Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam
pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air produk
seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah panen.
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang
memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan tanpa mengubah sifat
kimia dari bahan tersebut (Tindaon, 2013).
Material yang akan dikeringkan terdapat banyak macamnya. Karakteristiknya
tergantung pada sifat Kandungan kadar air di dalam material tersebut (Ryozodkk,1994).
Mujumdar dan Zhonghua (2007,2008) menyatakan bahwa proses pengeringan menjadi
proses yang makin banyak diaplikasikan di industri dengan makin banyaknya jenis bahan
yang dikeringkan dan adanya isu mengenai penghematan energi dan isu lingkungan. Beliau
menekankan perlunya penelitian dan pengembangan proses pengeringan menggunakan
pendekatan kombinasi model matematik dan eksperimen yang teliti untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses yang terjadi dan menemukan inovasi
teknologi baru.
Dalam sektor pertanian sistem pengeringan yang umum digunakan adalah tenaga
surya. Pada sistem tenaga surya ini, bahan diexpose ke sinar surya secara langsung maupun
tidak langsung. Uap air yang terjadi dipindahkan dari tempat pengeringan melalui aliran
udara. Proses aliran udara ini terjadi karena terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan
udara ini dapat terjadi secara konveksi bebas maupun konveksi paksa. Konveksi bebas
terjadi tanpa bantuan luar, yaitu pengaliran udara hanya bergantung pada perbedaan
tekanan yang disebabkan oleh perbedaan densitas udara, sedangkan pada konveksi secara
paksa digunakan kipas untuk memaksa gerakan udara (Djarwo, P. 1988).
Pengeringan makanan memiliki dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah sebagai
sarana pengawetan makanan. Mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan makanan
tidak dapat berkembang dan bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar air yang
rendah. Selain itu, banyak enzim yang mengakibatkan perubahan kimia pada makanan
tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran air. Tujuan kedua adalah untuk meminimalkan biaya
distribusi bahan makanan karena makanan yang telah dikeringkan akan memiliki berat
yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil (Rohman, 2008).
II-1
BAB I PENDAHULUAN
II-2
I-2
Peristiwa yang terjadi selama proses pengeringan meliputi dua proses, yaitu
perpindahan panas dan perpindahan massa. Perpindahan panas yaitu proses pemberian
panas pada bahan untuk menguapkan air dari dalam bahan atau proses perubahan bentuk
cair ke bentuk gas. Sedangkan perpindahan massa yaitu pengeluaran massa uap air dari
permukaan bahan ke udara (Anonim, 2012).
Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air karena perbedaan tekanan dan
potensial uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Penguapan kandungan air
yang terdapat dalam bahan juga terjadi karena adanya panas yang dibawa oleh media
pengering yaitu udara (Anonim, 2012).
Uap air tersebut akan dilepaskan dari permukaan bahan ke udara pengering.
Menurut (Sumarsono, 2004) penguapan air dari bahan meliputi empat tahap, yaitu :
1) Pelepasan ikatan dari bahan
2) Difusi air dan uap air ke permukaan bahan
3) Perubahan tahap menjadi uap air
4) Perpindahan uap air ke udara.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang
dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses pengeringan ini air diuapkan
menggunakan udara tidak jenuh yang dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air
(atau cairan lain) menguap pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya
perbedaan kandungan uap air pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan
uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang
diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus membawa air keluar. Air juga dapat
dipisahkan dari bahan padat, secara mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air
keluar, dengan pemisah sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode
lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih murah biayanya dan lebih hemat
energi dibandingkan dengan pengeringan (Tindaon, 2013).
Udara merupakan medium yang sangat penting dalam proses pengeringan, untuk
menghantar panas kepada bahan yang hendak dikeringkan, karena udara satu-satunya
medium yang sangat mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya operasional. Oleh
karena itu untuk memahami bagaimana proses pengeringan terjadi, maka perlu ditinjau
sifat udara (Purba, 2012).

II.1.2 Faktor – faktor Pengeringan


Menurut (Purba, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2
golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering
Yang termasuk golongan ini adalah:

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-3
I-2
 Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
 Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan
semakin cepat
 Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat
 Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka
bahan semakin cepat kering
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
Yang termasuk golongan ini adalah:
 Ukuran bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat
 Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat.
A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau
di iris-iris terlebih dulu. Menurut (Supriyono, 2003) hal ini terjadi karena:
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan
bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium
pemanasan sehingga air mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak
dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan
kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan
yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan
tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya


Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih
basah (Supriyono, 2003).
C. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-4
I-2
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan
pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan
berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin
mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan (Supriyono, 2003).
D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan (Tindaon, 2013).
E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan
menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir
(Supriyono, 2003).
I.1.3 Macam - macam Dryer
Menurut Purba (2012) proses pengeringan terbagi menjadi 3 kategori :
1. Pengeringan udara atau pengeringan langsung dibawah tekanan atmosfir
Pengeringan ini memanfaatkan udara bebas di atmosfir
2. Pengeringan hampa udara
Keuntungan dalam pengeringan ini didasarkan dengan kenyataan penguapan air
terjadi lebih cepat di bawah tekanan rendah daripada di bawah tekanan tinggi.
3. Pengeringan beku
Pengeringan beku adalah sebuah proses yang memberikan kualitas bahan yang baik
dari segi kestabilitas aroma, warna, dan kemampuan rehidrasi. Pengeringan ini
didasarkan proses sublimisasi yang berada di temperature 0o celcius dan tekanan 613
Pascal.
Menurut Purba (2012) metode pengeringan dibagi menjadi:
1. Pengeringan alami. Pengeringan alami menurut (Ranganna, S., 1977) terdiri dari:.
a. Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat
yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit. Pengeringan
dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik,

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-5
I-2
setelah pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175 oF selama 10-15
menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya
b. Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan di
tempat udara kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun jendela.
Bahan yang biasa dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan.
 Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan
khusus, serta biayanya lebih murah.
 Kelemahan Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat
tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan.
2. Pengeringan Buatan
Menurut Purba (2012) pengeringan buatan terdiri dari:
a.) Menggunakan alat Dehidrator
Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan menggunakan alat
dehidrator, makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10 jam. Waktu
pengeringan tergantung dengan jenis bahan yang kita gunakan.
b.) Menggunakan oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan
sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih lama
dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di
atas 140oF.
 Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan
dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene
dapat dikendalikan.
 Kelemahan Pengeringan Buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan
khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.

3. Pengeringan menggunakan bahan bakar


Bahan bakar sebagai sumber panas, pengeringan ini disebut pengeringan mekanis.
Menurut Saputra (2013) dibagi menjadi:
a. Tray dryer

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-6
I-2

Gambar II.1 Tray Dryer

Tray dryer terdiri dari bilik pemanasan yang terbuat dari kayu atau logam – logam
tertentu. Tray/kolom yang telah dimasukkan material yang ingin dikeringkan kemudian
diletakkan secara bersusun dalam kolom. Digunakan untuk bahan yang berbentuk bahan
dan butiran, digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar, biasa digunakan
dalam keadaan vakum. Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi
dan di dalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering jenis
itu rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat pengering. Ikan-ikan
diletakkan di atas rak yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang.
Kegunaan dari lubang tersebut untuk mengalirkan udara panas dan uap air.
Ukuran rak yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200 cm 2 dan ada
juga yang 400 cm2. Luas rak dan besar lubang-lubang rak tergantung pada bahan yang
akan dikeringkan. Selain alat pemanas udara, biasanya juga digunakan kipas (fan) untuk
mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering. Kipas yang digunakan mempunyai
kapasitas aliran 7-15 fet per detik. Udara setelah melewati kipas masuk ke dalam alat
pemanas, pada alat tersebut udara dipanaskan lebih dahulu kemudian dialirkan diantara
rak-rak yang sudah berisi bahan. Arah aliran udara panas di dalam alat pengering dapat
dari atas ke bawah dan juga dari bawah ke atas. Suhu yang digunakan serta waktu
pengeringan ditentukan menurut keadaan bahan. Biasanya suhu yang digunakan berkisar
antara 80-1800C. Tray dryer dapat digunakan untuk operasi dengan keadaan vakum dan
seringkali digunakan untuk operasi dengan pemanasan tidak langsung. Uap air
dikeluarkan dari alat pengering dengan pompa vakum.
Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa biji-bijian.
Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang untuk melewatkan
udara panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi panjang dan ada juga yang
bulat. Bak yang bulat biasanya digunakan apabila alat pengering menggunakan

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-7
I-2
pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak. Kecepatan pengadukan berputar
disesuaikan dengan bentuk bahan yang dikeringkan, ketebalan bahan, serta suhu
pengeringan. Biasanya putaran pengaduk sangat lambat karena hanya berfungsi untuk
menyeragamkan pengeringan.
Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut :
1. Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak pengering
dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum chamber).
2. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke plenum
chamber dan melewati tumpukan bahan di atasnya.
3. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar kelembapan
nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan suhunya naik.
Keuntungan dari alat pengering jenis ini menurut (Revitasari, 2010) sebagai berikut :
1. Laju pengeringan lebih cepat
2. Kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil
3. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang
dikeringkan.
b. Rotary dryer (pengeringan berputar)
Pengeringan kontak langsung yang bergerak sacara kontinyu, terdiri dari cangkang
silinder yang berputar perlahan. Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah (waktu
pengeringan cepat 10 – 60 menit) dan digunakan untuk bahan yang berbentuk padat dan
butiran.
c. Freeze dryer (Pengeringan beku)
Digunakan untuk bahan padat yang sensitif panas. Pengeringan terjadi di bawah
titik tripel cairan dengan menyublim air beku menjadi uap, kemudian dikeluarkan dari
ruang pengering dengan pompa vakum mekanis sehingga menghasilkan produk bermutu
tinggi.
d. Spray dryer (pengeringan semprot)
Digunakan untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk
pasta. Kapasitas beberapa kg/jam hingga 50 ton/jam penguapan. Umpan yang dialominasi
dalam bentuk perukan disentuh dengan udara panas.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan
lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada
umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat. Kandungan air
dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar basah (% berat) atau dasar kering, yaitu
perbandingan jumlah air dengan jumlah bahan kering (Tindaon, 2013).
Dalam beberapa kasus, air dihilangkan secara mekanik dari material padat dengan
cara di-press, sentrifugasi dan lain sebagainya. Cara ini lebih murah dibandingkan
pengeringan dengan menggunakan panas. Kandungan air dari bahan yang sudah
dikeringkan bervariasi bergantung dari produk yang ingin dihasilkan. Garam kering

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-8
I-2
mengandung 0.5% air, batu bara mengandung 4% air dan produk makanan mengandung
sekitar 5% air. Biasanya pengeringan merupakan proses akhir sebelum pengemasan dan
membuat beberapa benda lebih mudah untuk ditangani (rohman, 2008).
Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan memecahkan
ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan molekul-molekul
air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen dipecahkan, maka molekul tersebut
akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya
(Purba, 2012).
Cara ini juga disebut pengeringan atau penghidratan. Untuk memecahkan ikatan
oksigen dan hidrogen ini, biasanya digunakan gelombang mikro. Gelombang mikro
merambat dengan frekuensi yang tinggi. Apabila gelombang mikro disesuaikan setara
dengan getaran molekul-molekul air maka akan terjadi resonansi yaitu ikatan molekul-
molekul oksigen dan hidrogen digetarkan dengan kuat pada frekuensi gelombang mikro
yang diberikan sehingga ikatannya pecah (Purba, 2012).
 Klasifikasi Pengeringan
Ditinjau dari pergerakan bahan padatnya, pengeringan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengeringan batch dan pengeringan kontinyu. Pengeringan batch adalah pengeringan
dimana bahan yang dikeringakan dimasukan ke dalam alat pengering dan didiamkan
selama waktu yang ditentukan. Pengeringan kontinyu adalah pengeringan dimana bahan
basah masuk secara sinambung dan bahan kering keluar secara sinambung dari alat
pengering (rohman, 2008).
Berdasarkan (Geankoplis, 1993) kondisi fisik yang digunakan untuk memberikan
panas pada sistem dan memindahkan uap air, proses pengeringan dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Pengeringan kontak langsung
Menggunakan udara panas sebagai medium pengering pada tekanan atmosferik.
Pada proses ini uap yang terbentuk terbawa oleh udara.
2. Pengeringan vakum
Menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan efek
radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada tekanan rendah.
3. Pengeringan beku
Pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu material beku.
 Mekanisme Pengeringan
Ketika benda basah dikeringkan secara termal, menurut (rohman, 2008) ada dua proses
yang berlangsung secara simultan, yaitu :
1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di
permukaan benda padat
Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi,
konveksi , radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-9
I-2
temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas
permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting
selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan
yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari
permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara
2. Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan
Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan temperatur
sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke permukaan benda
padat. Struktur benda padat tersebut akan menentukan mekanisme aliran internal
air.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan menurut (Dewi, 2010)
adalah sebagai berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian
bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.
Menurut (rohman, 2008) beberapa mekanisme aliran internal air yang dapat berlangsung :
a. Difusi
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di bawah titik jenuh
atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem bersifat mutually soluble.
Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu, tekstil dan sebagainya.
b. Capillary flow
Cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas. Pergerakan ini terjadi bila
equilibrium moisture content berada di atas titik jenuh atmosferik. Contoh: pada
pengeringan tanah, pasir, dll.
Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan kehilangan
kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan sama dengan tekanan
parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium dan kandungan air yang berada
dalam padatan disebut equilibrium moisture content. Pada kesetimbangan, penghilangan
air tidak akan terjadi lagi kecuali apabila material diletakkan pada lingkungan (gas)
dengan relative humidity yang lebih rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah)
(rohman, 2008).

Batch Dryer

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-10
I-2

Gambar II.1 Alat Batch Dryer

Pengeringan tumpukan (batch drying) merupakan pengeringan bahan yang masuk


ke alat pengering sampai pengeluaran bahan kering, kemudian baru dimasukkan bahan
berikutnya.
Teknik tersebut banyak di aplikasikan dalam beberapa peralatan yang sering
digunakan dalam industri farmasi yang secara umum prinsipnya pemberian panas yang
relatif konstan terhadap bahan obat, sehingga proses pengeringan dapat berlangsung
dengan cepat dan mendapatkan hasil yang maksimal (Anonim, 2012).

Gambar II.2 Pola Suhu dalam Pengeringan Batch Dryer

Dalam penegring batch yang menggunakan medium pemanas dengan suhu tetap,
temperatur zat padat yang basah itu meningkat dengan cepat dari nilai awal Tsa menjadi
temperatur penguapan Tv. Pada pengering nonadiabatik yang tidak menggunakan gas
pengering, Tv dapat dikatakan sama dengan titik didih zat cair pada tekanan yang terdapat
dalam pengering. Jika digunakan gas pengering, atau jika pengeringan berlangsung
adiabatik, Tv adalah temperatur wet bulb (yang sama dengan temperatur jenuh adiabatik
apabila gasnya adalah udara dan zat cair yang diuapkan adalah air. Pengaupan berlangsung
pada Tv selama beberapa waktu. Artinya, sebagian besar zat cair itu diuapkan pada
temperatur jauh di bawah temperatur medium pemanas.

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-11
I-2
Menjelang tahap akhir pemanasan itu, temperatur zat padat naik sampai Tsb yang
dapat lebih tinggi sedikit atau bahkan jauh lebih tinggi dari Tv.
Waktu pengeringan yang ditunjukkan pada Gambar II.2, mungkin hanya beberapa
detik saja, tapi mungkin pula mencapai beberapa jam. Zat padat tersebut dapat berada ada
temperatur Tv selama sebagian besar siklus pengeringan, atau mungkin pula hanya pada
sebagian kecil dari siklus tersebut. Temperatur medium pengering dapatkonstan, namun
dapat pula diprogram untuk berubah selama berlangsungnya proses pengeringan (Anonim,
2009)

II.1.4 Istilah dan Rumus


 Free moisture content F merupakan perbedaan atau selisih antara total moisture content
X dan equilibrium moisture content X*, dinyatakan sebagai lb air per lb padatan kering.

F = X – X* ...................................................... (1)
(G.G.Brown, 1950)
 Total moisture content merupakan jumlah kandungan air total yang terkandung pada
suatu padatan.
W - Ws
Xt 
Ws
...................................................... (2)
(Geankoplis, 1993)
 Rate Dryer merupakan laju pengeringan per satuan luas dan waktu.
Ls dX
R x
A dt

...................................................... (3)
(Geankoplis, 1993)

II.2 Aplikasi Industri


Simulasi Pengaruh Bentuk Partikel pada Proses Pengeringan Pupuk ZA dalam
Rotary Dryer
Maksi Prima Dewi (2309105027) dan Nove Kartika E (23209105032)
Pembimbing: Dr. Ir. Kusnarjo, MT dan Dr. Ir. Susianto, DEA.
Laboratorium Perpindahan Massa dan Panas
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-12
I-2
Penelitian ini bertujuan memperoleh persamaan matematik laju pengeringan pupuk
ZA dalam rotary dryer (Rw) untuk berbagai bentuk partikel, bentuk partikel ini dinyatakan
dengan sphericity yang berbasis difusi, dan mengkaji secara teoritis pengaruh berbagai
variabel terhadap kinerja rotary dryer dalam industri. Penelitian dibagi menjadi beberapa
tahap. Pertama, menentukan laju pengeringan solid secara teoritis (simulasi) menggunakan
model difusi partikel solid bentuk silinder panjang, silinder pendek, dan bola. Persamaan
laju pengeringan yang diperoleh digunakan untuk simulasi performa rotary dryer dengan
mengasumsikan aliran solid seperti plugflow dengan adanya pengaruh back mixing. Hasil
pengembangan model matematis berupa serangkaian persamaan diferensial yang
menggambarkan perpindahan panas dan massa yang terjadi dalam RD. Selanjutnya
persamaan-persamaan diferensial disederhanakan menggunakan Metode Beda Hingga
dengan Crank-Nicholson Scheme. Persamaan aljabar yang dihasilkan diselesaikan dengan
Metode Newton-Raphson. Program simulasi dikembangkan dalam Software matlab. Hasil
program simulasi divalidasi dengan data operasi RD di Pabrik ZA, dan kemudian program
digunakan untuk menganalisa secara teoritis pengaruh dari beberapa variabel proses pada
performa dryer. Persamaan empiris laju pengeringan ZA yang dihasilkan dari simula
adalah Rw= 1,84742.10-7. v 0.437394129.H -0.01802151.T3.499132777. Dp-1.37790838
sphere 0.314953256X. Selanjutnya persamaan ini digunakan dalam model RD untuk
prediksi laju pengeringan pupuk ZA. Hasil simulasi menunjukkan bahwa bentuk partikel
(sphericity) berpengaruh terhadap kinerja Rotary Dryer untuk pengeringan pupuk ZA.
Dengan kenaikan sphericity menyebabkan kinerja Rotary Dryer meningkat. Sebagai
contoh pada rate udara pengering 7000 m3/jam untuk kenaikan Sphericity 1 menjadi 2
moisture content ZA Outlet turun dari 0,025% menjadi 0,01%. Laju alir umpan
berpengaruh terhadap kinerja Rotary Dryer untuk pengeringan pupuk ZA. Sebagai contoh
kenaikan aliran umpan ZA dari 20 ton/jam menjadi 32 ton/jam, dengan kenaikan sphericity
partikel 1,1.5, dan 2 maka moisture content ZA outlet semakin kecil. Untuk kenaikan
sphericity 1 menjadi 2 pada laju alir umpan 20 ton/jam moisture content ZA turun dari
0,023% menjadi 0,009% sedangkan pada laju alir umpan 32 ton/jam moisture content ZA
turun dari 0,025% menjadi 0,01%. Contoh pengaruh temperature untuk kinerja Rotary
Dryer adalah dengan kenaikan sphericity partikel ZA dari 1, 1,5 dan 2, dan dengan kondisi
temperature udara pengering yang semakin besar maka moisture content ZA outlet
semakin kecil. Pengaruh rate feed ZA terhadap rate udara pengering adalah semakin besar
feed ZA yang masuk, maka kinerja Rotary Dryer menurun. Hasil prediksi kandungan
moisture pada solid keluar dengan memperhatikan faktor bentuk (sphericity) cukup dekat

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB I PENDAHULUAN
II-13
I-2
dengan data lapangan dengan kesalahan rata-rata 4,97 % bila dibandingkan dengan tanpa
memperhatikan faktor bentuk dengan kesalahan rata-rata 6.48 %.

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Anda mungkin juga menyukai