Anda di halaman 1dari 4

DESALINASI AIR LAUT DI NEGARA PRANCIS

Di penghujung tahun 2012, Perancis turut berkontribusi menciptakan rekor baru.


Instalasi desalinasi air laut terbesar di dunia. Proyek tersebut menelan biaya 2,4 milyar euro dan
merupakan sumber penyedia air minum berskala besar. Situs ini dapat memproduksi hingga
450 ribu meter kubik air minum per hari, setara dengan konsumsi air kota besar seperti kota
Lyon.

Sejak tahun enam puluhan, Komisi Energi Atom dan Energi Alternatif Perancis (CEA)
tertarik pada proses desalinasi air laut, yang tujuan awalnya melaksanakan desalinasi dengan
memanfaatkan energi nuklir atau energi surya. Baru-baru ini, Perusahaan-perusahaan seperti
Suez Environnement dan Veolia telah sukses mengembangkan sejumlah teknologi desalinasi air
laut.

Desalinasi bahkan berkembang di Eropa, meskipun di sana belum dirasakan


permasalahan signifikan terkait dengan penyediaan air minum. Degremont merupakan
perusahaan pelopor desalinasi melalui metode osmosis terbalik (instalasi pertama dibangun di
tahun 1969 di pulau Houat, Perancis).

Société Internationale de Dessalement menduduki posisi terdepan di pasar desalinasi air laut
melalui proses desalinasi termis melalui penguapan. Anak perusahaan Veolia Water Solution &
Technologies ini yang berinduk ke grup perusahaan Perancis Veolia Internasional, pada
mulanya, dikenal berkat teknologi desalinasi termis, dan sekarang menggunakan pula metode
osmosis terbalik dan solusi-solusi hibrid yang memadukan kedua teknik tersebut.

Teknologi Desalinasi Air Laut


Beberapa teknik desalinasi air laut telah diterapkan di berbagai negara dengan
mempertimbangkan aspek geografis, sumber dan kualitas air, biaya investasi dan operasi,
biaya pemeliharaan, ukuran dan konstruksi lahan, kebutuhan energi, regulasi lingkungan,
dan post-treatment air yang diproduksi [7]. Air laut dan air payau paling umum digunakan
sebagai air umpan desalinasi di beberapa negara di dunia.
Teknologi desalinasi air lain diantara yaitu:

1. Distilasi Membran (Membrane Distillation-MD)

Distilasi membran (DM) merupakan proses pemisahan secara non-isotermal dengan


menggunakan membran. Pada proses ini, dua fluida encer dengan temperatur yang
berbeda dipisahkan menggunakan membran hidrofobik mikroporous dengan temperatur
operasi yang lebih rendah daripada temperatur kedua fluida tersebut. Perbedaan
temperatur di antara dua fluida menyebabkan proses perpindahan molekul uap dari sisi
umpan (sisi hangat) ke sisi permeat (sisi dingin) melalui pori membran [19]. Distilasi
membran merupakan proses desalinasi membran termal dengan perbedaan tekanan uap
yang terjadi karena gradien temperatur yang melewati membran hidrofobik sebagai
penggerak untuk memproduksi air distilat yang murni seperti yang tertera pada Gambar 4
[9]. MD memiliki beberapa keuntungan dibandingan desalinasi konvensional, antara lain
dapat menggunakan sumber energi terbarukan, konsentrasi umpan tidak berpengaruh pada
kualitas membran, dan tekanan operasi yang rendah [10]. MD berpotensi diterapkan karena
limbah dari desalinasi mengandung bahan kimia dari proses pre-treatment yang dapat
membantu mengurangi scaling dalam membran MD. Kini, teknologi MD masih dikembangkan
dalam desain proses dan pre-treatment sumber air laut [9].

2. Osmosis Terbalik (Reverse Osmosis)

Osmosis terbalik merupakan suatu metode penyaringan molekul besar dan ion-ion
dari suatu larutan dengan memberi tekanan hidrostatik pada bagian larutan dengan
konsentrasi tinggi melalui sebuah membran yang selektif dan semipermeabel seperti yang
tertera pada Gambar 5 [4]. Osmosis terbalik merupakan proses filtrasi fisika-kimia yang
dinilai lebih efisien karena konsumsi energi yang rendah dibanding distilasi membran [2].
Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat
larut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Proses desalinasi pada sistem membran
terbalik terdiri dari empat proses, yaitu :

a. Pre-treatment

Air umpan disesuaikan dengan membran dengan cara memisahkan padatan


tersuspensi, menyesuaikan pH sekitar 5.5-5.8, dan menambahkan inhibitor untuk
mengontrol membrane scaling, metal oxide fouling, biological activity, dan
particulate fouling.
b. Pressurization

Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui proses
pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan salinitas air
umpan.

c. Membrane Separation

Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut sementara


membran akan dilewati air produk terdesalinasi. Efek permeabilitas membran ini
akan menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu aliran produk air bersih dan aliran
brine.

d. Post-treatment Stabilization

Air produk hasil pemisahan membutuhkan penyesuaian pH sebelum dialirkan ke


sistem distribusi untuk dapat digunakan sebagai air minum. Produk mengalir
melalui kolom aerasi dimana pH akan ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati
7. Keunggulan teknologi osmosis terbalik adalah kecepatan proses pengolahan dalam
memproduksi air bersih, proses yang tidak membutuhkan zat kimia, pengoperasian
pada suhu kamar, tidak adanya perubahan fasa, dan kebutuhan energi terbesar
digunakan hanya untuk pemberian air umpan [11]. Sedangkan, kelemahan teknologi
ini adalah kemungkinan terjadinya penyumbatan pada membran oleh zat terlarut
atau mikroorganisme dalam air (membrane fouling) pada permukaan membran atau
di dalam pori membran. Apabila terjadi membrane fouling, perlu dilakukan pencucian
dengan larutan kimia atau penggantian membran.

3. Electrodialysis / Electrodialysis Reversal (ED/EDR)

Sebuah proses dimana ion dipindahkan melalui membran karena perbedaan potensi
elektrik yang diberikan dan sebagai konsekuensi dari aliran arus listrik [20]. Elektrodialisis
memiliki prinsip transpor ion melalui membran penukar ion. ED merupakan salah satu
teknik desalinasi air laut yang umum digunakan selain osmosis terbalik, walaupun hanya dapat
mengolah 3.6% dari total kapasitas desalinasi, dimana sangat kecil dibanding osmosis
terbalik (60%) [10]. Prinsip Kerja Elektrodialisis [12] EDR merupakan teknologi pembangkit
energi listrik yang menggunakan proses dengan prinsip berlawanan dengan teknologi
elektrodialisis. Fluks ion yang dihasilkan dari perbedaan salinitas antara dua larutan
dikonversi secara langsung menjadi arus listrik [21]. Keuntungan penggunaan ED adalah laju
perolehan air yang lebih tinggi, ketahanan membran yang lebih baik, dan tidak
membutuhkan pre-treatment pada umpan. Namun, ED kurang cocok diaplikasikan untuk
memisahkan komponen biologis (virus dan bakteri) seperti pada proses osmosis terbalik.
4. Multi-effect Distillation (MED)

MED merupakan teknik desalinasi air laut konvensional dengan prinsip perpindahan
panas dari uap kondensasi ke air laut atau air garam terkonsentrasi. Permasalahan yang
mungkin terjadi pada MED adalah korosi dan pengerakan oleh komponen seperti CaSO4
karena adanya kontak langsung antara uap dan air laut melalui penukar panas. Rasio
dayaguna produksi terhadap konsumsi uap lebih tinggi pada proses MED ini [12].

5. Multi-stage Flash (MSF)

MSF adalah kolom berseri yang menghasilkan uap dari umpan air laut. Uap dipanaskan
dan dikondensasi dengan penukar panas melalui pipa tertutup. Kelebihan dari MSF adalah
tidak ada risiko penurunan transfer panas dan kemudahan untuk mengontrol korosi
dibandingkan proses MED. Namun, rasio daya guna MSF rendah dibandingkan proses lain
karena konsumsi energi yang lebih tinggi [12].

6. Hybrid Desalination (HD)

Desalinasi hibrid merupakan sistem terintegrasi proses termal dan membran seperti
kombinasi sistem RO dengan MSF/MED. Kelebihan dari HD adalah operasi yang lebih
fleksibel, konsumsi energi yang rendah, dan biaya konstruksi yang rendah [8].

Dampak pembuangan limbah desalinasi air laut


Pembuangan limbah dengan konsentrasi garam yang tinggi (sekitar 70,000 ppm)
kembali ke laut lepas akan membahayakan ekosistem laut. Limbah yang dihasilkan umumnya
memiliki suhu yang lebih tinggi daripada suhu normal badan perairan. Komponen terlarut
dari limbah selama proses pre-treatment dan post-treatment desalinasi juga akan
menyebabkan eutrofikasi, variasi nilai pH, akumulasi mineral dan logam berat, dan kerusakan
biota bentik [2].

Dampak pembuangan langsung limbah desalinasi terhadap lingkungan antara lain yaitu:

 Peningkatan tekanan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan limbah.


 Kontaminasi garam pada molekul air.
 Akumulasi sodium aan membentuk kerak dan permukaan tanah Perubahan
komposisi tanah menyebabkan penurunan yield tanaman.
 Temperatur yang tinggi menyebabkan migrasi ikan laut Konsentrasi garam yang tinggi
mematikan biota laut (populasi bentik menurun).

Anda mungkin juga menyukai