DI SUSUN
OLEH:
Muskamal: 21020502003
Muhammad arief wijaksana: 210202501005
Nasrullah: 210202501004
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadiran Allah SWT. Yang mana dengan anugerah dan
Iradah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas perancangan Mesin, yang merupakan sebagian
dari tugas akademik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Tugas
yang penulis susun ini adalah Perencanaan Mesin Pencacah Plastik/ crussher Penulis menyadari
dalam menyelesaikan tugas perancangan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis masih
dalam menuntut ilmu. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dan
Bapak Dosen pembimbing sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas perancangan di masa
akan datang.Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Iswahyudi Indra Putra, S,Pd., MPd untuk
membimbing tugas perancangan mesin ini dan tak lupa pula pada teman-teman yang banyak
membantu memberikan referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Mudah-mudahan tugas perancangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
1|
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 3
1.2. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 26
2|
21
BAB I
PENDAHULUAN
Dikarenakan sifat dari sampah plastik yang sulit terdegradasi oleh tanah,
penanganan sampah plastik dengan sistem landfill maupun open dumping bukan
merupakan pilihan yang tepat. Penggunaan teknologi insinerasi dengan cara
dibakar juga tidak tepat karena akan menghasilkan polutan ke udara sehingga
menyebabkan polusi lingkungan. Untuk meminimalisir dampak lingkungan dari
sampah plastik, maka material plastik harus didaur-ulang untuk mendapatkan
kembali produk plastiknya ataupun untuk menghasilkan produk lain yang bernilai
ekonomi.
3|
Secara umum, agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri,
antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu seperti butiran, biji/pellet, serbuk,
ataupun pecahan (Ichlas Nur, 2014). Untuk itu diperlukan beberapa mesin yang
salling berhubungan, seperti mesin pencacah, mesin pellet dan mesin injection
moulding, namun ketiga mesin tersebut hanya mampu dimiliki oleh industri kelas
menengah keatas. Untuk industri kecil, umumnya hanya menggunakan mesin
pencacah untuk mendapatkan plastik dalam bentuk serpihan/butiran. Hasil cacahan
plastik tersebut dapat dijual ke industri pengolahan plastik menengah dan besar,
ataupun dapat diolah sendiri sebagai kerajinan tangan.
Adapun tujuan dan manfaat dari tugas perancangan elemen mesin ini yaitu:
4|
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang penulis terapkan pada perancangan mesin ini
yaitu:
5|
BAB II
DASAR TEORI
Plastik jenis PET mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1940 oleh
Dupont Tim. Mereka sedang dalam usaha pencarian PET untuk bahan tekstil yang
berupa fiber dan akhirnya bahan itu diberi nama “dakron”. Kemudian, masih
merupakan kelompok DuPont tim, John Rex Whinfield bersama timnya
mendapatkan hak paten “PET” pada tahun 1941. Setelah berselang beberapa tahun,
pada akhir tahun 1950-an, seorang ilmuwan menemukan cara untuk membentuk
PET menjadi bentuk lembaran, dari sana PET mulai digunakan sebagai bahan untuk
kertas film di bidang fotografi dan kertas rontgen.
Teknologi tersebut juga membuat PET film berbentuk botol yang tahan
pecah dan mempunyai bentuk yang cukup kuat namun ringan. Sehingga pada tahun
1973 PET berbentuk botol dipatenkan dan pada tahun 1977 merupakan tahun
pertama PET botol di daur ulang.
6|
2.2. Mesin Pencacah Plastik tipe Crusher
Secara umum, agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri,
limbah plastik harus dalam bentuk tertentu seperti butiran, biji/pellet, serbuk,
ataupun pecahan (Ichlas Nur, 2014). Untuk itu, diperlukan beberapa kombinasi
penggunaan mesin yang salling berhubungan, seperti mesin pencacah, mesin pellet
dan mesin injection moulding, namun ketiga mesin tersebut hanya mampu dimiliki
oleh industri kelas menengah keatas. Untuk industri kecil, umumnya hanya
menggunakan mesin pencacah untuk mendapatkan plastik dalam bentuk
7|
2.3 Poros
Poros adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
meneruskan daya dan putaran secara bersamaan. Poros yang berfungsi dalam
sistem transmisi ini dapat diklasifikasikan menurut jenis pembebanannya,
yakni sebagai berikut:
1. Poros transmisi, poros yang mengalami beban punter murni atau puntir
dan lentur.
1. Kekuatan Poros
kekuatan poros yang sesuai. Selain itu kita harus memerhatikan faktor lainnya
seperti kelelahan (fatigue), tumbukan, dan konsentrasi tegangan.
2. Kekakuan Poros
Kekakuan poros erat kaitannya dengan defleksi yang akan terjadi pada
poros. Defleksi yang besar akan menyebabkan getaran serta suara bising yang
dapat berakibat kegagalan pada poros. Untuk itu kita harus menyesuaikan
kekakuan pada poros dengan spesifikasi kerja yang kita inginkan.
8|
untuk menhindari kegagalan.
4. Bahan Poros
5. Faktor Korosi
Pemilihan jenis pasak tergantung pada besar kecilnya daya yang bekerja dan
kestabilan bagian-bagian yang disambung. Untuk daya yang kecil, antara naf roda
dan poros cukup diikat dengan baut tanam (set screw).
Bentuknya sama seperti rectangular sunk key, hanya saja lebar dan
tebalnya memiliki dimensi yang sama, yaitu:
𝑑
𝑏=𝑡=
4
Pasak jenis ini biasanya digunakan pada poros dengan beban puntir yang
tidak terlalu besar. Pasak woodruff dipasang pada alur pasak yang berbentuk
setengah lingkaran yang terdapat pada permukaan poros dan alur yang
berbentuk persegi panjang yang terdapat pada lubang poros atau lubang hub
dari elemen mesin pasangannya.
Jenis pasak ini umum digunakan untuk mengikat hubungan antara naf
roda dengan poros.
Pasak poros bintang mempunyai bentuk yang agak berbeda dengan pasak
lainnya. Pasak poros bintang yang sering juga disebut sebagai spline
memiliki bentuk gerigi atau alur-alur pada permukaan porosnya. Pasak
poros bintang dipasang dengan roda gigi atau elemen mesin lainnya yang
mempunyai alur-alur pada permukaan lubang porosnya. Dengan demikian
poros pasak bintang dan elemen mesin pasangannya akan terikat dan dapat
berputar bersama-sama.
10 |
2.5 Bantalan
a. Bantalan luncur, dimana pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara
poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan elemen gelinding.
Kedua jenis bantalan juga dapat dibagi lagi berdasarkan arah beban yang
diterimanya, yaitu:
a. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
b. Bantalan aksial, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah sejajar
poros.
Poros dalam crusher blade adalah poros utama yang artinya poros ini juga
ikut berputar, oleh karena itu gaya ataupun beban yang ditumpu oleh bantalan pada
poros ini dan elemen lain yang melekat padanya seperti roda gigi adalah beban
radial yang artinya arah gayanya tegak lurus sumbu poros.
11 |
pasangan roda gigi dan pinion yang bersumber dari atau menghasilkan gaya
translasi, bukan gaya rotasi.
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut letak poros dan bentuk jalur gigi,
yaitu:
1. Roda gigi dengan poros sejajar, adalah roda gigi dimana giginya berjajar
pada dua bidang silinder yang disebut “bidang jarak bagi”. Kedua bidang
silinder tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang lain
dengan sumber tetap sejajar. Dan roda gigi ini merupakan roda gigi paling
dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros.
2. Roda gigi miring, mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir pada silinder
jarak bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling
membuat kontak serentak (perbandingan kontak) adalah lebih besar dari
pada roda gigi lurus, sehingga pemindahan momen atau putaran melalui
gigi-gigi tersebut dapat berlangsung. Sifat ini sangat baik untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi miring
memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena
jalur gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang
sejajar dengan poros.
3. Roda gigi miring ganda, dalam hal ini, gaya aksial yang timbul pada gigi
yang mempunyai alur bentuk V tersebut, akan saling meniadakan. Dengan
roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan keliling, dan daya yang
diteruskan dapat diperbesar.
4. Roda gigi dalam, dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak didalam roda
gigi.
5. Pinyon dan batang gigi, pasangan ini digunakan untuk merubah gerakan
putar menjadi lurus atau sebaliknya. Batang gigi merupakan dasar profil
pahat pembuat gigi.
6. Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus, adalah yang paling mudah
dibuat dan paling sering dipakai, akan tetapi sangat berisik karena
perbandingan kontaknya yang kecil dan juga konstruksinya tidak
memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung porosnya.
12 |
7. Roda gigi kerucut spiral, karena mempunyai perbandingan kontak yang
lebih besar, dapat menerusakan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros
kedua roda gigi kerucut ini biasanya dibuat 90˚.
8. Roda gigi cacing silindris, mempunyai cacing berbentuk silinder atau lebih
umum dipakai.
9. Roda gigi cacing globoid, untuk beban besar dengan perbandingan kontak
yang lebih besar roda gigi ini dapat dipergunakan.
10. Roda gigi hipoid, mempunyai alur gigi berbentuk spiral dan bidang kerucut
yang sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding. :
Secara umum, motor 3 fasa memiliki dua bagian pokok, yakni stator dan
13 |
rotor. Bagian tersebut dipisahkan oleh celah udara yang sempit atau yang biasa
disebut dengan air gap. Jarak antara stator dan rotor yang terpisah oleh air gap
sekitar 0,4 milimeter sampai 4 milimeter.
Terdapat dua tipe motor 3 fasa jika dilihat dari lilitan pada rotornya, yakni
rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai (squirrel-cage rotor). Motor 3
fasa rotor belitan (wound rotor) adalah tipe motor induksi yang lilitan rotor dan
statornya terbuat dari bahan yang samn
14 |
BAB III
DASAR PERANCANGAN
3.1. Perencanaan Kebutuhan Daya Pisau Gaya yang dihasilkan Pisau Pemotong
Maka, untuk menentukan daya potong pisau, beberapa langkah yang harus
dilakukan adalah menentukan gaya potong, torsi, dan kecepatan pisau pemotong
pisau. Sehingga, dapat digunakan persamaan:
𝐹 = 𝐴 ∙ 𝐹𝑠
(Persamaan 3.1)
Dengan mengetahui besarnya gaya yang terjadi pada pisau untuk memotong
material, dapat ditentukan torsi melalui persamaan:
𝑇=𝐹∙𝑟
(Persamaan 3.2)
15 |
3.3 Daya yang Dibutuhkan Pisau Pemotong
2𝜋𝑛
𝑃=𝑇∙
60
(Persamaan 3.3)
Dimana:
T = Torsi (Nm)
π = 3,14
l = panjang pengelasan ( mm )
W
τs = ( 2.6 )
m.Ƽm
Ƽ
16 |
c. Penentuan aman tidaknya perencanaan pada sambungan dapat
diketahui dengan melakukan perbandingan antara tegangan geser ijin
bahan dengan tegangan geser sambungan las.
τs < τs ijin
Bila gaya-gaya kelebihan yang dipilih dalam cara analisis gaya adalah
reaksi-reaksi, penahan-penahan fisik yang berhubungan dengan reaksi-
reaksi sisa harus dihilangkan dan balok asli diganti dengan sebuah balok
statik tertentu dengan’’derajat yang lebih rendah’’ yang menahan beban-
beban yang diterapkan dan gaya-gaya reaksi kelebihan. Sebagai contoh
balok yang ujungnya terjepit atau dapat dianggap sebagai sebuah balok
sederhana dengan derajat lebih rendah atau sebagai balok konsol dengan
derajat lebih rendah . Karena sebuah balok sederhana secara struktur lebih
mudah diamati dari sebuah balok konsul, maka pilihan pertama akan
menhasilkan persamaan-persamaan simultan dalam keadaan yang lebih baik
dalam sebuah penyelesaian dengan angka-angka.
Gaya-gaya reaksi kelebihan ditentukan pertama-tama berdasarkan
kenyataan bahwa perpindahan-perpindahan putar atau geser dalam arah-arah
gaya kelebihan haruslah nol. Jadi, haruslah sedemikian rupa bahwa
keduanya bersama dengan beban-beban yang diterapkan, akan
menyebabkan kelandaian-kelandaian nol pada kedua ujung dari balok
sederhana.
Gaya potong pisau (F = A . fs) Dimana: F = Gaya yang bekerja pada pisau
(N) fs = Tegangan geser bahan yang akan dipotong 10,368 N/𝑐𝑐𝑐𝑐2 (tegangan
geser plasik PET) A = Luas penampang bahan yang dipotong (plastik PET) (mm)
Torsi Pisau (T = F . r) Dimana: T = Torsi pada pisau (N.m) F = Gaya yang bekerja
pada pisau (N) r = ½ panjang pisau (mm) Kecepatan Putaran Potong (v1 =
𝜋𝜋×𝑑𝑑×𝑛𝑛 1000×60) Dimana: v1 = Kecepatan Putaran Potong ( m/s) d =
diameter poros (mm) n = putaran poros (rpm) Kecepatan hasil pemotongan (v2 =
𝜋𝜋×𝐷𝐷×𝑛𝑛 1000 ) Dimana: v2 = Kecepatan hasil pemotongan (m/min) D =
diameter poros (mm) n = putaran poros (rpm) Kapasitas pemotongan (Q = ρ . v)
Dimana: Q = Kapasitas pemotongan (kg/jam) ρ = massa jenis plastik PET = 1,38
𝑔𝑔 � 𝑐𝑐𝑐𝑐3 v = Kecepatan hasil pemotongan (m/min)
18
4.8 Hasil pembahasan
Untuk mengetahui kapasitas dari mesin pencacah plastik kapasitas 75 kg/jam ini
dapat diketahui melalui perhitungan berikut ini: Q = 75 kg/jam Q = 75 60 𝑚 Q =
1,5 kg/menit Q = 1500 g/menit Dimana Q = Kapasita mesin Jadi cacahan yang
dihasilkan pada mesin pencacah plastik kapasitas 75 kg/jam adalah 1500 g/menit.
Hasil desain mesin pencacah plastik kapasitas 75 kg/jam
19
BAB IV
4.1 Alat
Adapun alat dan bahan berserta spesifikasi yang digunakan dalam perancangan
mesin pencacah plastik sistem penghancur yaitu sebagai berikut ini:
Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan mesin pencacah sampah plastik
sebagai berikut ini:
1. Grinda tangan
2. Bor tangan
3. Mistar besi
4. Topeng las/helm las
5. Jangka sorong
6. Mesin las
7. Amplas
8. Spidol
9. Kuas
4.2 Bahan
20
N Bagian Jml Spesifik Gmb
o
1 Output 1 Plat Eser
hasil 350x160
crusher x180mm
2 Assembly 1 St-37
Block 300x220
mesin x250mm
crusher
3 Plat 2 St-37
pengunci 76x30
poros x110mm
4 Block 2 St-37
mesin 300x30
RH&LH x250mm
Crusher
5 Screen 1 Plat Eser
crusher 216x160
x88mm
6 Blade fix 2 SKD 11
160x57
x10 mm
1 Plat 2 St-37
dudukan 220x45
1
blade fix x22 mm
21
1 Pulley 1 Besi Cor
Driven Ø250
4
2 Alur x64 mm
1 V-Belt 2 Rubber
TipeB66
6
1 Frame 1 UNP 80
&
7
UNP 50
100x310
x400mm
1 Motor 1 1 hp
listrik 1445rpm
8
220 v
1 Pillow 2 St-37
Block Ø190
9
x45 mm
2 Assembly 1 Ø145
blade x460mm
0
crusher
plastik
2 Blade 3 SKD 11
crusher 160x40
1
x10 mm
2 Dudukan 1 ST-37
blade Ø123
2
crusher x160mm
2 Poros 1 AISI
1045
3
Ø50
x460mm
2 Plat Ring 3 St-37
Blade 160x30
4
Crusher x10mm
22
4.3 Rangcangan anggaran biaya.
23
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan mesin pencacah
plastik ini:
1. Pisau pemotong yang dirancang berdiameter 150 mm dengan 4 sisi
mata pisau.
2. Pisau pemotong disusun dengan sistem crusher yakni saling
berhadapan dengan putaran berlawanan arah.
3. Daya yang dihasilkan oleh mesin pencacah plastik sebesar 4,0 𝑘W
dengan putaran pisau pemotong 75 𝑟𝑝𝑚.
4. Semua komponen elemen mesin pada perancangan mesin pencacah
plastik seperti poros, bantalan, pasak, dan roda gigi memiliki tingkat
keamanan yang baik.
5. Poros yang dirancang pada pisau adalah poros bertingkat dengan
diameter 40 𝑚𝑚 dan 25 mm dengan bantalan berdiameter luar 47 𝑚𝑚.
6. Bahan untuk pisau, poros, dan pasak digunakan baja karbon kontruksi
mesin dengan kode S30C, untuk bantalan digunakan jenis bantalan
nomor 63005-2RS1, sedangkan untuk roda gigi digunakan bahan baja
karbon untuk kontruksi mesin dengan kode S25C.
7. Perbandingan putaran antara roda gigi dan pinion yaitu sebesar 1,4.
8. Puli yang dirancang masing-masing memiliki putaran 𝑛1 = 2690 rpm,
𝑛2 = 900 𝑟𝑝𝑚, 𝑛3 = 180 𝑟𝑝𝑚, dan 𝑛4 = 75 𝑟𝑝𝑚
9. Diameter puli yang dirancang masing-masing sebesar 𝑑𝑝1 = 270 mm,
𝑑𝑝2 = 210 𝑚𝑚, dan 𝑑𝑝3 = 280 𝑚𝑚.
10. Sabuk yang dipilih berdasarkan putaran puli motor dan kebutuhan daya
adalah Sabuk-V tipe A.
24
5.2. Saran
Adapun saran dari perancang untuk mesin pencacah plastik tipe crusher:
1. mesin pada mesin pencacah plastik yang dicancang sebaiknya
disesuaikan dengan yang tersedia di pasaran.
2. Perlunya dilakukan proses produksi dan manufaktur pada mesin agar
dapat diketahui kapasitas produksi hasil cacahan plastik.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27
28
29