Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FOOD SAFETY AND NUTRITION SECURITY Ⅱ

UJI RHODAMIN PADA BASRENG

Dosen Pengampu :Hastrin Hostinta S.Gz.M.Ph

Disusun oleh :
Kelompok Ⅲ A
Dita Anggraini 210400815
Dita Inaya Setiadi 210400816
Dita Milani Prasetyaningsih 210400817
Dwi Nur’Afni 210400818
Dwi Ratnasari 210400819
Eriyadi Santoso 210400820
Fadia Anastasya A 210400821

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB Ⅰ PENDAHULUAAN ......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 3
B. Tujuan ............................................................................................................................................... 4
BAB Ⅱ METODE PRAKTIKUM ............................................................................................................. 5
A. Bahan dan Alat .................................................................................................................................. 5
B. Metode Kerja .................................................................................................................................... 5
BAB III HASIL PRAKTIKUM ................................................................................................................. 7
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 8
A. Hasil Praktikum ................................................................................................................................ 8
B. Hasil Praktikum dengan Teori .......................................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 10

2
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
oleh karena itu makanan yang kita makan bukan hanya harus memenuhi gizi dan
mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak
mengandung mikroorganisme dan bahan bahan kimia yang dapat menyebabkan
keracunan penyakit. Perusahaan makanan dan minuman kemasan di Indonesia saat ini
berkembang dengan sangat pesat. Ditemukan makanan dan minuman kemasan yang
diproduksi hanya mementingkan aspek selera konsumen tanpa memperdulikan aspek
Kesehatan (Vii, 2006).

Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia,yang banyak
digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena
kaya akan protein hewani. Umumnya bakso terbuat dari daging sapi. Tetapi, bahan baku
pembuatan bakso dapat berasal dari berbagai daging jenis ternak, antara lain ayam dan
ikan. Bakso goreng “basreng” merupakan produk makanan olahan khas dari daerah
Bandung. Bakso goreng atau yang biasa disingkat dengan basreng merupakan camilan
yang terbuat dari olahan bakso yang diiris tipis-tipis kemudian digoreng. Basreng juga
dapat disajikan dengan taburan bumbu pedas dengan tingkat kepedasan yang bervariasi
(Ahmad Jupri et al., 2021).

Menurut Elbe dkk., (1996), zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami
maupun sintetik yang memberikan warna. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna untuk
makanan dapat diklasifikasikan menjadi pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yaitu
zat warna yang diperoleh dari hewan seperti :warna merah muda pada flamingo dan ikan
salem sedangkan dari tumbuh-tumbuhan seperti: karamel, coklat dan daun suji. Pewarna
buatan sering juga disebut dengan zat warna sintetik. Proses pembuatan zat warna sintetik
ini biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali
terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.

3
Menurut Winarno (1992), zat pewarna sintetik harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna makanan. Zat pewarna yang
diijinkan penggunaannya dalam makanan dikenal dengan certified color atau permitted
color. Untuk penggunaannya, zat warna tersebut harus menjalani tes prosedur
penggunaan yang disebut proses sertifikasi (Sembiring, 2013).

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai


pewarna tekstil, tetapi tidak boleh digunakan di dalam produk pangan karena diduga
dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, kulit, mata, saluran pencernaan, keracunan
dan gangguan hati, serta dalam jangka panjang kanker dan tumor. Penelitian ilmiah untuk
membuktikan hal tersebut belum banyak dilakukan. Pada kenyataannya rhodamin B
masih digunakan dalam berbagai produk olahan pangan. Pewarna Rhodamin B banyak
digunakan pada produk makanan dan minuman industry rumah tangga, antara lain
kerupuk, makanan ringan, pefinen, sirup, minuman kemasan, es doger, dan manisan.
Makanan yang diberi zat pewarna itu biasanya berwarna merah lebih terang dan
ditemukan pada makanan dan minuman jajanan anak sekolah dasar (SD). Penggunaan
Rhodamin B dalam produk pangan mungkin karena harganya yang jauh lebih murah
dibandingkan dengan zat warna pangan yang diizinkan. Kemungkinan kedua adalah
kurangnya pengetahuan produsen industry rumah tangga tentang zat pewarna apa saja
yang diperbolehkan dan yang tidak pada makanan.Zat pewarna sintesis yang sering
ditambahkan adalah Rhodamin B, yaitu merupakan zat warna sintetik yang umum
digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang
dilarang penggunaannya dalam produkpangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik
sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker (Tjiptaningdyah
& Bambang Sigit Sucahyo, 2016).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi bahan kimia zat pewarna pada
Rhodamin B yang terdapat didalam Basreng (Bakso Goreng).

4
BAB Ⅱ

METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat


1. Bahan:
o Air mendidih
o Test-Kit Rhodamin B
o Basreng (Bakso Goreng)
2. Alat:
o Sendok teh
o Sendok makan
o Tabung reaksi
o Pipet tetes
o Vortex
o Neraca analitik

B. Metode Kerja

1. Pembuatan Kontrol Negatif

Mencampurkan 5 ml aquades dengan 4 tetes


reagen A, dalam tabung reaksi

Memfortex larutan hingga homogen

Mengamati perubahan warna yang terjadi

5
2. Metode uji

Ambil sebanyak 5 gram basreng kemudian dihaluskan dan direndam dengan air mendidih
sampai bahan tercelup, kemudian disaring.

Ambil 5 ml larutan basreng yang sudah dihaluskan untuk dianalisis. Untuk sampel cair,
ambil 5 ml larutan dan digunakan untuk analisis (tanpa perlu diencerkan dan direndam
dengan air mendidih).

Larutan sampel sebanyak 5 ml diletakan pada tabung reaksi dan campurkan dengan 1 tetes
reagen A , 1 tetes reagen B.

Larutan kemudian divortex dan didiamkan selama 10-20 menit.

Amati perubahan yang terjadi. Sampel dinyatakan positif mengandung Rhodamin B jika
terjadi perubahan warna menjadi merah ungu. Ada tidaknya perubahan warna dapat
dibandingkan dengan control

Control negative dapat dibuat dengan mencampurkan 5 ml aquadest dengan 1 tetes reagen
A, 1 tetes reagen B, dan 4 tetes reagen B2. Beri perlakuan sama seperti di analisis atas.

6
BAB III

HASIL PRAKTIKUM

Perubahan warna pada sampel


No Sampel Perubahanwarna Foto
1. Basreng Putih keruh tidak ada perubahan

2. Control Coklat kemerahan


negative

3. Reagen Dinyatakan postif jika dikatakan merah


keunguan

7
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Dapat dilihat pada praktikum ini didapatkan hasil uji kandungan rhodamin B dari sampel
basreng dengan pengamatan perubahan warna pada sampel. Untuk data pada table control negatif
yang terbuat dari campuran akuades dan reagen berwarna coklat kemerahan. Sedangkan pada
sampel basreng, setelah diberi reagen A dan B tidak mengalami perubahan warna sama sekali, hal
ini terjadi karena kemungkinan sampel yang dihaluskan tidak mengandung bahan berbahaya
seperti pewarna tambahan yang dipakai pada cemilan basreng sehingga hasil yang didapat kurang
maksimal dan tidak ada mengalami perubahan warna.

B. Hasil Praktikum dengan Teori


Test kit merupakan salah satu metode sederhana pemeriksaan Rhodamin B dengan cara
mencelupkan test kit kedalam sampel dan hasilnya bisa langsung didapatkan(Permatahati &
Yanti, 2021). Identifikasi uji Rhodamin B pada sampel yang telah dilakukan dengan
menggunakan sampel basreng. Hasil praktikum yang diperoleh membuktikan bahwa sampel
basreng tidak menunjukkan adanya Rhodamin B. Penambahan Rhodamin B pada sampel adalah
untuk menambah kualitas dari sampel tersebut dimana warnanya menjadi merah muda terang.
Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis control negative sampel basreng berwarna coklat
kemerahan, dan setelah diberi reagen A dan B tidak mengalami perubahan warna. Sampel yang
positif terdapat rhodamin B akan terbentuk cincin ungu lembayung pada lapisan atas setelah
ditetesi reagen. Jika warna tetap menunjukan warna larutan awal maka memberikan hasil negatif
atau sampel tidak memiliki kandungan rhodamin B (Mustamin et al., 2022).

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum uji rhodamin B pada sampel basreng yang diambil
diperolehhasil bahwa tidak ada yang mengandung zat pewarna berbahaya berupa
Rhodamin-B,sehingga makanan tersebut aman untuk dikonsumsi.Kebanyakan produsen telah
memakai pewarna buatan yang diperbolehkan yaitu pewarna Eritrosin CI 45430 dan Ponceau 4R
CI 16255,sehingga produsen jarang memakai pewarna Rhodamin B untuk bahan campuran
pewarna pada makanan. Eritrosin CI 45430 dan Ponceau 4R CI 16255 yaitu pewarna merah
sintetis yang diperbolehkan oleh Kemenkes dengan kadar yang ditentukan.

B. Saran
Saran yang diberikan pada percobaan kali ini yaitu agar lebih mempehitungkan kembali
perbandingan eluen yang digunakan, ketelitian dalam mengamati setiap perubahan warna
yang terjadi pada dasar tabung reaksi sehingga mengurangi ketidak akuratan hasil serta lebih
memperhatikan keselamatan kerja ketika bekerjadengan zat kimia berbahaya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jupri, Adilah Putri, Fransiska Prisilia Lingking, Tapaul Rozi, & Eka S Prasedya. (2021).
Inovasi Olahan Produk Masyarakat berupa cilok menjadi Keripik Basreng. Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(2), 105–108.
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v5i2.1579

Mustamin, F., Novrianti, I., Aris, M., & Asma, A. (2022). Analısıs kualıtatıf senyawa rhodamın
B pada saus jajanan “tusuk-tusuk” dı taman berkampung kota Tarakan menggunakan
metode rapid test kit. Journal Borneo, 2(3), 15–20. https://doi.org/10.57174/jborn.v2i3.59

Permatahati, D. M., & Yanti, L. P. D. (2021). Metode Identifikasi Rhodamine B pada Makanan
dan Kosmetik. Bima Nursing Journal, 2(1), 62. https://doi.org/10.32807/bnj.v2i1.712

Sembiring, L. R. (2013). Pemanfaatan Ekstrak Biji Terong Belanda (Cyphomandra betacea


Sendtn) sebagai Pewarna Alami Es Krim. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 7–26.

Tjiptaningdyah, R., & Bambang Sigit Sucahyo, M. (2016). Analisis Zat Pewarna Rhodamin B
Pada Jajanan Yang Dipasarkan Di Lingkungan Sekolah. Agriekstensia, 16(2).
https://doi.org/10.34145/agriekstensia.v16i2.148

Vii, B. A. B. (2006). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 59. 3(3), 59–60.

10

Anda mungkin juga menyukai