Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengeringan
Pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari
bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai
suatu nilai rendah yang dapat diterima (Mc.Cabe, 1999).
Pengeringan berarti pemisahan cairan dari suatu bahan padat yang lembab dengan
cara menguapkan cairan tersebut dan membuang uap yang terbentuk (Dr.Ir.Lienda Handojo,
1995).
Pengeringan zat padat adalah penghilangan sebagian kecil dari air yang terkandung
dalam material. Secara garis besar fungsi dari drying dan evaporasi adalah sama yaitu
menghilangkan pelarut dari suatu larutan, tetapi antara keduanya terdapat perbedaan yaitu
bila evaporasi adalah penghilangan sebagian besar air dari suatu bahan sedang drying
adalah penghilangan sebagian kecil air. Dalam beberapa kasus, proses penghilangan air
dari material dilakukan dengan proses pengepresan, centrifuging, dan metode yang lain.
Cara ini lebih murah dari drying dengan drying dengan penghembusan udara panas yang
juga bertujuan untuk menghilangkan sebagian kecil kandungan air. Moisture content dari
produk bervariasi berdasarkan jenis bahan yang dikeringkan. Misalnya garam kering
mengandung 0.5% air, coal mengandung 4% air dan beberapa produk makanan
mengandung sekitar 5%. Drying pada umumnya merupakan langkah terakhir dari
sederetan operasi, dan produk dari dryer siap untuk dikemas (Geankoplis, 1983).
Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk
diantaranya sepik, bijian, kristal, serbuk, lempeng atau lembaran, dengan sifat yang
berbeda satu sama lain (Mc.Cabe, 1999).
Menurut Geankoplis (1983), proses pengeringan berdasarkan kondisi fisik dan
panas yang digunakan untuk mengahapus uap air dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pengeringan kontak langsung
Menggunakan udara panas sebagai medium pengering pada tekanan atmosferik.
Pada proses ini uap yang terbentuk terbawa oleh udara.
2. Pengeringan vakum
Menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan efek
radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada tekanan rendah.
3. Pengeringan beku
Pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu material beku.
Menurut Dr.Ir.Lienda Handojo (1995), kuantitas panas yang diperlukan untuk
pengeringan terdiri atas:
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-2
I-2
 Panas untuk memanaskan bahan yang dikeringkan hingga mencapai suhu
pengeringan.
 Panas penguapan untuk mengubah cairan ke fasa uap.
 Panas yang hilang ke seliling.
Menurut Alex (2013), operasi drying dapat dikelompokkan menurut:
1. Metode Operasi
a. Batch/semi batch, dimana peralatan yang dioperasikan hanya berlangsung sesaat
atau berulang pada kondisi unsteady state, dryer diisi dengan bahan, yang akan
tetap tinggal dalam peralatan sampai kering, kemudian dikosongkan dan diisi
dengan bahan yang baru.
b. Continuous, dimana dryer dioperasikan dalam kondisi steady state.
2. Metode pemberian panas yang diperlukan untuk penguapan kandungan air
a. Direct dryer, dimana panas yang diberikan terjadi dengan mengontakkan secara
langsung bahan yang dikeringkan dengan gas panas (biasanya udara panas). Direct
dryer disebut juga adiabatic dryer.
b. Indirect dryer, dimana panas dipindahkan ke zat padat melalui medium eksternal,
biasanya melalui dinding logam yang dikontakkan dengan bahan yang akan
dikeringkan. Indirect dryer disebut juga nonadiabatic dryer.
3. Sifat dari bahan yang akan dikeringkan
Bahan yang berupa solid seperti papan serat atau kayu, bahan yang fleksibel seperti
kertas atau kain, butiran padat, atau suatu larutan. Bentuk fisik dari bahan dan metode
penanganannya akan menentukan tipe dryer yang akan digunakan.

II.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan


Menurut Westryan (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah:
a. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering. Air menguap
melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke
bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya
bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini
terjadi karena:
1) Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air
mudah keluar.
2) Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas
harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-3
I-2
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan
makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari
bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu
pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai
dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut Case
Hardening, yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian
dalamnya masih basah.
c. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan
bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang
bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah
terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara
disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin
cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
d. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara
disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan
menghambat proses atau laju pengeringan.
e. Kelembapan Udara
Semakin lembab udara maka semakin lama kering sedangkan semakin kering udara
maka semakin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan
uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing.
kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke
atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.

II.1.3 Macam-macam dryer


1. Tray dryer
Tray dryer juga disebut rak atau wadah pengering, dimana bahan yang digunakan
dapat dikeringkan menggunakan alat ini adalah bahan padatan yang kental atau bubur
(Geankoplis, 1983).

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-4
I-2

Gambar II.1 Tray Dryer


2. Spray Dryer
Metode pengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang paling
banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini mampu
menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk dari bahan-bahan seperti susu, buah
buahan, dll (Rohman, 2008).
Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut:
Pertama-tama seluruh air dari bahan yang ingin dikeringkan, diubah ke dalam
bentuk butiran-butiran air dengan cara diuapkan menggunakan atomizer. Air dari bahan
yang telah berbentuk tetesan-tetesan tersebut kemudian di kontakan dengan udara panas.
Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan-tetesan tersebut
mengering dan berubah menjadi serbuk. Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas
dengan serbuk dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan, serbuk
kemudian kembali diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi (Rohman, 2008).

Gambar II.2 Spray Dryer


3. Rotary Dryer
Rotary dryer merupakan suatu alat pengering yang berbentuk silinder dan bergerak
secara berputar yang berfungsi untuk mengurangi kadar air dari bahan solid dengan cara
mengontakkannya dengan udara kering. Bahan yang akan dikeringkan masuk pada ujung
pengering yang tinggi, dengan adanya perputaran dari pengering serta didukung oleh
adanya lifting flight di dalamnya, maka produk akan keluar secara perlahan-lahan pada
ujung yang lebih rendah. Sumber panas untuk pengering biasanya udara panas yang

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-5
I-2
mengalir di dalam pengering disebut direct-heated dryer, panas itu dapat juga disuplai dari
luar shell dryer disebut indirect heated-dryer. Dua type alat pengering di atas tersebut,
panas dapat diperoleh dari pembakaran bahan bakar atau memanaskan udara dengan steam.
Bila udara dipanaskan dengan steam, udara dihembuskan melalui satu serie tube berbentuk
fin. Bila dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar, ia dapat diproses dalam kamar
tertutup atau barisan tube berbentuk fim. Pemanasan dilakukan dengan kontak langsung
dengan udara panas yang mengalir secara countercurrent dengan aliran zat padat (Revi,
2008).
Rotary dryer tepat bila digunakan untuk proses pengeringan zat padat granular.
Material yang ditangani harus berupa granular atau kristal, harus dalam bulk dan dalam
keadaan awal sudah cukup kering, tidak bersifat lengket agar tidak menempel pada
dinding, serta pemindahannya dengan cara biasa. Feed secara kontinyu dimasukkan pada
salah satu ujung, sedangkan udara yang telah dipanaskan dimasukkan melalui ujung yang
lain. Silinder ditempatkan memanjang dengan kemiringan yang dapat diubah sehingga feed
dapat bergerak melewati peralatan. Dalam silinder terdapat lifting flights yang menempel
pada dinding sepanjang dryer yang berfungsi mengangkat feed dan menebarkannya
melewati udara panas. Dryer juga dilengkapi dengan pemanas udara (air heater) untuk
memanaskan udara yang masuk dan blower untuk menghisap udara masuk dalam dryer
(Revi, 2008).

Menurut Westryan (2013), keuntungan penggunaan rotary/drum dryer sebagai alat


pengering adalah :
1. Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan
2. Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya atrisi
3. Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses pengeringan
bahan yang seragam/merata
4. Efisiensi panas tinggi
5. Operasi sinambung
6. Instalasi yang mudah
7. Menggunakan daya listrik yang sedikit
Menurut Westryan (2013), kekurangan dari penggunaan pengering drum
diantaranya adalah :
1. Dapat menyebabkan reduksi kuran karena erosi atau pemecahan
2. Karakteristik produk kering yang inkonsisten
3. Efisiensi energi rendah
4. Perawatan alat yang susah
5. Tidak ada pemisahan debu yang jelas

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-6
I-2

Gambar II.3 Rotary Dryer


II.1.4 Istilah dan Rumus
Menurut Geankoplis (1983), beberapa istilah dan rumus tentang kelembapan
adalah:
1. Humidity (H) dari campuran udara-uap air, yaitu Kg uap air yang ada dalam 1 kg udara
kering. Harga ini tergantung pada tekanan parsial uap air (p A) dan tekanan total (P).
Dalam satuan SI.

2. Humid heat campuran udara-uap air (cs), yaitu jumlah panas dalam J (atau kJ) yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg udara kering ditambah uap air yang ada sebesar
1 K.
KJ
C  1,005  1,88.H .................................(1)
s Kg dry air K

3. Humid volume dari campuran udara-uap air, yaitu volume total dari satu satuan masa
gas bebas uap (udara kering) ditambah uap yang aada di dalamnya pada 1 atm dan suhu
yang diberikan.
m3
V  ( 2,83.10  3  4,56.10  3.H)T K ....................(2)
H Kg dry air

4. Moisture Content adalah kg total air bahan tiap kg bahan kering.


W - Ws kg total water ....................................(3)
Xt 
Ws kg dry solid

5. Total enthalpy ( Hy), adalah entalpi satu satuan massa gas ditambah uap yang
terkandung di dalamnya. Untuk menghitung Enthalpy udara rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
H’G = Cs(TG-T0) + H λ0 ....................................(4)

Cs = 1,005 + 1,88 H
....................................(5)
Untuk menghitung enthalpy bahan, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

.........................(6)
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-7
I-2
H’S = Cps (Ts-T0) + X1 . CpA (TS-T0)

Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas


Menurut Geankoplis (1993), neraca massa untuk pengering continous dimana gas
panas dialirkan secara countercurrent dengan bahannya adalah sesuai dengan gambar
sebagai berikut:

Gambar II.4 Neraca Massa


Rumus yang digunakan adalah:
GH2 + LsX1 = GH1 + LsX2 .....................................(7)

Sedangkan untuk neraca panas, rumus yang digunakan adalah:


(GH’G2 + LS H’S1)= (GH’G1 + Ls H’S2)+Q .......................................(8)

Efisiensi Rotary Dryer


Efisiensi yang ada pada rotary dryer dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :

1. Efisiensi thermal yaitu perbandingan panas yang tersedia dengan panas yang masuk.
Q Q
input - loss
η  .100%
thermal Q
input
...................................(9)

2. Efisiensi drying yaitu perbandingan panas yang digunakan untuk drying dengan panas
yang tersedia.
Q
drying
η  .100%
drying Q Q
input - loss
.....................................(10)

Nilai dari efisiensi thermal dan efisiensi drying ini menentukan performance dari rotary
dryer yang digunakan (Anonim, 2014).

Humidity Chart

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-8
I-2
Humidity chart adalah grafik dari besaran besaran sistem campuran udara-uap air
pada tekanan 1 atmosfer. Kelembaban pada grafik ini dinyatakan dalam pound air per
pound udara kering, ditempatkan sebagai ordinat yang diplot terhadap temperatur dalam 0F
sebagai absis. Kurva dengan label 100% adalah kelembaban udara jenuh sebagai fungsi
temperatur. Garis humid heat adalah plot dari humidity terhadap cs (Btu/0F.lb udara kering).
Garis spesific volume udara kering dan untuk saturated diplot terhadap temperatur yang
terletak di bagian bawah dari chart dan spesific volume memiliki dimensi ft3/lb udara
kering. Untuk mendapatkan humidity dari campuran udara-uap air adalah dengan
memetakan temperatur TW dan menarik garis tegak lurus terhadap absis sampai memotong
kurva 100%, kemudian dari titik tersebut ditarik garis sejajar dengan garis pendinginan
adiabatis hingga memotong garis tegak lurus yang dibentuk oleh Td. Dari titik potong di
atas, ditarik garis ke kanan dan harga kelembaban dapat diketahui (Geankoplis, 1983).
Dry Bulb Temperature (Td)
Dry bulb temperature mengacu pada dasarnya untuk suhu udara ambien. Hal ini
disebut "Dry Bulb" karena udara suhu ditunjukkan oleh termometer tidak dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Dry bulb temperature - T db, dapat diukur dengan menggunakan
termometer biasa bebas terkena udara tetapi terlindung dari radiasi dan kelembaban. Pada
(o
suhu biasanya diberikan dalam derajat Celcius C) atau derajat Fahrenheit (o F). Satuan SI
adalah Kelvin (K). Nol Kelvin sama dengan -273oC. Suhu bola kering merupakan indikator
kandungan panas dan ditampilkan sepanjang sumbu bawah grafik psychrometric. Konstan
dry bulb temperature muncul sebagai garis vertikal di grafik psychrometric (Unila, 2013).

Wet Bulb Temperature (Tw)


Wet bulb temperature adalah temperatur pada keadaan steady dan tidak setimbang
yang dicapai saat sejumlah kecil air dikontakkan pada kondisi adiabatis dengan aliran gas
kontinyu. Karena jumlah liquida kecil, suhu dan humidity dari gas tidak berubah. Metode
yang digunakan untuk mengukur wet bulb temperature diilustrasikan sebagai berikut :
sebuah termometer ditutup dengan kapas basah dan ditempatkan dalam aliran udara-uap air
yang memiliki temperatur T dan humidity H. Pada kondisi steady state, air diuapkan ke
aliran gas. Kapas dan air didinginkan sampai temperatur TW dan berhenti pada suhu
konstan ini. Panas laten penguapan sama dengan panas konveksi dari aliran gas pada suhu
T
T ke kapas pada TW.
w

Zat cair
tambah, suhu
Tw
Gas Gas
Laboratorium Operasi Teknik Kimia II
II Program Studi D3 Teknik Kimia
Suhu T Suhu T FTI - ITS
an H an H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-9
I-2

Gambar II.5 Wet Bulb Temperature


(Mc.Cabe, 1999).

II.2 Aplikasi Industri


Disain Uji Kinerja Pengering Rotari Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan

Pengeringan merupakan salah satu tahap penanganan pascapanen yang umum


dilakukan pada biji-bijian termasuk jagung. Kebanyakan proses pengeringan pada jagung
dilakukan dengan cara penjemuran (sun drying). Cara ini memiliki banyak kekurangan
yaitu kurang menjamin kebersihan produk, memerlukan tempat luas, dan sangat
bergantung pada cuaca. Pada penelitian ini, pengering rotari untuk tumpukan biji-bijian di
disain untuk memudahkan pengadukan selama proses pengeringan. Tujuan dari penelitian
ini untuk merancang prototipe pengering tipe rotari tumpukan serta menguji kinerja alat
untuk pengeringan jagung pipilan terutama pada masalah keseragaman kadar air serta
kebutuhan energi baik termal maupun mekanis. Bahan yang digunakan adalah jagung
pipilan. Alat yang digunakan adalah moisture meter, volt meter dan ampere meter. Uji yang
dilakukan dalam percobaan ini adalah uji keefektifan pengadukan dan uji proses
pengeringan. Pada pengujian uji keefektifan pengadukan bahan yang digunakan jagung
pipilan ada yang diwarnai merah dan ada yang tidak diwarnai. Kedua kelompok biji yang
berbeda tersebut dimasukkan ke dalam drum dengan ketebalan yang sama, dimana warna
merah di lapisan dalam dan yang tidak diwarnai berada di lapisa luar. Pada pengujian
proses pengeringan, percobaan ini dilakukan untuk melihat kinerja pengering pada kadar
air awal biji yang berbeda dan kodisi udara yang berbeda. Hasil percobaannya untuk
kefektifan pengadukannya sejalan dengan jumlah putaran yang bertambah komposisi biji
pada ketiga lapisan berubah dimana bagian dalam, tengah maupun luar persentase
percampuran warna merah dan kuning menuju target yang diinginkan. Dapat dilihat juga

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-10
I-2
bahwa setelah 20 putaran komposisi di setiap bagian sudah hampir sama dengan komposisi
target. Untuk kinerja pengeringnya secara keseluruhan konsumsi energi mekanik spesifik
(yaitu dari kipas dan pengaduk) adalah 0,53 dan 0,56 MJ/Kg air yang diuapkan. Nilai ini
relatif masih tinggi apabila dibandingkan dengan pengeringan skala biji – bijian kontinyu
tiga tahap yang hanya mencapai 0,15 MJ/kg air yang diuapkan. Jumlah beban pengeringan
yang besar menyebabkan penggunaan energi mekanik menjadi lebih efisien.
Kesimpulannya adalah pengoperasian pada setengah kapasitas penuh membuat kebutuhan
energi mekanik untuk pengadukan semakin besar. Pada beban penuh daya yang diperlukan
adalah 22,2 W lebih rendah dibandingkan daya pada beban setengah penuh (Sulikah,2008).

Laboratorium Operasi Teknik Kimia II


II Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Anda mungkin juga menyukai