di

alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam

pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk

menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang

produktif. Dalam sistem taksonomi tumbuhan, kedudukan buah kakao

mempunyai nama latin Theobroma cacao L. Diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Buah Kakao

1. Kingdom : Plantae

2. Divisi : Magnoliophyta

3. Kelas : Magnoliopsida

18
4. Ordo : Malvales

5. Famili : Malvaceae (Sterculiaceae)

6. Genus : Theoboroma

7. Spesies : Theoboroma cacao L.

Bunga kakao sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh

langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil dengan

diameter maksimum 3 cm, tunggal, namun tampak terangkai karena sering

sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Penyerbukan bunga dilakukan

oleh serangga seperti lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid,

dan beberapa lebah Trigona yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga

siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki

sistem inkompatibilitas sendiri. Walaupun demikian, beberapa varietas kakao

mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi

dengan nilai jual yang lebih tinggi. Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki.

Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga

memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di

dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna

hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian

dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam

istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan

19
kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi

selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.

Banyak penelitian yang menemukan kaitan antara cokelat dengan

baiknya kesehatan kardiovaskular (jantung). Mengonsumsi cokelat dapat

menormalkan tekanan darah dan mencegah pembekuan darah. Hal ini

menurunkan risiko terjadinya serangan stroke dan penyakit jantung. Penelitan

di Italia menemukan, makan cokelat hitam sekitar 20 gram setiap tiga hari

sekali, akan meningkatkan kesehatan kardiovaskular.

Cokelat memiliki kandungan antioksidan terutama di bagian biji kakao

yang tidak memiliki unsur lemak. Antioksidan ini dapat meredam radikal

bebas di dalam tubuh dan melindungi sel-sel tubuh. Selain itu kafein dalam

cokelat terbilang lebih rendah dari teh, kopi, maupun soda sehingga tidak

sampai menimbulkan masalah bagi orang-orang yang terlalu sensitif dengan

kafein. Cokelat juga bisa merangsang terbentuknya hormon di dalam tubuh.

Misalnya theobromina sebagai zat pelancar air seni (diuretik) dalam kadar

ringan, phenylethylamine untuk antidepresi, dan seroronin yang menunjang

suasana hati lebih positif.

Tanaman kakao memiliki usia produksi hingga 30 tahun. Bagian

tanaman yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah bijinya. Biji kakao

adalah bahan baku utama dalam proses pembuatan pasta kakao. Indonesia

mengekpor biji kakao hasil produksinya ke beberapa negara yang di

antaranya adalah Swiss, Amerika, dan beberapa negara lain di kawasan Eropa

Timur.

20
Di antara tanaman perkebunan lainnya, tanaman kakao merupakan

tanaman yang paling membutuhkan perawatan yang ekstra. Banyak hama dan

penyakit yang bisa menyerang tanaman ini, apalagi jika ia tidak

dibudidayakan sesuai dengan syarat tumbuhnya. Beberapa penyakit dan hama

penting pada tanaman kakao misalnya busuk buah, VSD, kanker batang,

kepik penghisap buah, penggerek buah, dan penggerek batang.

Hingga kini Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke

dua di dunia setelah pantai gading. Kendatipun demikian, mutu biji kakao

dalam negeri merupakan yang paling buruk di antara biji kakao hasil produksi

negara-negara tetangga. Hal ini terjadi karena perawatan dan pengolahan

pasca panen yang diterapkan oleh para pembudidaya tidak dilakukan sebagai

mana mestinya.

2.3.1 Jenis atau Varietas Buah Kakao

Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan

menjadi dua kelompok besar yaitu kakao mulia (edel cacao) dan

kakao curah/lindak (bulk cacao). Di Indonesia, kakao mulia

dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, seperti di

Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara

XII (Persero). Kultivar-kultivar penghasil kakao mulia berasal dari

pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan

dikenal dari namanya yang berawalan DR,misalnya DR-38.

Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat

21
dilakukannya seleksi Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa

Tengah.

Secara historis, pembuat cokelat telah mengakui tiga

kelompok kultivar utama biji kakao digunakan untuk membuat

kakao dan coklat yang paling berharga, langka, dan mahal adalah

kelompok Criollo, biji kakao yang digunakan oleh Bangsa Maya.

Hanya 10% dari coklat terbuat dari Criollo, yang kurang pahit dan

lebih aromatik daripada kacang lainnya. Biji kakao di 80% dari

coklat dibuat dengan menggunakan biji dari kelompok Forastero.

Pohon Forastero secara signifikan lebih keras daripada pohon

Criollo, sehingga biji kakao lebih murah. Trinitario, hibrida dari

Criollo dan Forastero, digunakan pada sekitar 10% dari coklat.

Genetis baru berbasis klasifikasi menjadi 10 kelompok juga dapat

membantu pemulia tanaman untuk menciptakan varietas baru yang

tahan hama dan penyakit dan mengandung rasa yang lebih disukai.

Hama yang menyerang buah kakao adalah lalat buah, Bactrocera

carambolae dan Bactrocera papayae, (Annisa, 2015).

Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia

menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari kultivar-

kultivar yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya

rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang

diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya, (Annisa, 2015).

Produksi kakao dunia telah meningkat dari 1,5 juta ton pada tahun

22
1983-1984 menjadi 3,5 juta ton pada tahun 2003-2004, hampir

seluruhnya karena perluasan area produksi. Kakao ditanam baik

oleh perkebunan besar dan agroindustri produsen kecil. Sebagian

besar produksi berasal dari jutaan petani yang memiliki beberapa

pohon masing-masing. Pohon kakao mulai berbuah dan dipanen

ketika tanaman sudah berumur empat atau lima tahun. Pohon

dewasa mungkin memiliki 6.000 bunga dalam setahun, namun

hanya sekitar 20 buah yang dihasilkan. Sekitar 300-600 biji (kira-

kira dari 10 buah) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg pasta

kakao.

2.3.2 Kulit Buah Kakao

Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah

agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24

% biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan 3-9

% lemak, (Nasrullah, 1993). Pakar lain menyatakan kulit buah

kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 %

protein kasar (PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 %

dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40. Kulit buah

merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih dari

70% berat buah masak.

23
2.3.3 Morfologis Kulit Buah Kakao

Tabel 2.4 Kandungan kulit buah kakao, (Misran,2009).

No Kandungan Persentase
1 Selulosa 23-54 %
2 Protein Kasar 5,69-9,69 %
3 Lemak 0,02-0,015 %
4 Glukosa 1,16-3,92 %
5 Sukrosa 0,02-0,018 %
6 Pektin 5,30-7,08 %
7 Serat Kasar 33,19-39,45 %

2.4 Arang Aktif

Arang adalah hasil pembakaran yang tidak sempurna, yaitu :

pembakaran dengan pengarangan oksigen, material padat yang bisa

dibakar seperti kayu, tempurung kelapa, batu bara, lignin, sekam padi,

ampas tebu, kulit kacang, kulit buah, dan material-material padat lainnya.

Apabila material padat tersebut dibakar dengan api, maka material tersebut

akan menjadi abu, sedangkan bila dibakar dengan cara pirolisa akan

menjadi arang.

Hal tersebut terjadi karena pembakaran secara pirolisa adalah

pembakaran dengan pengurangan oksigen maupun hydrogen sehingga

menyebabkan api yang tidak membara, dalam pembakaran sistem pirolisa

bahan dipanaska secara perlahan-lahan hingga suhu maksimum, produk

utama yang dihasilkan dari proses ini dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok senyawa, yaitu :

24
a. Komponen - komponen padat (arang)

b. Senyawa – senyawa yang mudah menguap dan dapat

dikondensasikan

c. Gas – gas yang mudah menguapa dan tidak dapat dikondensasikan

(karbondioksida, karbon monoksida, metana, hydrogen, dan

hidrokarbon – hidrokarbon lainnya, (Ariadi, 2016).

Arang aktif atau sering juga disebut karbon aktif merupakan

senyawa karbon amorf yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang

mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara

khusus atau dengan proses aktivasi dengan menghilangkan hidrogen, gas-

gas, air, atau senyawa lain dari permukaan karbon sehingga terjadi

perubahan fisik untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas atau besar.

Pada proses aktivasi terbentuk pori-pori baru karena adanya

pengikisan atom karbon melalui oksidasi atau pemanasan. Arang aktif

merupakan salah satu adsorben yang banyak dan sering digunakan dalam

penurunan polutan (Ariadi, 2016).

2.4.1 Proses Pembuatan Arang Aktif

Menurut Surbakti (1986), pembuatan arang aktif

berlangsung 2 tahap, yaitu :

1. Proses Karbonisasi

Proses karbonisasi adalah peristiwa pirolisis, karena

faktor panas maka akan terjadi proses dekomposisi

komponen- komponen yang ada dalam bahan, selama

25
proses karbonisasi unsur unsur bukan karbon seperti

hydrogen dan oksigen dikeluarkan dalam bentuk gas dan

atom – atom terbebaskan dari karbon elementer,

membentuk kristal grafit elementer, struktur kristalnya tidak

teratur dan celah – celah Kristal ditempeli oleh zat hasil

dekomposisi tar yang disebut karbon amorf. Senyawa ini

menutupi pori – pori sehingga hasil proses karbonisasi

sehingga hasil proses karbonisasi hanya mempunyai

kemampuan adsorbsi yang kecil. Selama proses karbonisasi

akan mengalami beberapa fase, di antaranya :

a. Fase Pembakaran

Fase ini paling banyak memerlukan oksigen

dibandingkan fase – fase, suhu tanur pada fase ini

dapat mencapai 5000C, sesudah pembakaran ini

selesai, suhu tanur turun sampai 1700C.

b. Fase Dehidrasi

Panas yang dikeluarkan pada fase pembakaran akan

mendesak keluar air yang dikandung oleh tanur,

muatan dalam tanur berbentuk uap, suhu menanjak

dan dapat mencapai 2700C. Dehidrasi berlangsung

secara terus menerus sampai semua uap keluar.

26
c. Fase Elektronik

Setelah dehidrasi selesai, muatan dalam tanur mulai

pecah, dan udara tidak ada sama sekali.

d. Fase Pendinginan

Fase ini suhu tanur dibiarkan turun dan arangnya

dingin, sehingga dapat dikeluarkan.

Ke-empat fase di atas dapat berlangsung secara

bersama – sama, setiap bagian bahan yang akan diarangkan

akan mengalami fase – fase di atas secara berurutan. Waktu

yang diperlukan setiap fase tergantung pada ukuran tanur,

jenis tanur, proses operasi, kelembapan bahan baku dan

keadaan cuaca.

2. Proses Aktivasi

Untuk memperoleh arang yang berpori dan luas

permukaan yang hanya dapat diperoleh dengan cara

aktivavi bahan yang telah dikarbonisasis, metode aktivasi

yang sering digunakan adalah :

a. Aktivasi Fisika

Merupakan aktivasi dimana arang akan

dipanaskan pada suhu tinggi, untuk membantu

menghilangkan senyawa yang tidak dikehendaki

dilakukan oksidasi internal dengan menggunakan

gas CO2 atau uap air. Oksidator yang digunakan

27
adalah oksidator sangat lemah, supaya atom karbon

dari arang tidak teroksidasi.

b. Aktivasi Kimia

Merupakan pengikisan karbon menggunakan

bahan kimia seperti ( NH4 )2 SO4, H2SO4, HCl,

NaCl, NaOH, ZnCl2, Na2CO3. Unsur – unsur

mineral tersebut akan masuk di antara plat – plat

heksagonal dari Kristal dan memisahkan permukaan

yang mula – mula tertutup, sehingga jumlah

permukaan aktif akan bertambah besar.

Bentuk karbon aktif dari kulit buah kakao yaitu berupa

serbuk ( powder activated carbon ) yang halus dan ringan. Karbon

aktif terdiri dari plat – plat datar hexagonal dimana setiap sisinya

terdapat atom – atom karbon yang berikatan kovalen satu sama

lain. Pada grafis plat – plat ini lebih dekat satu sama yang lain.

Pengembangan luas permukaan inilah yang menyebabkan

karbon aktif mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi

substansi terdispersi atau terlarut. Pori – pori karbon aktif

memegang peran penting dalam proses adsorbsi, (Ariadi, 2016).

28
2.4.2 Standar Kualitas Arang Aktif

Standar kualitas arang aktif menurut SNI 06-3730-1995 pada

Tabel berikut.

Tabel 2.5 Standar kualitas arang aktif, (Anonim, 1995).

Persyaratan

Uraian Satuan Butiran Serbuk

Bagian yang hilang % Maks.15 Maks.25

pada pemanasan 9500C

Kadar air % Maks. 4,5 Maks. 15

Kadar abu % Maks. 2,5 Maks. 10

Bagian tidak - 0 0

mengarang

Daya serap terhadap I2 mg/g Min.750 Min. 750

Karbon aktif murni % Min. 80 Min. 65

Daya serap terhadap % Min. 25 -

benzena

Daya serap terhadap mg/g Min. 60 Min.120

biru metilen

Berat jenis curah g/ml 0,45-0,55 0,3-0,35

Lolos mesh 325 % - Min. 90

Jarak mesh % 90 -

Kekerasan % 80 -

29
2.4.3 Karbon Aktif Berbentuk Serbuk

Sifat adsorbsi karbon aktif pada dasarnya tergantung dari

luas permukaan pori – pori dalamnya, kemampuan adsorbsi

permukaan pori – pori dalam dari adsorben ditentukan oleh ukuran

pori – pori dan penyebaran atau distribusi pori – pori,

(Ariadi,2016). Pemilihan karbon aktif berbentuk serbuk dianggap

paling efektif dari bentuk lain.

Kelebihan menggunakan karbon aktif berbentuk serbuk

yaitu :

a. Sangat ekonomis karena ukuran butir yang kecil dan luas

permukaan kontak persatuan berat sangat besar.

b. Tidak memerlukan tambahan alat lagi karena karbon akan

mengendap bersama lumpur yang terbentuk.

c. Kontak menjadi sangat baik dengan mengadakan

pengadukan cepat dan merata.

d. Kemungkinan tumbuhnya organisme sangat kecil,

(Nugrahesti, 2004).

Sedangkan kekurangan pemakaian karbon aktif berbentuk

serbuk yaitu :

a. Penanganan karbon aktif berbentuk bubuk sangat halus,

kemungkinan mudah terbawa angin, sulit tercampur dengan

air dan mudah terbakar

30
b. Karena tercampur dengan lumpur, maka sulit diregenerasi

dan biaya operasi mahal

c. Kemungkinan terjadi penyumbatan lebih besar, karena

karbon aktif bercampur lumpur, (Nugrahesti, 2004).

2.5 Timbal (Pb)

Timbal merupakan logam berat yang banyak terdapat di

lingkungan, karena terdapat di alam dan digunakan untuk industri. Dalam

sumber alam, Pb ditemukan pada batu, tanah, air, udara dan tanaman.

Sumber utamanya adalah batu metamorf dengan kadar Pb berkisar antara

10 – 20 mg/kg, (Nemm, 1988).

Sedangkan menurut Setiono (1985), Pb dengan berat atom 207,19

dan termasuk dalam golongan IVA dalam sistem periodik unsur adalah

logam yang berwarna abu – abu kebiruan dengan kerapatan yang tinggi (

11,489 ml pada suhu kamar ). Pb mudah larut dalam asam nitrat yang

pekatnya sedang.

2.5.1 Sifat – sifat Timbal (Pb)

Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena

sifatnya sebagai berikut :

1. Timbal mempunyai titik didih rendah sehingga jika

digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang

sederhana dan tidak mahal.

2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga lebih mudah

diubah menjadi bentuk lain.

31
3. Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi

sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.

4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya

kecuali emas dan merkuri, (Fardiaz, 1992).

Selain itu Timbal (Pb) juga mempunyai sifat-sifat khusus,

seperti :

1. Merupakan logam yang lemah sehingga dapat dipotong

dengan pisau atau tangan dan dapat dibentuk dengan

mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap korosi atau karat,

sehingga logam timbal sering digunakan untuk bahan

coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah ( 237,50C )

4. Mempunyai kekerapan yang lebih besar dibanding logam –

logam biasa, kecuali emas dan merkuri.

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik, (Palar,

1994).

2.5.2 Pencemaran Timbal Dalam Perairan

Timbal (Pb) dapat berada di dalam badan perairan secara

alamiah dan sebagai bentuk dari aktivitas manusia. Secara alamiah

Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di

udara dengan bantuan air hujan. Pb yang masuk kedalam badan

perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada

32
bermacam bentuk, diantaranya adalah air buangan (limbah) dari

industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan

bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan –

buangan tersebut akan jatuh pada jalur perairan seperti anak sungai

untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Pb akan

merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya (menjadi

sungai dan alurnya tercemar), (Rusdiana,2006).

Badan perairan yang mengandung senyawa atau ion – ion

Pb dalam perairan melebihi konsentrasi yang semestinya akan

mengakibatkan kematian bagi biota tersebut. Konsentrasi Pb yang

mencapai 188 mg/L, dapat membunuh ikan – ikan. Biota – biota

perairan Crustacea akan mengalami kematian setelah 245 jam, bila

pada badan perairan dimana biota itu berada terlarut Pb pada

konsentrasi 2,75 – 49 mg/L. Sedangkan biota perairan lainnya yang

dikelompokkan dalam golongan insecta akan mengalami kematian

dalam rentang waktu yang lebih panjang, yaitu antara 168 – 336

jam, bila pada badan perairan tempat hidupnya terlarut 3,5 – 64

mg/L Pb, (Palar,1994).

2.5.3 Bahaya Timbal Bagi Manusia

Timbal digolongkan sebagai logam kelas B, yaitu larut

dalam lemak (lipid soluble) sehingga mampu untuk melakukan

penetrasi pada membran sel pada akhirnya logam timbal akan

terakumulasi dalam sel dan organ manusia. Organ – organ tubuh

33
banyak menjadi sasaran keracunan timbal seperti syaraf, sistem

ginjal, sistem produksi, sistem reproduksi, sistem endikorin dan

jantung. Gejala timbal diantaranya adalah kelemahan otot terutama

tangan dan kaki (90 – 95 %) Pb dalam tubuh terdeposit dalam

tulang, depresi, sakit kepala, lemah dan lesu, serta anemia,

(Palar,1994).

Keracunan logam Pb ke dalam tubuh manusia dapat melalui

makanan – minuman, serta perembesan atau penetrasi pada selaput

atau lapisan kulit. Timbal bila masuk ke dalam tubuh manusia

dalam tingkat tertentu akan memberi dampak psikologis dan saraf,

termasuk fungsi hati dan darah menjadi tidak normal, menurunkan

tingkat transmisi otak, menimbulkan gangguan pada fungsi enzim

dan asam amino, serta mempengaruhi pembentukan sel – sel darah

merah. Sedangkan senyawa Pb dalam keadaan kering terdispersi di

dalam udara bila terhirup sebagian akan menumpuk di kulit dan

atau terserap oleh daun tumbuhan, (Palar,1994).

Karena analisis Pb dalam tulang cukup sulit, makan

kandungan Pb dalam tubuh ditetapkan dengan menganalisis

konsentrasi Pb dalam darah dan urine. Jumlah Pb dalam sekitar

antara 60 – 100 µg/100ml darah untuk orang dewasa,

(Rusdiana,2006).

34
2.6 Adsorbsi

2.6.1 Pengertian Adsorbsi

Adsorbsi adalah mengumpulnya bahan pada permukaan

Adsorben padat, sedangkan adsorbsi adalah masuknya bahan yang

mengumpul dalam suatu zat padat. Adsorbsi merupakan proses

penyerapan yang terjadi pada permukaan benda padat, sehingga

komponen bahan – bahan organik akan terkumpul di permukaan,

(Fardiaz, 1992). Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

a. Adsorbsi fisik

Adsorbsi ini berhubungan dengan gaya van der

walls dan merupakan suatu proses bolak – balik (berulang).

Apabila gaya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben

lebih besar dari gaya tarik menarik antara zat terlarut

dengan pelarutnya, maka zat terlarut akan diadsorbsi pada

permukaan adsorben.

b. Adsorbsi kimia

Merupakan reaksi yang terjadi antara zat padat dan

zat terlarut yang teradsorbsi. Kebanyakan zat adsorben

merupakan bahan – bahan yang sangat berpori dan adsorbsi

berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau letak

letak tertentu di dalam partikel tersebut, karena pori – pori

tersebut biasanya sangat kecil, luas permukaan dalam

35
menjadi beberapa arah besaran lebih besar dari permukaan

luar dan sampai 2000 m2 / g. Pemisahan terjadi karena

perbedaan bobot melekul atau karena perbedaan polaritas

yang menyebabkan sebagian molekul melekat pada

permukaan itu dan lebih erat daripada molekul- molekul

lainnya, (Reynold, 1982).

Perbedaan kedua adsorbsi tersebut dapat

dikelompokkan pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Perbedaan Adsorpsi Fisika dan Kimia,


(Atkins, 1999).

Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia

Molekul terikat pada Molekul terikat pada

adsorben oleh gaya adsorben oleh ikatan kimia

vanderwals

Mempunyai entalpi reaksi Mempunyai entalpi reaksi -

-4 sampai -40 kJ / Mol 40 sampai -800 kJ / Mol

Dapat membentuk lapisan Membentuk lapisan

multilayer multilayer

Adsorpsi hanya terjadi Adsorpsi dapat terjadi pada

pada suhu dibawah titik suhu tinggi

didih adsorbat

Jumlah adsorpsi pada Jumlah adsorpsi pada

permukaan merupakan permukaan merupakan

36
fungsi adsorbat karakteristik adsorben dan

adsorbat

Tidak melibatkan energi Melibatan energi aktivasi

aktivasi tertentu tertentu

Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

2.6.2 Mekanisme Adsorbsi

Adsorbsi dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

1. Transfer molekul – molekul adsorbat menuju lapisan film yang

mengelilingi adsorben.

2. Difusi adsorbat melalui lapisan film

3. Difusi adsorbat pada dinding kapiler atau pori- pori dalam

adsorben

4. Adsorbsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan

adsorben.

Mekanisme adsorbsi dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.7 Mekanisme tansfer massa pada proses adsorpsi,


(Montgomery, 1985).

37
Adsorpsi suatu substansi yang dapat terserap (adsorbat)

pada suatu adsorben terjadi karena adanya gaya yang menarik

substansi tersebut dari larutan ke permukaan solid. Proses adsorpsi

dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses adsorpsi yang disebabkan

oleh pelarut (solvent motivated adsorption), dan proses adsorpsi

yang disebabkan oleh adsorben (sorbent motivated adsorption).

Adsorpsi yang disebabkan oleh pelarut terjadi karena status

energinya lebih memungkinkan untuk kondisi tersebut. Secara

termodinamika dapat dijelaskan bahwa adsorbat memiliki energi

bebas lebih rendah pada permukaan padatan dibanding di dalam

larutan, (Montgomery, 1985).

Adsorbsi dibatasi terutama oleh proses film diffusion dan

pore diffusion, tergantung besarnya pergolakan dalam sistem, jika

pergolakan antara partikel karbon dan fluida relatip kecil, maka

lapisan film dikelilingi partikel akan tebal sehingga adsorbsi

berlangsung lambat, apabila dilakukan pengadukan yang cukup

maka kecepatan difusi film akan meningkat, (Webber,1972).

Adsorbsi dalam pengolahan air limbah merupakan

gabungan adsorbsi fisik dan kimia, untul membedakan kedua

proses tersebut sangat sulit, namun demikian hal ini tidak

mempengaruhi analisa dan perencanaan adsorbsi yang dibuat,

(Reynold, 1982).

38
2.6.3 Faktor yang mempengaruhi Adsorbsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju dan besarnya

adsorbsi diantaranya :

1. Struktur molekul

Faktor ini penting dalam mendeteksi tingkat

adsorbsi yang dapat berlangsung, senyawa yang memiliki

rantai cabang banyak lebih sulit teradsorbsi dari pada

molekul yang memiliki rantai lurus, molekul yang memiliki

tingkat polaritas dan kelarutan rendah cenderung lebih

mudah teradsorbsi. Jika tidak ada aktifitas yang melindungi

pori karbon, proses adsorbsi akan terhalang oleh melekul

yang lebih kecil, keadaan ini dapat dilihat dari tidak mudah

larutnya ikatan kimia yang terbentuk, sehingga proses

readsorbsi lebih sulit, senyawa organik memiliki kisaran

adsorbsi yang lebar, garam – garam yang terdisosiasi berupa

KCl, Na2SO4 adalah garam yang tidak mudah teradsorbsi.

HgCl dan FeCl3 merupakan zat mudah diadsorbsi.

Umumnya reduksi bahan anorganik sulit dilakukan

mengunakan karbon, (Perrich, 1981).

2. Kelarutan

Meningkatnya kelarutan akan menyebabkan

rintangan terhadap adsorbat pada karbon, dengan demikian

kelompok polar yang memiliki afinitas tinggi terhadap air

39
biasanya mengurangi adsorbsi dari larutan berbentuk cair.

Sebaliknya adsorbsi yang lebih besar terjadi pada asam ,

asam alifatik tinggi dari golongan alkohol yang dapat

ditandai dengan kelarutan yang relatif rendah dalam bentuk

cair, asam asetat disini dikecualikan walaupun memiliki

kelarutan yang tinggi, (Ariadi, 2016).

3. Ionisasi

Ion pada umumnya teradsorbsi oleh karbon, apabila

bahan– bahan yang dapat terionisasi kuat sangat maka akan

sulit teradsorbsi. Ion hydrogen lebih mudah teradsorbsi

pada berbagai keadaan dalam hal ini merupakan

pengecualian, beberapa ion negatif yang terhubung dengan

ion hydrogen akan mudah teradsorbsi, misal sebagian besar

seperti asam sulfat (H2SO4), mudah teradsorbsi pada

konsentrasi yang tinggi, perubahan ionisasi dapat

berpengaruh drastis terhadap adsorbsi, misalnya pH yang

tinggi akan memacu basa organik, sedang fenol akan

teradsorbsi dengan baik pada pH netral atau pH rendah dan

garam – garam fenolat amat jarang teradsorbsi pada pH

tinggi oleh karena itu pH yang optimum bagi setiap air

limbah harus ditentukan terlebih dahulu, (Perrich, 1981).

4. Suhu

40
Reaksi adsorbsi umumnya eksotermis dan pada suhu

tinggi adsorbsi berlangsung lambat atau sulit terjadi,

temperatur rendah memacu adsorbsi walau laju dan

efisensinya mempunyai berbagai cara yang berlainan,

sebagian air limbah memiliki suhu sekitar 650 - 900 F suhu

rendah meningkatkan adsorbsi, (Perrich, 1981).

5. Adsorbsi dari bahan campuran

Sebagian besar limbah mengandung ribuan jenis

senyawa yang dapat saling memperkuat, campur aduk atau

berlaku secara independen dalam proses adsorbsi, faktor

yag mempengaruhi proses adsorbsi multisorbat meliputi

ukuran relatif melekul dan konfigurasinya, afinitas relatif

adsorbsi dan konsentrasi relatif larutan, (Ariadi,2016).

6. pH

pH berpengaruh besar terhadap adsorbsi, Karena pH

menentukan tingkat ionisasi suatu larutan, maka dapat

mempengaruhi adsorbsi senyawa – senyawa organik asam

maupun basa lemah, umumnya beberapa senyawa organik

semakin baik adsorbsi apabila pH semakin rendah, ini bisa

terjadi karena akibat adanya netralisasi muatan negatif

karbon oleh ion –ion hydrogen yang menyebabkan

permukaan karbon lebih baik mengadsorbsi. Senyawa asam

organik lebih dapat diadsorbsi pada pH rendah sebaliknya

41
basa oganik lebih dapat diadsorbsi pada pH tinggi, (Ariadi,

2016).

7. Waktu kontak

Waktu kontak merupakan hal yang sangat

menentukan dalam proses adsorbsi, daya adsorbsi melekul

dari suatu adsorbat akan meningkat apabila waktu

kontaknya dengan karbon aktif makin lama, sehingga akan

meningkat proses difusi akan penempelan molekul adsorbat

berlangsung lebih baik, bila partikel karbon dimasukkan

dalam suatu larutan yang mengandung unsur organik

kemudian diaduk supaya tercampur untuk mendapatkan

kontak yang cukup, maka akan terjadi adsorbsi zat organik,

konsentrasi zat organik akan turun apabila waktu kontak

cukup, (Reynold, 1982).

8. Ukuran partikel

Ukuran partikel karbon akan mempengaruhi

kecepatan adsorbsi tetapi tidak mempengaruhi kapasitas

adsorbsi, makin kecil ukuran partikel akan semakin besar

kecepatan adsorbsinya sehingga dapar dikatakan bentuk

bubuk lebih cepat mengadsorbsi dibandingkan dengan

bentuk butiran, ukuran diameter dari serbuk adalah kurang

dari 200 mesh, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk

butir akan lebih dari 0,1 mm, (Tchobanoglous, 1983).

42
9. Luas permukaan

Luas permukaan karbon akan mempengaruhi

kapasitas adsorbsi total, semakin luas permukaan maka

akan semakin banyak adsorbat dapat dijerap sehingga

proses adsorbsi dapat semakin efektif, banyaknya pori –

pori pada karbon akan memperluas bidang permukaan

penjerapan, dimana luas permukaan karbon yang telah

diaktifkan dapat mencapai 500 – 1400 m2/gr, (Ariadi,

2016).

10. Distribusi ukuran pori

Distribusi ini akan mempengaruhi distribusi ukuran

molekul adsorbat yang masuk ke dalam partikel karbon

ukuran pori kecil (micropore) berkisar antara 10 -1000 Ao,

sedangkan ukuran pori besar adalah lebih besar dari 1000

Ao, (Ariadi, 2016).

2.6.4 Adsorbsi Dengan Metode Batch

Studi adsorpsi menggunakan sistem batch dilakukan dalam

sejumlah gelas Erlenmeyer yang berisi larutan yang mengandung

zat tertentu yang akan diadsorpsi pada konsentrasi dan volume

tertentu. Pada tiap-tiap tabung dibubuhkan sejumlah adsorben

dengan berat yang bervariasi. Selanjutnya larutan dan adsorben

dalam tabung tersebut dikocok dalam waktu tertentu (waktu

tercapainya kesetimbangan) dan setelah itu konsentrasi larutan

43
dianalisa. Selisih konsentrasi adsorbat sebelum dan setelah

adsorpsi dianggap sebagai konsentrasi adsorbat yang teradsorpsi

oleh adsorben. Besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh tiap satuan

berat adsorben dapat dihitung dari tiap gelas Erlenmeyer (Masduqi,

2000).

2.7 Landasan Teori

Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, pencemaran lingkungan adalah masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke

dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke

tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Di Indonesia, banyak sekali pencemaran yang terjadi. Berbagai

faktor yang menyebabkan pencemaran tersebut adalah mulai dari

kurangnya pengawasan dari pemerintah sampai kesadaran masyarakat

akan pentingnya lingkungan yang sehat masih kurang, pencemaran

lingkungan yang terjadi bisa dicegah dan dikurangi dampaknya dengan

berbagai cara, salah satunya melakukan pengolahan terlebih dahulu pada

limbah yang dihasilkan sebelum dibuang ke lingkungan.Salah satunya

limbah cair yang akan di buang ke badan air agar tidak menjadi polutan.

Pada Industri percetakan menghasilkan limbah cair umumnya

mengandung logam berat Pb yang dapat menimbulkan gangguan

44
keseimbangan dari kehidupan biota badan air jika dibuang tanpa

melakukan pengolahan yang efektif. Sehingga perlu dilakukan perbaikan

kualitas limbah yang mengandung Pb menggunakan adsorben dari bahan

tertentu, salah satunya adalah kulit buah kakao yang dibuat menjadi arang

aktif. Berlandaskan penelitian yang telah dilakukan peneliti

terdahulu,arang aktif kulit buah kakao dapat menurunkan kadar Cd,Ni dan

dicoba pada larutan I2.Namun belum banyak terdapat pentelitian tentang

penurunan kadar Pb pada limbah cair industri percetakan.

Proses adsorbsi pada air limbah sangat tergantung oleh beberapa

faktor seperti ukuran partikel dan luas permukaan, semakin kecil ukuran

partikel maka akan semakin cepat daya penyerapannya, dan semakin luas

permukaan pori maka semakin besar penyerapannya, (Ariadi,2016). Luas

permukaan sendiri ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah adsorben.

Disamping itu,waktu kontak adsorben terhadap limbah cair perlu

diperhitungkan dalam pengaruhnya terhadap adsorbsi.

Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam

proses adsorbsi, daya adsorbsi melekul dari suatu adsorbat akan meningkat

apabila waktu kontaknya dengan karbon aktif makin lama, sehingga akan

meningkat proses difusi akan penempelan molekul adsorbat berlangsung

lebih baik, (Reynold, 1982).

Pada penelitian ini penulis menggunakan arang aktif dari kulit buah

kakao berbentuk serbuk (powder) dikarenakan bentuk butirannya yang

kecil dapat cepat menyerap dan luas permukaan kontaknya juga

45
besar.Sehingga dipastikan adsorben tersebut sangat efektif dalam

menurunkan kadar limbah cair dibandingkan arang aktif yang memiliki

ukuran lebih besar dari bentuk serbuk.

2.8 Kerangka Pemikiran

Limbah Cair Pencemaran Lingkungan


Tidak diolah
Industri
Percetakan
Pengolahan dengan adsorbsi
arang aktif kulit buah kakao
Diolah berbentuk serbuk

Massa adsorben Waktu kontak


adsorben dengan
limbah cair
Penurunan kadar logam berat
limbah cair Pencemaran lingkungan
tidak terjadi

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran

Proses percetakan menggunakan pewarnaan berupa tinta untuk bahan

baku utama dan bensin sebagai bahan baku tambahan.Proses tersebut yakni

Lay Out, Repro and Making, dan Cetak / Offset berpotensi menghasilkan

limbah cair.Ditambah pencucian plat dan alat - alat pasca proses

percetakan.Limbah cair dari proses-proses tersebut mengandung logam

berat Timbal (Pb) yang bisa menjadi polutan bagi badan air atau

lingkungan,bila dibuang langsung tanpa pengolahan.

Untuk menangani permasalahan yang disebabkan limbah industri

percetakam diperlukan upaya pengolahan terhadap limbah cair yang

46
dihasilkan oleh industri percetakan, salah satunya dengan cara mengunakan

cara adsorbsi mengunakan adsorben arang aktif kulit buah kakao berbentuk

serbuk.

Kulit buah kakao mengandung selulosa yang tinggi berkisar 23-54 %

dan senyawa organik seperti protein kasar 5,69-9,69 %, lemak 0,02-0,15 %,

glukosa 1,16 - 3,92 %, sukrosa 0,02-0,18 %, pektin 5,30-7,08 %, serat kasar

33,19-39,45 %.Senyawa-senyawa tersebut merupakan polimer dari unsur-

unsur karbon sehingga kulit buah coklat dapat dibuat arang aktif yang

mempunyai porous dan permukaan dalam yang luas sehingga mempunyai

daya serap yang tinggi.Dan penyerapannya akan lebih optimal lagi bila

diaktifkan dengan bahan kimia ataupun dengan pemanasan.

Menurut penelitian yang dilakukan Ongky Stevani dan Aprillia

Sulistya Prawesti , Pengaktivasian arang kulit buah kakao dengan cara

aktivasi kimia menggunakan larutan HCl 1 N dengan perendaman selama

24 Jam memiliki daya serap terhadap I2 berkisar 1150 mg/g , kadar abu 1,86

%, dan kadar air 1,48 %. Sehingga sesuai dengan persyaratan standar

kualitas arang aktif menurut SNI 06-3730-1995.

Luas permukaan karbon atau banyaknya karbon akan mempengaruhi

kapasitas adsorbsi total, semakin banyak karbon yang digunakan maka akan

semakin banyak kadar pencemar yang dijerap sehingga proses adsorbsi

dapat semakin efektif, untuk mempercepat proses adsorbsi gunakanlah

ukuran partikel yang kecil, karena samakin kecil ukuran partikel karbon

maka akan semakin cepat adsorbsi pada air limbah, (Tchobanoglous, 1973).

47
2.9 Hipotesis

Dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penilitian dan

landasan teori diatas, maka didapatkan beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Arang aktif kulit buah kakao dapat menurunkan kadar Pb pada

limbah cair industri percetakan.

2. Variasi massa adsorben dan waktu kontak memilki hubungan

bersama-sama signifikan terhadap penurunan kadar Pb limbah cair

industri percetakan. Semakin besar massa adsorben sehingga

semakin banyak kandungan Pb yang terserap. Semakin lama waktu

kontak adsorben maka akan semakin banyak kandungan Pb yang

terserap.

3. Efektivitas penurunan kadar pb oleh arang aktif buah kakao

terbesar 90%.

48
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian mengacu kepada jurnal penelitian terdahulu, text book,

literatur, dan referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilakukan.

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Laboratorium Fisika dan Kimia “Hardjoko”

Kampus II Institut Teknologi Yogyakarta (STTL “YLH”).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah limbah cair industri

percetakan (simulasi) dan selanjutnya akan diteliti kandungan logam berat

Timbal (Pb).

3.3 Waktu Penelitian

Penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dimulai pada bulan

November 2016 yang meliputi studi literatur, penyusunan proposal,

penelitian lapangan, uji sample di laboratorium, analisis data dan

pembahasan.

3.4 Variable Penelitian

3.4.1 Variable bebas (Independent variable) :

 Massa adsorben yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

variasi 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr, 7 gr, dan 8 gr.

49
 Waktu kontak adsorben dengan limbah cair yang digunakan

dalam penelitian ini variasi 10 menit dan 20 menit.

3.4.2 Variable terikat (dependent variable)

Variable terikat yang diamati yaitu paramater logam berat Pb.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat yang diperlukan dalam penelitian

1. Tanur untuk pembakaran secara pirolisis (dengan oksigen

terbatas) untuk membuat arang dari kulit buah kakao.

2. Siever (ayakan) untuk menyaring arang berkisar 40 mesh.

3. Oven untuk pengeringan arang aktif pasca perendaman.

4. Ember untuk wadah limbah cair.

5. Pengukur waktu (jam atau stopwatch).

6. Nampan untuk meniriskan dan mengeringkan arang kulit buah

kakao.

7. Jerigen untuk mengambil limbah cair.

8. Timbangan untuk menimbang massa adsorben.

9. Gelas ukur untuk mengukur volume contoh limbah yang akan

diola.

10. Beaker gelas untuk wadah aktivasi arang dan proses adsorbsi

pada air limbah.

11. Botol sampel untuk menyimpan contoh air yang akan diuji

parameternya.

12. Kertas saring.

50
13. Plastik Flip sebagai tempat/wadah arang aktif.

14. Jart test untuk mempercepat kontak adsorben dengan limbah.

Gambar 3.1 Jart Test

3.5.2 Bahan yang digunakan

1. Kulit buah kakao.

2. Limbah cair industri percetakan.

3. Larutan HCl 1 N sebanyak 500 ml.

3.6 Cara Kerja Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini ada beberapa langkah kerja yang

dilakukan, seperti pembuatan arang dari kulit buah kakao, aktivasi arang

kulit buah kakao, melakukan proses adsorbsi pada air limbah

menggunakan arang aktif kulit buah kakao, dan yang terakhir memasukkan

sample yang telah diolah untuk uji laboratorium.

51
3.6.1 Langkah Kerja Pembuatan Arang Dari Kulit Buah Kakao

a. Membersihkan kulit buah kakao terlebih dahulu dari

pengotor (misalnya tanah, daun, plastik) sebelum dibuat

menjadi arang.

b. Memotong kulit buah kakao yang telah dibersihkan dengan

cara memotong hingga membentuk potongan yang lebih

kecil.

c. Menjemur kulit buah kakao yang berbentuk potongan kecil

di bawah sinar matahari.

d. Memasukkan kulit buah kakao seberat 1 kg ke dalam tanur

pirolisa (dengan estimasi akan terjadi pengurangan berat

sebesar 70 % dari proses pengarangan sehingga akan

mengahasilkan arang sebanyak 0,7 kg). Lalu bakar kulit

buah kakao selama 1 jam atau sampai kulit buah kakao

menjadi arang.

e. Setelah kulit buah kakao berbentuk arang, dinginkan pada

suhu ruangan.

f. Arang yang telah dingin, kemudian ditumbuk dengan

penumbuk dan diayak menggunakan Siever (ayakan)

dengan nomor ukuran 40 mesh sehingga didapatkan arang

berbentuk serbuk.

52
3.6.2 Langkah Kerja Pengaktifan Serbuk Arang Kulit Buah Kakao

a. Memindahkan larutan HCl 1 N 500 ml ke dalam beaker

glass.

b. Memasukkan serbuk arang dengan berat 0,7 kg ke dalam

beaker glass yang berisi HCl 1 500 ml.

c. Mendiamkan perendaman serbuk arang dan larutan HCl 1 N

500 ml selama 24 Jam.

d. Memisahkan serbuk arang aktif dengan larutan HCl dengan

cara menyaring dan meniriskannya.

e. Setelah arang kulit buah kakao ditiriskan,kemudian arang

diangin-anginkan.

f. Memasukkan serbuk arang ke dalam oven, atur pada suhu

105o C dan biarkan selama 1 jam.

g. Keluarkan arang kulit buah kakao dari oven, dinginkan pada

suhu kamar.

h. Arang kulit buah kakao telah aktif dan siap dipergunakan

untuk adsorbsi.

3.6.3 Langkah Kerja Proses Adsorbsi

a. Memasukkan sample uji ke laboratorium sebelum dilakukan

pengolahan.

b. Menimbang massa serbuk arang aktif kulit buah kakao

dengan variasi massa 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr, 7 gr,

dan 8 gr.

53
c. Memasukkan serbuk arang ke dalam plastik Flip sebagai

wadah sementara.

d. Memasukkan air limbah ke dalam 7 Beaker Glass, masing –

masing beaker Glass diisi limbah cair sebanyak 500 ml.

e. Menghidupkan alat jart test dengan kecepatan 100 rpm

selama 1 menit sambil memasukkan arang aktif didalam

plastic Flip yang bervariasi ukurannya ke dalam Beaker

Glass.

f. Mengurangi kecepatan alat jart test menjadi 20 rpm dengan

masing-masing variasi waktu kontak 10 menit dan 20 menit.

g. Menunggu pengendapan selama 30 menit untuk

mendapatkan pengendapan Pb.

h. Menyaring air limbah untuk memisahkan arang dan air

limbah hasil pengolahan.

i. Mengambil air beningan hasil pengolahan,dan kemudian

memasukkan ke botol sample yang diberi label.Melakukan

ulangan sebanyak 2 kali.

j. Melakukan langkah kerja d – g untuk masing masing variasi

massa dan waktu kontak adsorben.

k. Memasukkan sample ke laboratorium untuk diuji kadar Pb

didalam limbah cair yang diolah.

54
3.7 Analisis Data

1. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian, untuk

melihat hubungsn variable massa dan waktu kontak adsorben terhadap

penurunan kadar Pb dalam limbah cair percetakan maka dilakukan

dengan regresi linier berganda dengan aplikasi Statistical Package for

Service Solution (SPSS). Rumus persamaan regresi linier berganda

yang digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn

Dimana :

Y = Variable Terikat

X1 = Variable Bebas 1

X2 = Variable Bebas 2

a = Konstanta

b = Koefisiensi Regresi

2. Menggunakan efisiensi untuk melihat seberapa besar penurunan

kandungan Pb pada limbah cair industri percetakan antara sebelum

dan sesudah pengolahan limbah menggunakan serbuk arang aktif kulit

buah kakao.

Besarnya efisiensi dinyatakan dalam bentuk presentase (%),

dengan rumus sebagai berikut :

55
Ef =

Dimana :

Ef = Efisiensi proses penurunan parameter (%)

Co = Konsentrasi parameter saat masuk ke proses

Ci = Konsentrasi parameter saat keluar dari proses

(Tjokrokusumo, 1998)

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Proses Pembuatan Arang Aktif Kulit Buah Kakao

Bahan baku kulit buah kakao diambil dari limbah

pemanenan buah kakao yang dikelola oleh salah satu kelompok

tani Desa Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa,

Yogyakarta. Kulit buah kakao sebelum melewati proses pirolisis

pada tanur pirolisa dicuci bersih dari pengotor seperti

getah,daun,kotoran dan lain-lain. Kulit buah kakao dipotong kecil

dan dijemur dibawah sinar matahari selama ± 7 hari untuk

mengurangi kadar airnya hingga < 10%. Kemudian kulit buah

kakao dimasukkan ke tanur pirolisa selama ± 1 jam atau hingga

asap dari dalam tanur mulai berkurang. Pembuatan arang ini

terjadi proses pembakaran tidak sempurna dengan sedikit oksigen.

Setelah arang terbentuk, arang tersebut kemudian didinginkan dan

siap untuk ditumbuk serta diayak dengan siever dengan ukuran 40

mesh. Berikutnya arang aktif direndam dengan aktivator HCl 1 N

selama 24 jam dan dipanaskan oven dengan suhu 1050C selama 1

jam untuk membuka dan memperluas permukaan adsorben.

57
Gambar 4.1 Arang yang ditiriskan setelah melewati proses pirolisis

4.1.2 Proses Adsorbsi Pb Limbah Cair Industri Dengan

Menggunakan Arang Aktif Kulit Buah Kakao

Arang aktif memiliki ruang pori sangat banyak dengan

ukuran tertentu. Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel

sangat halus (molekul) terutama logam berat dan menjebaknya

disana. Ion Pb2+ ditarik oleh arang aktif dan melekat pada

permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompleks dan

reaksi kimia. Arang aktif memiliki jaringan porous (berlubang)

yang sangat luas yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima

molekul pengotor baik besar maupun kecil.

Proses adsorbsi Pb pada limbah cair industri percetakan

menggunakan adsorben arang aktif kulit buah kakao telah

dilakukan dengan menambahkan masing-masing variasi massa

adsorben 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr, 7 gr, dan 8 gr ke dalam

500 ml limbah cair industri percetakan didalam beaker glass.

58
Proses adsorbsi dimulai dengan pengadukan menggunakan alat jart

test kecepatan 100 rpm selama 1 menit dan kecepatan 20 rpm pada

waktu kontak 10 dan 20 menit.

Proses adsorbsi Pb lebih cepat terjadi dengan pengadukan

yang mengakibatkan adanya oksidasi oksigen yang merubah ion

Pb2+ dalam bentuk terlarut menjadi tidak terlarut(partikel). Ketika

larutan tersebut banyak mengandung ion OH-, bereaksinya OH-

dengan Pb2+ dalam larutan akan mengakibatkan peristiwa

presipitasi dan membentuk endapan Pb(OH)2. Dengan adanya

penyaringan, maka Pb(OH)2 dapat mengendap dan tersaring

sehingga konsentrasi Timbal dalam air limbah berkurang.

4.1.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Pb Setelah Proses Adsorbsi

Kandungan Pb yang didapatkan pasca pengolahan dengan

menggunakan adsorben arang aktif kulit buah kakao dengan

teraktivasi HCl 1 N dan pemanasan 1050C selama 1 jam pada

berbagai variasi massa dan waktu kontak dapat dilihat pada tabel

4.2 dan 4.4 sebagai berikut:

59
Tabel 4.2 Hasil Penurunan kadar Pb menggunakan arang aktif kulit
buah kakao dengan waktu kontak 10 menit

Waktu Massa Adsorben Konsentrasi Akhir Pb (mg/L)

Kontak Arang Aktif


I II Rata-rata
(menit) (gram)

0 35,710 35,339 35,524

2 33,211 33,537 33,374

3 28,366 28,444 28,405

4 28,366 26,416 27,391


10
5 27,760 26,321 27,040

6 24,658 28,366 26,512

7 22,452 24,658 23,555

8 19,130 16,696 17,913

Sumber : Data primer,2017.

Untuk menjelaskan tabel tersebut,maka dibuat grafik

sebagai berikut:

40
35
Konsentrasi Pb (mg/L)

30
25
20
15 10 menit
10
5
0
0 2 3 4 5 6 7 8
Massa (gram)

Gambar 4.3 Grafik penurunan kadar Pb dengan waktu kontak 10


menit

60
Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.3 di atas dapat diketahui

bahwa dengan menggunakan waktu kontak 10 menit terjadi

penurunan kadar Pb pada limbah cair industri percetakan.

Sebelumnya diketahui bahwa kandungan Pb dalam limbah cair

industri percetakan sebesar 35,739 mg/L. Dan setelah dilakukan

pengolahan dengan variasi massa adsorben 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, 5

gr, 6 gr, 7 gr, dan 8 gr didapatkan kandungan Pb terkecil sebesar

17,913 mg/L pada penambahan adsorben dengan massa 8 gr.

Tabel 4.4 Hasil Penurunan kadar Pb dengan waktu kontak 20 menit

Waktu Massa Adsorben Konsentrasi Akhir Pb (mg/L)

Kontak Arang Aktif


I II Rata-rata
(menit) (gram)

0 27,890 33,537 30,713

2 28,444 29,611 29,027

3 28,366 28,444 28,405

4 25,665 26,321 25,993


20
5 28,452 24,658 26,555

6 19,130 24,452 21,791

7 19,130 19,130 19,130

8 17,062 16,696 16,879

Sumber : Data primer,2017.

61
Untuk menjelaskan tabel diatas maka dibuat grafik sebagai berikut :

35
30

Konsentrasi Pb (mg/L)
25
20
15
20 menit
10
5
0
0 2 3 4 5 6 7 8
Massa (gram)

Gambar 4.5 Grafik penurunan kadar Pb dengan waktu kontak 20


menit

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 Hasil penurunan

kadar Pb limbah cair industri percetakan ditunjukkan dengan

menggunakan waktu kontak 20 menit. Sebelumnya diketahui

bahwa kandungan Pb dalam limbah cair industri percetakan sebesar

35,739 mg/L. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan variasi

massa 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, 5 gr, 6 gr, 7 gr, dan 8 gr kemudian

didapatkan kandungan Pb limbah cair percetakan terkecil adalah

16,879 mg/L yaitu pada massa 8 gr. Selanjutnya kenaikan terjadi

pada massa 5 gr dengan kandungan Pb sebesar 26,555 mg/L. Dan

penurunan kembali berturut-turut pada massa 6 gr, 7 gr, dan 8 gr.

62
Tabel 4.6 Perbandingan penurunan kadar Pb pada berbagai variasi
massa dan waktu kontak

Massa (gram) Waktu Kontak 10 Waktu Kontak 20

Menit Menit

0 35,524 30,713

2 33,374 29,027

3 28,405 28,405

4 27,391 25,993

5 27,040 26,555

6 26,512 21,791

7 23,555 19,130

8 17,913 16,879

Sumber : Data primer, 2017.

40
35
30
25
Konsentrasi Pb (mg/L)

20
10 Menit
15
20 Menit
10
5
0
0 2 3 4 5 6 7 8
Massa (gram)

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan penurunan kadar pada berbagai


variasi massa dan waktu kontak

63
4.1.4 Analisa Regresi Variable Bebas dengan Variable Terikat

Hasil pemeriksaan penurunan kadar Pb dengan adsorben

arang aktif kulit buah kakao selanjutnya akan dianalisa dengan cara

regresi linier berganda menggunakan aplikasi Statistical Package

for Service Solutions (SPSS). Analisa ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara dua variable bebas yaitu waktu kontak

dan massa adsorben terhadap variable terikat berupa penurunan

kadar Pb limbah cair industri percetakan. Berikut merupakan data

hasil analisa regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS:

Tabel 4.8 Analisa ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 378.063 2 189.032 67.386 .000a

Residual 36.468 13 2.805

Total 414.531 15

a. Predictors: (Constant), waktukontak, massa

b. Dependent Variable: konsentrasiPb

Sumber: Data primer, 2017.

64
Tabel 4.9 Koefisien Regresi

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 38.330 1.514 25.321 .000

massa -1.871 .168 -.918 -11.160 .000

waktukontak -.268 .084 -.263 -3.198 .007

a. Dependent Variable: konsentrasiPb

Sumber: Data primer,2017.

Tabel 4.10 Model Summary Regresi

Adjusted R Std. Error of the Durbin-

Model R R Square Square Estimate Watson

1 .955a .912 .898 1.674872 1.480

a. Predictors: (Constant), waktukontak, massa

b. Dependent Variable: konsentrasiPb

Sumber: Data primer,2017.

Dengan dianalisa menggunakan regresi linier berganda,

maka diketahui hasil berupa nilai probabilitas atau signifikansi

sebesar 0,000 pada tabel 4,7. Nilai probabilitas ini kurang dari

tingkat signifikan untuk teknik yaitu 0,05. Jika nilai probabilitas

kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. H0 merupakan

secara bersama-sama variable massa dan waktu kontak adsorben

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan

kandungan Pb limbah cair industri percetakan, sedangkan H1

65
merupakan secara bersama-sama variable massa dan waktu kontak

adsorben berpengaruh terhadap penurunan kandungan Pb limbah

cair industri percetakan. Karena H0 ditolak dan H1 diterima, maka

dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini secara bersama-sama

variasi massa dan waktu kontak adsorben berpengaruh signifikan

terhadap penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan

simulasi.

Jika dilihat secara parsial (individu) massa adsorben

berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar Pb, sedangkan

waktu kontak tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat

diketahui berdasarkan perbandingan nilai probabilitas pada tabel

4.8 koefien regresi yang dibandingkan dengan tingkat signifikansi

teknik yaitu 0,05. Nilai probabilitas untuk variasi massa yang

ditunjukkan pada tabel tersebut adalah 0,000. Sedangkan nilai

probabilitas untuk waktu kontak didapatkan 0,007. Apabila nilai

probabilitas kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Dimana Ho merupakan massa tidak mempunyai pengaruh terhadap

penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan, sedangkan H1

merupakan massa mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar

Pb limbah cair industri percetakan. Maka dapat disimpulkan setiap

penambahan satuan massa adsorben mempengaruhi secara

signifikan terhadap penurunan kadar Pb limbah cair industri

percetakan. Untuk waktu kontak dengan nilai probabilitas 0,007

66
dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Karena H0

merupakan waktu kontak tidak berpengaruh terhadap penurunan

kadar Pb, sedangkan H1 merupakan waktu kontak berpengaruh

dalam penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan.

Sehingga dapat disimpulkan, waktu kontak berpengaruh signifikan

terhadap penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan.

Selain itu, diketahui pula koefisien determinansi (R2) yang

menjelaskan hubungan antara variable terikat dengan variable

bebas dilihat dari nilai R (R = 0,955) pada tabel 4.9 model

summary regresi termasuk dalam korelasi yang sangat kuat, dengan

besaran variable bebas mempengaruhi variable terikat adalah 89,8

% dilihat dari nilai adjusted R-square pada tabel tersebut dan

selebihnya 10,2 % dipengaruhi oleh variable lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini. Kemudian hal yang dapat diketahui

setelah analisa regresi linier berganda berupa persamaan regresi

dengan Y = 38,330 – 0,268x2- 1,871x.

4.1.5 Efektifitas Penurunan Kadar Pb

Untuk mengetahui efektivitas penurunan kadar Pb industri

percetakan dilakukan dengan membandingkan konsentrasi awal Pb

sebelum dilakukan treatment dengan konsentrasi akhir Pb setelah

treatment. Konsentrasi awal yang dianalisa berupa air baku tanpa

treatment dengan besar kandungan Pb 35,739 mg/L. Berikut

efektivitas penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan

67
setelah treatment menggunakan adsorben arang aktif kulit buah

kakao.

Tabel 4.11 Efektifitas Penurunan Kadar Pb

Penurunan kadar Pb
Efisiensi
Waktu Variasi Sebelum Setelah
No penurunan
kontak massa (gr) perlakuan perlakuan (ci) (%)
(co) (mg/L) (mg/L)

0 35,739 35,524 0,60

2 35,739 33,374 6,61

3 35,739 28,405 20,5

4 35,739 27,391 23,3


1 10 menit
5 35,739 27,040 24,3

6 35,739 26,512 25,81

7 35,739 23,555 34,09

8 35,739 17,913 49,8

0 35,739 30,713 14,06

2 35,739 29,027 18,78

3 35,739 28,405 20,52

4 35,739 25,993 27,26


2 20 menit
5 35,739 26,555 25,69

6 35,739 21,791 39,02

7 35,739 19,130 46,4

8 35,739 16,879 52,77

Sumber : Data primer, 2017


Berdasarkan 4.11 tabel diatas, dapat diketahui efektivitas

paling kecil terdapat pada kontrol 0 gr dan waktu kontak 10 menit

68
dengan nilai efektifitas sebesar 0,60 %. Sedangkan efektifitas

terbesar terdapat pada penambahan massa adsorben arang aktif

kulit buah kakao sebanyak 8 gr dan waktu kontak 20 menit dengan

nilai efektifitas yang didapat sebesar 52,77 %.

4.2 Pembahasan

Pada tabel 4.6 dan grafik 4.7 menunjukkan bahwa terjadi

penurunan kadar Pb setelah proses adsorbsi menggunakan arang aktif kulit

buah kakao yang diaktifkan menggunakan aktivator HCl 1 N dan aktivasi

dengan pemanasan oven pada suhu 1050C selama 1 jam. Kandungan awal

Pb pada limbah cair industri percetakan sebesar 35,739 mg/L. Secara

adsorbsi fisika yang berhubungan dengan gaya van der walls, Proses

penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan dengan menggunakan

adsorben arang aktif kulit buah kakao dimulai dari adanya transfer molekul

Pb2+ menuju lapisan film yang mengelilingi adsorben. Kemudian perlahan

lapisan film itu terbuka dan difusi Pb2+ terjadi melalui lapisan film dari

adsorben tersebut. Difusi Pb2+ selanjutnya terjadi pada pori-pori dalam

adsorben. Dan Pb2+ dijebak dalam dinding kapiler atau permukaan

adsorben. Sedangkan berdasarkan kemampuan adsorben itu sendiri,

Partikel dari adsorben memiliki sisi aktif negatif yang akan berinteraksi

dengan ion logam bemuatan positif, (Mahvi,2005) . Penurunan kadar Pb

selama perlakuan disebabkan oleh terjadinya proses penyerapan dan

pengikatan logam berat Pb oleh gugus aktif yang terdapat pada serbuk

selulosa. Gugus aktif OH yang terdapat pada selulosa menyebabkan

69
terjadinya sifat polar pada adsorben, sehingga terjadi interaksi antara ion

logam Pb2+ dengan gugus OH-. Pada penelitian ini sisi aktif negatif dari

serbuk selulosa kulit kakao adalah OH- dan ion logam bermuatan positif

adalah Pb2+ , keduanya akan berinteraksi membentuk kompleks selulosa

dan Pb. Sehingga, penurunan kadar Pb pada limbah cair industri

percetakan dapat terjadi.

Pada grafik 4.7 perbandingan penurunan kadar Pb pada berbagai

variasi massa adsorben dan waktu kontak terdapat sedikit penyimpangan

dimana terjadi kenaikan kembali kadar Pb pada penambahan massa 5 gr

dan waktu 20 menit sebesar 26,555. Penyebabnya adalah pada proses

adsorpsi rasio massa dengan adsorbat dan juga konsentrasi adsorbat sangat

mempengaruhi dalam penyerapan. Artinya untuk jumlah adsorben yang

digunakan semakin banyak sedangkan konsentrasi limbahnya sama, maka

akan terjadi penggumpalan adsorben sehingga adsorben tidak seluruhnya

terbuka, (Sartika, 2016). Selain pada massa 5 gr dan waktu kontak 20

menit, penyimpangan juga terjadi pada variable kontrol 0 gr dengan waktu

20 menit. Penyebab dari hal tersebut adalah masih terdapat sisa arang aktif

pasca pengolahan sebelumnya yang menempel pada alat pengaduk jart test

sehingga terjadi penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan.

Selain itu, pengadukan dan pengendapan juga mempengaruhi penurunan

kadar Pb. Pada proses pengadukan terjadi gaya turbulen sehingga terjadi

gerakan pada air limbah. Sedangkan pada proses pengendapan partikel

70
yang tidak terlarut dalam air dapat mengendap seiring dengan lamanya

waktu pengendapan, (Sartika,2016).

Berdasarkan hasil analisa regresi linier berganda yang dilakukan

dengan menggunakan aplikasi Statistical Package for Service Solutions

(SPSS), menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan korelasi antara variasi

massa adsorben dan waktu kontak terhadap penurunan kadar Pb limbah

cair industri percetakan. Dimana secara bersama-sama dua variable bebas

tersebut mempengaruhi secara signifikan dalam penurunan kadar Pb

berdasarkan nilai probabilitas pada koefisien yang kurang dari 0,05 yaitu

sebesar 0,000. Begitu juga dengan secara parsial(individu), masing-masing

variasi massa dan waktu adsorben memiliki pengaruh signifikan terhadap

penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan. Massa adsorben

berpengaruh terhadap proses adsorpsi karena semakin bertambahnya

massa adsorben, maka nilai %Pb Teradsorpsi terhadap ion juga semakin

meningkat dan mencapai kesetimbangan, (Anjani, 2014). Pengaruh

jumlah adsorben merupakan parameter penting karena dapat menentukan

kapasitas adsorben selama penambahan konsentrasi awal adsorbat. Adanya

peningkatan jumlah adsorben cenderung meningkatkan daya serap

terhadap adsorbat, (Bhattacharyya, 2008). Waktu kontak merupakan hal

yang sangat menentukan dalam proses adsorbsi, daya adsorbsi molekul

dari suatu adsorbat akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan

karbon aktif makin lama, sehingga akan meningkat proses difusi akan

penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, (Reynold, 1982).

71
Selain pengaruh faktor dari dua variable bebas yang diteliti,

penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan dipengaruhi oleh

ukuran dari adsorben itu sendiri. Pemilihan arang aktif kulit buah kakao

berbentuk bubuk/serbuk dengan ukuran 40 mesh sangat efektif dan

sekaligus mempengaruhi luas permukaan adsorben. Ukuran partikel

karbon akan mempengaruhi kecepatan adsorbsi tetapi tidak mempengaruhi

kapasitas adsorbsi, makin kecil ukuran partikel akan semakin besar

kecepatan adsorbsinya, (Tchobanoglous, 1983). Selain ukuran partikel,

pada penelitian ini dilakukan terhadap faktor pengaruh lain yaitu pH.

Pengontrolan pH terhadap adsorben dan limbah untuk mendapatkan pH

optimum. Pengontrolan dilakukan karena pH berpengaruh besar terhadap

adsorbsi, pH menentukan tingkat ionisasi suatu larutan, (Ariadi, 2016).

Perendaman arang aktif dengan HCl selama 24 jam didapat pH mencapai

10 yang semula 12. Dan limbah cair percetakan dengan pH 7 atau netral.

Penurunan Pb limbah cair percetakan secara adsorpsi optimum pada

adsorben dengan pH 10, (Ratnawati, 2011). Kemudian faktor yang

mempengaruhi lainnya yaitu luas permukaan adsorben. Pada saat aktivasi

dengan HCl 1 N dan pemanasan 1050C dilakukan, senyawa kontaminan

yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini

menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah besar dan

meningkatkan daya adsorpsi arang aktif, (Danarto, 2008).

Nilai efektifitas terbesar yang didapat pada penelitian ini adalah

sebesar 52,77 % yaitu pada massa 8 gr dengan waktu kontak 20 menit.

72
Perkiraan efektifitas ini jauh dari hipotesa sebelumnya yang diperkirakan

efektifitas sebesar 90% . Dapat dikatakan bahwa hasil belum mencapai

target sesuai hipotesa namun nilai efektifitas cukup maksimal dengan

efektifitas >50%. Penyebab dari tidak sesuai hipotesa diantaranya adalah

kurangnya jumlah adsorben dan waktu kontak. Konsentrasi ion logam

akan semakin menurun dengan bertambahnya jumlah adsorben yang

digunakan. Jumlah adsorben yang semakin banyak akan memperluas

penjerapan ion logam yang ada pada suatu larutan sehingga % efektivitas

adsorpsi pun akan semakin meningkat, (Krisnawati,2013). Nilai %

efektivitas penjerapan bergantung pada waktu kontak, dimana semakin

lama waktu pengontakan antara adsorben dan adsorbat, maka akan

semakin banyak juga ion yang dapat diserap, (Wati,2016).

73
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian,analisis dan pembahasan yang telah

dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Arang aktif kulit buah kakao dapat menurunkan kadar Pb limbah

cair industri percetakan. Penurunan terbesar pada massa 8 gr

dengan waktu kontak 20 menit dari Konsentrasi 35,739 menjadi

16,879 mg/L.

2. Massa adsorben dan waktu bersama-sama signifikan terhadap

penurunan kadar Pb limbah cair industri percetakan. Semakin besar

massa adsorben sehingga semakin banyak kandungan Pb yang

terserap. Semakin lama waktu kontak adsorben maka akan semakin

banyak kandungan Pb yang terserap. Dengan faktor lain yang

mempengaruhi pH, luas permukaan adsorben, dan ukuran partikel.

pH optimum adsorben 10, luas permukaan adsorben yang diperluas

dengan pengaktivasian HCl, dan ukuran partikel dengan ukuran 40

mesh berbentuk serbuk.

3. Besar efektivitas penurunan kadar Pb limbah cair industri

percetakan terbesar adalah 52,77 %.

74
5.2 Saran

1. Sebaiknya setiap penggunaan arang aktif pada setiap massa dan

waktu kontak yang berbeda diperhatikan kebersihan dari treatment

sebelumnya agar tidak mempengaruhi variable kontrol.

2. Sebaiknya dilakukan waktu kontak yang lebih lama agar

penyerapan Pb lebih maksimal.

3. Sebaiknya penelitian berikutnya dilakukan pada limbah cair yang

benar-benar mengandung logam berat yang tinggi tanpa harus

dilakukan simulasi.

4. Sebaiknya pencucian arang dilakukan hingga bersih,agar tidak

mempengaruhi warna limbah pada saat penyaringan filtrat.

75

Anda mungkin juga menyukai