Anda di halaman 1dari 69

GARUH KA

PENG APPA NUMMBER DAL


LAM PULP P TERHAD DAP JUMLLAH
PE
EMAKAIAN N KLORIN
N DIOKSID
DA (ClO2) PADA TAAHAP D0 DI
D
U
UNIT BLE
EACHING F
FIBERLIN
NE 2 DI PT
T. RIAU AN
NDALAN
PUL
LP AND PA
APER,Tbk. PELALAWAN-RIA AU.

KARYA ILMIAH
I

JOHANNE
J S IVAN DEENNIS SIL
LITONGA
092401095

PROGRAM
P M STUDI DIPLOMA
D 3 KIMIA
DE
EPARTEMMEN KIMIA
A
F
FAKULTA
AS MATEMMATIKA DAN
D PENG
GETAHUA AN ALAM
UNIVERS
SITAS SUM
MATERA UTARA
U
MED DAN
201
12

Universitas Sumatera Utara


PEN
NGARUH KAPPA
K NUMMBER DALLAM PULP P TERHADA AP JUMLA
AH
PEMAKAIAAN KLORINN DIOKSID
DA (ClO2) PADA
P TAH
HAP D0 DI
UNIT BLE
EACHING FIBERLIN
NE 2 DI PT. RIAU AND
DALAN
PULP AND PA
APER,Tbk.. PELALAWWAN-RIAUU.

KARYA ILMIAH
I

Diajukann Untuk Meleengkapi Tugass Dan Memen


nuhi Syarat Un
ntuk Mencapaai Gelar Ahli Madya
M

JOHANNE
J ES IVAN DEENNIS SIL
LITONGA
092401095

PROGRAMM STUDI DIPLOMA


D 3 KIMIA
DE
EPARTEMMEN KIMIA
A
FAKULTA
AS MATEMMATIKA DAN
D PENGETAHUAN N ALAM
UNIVERS
SITAS SUM
MATERA UTARA
U
MEDDAN
201
12

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KAPPA NUMBER DALAM PULP


TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN
DIOKSIDA (CLO2) PADA TAHAP D0 DI UNIT
BLEACHING FIBERLINE 2 PT. RIAU ANDALAN
PULP AND PAPER,TbK. PELALAWAN–RIAU.
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : JOHANNES IVAN DENNIS SILITONGA
Nomor Induk Mahasiswa : 092401095
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di
Medan, Juli 2012

Program Studi D3 Kimia


Ketua, Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si. Drs. Albert Pasaribu, M.Sc.


NIP. 195512181987012001 NIP. 1964108101991031002

Diketahui/Disetujui Oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S.


NIP. 1962108101991031002

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH KAPPA NUMBER DALAM PULP TERHADAP JUMLAH


PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO2) PADA TAHAP D0 DI
UNIT BLEACHING FIBERLINE 2 DI PT. RIAU ANDALAN
PULP AND PAPER,Tbk. PELALAWAN-RIAU.

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

Johannes Ivan Dennis Silitonga


092401095

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
begitu banyak Nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah dengan judul “Pengaruh Kappa Number Dalam Pulp Terhadap
Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (ClO2) Pada Tahap D0 Di Unit Bleaching
Fiberline 2 Di PT. Riau Andalan Pulp And Paper,Tbk. Pelalawan-Riau.”

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya di
Program Studi Diploma 3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Segala hormat dan teriring terima kasih penulis sampaikan kepada semua
pihak yang dengan tulus dan iklas telah menyumbangkan tenaga, waktu dan
pemikirannya sehingga selesainya Karya Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua ku, Bapak J.Silitonga dan Ibu. L.br.Harianja dan buat ke 2
adek ku, (Roy Hasian Silitonga, Mia Aulina br.Silitonga) seluruh keluarga
yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.
2. Bapak Dr. Sutarman. M.S, selaku Dekan FMIPA USU.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan. M.S, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst. M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Kimia FMIPA USU.
5. Bapak Drs. Albert Pasaribu. M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang banyak
mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Kimia FMIPA USU atas bekal ilmu dan kebaikan
moral yang diberikan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di
bangku perkuliahan.
7. Bapak Rifa’i. S.T, selaku Pembimbing Lapangan yang telah mengajari dan
menjelaskan tentang proses pembuatan pulp di PT. Riau Andalan Pulp and
Paper.
8. Bapak Suminto selaku Ketua Departemen Fiberline yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Departemen Fiberline.
9. Bapak Edy Yusuf dan Ibu Diana Yusuf selaku orang tua pembimbing kami
yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material kepada
penulis selama proses Praktek Kerja Lapangan berlangsung dan Penginapan
di Perumahan Komplek CM 88 RAPP.

Universitas Sumatera Utara


10. Kakak Gress, abang Feidy, abang Hendra, abang Ade, abang Hendrita, dll
selaku P.E Fiberline yang memberi waktu, tenaga serta motivasi kepada
penulis.
11. Seluruh Alumni Kimia Industri (abang Roy, abang benget, abang Puji, dll)
dan seluruh Alumni–Almamater Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu penulis selama Praktek Kerja Lapangan.
12. Seluruh teman-teman Diploma 3 Kimia terkhusus Program Studi Kimia
Industri stambuk 2009 yang senantiasa mendukung penulis selama Praktek
Kerja Lapangan dan pembuatan Karya Ilmiah ini.
13. Seluruh Staff/Pegawai Departemen Kimia FMIPA USU yang telah
membantu untuk mengurus administrasi yang diperlukan penulis.
14. Buat teman-teman ku: Era Rahayu, Realita Surbakti, M.Hidayat, Ayu Rizki,
terimakasih atas support dan kebaikan kalian buat selama ini. Tetap lah
semangat.
15. Terkhusus buat teman ku: Helen Situmorang, Panca Nababan, Nimbrod
Sitorus, Fermadi Sirait, Fransiska Situmorang terimakasih atas kebaikan,
motivasi dan kebersamaan kita selama ini, sekira Tuhan memberkati kita
semua. Keep spirit.. and blessed in God.
16. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang mungkin ikut
membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih kurang
sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih yang tidak ternilai harganya
kepada semua pihak yang telah mambantu demi selesainya Karya Ilmiah ini
semoga Tuhan membalas budi yang telah diberikan. Harapan penulis semoga
Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Telah dilakukan pengamatan tentang pengaruh kappa number terhadap jumlah


pemakaian klorin dioksida (ClO2). Ketika kappa number tinggi, maka penggunaan
ClO2 juga semakin tinggi. Semakin rendah kappa number maka semakin rendah
penggunaan ClO2. Berdasarkan perhitungan selama pengamatan, disimpulkan bahwa
diperoleh kappa number optimum sebesar 9,15 K.No untuk mencapai target jumlah
pemakaian ClO2 sebanyak 27 kg/ton pulp di tahap D0.

Universitas Sumatera Utara


THE INFLUENCE OF KAPPA NUMBER IN THE PULP TO THE AMOUNT
OF CHLORINE DIOXIDE (CLO2) CONSUMPTION AT D0 STAGE ON
THE BLEACHING UNIT AT FIBERLINE 2 IN PT. RIAU ANDALAN
PULP AND PAPER,TbK. PELALAWAN-RIAU

ABSTRACT

We observed the influence of the kappa number to the amount of chlorine dioxide
(ClO2) consumption. When the kappa number is high, the consumption of ClO2 is
also high. The lower the kappa number that make the lower the consumption of
ClO2. According to our calculation during the observation, we conclude that in order
to get an optimum kappa number of 9,15 K.No to reach target the amount of 27
kg/ton in pulp of ClO2 consumption at D0 stage.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ASTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3

BAB 2 PROSES PRODUKSI


2.1 Teori Umum Kayu 4
2.2 Sifat-Sifat Umum Kayu 5
2.2.1 Sifat Fisik Kayu 5
2.2.2 Sifat Mekanik Kayu 6
2.2.3 Sifat Kimia Kayu 7
2.3 Komposisi Kimia Kayu 7
2.4 Komponen Kimia Kayu 8
2.4.1 Selulosa 9
2.4.2 Hemiselulosa 10
2.4.3 Lignin 10
2.4.4 Zat Ekstraktif 10
2.5 Teori Umum Pulp 11
2.5.1 Pembuatan Pulp Secara Mekanik 12
2.5.2 Pembuatan Pulp Secara Semikimia 13
2.5.3 Pembuatan Pulp Secara Kimia 13
2.6 Proses Pembuatan Pulp 16

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Tahap Persiapan Dan Pengolahan Kayu 16
2.6.2 Tahap Pemasakaan 16
2.6.3 Tahap Pencucian Pulp 18
2.6.4 Tahap Delignifikasi Oksigen 18
2.6.5 Tahap Pemutihan 19
2.6.5.1 Tahap Dioksida Awal (D0) 21
2.6.5.2 Tahap Ektraksi Dan Oksidasi (E&O) 23
2.6.5.3 Tahap Dioksida I (D1) 23
2.6.5.4 Tahap Dioksida II (D2) 24
2.7 Bilangan Kappa 25

BAB 3 METODOLOGI
3.1 Peralatan Dan Bahan 28
3.1.1 Peralatan 28
3.1.2 Bahan 30
3.2 Prosedur Kerja Pemutihan Di tahap D0 Dan Penetuan
Harga Bilangan Kappa 30
3.2.1 Prosedur Kerja Pemutihan Di Tahap D0
di Lapangan 30
3.2.2 Prosedur Kerja Verifikasi Penentuan Bilangan
Kappa Secara Laboratorium 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil 34
4.2. Perhitungan 35
4.2.1. Perhitungan Jumlah Pemakaian ClO2 35
4.2.2. Perhitungan Untuk Pengujian Bilangan Kappa 36
4.3. Perhitungan Nilai Bilangan Kappa Optimum 38
4.4. Pembahasan 43

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan 44
4.2. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 47

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Kayu 5


Tabel 2.4 Komposisi Rata-Rata Kayu Keras Dan Kayu Lunak 6
Tabel 2.6.5 Dampak Variasi Dari Setiap Bahan Kimia Bleaching 7
Tabel 2.7 Penyebab Ketidakstabilan Bilangan Kappa 8
Tabel 4.1 Data Pengamatan Lapangan Pada Proses Bleaching 8
Tabel 4.3.1 Data Kappa Number Terhadap Jumlah Pemakaian ClO2 9
Tabel 4.3.2 Data Metode Least Square Bilangan Kappa 10
Tabel 4.3.3 Data Tabel Analisa Garis Regresi Linear 11

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.4.1 Struktur Kimia Molekul Selulosa 2

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Proses Pengolahan Pulp Di PT.Riau Andalan Pulp And Paper 48


Lampiran 2 : Proses Alir Tahapan Unit Bleaching Di Fiberline 2 49
Lampiran 3 : Grafik Hubungan Kappa Number Terhadap Jumlah Pemakaian
ClO2 Pada Tahap D0 Di Unit Bleaching 50
Lampiran 4 : Proses Pengolahan Pulp di Unit Fiberline 2 51

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Telah dilakukan pengamatan tentang pengaruh kappa number terhadap jumlah


pemakaian klorin dioksida (ClO2). Ketika kappa number tinggi, maka penggunaan
ClO2 juga semakin tinggi. Semakin rendah kappa number maka semakin rendah
penggunaan ClO2. Berdasarkan perhitungan selama pengamatan, disimpulkan bahwa
diperoleh kappa number optimum sebesar 9,15 K.No untuk mencapai target jumlah
pemakaian ClO2 sebanyak 27 kg/ton pulp di tahap D0.

Universitas Sumatera Utara


THE INFLUENCE OF KAPPA NUMBER IN THE PULP TO THE AMOUNT
OF CHLORINE DIOXIDE (CLO2) CONSUMPTION AT D0 STAGE ON
THE BLEACHING UNIT AT FIBERLINE 2 IN PT. RIAU ANDALAN
PULP AND PAPER,TbK. PELALAWAN-RIAU

ABSTRACT

We observed the influence of the kappa number to the amount of chlorine dioxide
(ClO2) consumption. When the kappa number is high, the consumption of ClO2 is
also high. The lower the kappa number that make the lower the consumption of
ClO2. According to our calculation during the observation, we conclude that in order
to get an optimum kappa number of 9,15 K.No to reach target the amount of 27
kg/ton in pulp of ClO2 consumption at D0 stage.

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tahapan pemutihan merupakan tahapan yang paling penting dalam proses


pembuatan pulp dan dapat menentukan kualitas pulp. Tahapan ini bertujuan
menghilangkan warna pulp untuk meningkatkan kadar kecerahan (brightness) pulp.
Warna yang terdapat dalam pulp adalah dominan berwarna gelap kecoklatan yang
secara alami nya, warna ini disebabkan oleh masih adanya kandungan lignin dalam
pulp yang diukur sebagai kappa number. Jika kappa number diperoleh tinggi, maka
warna warna pulp yang dihasilkan cenderung gelap begitu pun sebaliknya. Oleh
karena itu, untuk menghilangkan kadar lignin maka dilakukan proses bleaching
(pemutihan).

Ada 4 tahapan dalam proses bleaching, diantaranya adalah;

1. Tahapan D0 (Dioksida Awal);


2. Tahapan E&O (Ekstraksi & Oksigen);
3. Tahapan D1 (Dioksida 1);
4. Tahapan D2 (Dioksida 2).

Dalam tahapan D0 merupakan tahapan penting dalam proses penghilangan


lignin. Karena pada tahap ini, tahapan D0 merupakan tahapan delignifikasi. Proses
penghilangan lignin ini dilakukan dengan menggunakan klorin dioksida. Pemakaian
klorin dioksida (ClO2) bergantung pada kandungan lignin yang tersisa didalam pulp
(kappa number), semakin tinggi kadar ClO2 yang dipakai maka brightness yang akan
dihasilkan semakin tinggi namun dapat meningkatkan biaya produksi dan akan dapat
mendegradasi selulosa yang meyebabkan kerusakan pada serat pulp begitu pun
sebalik nya yang akan berpengaruh terhadap warna pulp yang dihasilkan tidak sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan target yang diinginkan serta meningkatkan jumlah pemakaian bahan kimia
lain nya pada tahapan selanjutnya. Pemakaian klorin dioksida menjadi faktor penting
dalam proses delignifikasi ini tanpa merusak kadar serat dalam pulp sehingga
standart mutu pulp yakni brightness dan viskositas pulp dapat tercapai. Oleh karena
itu pemakaian ClO2 dalam mendegradasi kandungan lignin dalam pulp perlu
diperhatikan untuk mencapai brightness yang diinginkan.

Berdasarkan pola pemikiran ini, penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah
dalam menyelesaikan Tugas Akhir Studi dengan judul;
“Pengaruh Kappa Number Dalam Pulp Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin
Dioksida (ClO2) Pada Tahap D0 Di Unit Bleaching Fiberline 2 Di PT. Riau
Andalan Pulp And Paper.Tbk Pelalawan – Riau”.

1.2. Permasalahan

Pada proses bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap
pulp untuk mengubah atau menghilangkan bahan/zat warna sehingga pulp tersebut
memiliki derajat kecerahan (brightness) yang lebih tinggi. Permasalahan yang ada
dalam proses pemutihan adalah mengenai derajat kecerahan yang kadang-kadang
berubah. Penyebab nya adalah kandungan lignin yang terdapat dalam pulp (bilangan
kappa), dimana pemakaian bahan kimia bleaching dipengaruhi oleh bilangan kappa,
sehingga terjadi pemborosan bahan kimia, biaya dan waktu produksi yang lebih
banyak.

Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah:


Bagaimana pengaruh bilangan kappa terhadap jumlah pemakaian klorin dioksida
(ClO2) pada tahap D0.

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan Karya Ilmiah ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hubungan kappa number terhadap jumlah pemakaian klorin dioksida
(ClO2) serta penentuan bilangan kappa number optimum pada unit bleaching di
tahap D0.

1.4. Manfaat

Sebagai informasi untuk mengetahui pengaruh kappa number terhadap jumlah


pemakaian klorin dioksida (ClO2) untuk menghasilkan brightness pulp yang
diinginkan serta mengetahui standar brightness pulp yang diproduksi oleh PT. Riau
Andalan Pulp and Paper.Tbk.
 

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum Kayu

Kayu merupakan salah satu produk alam yang sangat penting. Sekitar sepertiga luas
permukaan lahan dunia tetutup oleh hutan yang mengadung persediaan pertumbuhan
total kayu sekitar 300.000 juta m3. Selama abad ini konsumsi kayu dunia naik sangat
tajam dan diramalkan akan terus naik dengan cepat.

Namun disisi lain kayu merupakan bahan dasar yang sangat modren. Kubah-
kubah kayu yang besar dan perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan
keindahaan. Bahkan dalam bentuk alih seperti kayu lapis, dan papan serat, sehingga
kayu telah menjadi bahan bagunan yang sangat berharga. Disamping itu, kayu
merupakan bahan dasar pulp dan kertas, serat, film dan produk-produk lainnya
(Fengel,D. 1995).

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu
memiliki sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan–bahan lain. Pengertian kayu disini
adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon–pohon di hutan,
yang merupakan bagian dari pohon tersebut dan bagian–bagian mana yang lebih
banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan, baik berbentuk kayu
pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar (Dumanauw, J.K.1993).

Universitas Sumatera Utara


2.2. Sifat-Sifat Umum Kayu

Sifat kayu dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yakni :

2.2.1. Sifat Fisik Kayu

Ada beberapa hal yang digolongkan dari sifat–sifat fisik kayu adalah; Berat jenis,
Keawetan alami, Warna kayu, Higroskopis, Tekstur dan Serat.

1. Berat jenis

Berat jenis merupakan petunjuk yang sangat penting bagi aneka sifat kayu. Semakin
berat kayu tersebut, umumnya makin kuat kayu nya. Semakin ringan suatu jenis
kayu, akan berkurang pula kekuatannya. Berat antara lain ditentukan oleh dinding
sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari
perbandingan antara berat suatu volume kayu dengan volume air yang sama pada
suhu standar.

2. Keawetan alami kayu

Keawetan alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak
dari luar seperti; jamur, rayap, bubuk, dan makhluk lainnya yang diukur dengan
jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat
didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-
perusak kayu, sehingga perusak kayu tersebut tidak sampai masuk dan tinggal
didalamnya serta merusaknya.

3. Warna kayu

Ada beraneka ragam warna kayu antara lain warna kuning, keputihan-putihan, coklat
muda, coklat tua, kehitaman-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya. Hal ini
disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu
jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor berikut; tempat didalam batang, umur
pohon, kelembapan udara. Kayu keras umumnya memiliki warna yang lebih jelas
atau lebih gelap dari warna bagian kayu yang ada disebelah luar kayu kertas.

Universitas Sumatera Utara


4. Higroskopis

Kayu mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembapan. Kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu udara
pada suatu saat. Semakin lembap udara sekitarnya akan semakin tinggi pula
kelembapan kayu sampai tercapai kesetimbangan dengan lingkungannya.

5. Tekstur

Teksur adalah ukuran relatif sel-sel kayu, yaitu serat-serat kayu. Berdasarkan
teksturnya, kayu digolongkan menjadi ;

a. Kayu yang bertekstur halus; Kayu Giam, Kayu Lara, dan Kayu Kulim
b. Kayu bertekstur sedang; Kayu Kati, dan Kayu Sonokeling
c. Kayu bertekstur kasar; Kayu Kempas dan Kayu Meranti

6. Serat

Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu yang menunjukkan arah umum sel-sel
kayu didalam kayu terhadap sumbu batang pohol asal potongan tadi. Arah serat
ditentukkan oleh alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dapat
dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika
arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang
dikatakan kayu itu berserat mencong.

2.2.2. Sifat Mekanik Kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan
muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar yakni gaya-gaya diluar
benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda.

Universitas Sumatera Utara


Dalam hubungan ini dapat dibedakan beberapa macam kekuatan, sebagai
berikut :

1. Kekerasan

Yang dimaksud kekerasan kayu adalah suatu ukuran kekuatan kayu menahan gaya
yang membuat takik atau lekukan. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu
untuk menahan kikisan atau abrasi dimana kekerasan juga merupakan suatu ukuran
ketahanan kayu terhadap pengausan.

2. Kekakuan kayu

Kekakuan kayu suatu ukuran kekuatan kayu untuk mampu menahan perubahan
bentuk atau lengkungan dimana sering disebut dengan istilah Modulus Elastisitas.

3. Keteguhan tarik

Keteguhan tarik kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan dari gaya-gaya
yang berusaha menarik kayu, dimana kekuatan tarik terbesar pada kayu adalah
sejajar arah serat.

2.2.3. Sifat Kimia Kayu

Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting karena menentukan
kegunaan sesuatu jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenis-
jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu
terhadap makhluk penyerang kayu, selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan
pengolahan kayu (Dumanauw,F.1995).

2.3. Komposisi Kimia Kayu

Kayu merupakan bahan organik, yakni tersusun atas senyawa karbon. Dengan
banyaknya keberagaman diantara jenis–jenis yang berbeda, kayu mengandung 3
unsur penting didalam nya, yaitu Karbon, Oksigen dan Hidrogen (Tabel 2.1).

Universitas Sumatera Utara


Nitrogen dan beberapa senyawa anorganik lainnya, seperti Natrium, Kalium,
Kalsium, Magnesium dan Silikon, juga merupakan senyawa esensial yang
kebanyakan terlibat dalam metabolisme siklus sel selama pembentukan dan
pertumbuhan kayu.

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Kayu

Unsur % Berat Kering


Karbon C 49
Hidrogen H2 6
Oksigen O2 44
Nitrogen N2 <1
Unsur Na, Ca, K, Mg,
<< 1
Anorganik Si

Pada tahap yang tertinggi, beberapa unsur – unsur ini membentuk molekul-
molekul besar yakni polimer, yang mana Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin
memainkan peranan penting pada penyusun dinding sel (Sixta,H. 2006).

2.4.Komponen Kimia Kayu

Komponen kimia bahan baku pulp merupakan suatu gabungan dari kelompok
senyawa–senyawa kimia yaitu selulosa yang merupakan komponen penyusun utama,
sedangkan komponen penyusun nya sering berkaitan dengan selulosa, yaitu
hemiselulosa. Disamping selulosa dan hemiselulosa masih terdapat senyawa kimia
yang lebih kompleks yaitu lignin yang berfungsi sebagai perekat antara kelompok
selulosa dan senyawa kimia bermolekul rendah yang dapat larut dalam air atau
pelarut organik yang disebut zat ekstraktif. Selain dari itu dalam kayu terdapat pula
zat anorganik (mineral) dalam jumlah kecil.

Berdasarkan perbedaan komposisi kayu, kayu digolongkan menjadi dua


golongan yaitu : Kayu keras (hardwood) dan Kayu lunak (softwood).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.4. Komposisi Rata – Rata dari Kayu Keras dan Kayu Lunak

% Komposisi
Komponen
Kayu Keras (Hardwood) Kayu Lunak (Softwood)
Selulosa 45 ± 2 % 42 ± 2 %
Hemiselulosa 30 ± 5% 27 ± 2 %
Lignin 20 ± 4 % 28 ± 3 %
Ekstratif 5±3% 3±2%

Sumber : Buku Manual Training PT.Riau Andalan Pulp And Paper, Wood Yard.

2.4.1. Selulosa

Selulosa adalah bagian utama dari dinding sel kayu yang berupa polimer karbohidrat
glukosa dan memiliki komposisi yang sama seperti pati. Beberapa molekul selulosa
membentuk suatu rantai selulosa. Selulosa juga termasuk polisakarida yang
mengidentifikasikan bahwa didalamnya terdapat senyawa gula. Rumus kimia
selulosa adalah (C6H10O5)n dimana “n” adalah jumlah pengulangan unit glukosa.

Gambar 2.4.1. Struktur kimia molekul selulosa

Faktor–faktor yang memungkinkan selulosa digunakan untuk memproduksi


pulp dan kertas adalah sebagai berikut :

a. Jumlah nya nya yang banyak sehingga harganya murah


b. Secara alamiah berwarna putih
c. Zat ini umumnya berbentuk serat dan kekuatan tarik nya sangat tinggi
d. Tidak dapat larut dalam air dan pelarut organik
e. Tahan terhadap sejumlah bahan kimia.

Universitas Sumatera Utara


2.4.2. Hemiselulosa

Hemiselulosa juga merupakan yang dibentuk dari gula sebagai komponen utamanya.
Berbeda dengan selulosa yakni hanya merupakan polimer dari 5 jenis polimer yang
berbeda yaitu Glukosa, Manosa, Galaktosa, Xylosa dan Arabinosa. Hemiselulosa
memiliki derajat polimerisasi 300 ke bawah. Selama pembuatan pulp, hemiselulosa
lebih cepat bereaksi dibandingkan selulosa. Selulosa cukup tahan dalam proses
pembuatan pulp dan pemutihan pulp (bleaching) sedang kan hemiselulosa akan
mengalami degradasi dan sebagian terbuang.

2.4.3. Lignin

Lignin adalah polimer yang sangat kompleks yang tersusun dari unit-unit fenil
propana yang membentuk dinding sel pada kayu. Lignin merupakan komponen non-
karbohidrat utama pada kayu dan juga merupakan perekat antara serat–serat kayu.
Komponen ini harus dihilangkan pada proses pemutihan agar mutu pulp yang
dihasilkan lebih baik karena lignin dapat menyebabkan pulp berwarna coklat.

Lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi
turunan yang dapat larut. Turunan lignin yang dapat larut dibentuk dengan
memperlakukan kayu pada suhu tinggi dan memberikan larutan yang mengandung
Belerang Oksida (SO2) dan ion–ion Hidrogen Sulfida (H2S). Lignin juga dapat larut
sebagai alkali lignin pada kayu dengan suhu tinggi (170oC) dengan menambahkan
NaOH dan Na2S (Annonim, 1995).

2.4.4. Zat ekstraktif

Kayu biasanya mengandung sejumlah kecil zat–zat yang bervariasi yang sering di
sebut “ekstraktif”. Zat–zat ini dapat diekstraksikan dari kayu baik dengan
menggunakan air ataupun pelarut organik seperti eter atau alkohol.

Universitas Sumatera Utara


Asam lemak, resin, lilin, terpentin dan senyawa–senyawa fenol adalah
beberapa kelompok yang menyusun zat ekstraktif. Kebanyakan bahan–bahan
ekstraktif ini dihilangkan dalam pembuatan pulp dengan proses kraft.

Lemak, asam lemak dan resin dapat diubah menjadi sabun dengan proses
kraft dan dapat dilarutkan dalam larutan pemasak. Sabun–sabun ini nantinya dapat
dipisahkan dari lindi hitam atau diubahkan kembali menjadi minyak Tall. Beberapa
zat ekstraktif yang tidak terlarut dapat menyebabkan masalah pada proses kraft
dalam pembuatan pulp dan pembuatan kertas, dimana akan membentuk tumpukan
yang akan lengket pada peralatan seperti saringan dan kabel (Annonim, 1994).

2.5. Teori Umum Pulp

Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi
juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan.
Tujuan utama dari pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang
dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanik atau dengan kombinasi dua tipe
perlakuan tersebut. Pulp-pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan
menjadi tipe-tipe kimia, semi kimia, kimia mekanik. Istilah-istilah “Pulp Rendemen
Tinggi” sering secara bersama digunakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari pulp-pulp
yang kaya lignin yang memerlukan defibrasi secara mekanik.

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dalam mana lignin dihilangkan
sama sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari
bejana-bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak.
Hampir semua produksi pulp kimia didunia saat ini didasarkan pada proses-proses
sulfit dan sulfat (kraft).

Pada pembuatan pulp kraft system pemasakan alkali bertekanan pada suhu
tinggi. Menurut metode yang diusulkan oleh C. watt dan H.burgess, larutan Natrium
Hidroksida digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas yang dihasilkan
dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Leburan, yang terdiri atas Natrium

Universitas Sumatera Utara


Karbonat, diubah kembali menjadi Natrium Hidroksida dan Kalsium Hidroksida
(kaustisasi), karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses
pemasakan dinamakan proses soda.

Sejak tahun 1960-an produksi pulp kraft juga telah naik lebih cepat dari pada
pulp sulfit karena beberapa faktor seperti pemulihan bahan kimia yang lebih
sederhana dan lebih ekonomis dan sifat-sifat pulp yang lebih baik dalam
hubungannya dengan kebutuhan pasar. Pengenalan bahan-bahan pengelantang yang
efektif, terutama Klorin Dioksida telah menghapuskan kesukaran-kesukaran
terdahulu mengenai pengelantangan pulp-pulp kraft menjadi derajat putih yang
tinggi dan pra-hidrolisis kayu telah memungkinkan untuk menghasilkan pulp-pulp
pelarutan (dissolving pulp) berkualitas tinggi dengan proses kraft.

Proses kraft ini juga mempunyai sisi kelemahan yang sukar diatasi yaitu gas-
gas berbau tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pengelantang yang tinggi pada
pulp-pulp kraft kayu lunak. Namun menurut perkembangan terakhir dapat
diharapkan bahwa modifikasi-modifikasi baru akan membawa perbaikan-perbaikan
dalam hal kebutuhan-kebutuhan lingkungan (Sjostrom, 1995).

Untuk memisahkan serat selulosa dari bahan berserat seperti kayu dapat
dilakukan dengan 3 metode pemisahan, yakni :

1. Metode Pembuatan Pulp Secara Mekanik


2. Metode Pembuatan Pulp Secara Semikimia
3. Metode Pembuatan Pulp Secara Kimia.

Adapun pembuatan pulp secara kimia dapat dikelompokkan kedalam 3


bagian, yakni :

a. Proses Soda
b. Proses Sulfit
c. Proses Sulfat

2.5.1. Pembuatan Pulp Secara Mekanik

Universitas Sumatera Utara


Pembuatan pulp secara mekanik, serat–serat dipisahkan melalui energi mekanik.
Pada proses ini diperlukan penggilingan kayu secara basah untuk mendapatkan hasil
serat pulp 90-95 % tetapi dapat menyebabkan kerusakan pada serat.

Prinsip pembuatan pulp secara mekanik adalah menguraikan atau


memisahkan serat yang ada dalam kayu secara paksa dengan energi mekanik dan
tidak menggunakan bahan kimia. Pembuatan pulp dengan cara ini jarang digunakan
karena membutuhkan biaya yang besar, pulp yang dihasilkan sulit untuk diputihkan,
dan pada umum nya digunakan untuk bahan baku kertas koran.

2.5.2. Pembuatan Pulp Secara Semikimia

Pembuatan pulp secara semikimia terdiri dari dua tahap. Tahap pertama
menggunakan bahan kimia, yang bertujuan untuk menghilangkan sebagian
hemiselulosa dan lignin, kemudian tahap yang kedua dengan pelaksanaan mekanik
untuk memisahkan seratnya. Hasil pulp yang dihasilkan dari proses ini sulit
diputihkan dan umumnya digunakan untuk bahan baku kantong semen (Anonim,
1995).

2.5.3. Pembuatan Pulp Secara Kimia

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan
bahan kimia untuk bagian–bagian kayu yang tidak digunakan, sehingga pulp yang
dihasilkan berkadar selulosa yang tinggi. Hasil pulp mudah diputihkan dan umum
nya untuk membuat kertas tissue dan kertas cetak. Kekurangan dari proses ini
menghasilkan sekitar 45–50 % serat.

Ada 3 macam proses pembuatan pulp secara kimia, yaitu sebagai berikut :

a. Proses Sulfit

Pada dasarnya, pembuatan pulp pada proses sulfit masih didasarkan pada penemuan–
penemuan tua, meskipun beberapa modifikasi pembaharuan dan perbaikkan teknik
telah dilakukan. Keberhasilan terakhir selama tahun 1950-an dan 1960-an berkenaan

Universitas Sumatera Utara


dengan penggunaan yang disebut basa-basa yang larut, yang pengganti Kalsium
dengan Magnesium, Natrium atau Amonium yang memberikan jauh lebih banyak
keluwesan dalam pengaturan kondisi pemasakan yang meperluas baik bahan dasar
yang digunakan maupun produksi tipe–tipe pulp.

Keuntungan proses sulfit yang telah diketahui terhadap pulp kraft adalah :

a. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang mengakibatkan
kebutuhan kayu lebih rendah
b. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi
c. Persoalan pencemaran sangat sedikit
d. Biaya instalisasi lebih rendah
e. Keluwesan lebih tinggi dalam rendemen dan kualitas pulp.

b. Proses Soda

Pembuatan pulp pada proses soda digunakan Natrium Hidroksida (NaOH) sebagai
lindi pemasak dan lindi–lindi bekas yang dihasilkan, dipekatkan dengan cara
penguapan dan dibakar. Lemburan, yang terdiri atas Natrium Karbonat (Na2CO3),
diubah kembali menjadi Natrium Hidroksida dengan Kalsium Hidroksida (kostisasi),
karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan
dinamakan proses soda (Fengel,D 1995).

c. Proses Sulfat (Kraft)

Pada pemasakan kayu dalam proses sulfat (kraft) digunakan larutan pemasak alkali,
yaitu Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Sulfida (Na2S), dan Natrium Karbonat
(Na2CO3) dengan komposisi tertentu. Total waktu pemanasan yang dibutuhkan pada
proses sulfat berkisar antara 120–180 menit dengan suhu berkisar antara 160–170oC.
Setelah terjadi pemasakan akan terjadi pelepasan serat–serat kayu, kotoran–kotoran
yang tidak larut beserta komponen lain dipisahkan dengan penyaringan, dan
pemisahan serat–serat yang larut dalam cairan pemasak dilakukan dengan pencucian.

Universitas Sumatera Utara


Zat kimia yang memiliki peranan yang cukup besar di dalam proses ini adalah
Natrium Sulfida (Na2S) dan Natrium Hidroksida (NaOH).

Ada nya Natrium Sulfida (Na2S) sangat penting karena dapat mengurangi
kerusakan pada karbohidrat dan memberikan hasil pulp yang mempunyai kekuatan
yang lebih baik (Anonim, 1995).

Proses pembuatan pulp berdasarkan metode kraft dapat dilakukan dengan larutan
yang terdiri dari Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfat (Na2S), yang
disebut “lindi putih”. Berdasarkan pada istilah-istlihah yang digunakan dalam
defisini hal tersebut, dimana semua bahan-bahan kimia dapat dihitung sepadan
dengan natrium yang dinyatakan sebagai berat Natrium Hidroksida (NaOH) atau
Natrium Oksida (Na2O).

Total alkali (TA) : Semua garam-garam natrium

Titratablealkali (TTA) : NaOH + Na2S + Na2CO3

Aktif alkali : NaOH + ½ Na2S

Efisiensi natrium : 100 %

Sulfiditi : 100 % (Carlon,W. 1996 ).

Keuntungan dan kerugian dari pembuatan pulp Proses Kraft ,yaitu :

a. Keuntungan :
‐ Pulp yang dihasilkan lebih kuat
‐ Proses pemasakan lebih pendek
‐ Sistem pengolahan recovery bahan kimia nya sangat baik
‐ Proses dapat dilakukan untuk segala jenis kayu

Universitas Sumatera Utara


b. Kerugian :
‐ Timbulnya masalah polusi udara
‐ Derajat kecerahan pulp sebelum dikelantang sangat rendah
‐ Pulp sangat susah untuk dikelantang
‐ Biaya investasi pembagunan proyek sangat tinggi (Scot,W.E.1995).

2.6. Proses pembuatan pulp

Proses pembuatan pulp di PT. Riau Andalan Pulp And Paper pada Fiberline 2
menggunakan metode kraft dengan proses sistem super bacth. (Lampiran 1)

2.6.1. Persiapan dan Pengolahan Kayu

Kayu yang di peroleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) akan masuk kedalam
tahapan logging. Logging merupakan proses pengolahan untuk memproduksi
gelondongan kayu, yang tahapan proses nya meliputi: Penebangan (Felling),
Penyeradaan (Skedding), Pemotongan (Bucking), Bongkar muat (Loading &
Unloading) sampai pada pengangkutan untuk dikirim ke lokasi pabrik pulp.

Kayu dari hutan disimpan di wood yard yang selanjutnya kayu-kayu tersebut
diproses di wood room yang tahapan nya meliputi: Pengulitan (Debarking),
Penyerpihan (Chipping), Penyimpanan serpihan kayu (Chip Storaging) dan
Penyaringan serpihan kayu (Chip Screening). Tujuan dari tahap ini untuk menjamin
kualitas kayu dan menghasilkan chip kayu yang berukuran seragam yang diperlukan
untuk pemasakan pulp.

2.6.2. Tahap Pemasakan (Digester)

Digester adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp kimia
dengan menggunakan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (chip) dengan
proses kraft (sulfat) dipergunakan larutan pemasak yang disebut lindi putih (white
liquor). Senyawa yang terkandung dalam lindi putih adalah Natrium Hidroksida

Universitas Sumatera Utara


(NaOH) dan Natrium Sulfida (Na2S). Proses pemasakan dilakukan pada suhu 165oC–
170oC. Jumlah siklus waktu pemasakan ini berlangsung selama ± 260 menit.

Uraian siklus pemasakan dengan sistem super bacth digester adalah ;

1. Tahap Pengisian Chip (Chip Filling)

Pengisian chip adalah proses pengisian serpihan kayu (chip) yang dikirim dari
pemapungan chip dengan menggunakan belt conveyor ke chip silo, dari chip silo
serpihan dimasukkan ke digester dengan menggunakan screw conveyor. Selama
pengisian chip, udara didalam digester dihilangkan melalui saringan sirkulasi. Proses
pengisian chip berlangsung selama 30 menit.

2. Tahap Pengisian Larutan Lindi Hitam (Warm Black Liquor)

Setelah pengisian chip dilakukan, larutan lindi hitam di pompakan. Proses ini disebut
impregnasi. Liquor bersuhu 100oC ini akan dipompakan ke dasar digester secara
kontiniu. Fungsi nya adalah menyempurnakan udara didalam rongga-rongga chip
kayu dengan udara di dalam digester dan pemanasan awal yang bertujuan untuk
penetrasi dan difusi chip agar reaksi kimia antara serpihan kayu dengan alkali aktif
terdispersi secara homogen. Proses impregnasi ini berlangsung selama 30 menit.

3. Tahap Pengisian Hot Black Liquor dan Hot White Liquor

Proses pengisian hot black liquor bertujuan untuk menaikkan panas dari warm black
liquor pada suhu dibawah ± 100oC digantikan oleh hot black liquor pada suhu ±
140oC pada siklus digester. Proses pengisian ini berlangsung selama 25 menit.

Setelah hot black liquor dipompakan ke digester, berikut nya secara bersama
hot white liquor di pompa kan. Hot white liquor ini merupakan bahan kimia utama
dalam proses pemasakan. Proses pengisian ini berlangsung selama 21 menit.

4. Tahap Proses Pemanasan (Heating) dan Pemasakan (Cooking)

Setelah hot white liquor diisikan, suhu didalam digester hampir mendekati suhu
pemasakan. Tujuan dari fase ini adalah untuk menaikkan suhu sampai ± 170oC

Universitas Sumatera Utara


dengan tekanan medium yang dimasukkan kedalam jalur sirkulasi digester. Pada fase
pemasakan yaitu bertujuan untuk mempertahan kan suhu pada ± 170oC sampai pada
waktu yang diperlukan. Proses pemanasan dan pemasakan ini berlangsung selama 90
menit.

5. Tahap Displacment dan Discharging

Bila fase pemasakan sudah dilakukan, selanjut nya adalah fase displacement, yakni
bertujuan untuk menghentikan reaksi pemasakan dan merupakan tahap pencucian
awal. Tahapan ini berlangsung selama 20 menit. Pada tahap discharging adalah
proses pemompaan pulp yang sudah masak di digester ke tanki penampungan
(discharge tank).

2.6.3. Tahap Pencucian Pulp (Washing)

Pulp dari hasil pemasakan di digester yang dikirim ke sistem pembersihan atau
pencucian, dimana tujuan nya untuk memisahkan material–material yang tidak
diinginkan yang terdapat dalam pulp. Sebagai persiapan sebelum proses delignifikasi
oksigen.

Dalam proses ini secara kontiniu memisahkan kotoran dari hasil pemasakan
di digester yang meliputi tahap sebagai berikut :

1. Deknotting

Tujuan dari deknotting adalah untuk memisahkan material–material yang memiliki


ukuran dimensi yang lebih besar daripada saringan yakni untuk memisahkan chip–
chip yang tidak matang dari pulp (knot).

2. Washing (Pencucian)

Pencucian dilakukan untuk memisahkan serat dari kotaran–kotoran yang dapat larut
dalam air yang terdiri dari senyawa organik (lignin) dan senyawa anorganik (soda)
yang merupakan sisa bahan kimia pemasak.

Universitas Sumatera Utara


3. Screening (Penyaringan)

Tujuan dari penyaringan pada tahap ini adalah untuk memisahkan kotoran–kotoran
berdasarkan berat dan dimensi lebih besar daripada serat (fiber).

2.6.4. Tahap Delignifikasi Oksigen

Proses delignifikasi oksigen merupakan kelanjutan dari proses pemasakan di digester


yang tujuannya untuk menurunkan kadar lignin dalam pulp sebelum dilakukan
proses pengelantangan (bleaching). Bahan kimia yang aktif dalam proses reaksi
delignifikasi oksigen adalah gas oksigen dan lindi putih (NaOH, Na2S dan Na2CO3)
khusus nya NaOH yang ditambahkan untuk memperoleh suasana basa.

2.6.5. Tahap Pemutihan (Bleaching)

Pemutihan telah dirancang untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp dan


kemurnian pulp. Tahap ini mampu menghilangkan atau memutihkan bahan berwarna
(khromofor) dari pada pulp.

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai sebuah lanjutan proses pemasakan


yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pada pulp.
Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang
tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk
menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu, ini harus dihilangkan atau diputihkan.
Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga merupakan faktor lain yang penting
dalam proses pemutihan.

Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin
yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi
akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, sehingga
menghasilkan kualitas pulp yang rendah.

Pada normalnya pada proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp


kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin merupakan

Universitas Sumatera Utara


kehilangan sebagian dari hasil pada proses pemutihan, yang mana ini adalah
diantara 5% sampai dengan 10% (dihitung dari mulai pulp yang telah selesai
dimasak), tergantung kepada metoda pemasakan dan sasaran brightness dari pulp.

Tujuan dari proses pemutihan adalah untuk menghasilkan derajat putih


(brightness) pulp,meningkatkan kemurnian pulp, mengurangi kandungan resin
dengan cara menghilangkan lignin yang tersisa pada proses pemasakan dan
delignifikasi oksigen. Parameter dasar dalam proses bleaching pulp adalah jenis
bahan kimia yang digunakan, strenght bahan kimia, waktu, temperatur, dan pH yang
terdapat dalam setiap tahapan proses bleaching (Anonim, 1995).

Menurut Fengel,D.1995 mengatakan bahwa banyak nya lignin yang tersisa


(biasanya dinyatakan dalam bilangan kappa) merupakan kriteria apakah pulp akan
digunakan sebagai kualitas kertas yang tidak akan dikelantang atau kertas kualitas
cetak yang dikelantang. Biasanya pulp yang tidak dikelantang mempunyai warna
gelap (derajat putih rendah), yang terutama disebabkan oleh gugus-gugus khromofor
dalam lignin yang tersisa, yang dibentuk selama pemasakkan alkalis.

Adapun bahan kimia yang digunakan dalam proses bleaching adalah Klorin,
Kaustik dan Klorin Dioksida. Berikut dampak variasi dari setiap bahan kimia
bleaching ;

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.6.5. Dampak Variasi Dari Setiap Bahan Kimia Bleaching

Komposisi dan karateristik pulp


Bahan Lignin dan
Kimia Senyawa Hemiselulosa Ekstraktif Shive
Lignin
Terlarut dan
Dapat Dapat
Klorin hilang Berdampak kecil
dihilangkan dikurangi
sebagian

Lignin Dapat
diokisidasi, larut/dihilangkan Dapat Dapat
Kaustik
dilarutkan dan dengan level dihilangkan dikurangi
dihilangkan berbeda

Berdampak kecil
Klorin Dioksidasi dan Dapat Dapat
diluar kondisi yang
Dioksida dihilangkan dihilangkan dikurangi
tepat
Sumber : Buku Manual Training PT.Riau Andalan Pulp And Paper, Bleaching
Plant.

Proses pemutihan ini terdiri dari 4 tahapan (Lampiran 2), yakni adalah :

2.6.5.1.Tahap 1 Klorin Dioksida (D0)

Proses pemutihan pada tahap ini, bahan yang digunakan dengan jenis Element
Chlorine Free (ECF), dimana tidak menggunakan unsur klor (Cl2) murni tetapi
menggunakan senyawa Klorin Dioksida (ClO2).

Pada proses klorinasi terhadap pulp, gas klorin harus larut dan bereaksi secara
menyebar terhadap serat pulp. Reaksi klorin dengan lignin adalah sangat cepat
dimana klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan subsitusi. Reaksi–reaksi ini
mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap
klorinasi

Subtitusi : Cl2 + (lignin) (lignin) – Cl + HCl

Oksidasi : Cl2 + (lignin) (lignin teroksidasi) + 2HCl

Universitas Sumatera Utara


Tujuan dari tahap ini untuk merusak dan memisahkan struktur lignin yang
terdapat dalam selulosa. Derajat kecerahan yang diperoleh pada tahap ini adalah 40 –
65 % ISO.

Kondisi pemutihan di tahap D0 ini adalah;

1. Konsitensi : 11 %
2. Suhu : 70-73oC
3. pH : 2.4 – 2.6
4. Waktu reaksi : 60 menit
5. Brightness : 63 – 65 % ISO

Penambahan klorin dioksida pada tahapan pertama di proses bleaching


mempunyai banyak keuntungan yaitu ;

1. Pemakaian bahan kimia lebih sedikit,


2. Hasil yang lebih tinggi dan biaya yang lebih murah,
3. Shive dan dirt yang lebih sedikit,
4. Brightness lebih stabil,
5. BOD dan COD lebih rendah.

Variabel-variabel yang berpengaruh pada tahap D0 adalah ;

1. Pemakaian klorin

Pemakaian klorin merupakan faktor yang paling penting dalam delignifikasi dan
dapat menyebabkan kerusakan selulosa. Pemakaian klorin didasarkan pada
kebutuhan dalam menghilangkan kandungan lignin. Penghilangan lignin dapat
diukur dengan tahap klorinasi dan tahap ekstraksi kaustik. Unbleach pulp yang
memiliki 10 kappa number, pada tahap klorinasi dan ekstraksi mampu
menghilangkan 80% lignin, yang akan diproduksi pulp pada Post EO yang memiliki
kappa number sekitar 2.0. (kappa number adalah derajat pengukuran kandungan
lignin oleh pemakaian permanganat)

Catatan penting bahwa degradasi selulosa dapat terjadi berdasarkan pada


pemakaian klorin. Pada temperatur tinggi, klorin akan terpakai dengan sempurna.

Universitas Sumatera Utara


Namun, pada suhu rendah residual klorin akan tinggal di dalam pulp pada saat keluar
dari tabung klorinasi.

2. Temperatur

Suatu reaksi dapat terjadi dengan cepat pada temperatur yang tinggi dan lambat pada
temperatur yang rendah. Temperatur yang ditingkatkan setidaknya meningkatkan
dengradasi pulp. Tinggi nya temperatur juga dapat meningkatkan pemakaian klorin
dan jika jumlah pemakaian ini tidak dikontrol, hal tersebut akan meningkatkan
degradasi.

3. Waktu

Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu reaksi pada saat
parameter-parameter lainnya dijaga tetap. Hal ini secara terus menerus berkurang
setelah suatu reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk
menghilangkan lignin, sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti
dengan sebuah akhir delignifikasi yang lambat. Masing-masing mereka disebut
eliminasi lignin yang bersifat mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat.

4. Pengadukkan

Pengaduk dipakai untuk menjamin hasil pengadukan yang sempurna. Tujuan dari
pengadukkan adalah untuk penyebaran klorin dioksida dan klorin secara merata
didalam pulp. Pengadukkan yang baik sangat penting dalam kendali kemampuan
sensor on-line dalam tahap klorinasi. Pengadukkan yang buruk dapat mengakibatkan
hilangnya strenght pulp dan residual klorin kurang sempurna bereaksi
(Anonym,1994).

2.6.5.2. Tahap 2 Ekstraksi & Oksidasi (E&O)

Pada tahap ini merupakan reaksi ekstraksi dan oksidasi yang tujuan untuk melarutkan
dan mengoksidasi lignin dan resin yang dipisahkan. Pada tahap ini, bahan kimia
yang digunakan adalah NaOH (Ekstraksi), Oksigen (Oksidasi). Derajat keputihan
yang diperoleh pada tahap ini adalah 66 – 80 % ISO.

Universitas Sumatera Utara


Adapun kondisi pemutihan pada tahap E&O ini adalah:

1. Konsitensi : 11-12%
2. Suhu : 80-90oC
3. pH : 10.8-11.58
4. Waktu reaksi : 90-120 menit
5. Brightness : 80-82 % ISO

2.6.5.3. Tahap 3 Dioksida I (D1)

Pada tahap ini merupakan tahap utama yang terjadi antara klorin dioksida (ClO2) dan
lignin yang bertujuan untuk meningkatkan derajat putih pulp. Bahan kimia yang
digunakan adalah klorin dioksida (ClO2).

Penambahan ClO2 pada tahap ini lebih sedikit dibandingkan pada tahap D0,
dengan konsentrasi kimia yang lebih rendah, reaksi klorin dapat terjadi dengan waktu
yang lebih lama dan dengan temperatur yang lebih tinggi dari pada pada tahap D0
tanpa mengurangi hasil dan kekuatan serat pulp. Derajat keputihan yang diperoleh
pada tahap ini adalah 88 – 89.0 % ISO.

Adapun kondisi pemutihan pada tahap ini adalah:

1. Suhu : 70-75oC
2. pH : 4.0-4.5
3. Waktu reaksi : 180 menit
4. Brightness : 88.5-89.5 % ISO

2.6.5.4. Tahap 4 Dioksida II ( D2)

Pada tahap ini bertujuan untuk lebih meningkatkan derajat keputihan hingga 89.0 –
90.5 % ISO. Bahan kimia yang digunkan adalah klorin dioksida (ClO2) dan SO2. SO2
digunakan untuk menetralkan residual klorin dioksida.

Universitas Sumatera Utara


Tahap D2 dalam tahap bleaching yang dirancang dan dioperasikan sama
seperti tahap D1 yang semua kandungan lignin telah dihilangkan. Penambahan ClO2
pada tahap ini adalah untuk menghilangkan senyawa lain yang mengandung warna
dalam pulp untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp.

Adapun kondisi pemutihan pada tahap ini adalah:

1. Konsitensi : 10-13%
2. Suhu : 70-75oC
3. pH : 4.0-4.5
4. Waktu reaksi : 180 menit
5. Brightness : 90-90.5 % ISO

Pulp setelah tahap pemutihan dikirim ke tempat penyimpanan yang disebut


High Density Bleach Tower (HDT) yang selanjutnya diolah ke pulp mesin untuk
dibuat lembaran pulp dan kertas (Anonim, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2.7. Bilangan Kappa (Kappa Number)

Bilangan kappa merupakan kandungan lignin dalam pulp yang menandakan derajat
delignifikasi. Hubungan antara kappa number dengan kandungan lignin adalah

% Lignin = 0.147 x Kappa Number

Sebelum kappa masuk kedalam proses bleaching, maka perlu dilakukan


pengukuran bilangan kappa pada tahap sebelum nya:

1. Bilangan kappa pada Pre-O2

Tujuan dari pengukuran bilangan kappa pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi
keefektifan proses pemasakan pulp sebelum nya dan sebagai referensi untuk
mengetahui reduksi kappa pada tahap selanjut nya sehingga akan dikehendaki
seberapa banyak bahan kimia yang akan diberikan pada tahap delignifikasi oksigen.

2. Bilangan kappa pada Post-O2

Tujuan dilakukan pengukuran tahap ini adalah untuk mengevaluasi keefektifan


proses delignifikasi oksigen dan untuk memprediksi konsumsi bahan kimia pada
proses bleaching

Bilangan kappa yang terlalu tinggi yang masuk kedalam proses bleaching,
akan menyebabkan tinggi nya bahan kimia yang dibutuhkan, susah untuk di
bleaching, serta memungkinkan untuk terjadi masalah pada produk akhir pulp seperti
dirt count dan shive, dan kontribusi meningkat nya COD (Chemical Oxygen
Demand), sedangkan jika bilangan kappa terlalu rendah, kebutuhan bahan kimia
pada proses bleaching juga rendah, mudah untuk di bleaching, tetapi memungkinkan
terjadinya kerusakan serat (Anonim, 2000).

Dibawah ini adalah beberapa kemungkinan penyebab serta tindakan yang


disarankan jika harga bilangan kappa tinggi ;

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.7. Penyebab Ketidakstabilan Bilangan Kappa

No Kemungkinan Penyebab Tindakan Yang Disarankan


Menstabilkan pH di range
Tidak stabil nya pH reaksi dalam (10.8–11.2) untuk memperoleh
a. proses O2 delignifikasi sehingga reaksi yang optimal. Sehingga
reaksi degradasi lignin tidak efektif degradasi lignin terjadi secara
efektif
Untuk memperoleh proses reaksi
temperatur yang efektif di O2
Temperatur di O2 reaktor tidak stabil
b. Reaktor;
sehingga proses reaksi kurang efektif
Pre -O2 reaktor : 80oC – 85oC
Post-O2 reaktor : 90oC – 105oC
Tinggi-rendah konsitensi dikontrol
Konsistensi inlet reaktor yang tidak
dengan mengefektifkan dilution.
c. stabil yang disebabkan banyak nya
Konsitensi pulp optimal 9.0 – 10.5
dilution pada dilution screw
.
Rendahnya tekanan di tahap Pre-O2
Meningkatkan tekanan optimal
dan Post-O2 yang diberikan pada O2
pada O2 rektor;
d. Reaktor, sehingga proses delignifikasi
Pre -O2 reaktor : 5 bar
lignin berlangsung sangat cepat dan
Post-O2 reaktor : 2–3 bar
tidak efektif
Lemah nya sensor pembacaan pH,
Temperatur, Tekanan, Flow meter dan
Kappa analyzer sehingga data kurang Lakukan maintenance dan
e. akurat di lapangan dengan data di pengontrolan sensor secara berkala
DCS, sehingga mempengaruhi proses dan se-efektif mungkin.
reaksi dan penggunaan serta suplai
bahan kimia.
Perlunya dilakukan “flushing”
(dibersihkan) dengan tekanan
Terbentuknya scaling pada tabung O2 tinggi, sehingga proses degradasi
f. rekator yang mengakibatkan retention lignin di O2 reaktor terjadi secara
time reaksi terlalu cepat efektif.
Rt di pre-O2 = 20 menit
Rt di Post-O2 = 60 menit

Faktor dari tahapan digester dan Pengontrolan seefektif mungkin


g
kualitas chip serta jenis kayu pada setiap tahap

Sumber : PT.Riau Andalan Pulp And Paper, P.E. Fiberline Departmen

Universitas Sumatera Utara


Adapun Parameter yang mempengaruhi harga bilangan kappa dalam proses
sebelum tahapan bleaching adalah:

a. Temperatur

Kappa number dipengaruhi oleh temperatur proses, hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi suhu yang digunakan pada proses delignifikasi oksigen di O2 reaktor
maka harga bilangan kappa akan semakin rendah, karena suhu yang tinggi
mengoptimalkan kinerja O2 dalam mendegrasi lingin dapat terjadi dengan sempurna,
sehingga diperoleh harga bilangan kappa yang rendah. Begitu sebalik nya, apabila
suhu reaktor proses rendah, maka degradasi lignin kurang efektif.

b. Waktu

Kappa number berbanding terbalik dengan waktu, dimana harga bilangan kappa akan
menurun seiring lama nya waktu reaksi dan proses itu terjadi. Ini menunjukan bahwa
lebih mudah mendegradasi lignin dengan waktu yang lama dibandingkan dengan
waktu yang cepat.

c. pH reaksi

pH berpengaruh terhadap reaksi degradasi lignin. Oleh karena itu, jika pH reaksi
rendah/tinggi menyebabkan reaksi tidak berlangsung sempurna sehingga penurunan
bilangan kappa tidak efektif.

d. Konsitensi

Konsitensi sangat berpengaruh terhadap dosis kimia yang berperan aktif dalam
mendegradasi senyawa lignin dalam pulp. Oleh karena itu semakin tinggi konsitensi
maka dosis kimia menjadi tidak seimbang, sehingga penurunan bilangan kappa
kurang efektif, namun sebaliknya apabila terlalu rendah maka oksigen (dalam O2
reaktor) lebih banyak bereaksi dengan liqour dibanding pulp sehingga harga bilangan
kappa masih tinggi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI

3.1. Peralatan dan Bahan

3.1.1. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah :

1. Peralatan Gelas
a. Pipet
b. Beaker 2000 ml Vit Lab
c. Termometer 100oC
d. Corong Bucher
e. Pipet Tetes
f. Buret Digital 25 ml Brinkman
g. Tabung Reaksi
h. Labu Filtrat
2. Stopwatch VWR
3. Kertas Saring
4. Pengukur Slinder
5. Timbangan Neraca Analitik Metteler Toledo
6. Magnetic Stirer
7. Botol Deminwater 200 ml
8. Oven
9. Mesin Stirer Pyro Multi Magnetstir
10. Penyaring Mesh Shieve
11. Vacum Sheet

Universitas Sumatera Utara


12. Unbleach Tower (High Density Tower)

Suatu wadah penyimpanan bubur pulp sementara setelah melalui proses pemasakan
sampai proses pencucian sebelum ke tahap proses pemutihan.

13. Dillution Screw

Suatu alat yang berfungsi untuk mengurangi konsitensi bubur pulp menjadi 10 – 12
% dan berfungsi sebagai tempat penambahan dilusi.

14. Stand Pipe

Untuk menerima bubur pulp dari dillution screw dan mengantarkan bubur pulp
secara konstan ke Pompa medium konsitensi.

15. Pompa Medium Konsitensi

Untuk menghantarkan bubur pulp dari stand pipe melewati Mixer ke menara D0.

16. Mixer (Alat Pencampur)

Alat yang befungsi untuk mencampurkan bahan kimia Klorin Dioksida dengan bubur
pulp secara merata.

17. Menara Klorin Dioksida (Chlorine dioxide D0 Tower)

Menara klorin dioksida adalah tanki untuk mereaksikan bubur pulp dengan bahan
kimia ClO2 sehingga bubur pulp coklat akan menjadi agak putih dengan terjadinya
reaksi tersebut.

18. Twin Roll Press Washer (Alat Pencuci)

Alat pencuci bubur pulp yang berasal dari Menara klorin dioksida D0 sehingga
klorin dioksida dapat larut dan tidak terikut kedalam proses pemutihan selanjutnya.

19. Filtrat Tank (Tanki Filtrasi)

Merupakan tanki penampungan larutan pencuci dari tahap D0. Larutan pencuci yang
ditampung berasal dari alat pencuci (Twin roll press washer).

Universitas Sumatera Utara


3.1.2. Bahan

Bahan–bahan yang digunakan adalah :

1. Bubur pulp
2. Klorin Dioksida
3. Asam Sulfat
4. Air
5. Larutan KMnO4 0.1 N
6. Larutan Na2S2O3 0.1 N
7. Larutan H2SO4 4 N
8. Larutan KI 1 N
9. Indikator Starch
10. Air Demineralisasi

3.2. Prosedur Kerja Pemutihan Di Tahap D0 dan Penentuan Harga Bilangan


Kappa

3.2.1. Prosedur Kerja Pemutihan Pulp Di Tahap D0 Di Lapangan

Untuk menyelesaikan permasalahan yang akan dibahas, adapun metoda kerja yang
dilakukan dilapangan adalah:

a. Mengamati proses pencucian pulp (washing plant) sampai ke proses


pengelantangan pulp (bleaching plant) untuk memperoleh brightness dan
chemical consumption dimana data diperoleh dari DCS (Distribusi Control
System).
b. Mempelajari fungi peralatan yang digunakan pada proses pengelantangan pulp.
c. Mengamati, mempelajari dan mencatat variable-variabel operasi yang
dibutuhkan dalan membahan permasalahan yang dibuat oleh penulis.
d. Mengambil data yang dibutuhkan di DCS (Distribusi Control System).

Universitas Sumatera Utara


Prosedur kerja yang dilakukan :

1. Bubur pulp yang telah mengalami proses pencucian ditampung di Unbleach tower
(High density Tower). Pulp dari Unbleach HD tower dipompakan menuju Twin
Roll Press Washer.
2. Dicuci pulp di Twin Roll Press Washer, dikontrol konsitensi pulp yang akan
keluar dari washer sekitar 30-32%.
3. Dialirkan Bubur pulp yang telah dicuci menuju kedalam dillution screw lalu
diinjeksikan dilusi Asam Sulfat (H2SO4) kedalam nya untuk menghasilkan stock
pulp bersuasana asam dengan pH sekitar 2.0–2.5, ditambahkan air panas dengan
tekanan rendah untuk memanaskan stock pulp hingga mencapai temperatur 70o C.
Dikontrol pH bubur pulp dan konsitensi pulp yakni sekitar 10–12 %.
4. Stock pulp yang berkonsistensi 10-12 % masuk kedalam stand pipe lalu
dipompakan menuju mixer (alat pencampur) dengan kecepatan pompa yang
bervariasi bergantung kapasitas produksi.
5. Ditambahkan klorin dioksida (ClO2) kedalam mixer, lalu dilakukan pengadukan
secara merata didalam mixer.
6. Dipompa bubur pulp yang telah tercampur dengan ClO2 ke menara klorinasi D0
stage dengan kecepatan pompa yang bervariasi. Agar reaksi terjadi sempurna
maka periode waktu yang dibutuhkan adalah selama 60 menit di menara D0.
7. Dikeluarkan stock pulp dari bagian atas menara klorinasi secara gravitasi dan
dipompa menuju Twin Roll Press Washer selanjutnya untuk dilakukan pencucian.
8. Dipompakan kembali Stock pulp menuju dillution screw lanjutan untuk dikirim ke
tahapan pemutihan selanjutnya.

3.2.2. Prosedur Verifikasi Penentuan Bilangan Kappa Secara Laboratorium

Prosedur penentuan bilangan kappa ini dilakukan untuk memverifikasi kemampuan


sensor kappa analyzer yang digunakan selama proses bleaching berlangsung dalam
menganalisa kappa number.

Universitas Sumatera Utara


Pengambilan sampel dilakukan pada tangki Twin Roll Press 2nd Post milik
PT. Riau Andalan Pulp And Paper. Dalam hal ini pengambilan sampel dilakukan
setiap 1 kali per shift apabila pabrik melakukan proses setiap hari.

Proses pengambilan sampel :

Diambil sampel dengan menggunakan ember kecil, dengan cara dicedokkan ember
tersebut ke dalam washer tank. Sampel inilah kemudian yang akan dianalisa di
Laboratorium Quality control.

a. Persiapan Sampel

1. Diaduk sampel selama 1 menit


2. Dibilas sampel dengan air denim dengan menggunakan penyaring mesh untuk
memisahkan shive dari pulp yang akan dianalisa.
3. Dimasukkan 10–15 gram pulp lalu ditambahkan 400 ml air denim dan diaduk.
4. Diletakkan kertas saring pada corong bucher, disaring dengan vacum sampai
kering
5. Didiamkan sampel selama 20 menit pada suhu kamar diatas timbangan sampel
pad.
6. Di bagi sampel dalam 2 bagian ;
a. Ditimbang 2-3 gram pulp untuk diukur berat oven dry nya. dikeringkan dalam
oven dengan suhu 150oC, lalu dicatat berat nya.
b. sampel yang lainnya di lakukan untuk analisa penentuan bilangan kappa,
ditimbang berat nya.

Universitas Sumatera Utara


b. Prosedur Kerja

1. Diisikan 800 ml air denim kedalam beaker lalu ditambahkan 100 ml larutan
H2SO4 4 N.
2. Dimasukkan sampel kedalam beaker lalu dimasukkan magnetik stirer kedalam
beaker dan diletakkan diatas stirer pad dan dinyalakan.
3. Diaduk larutan hingga fiber homogen.
4. Ditambahkan 100 ml larutan KMnO4 0.1 N lalu diamkan selama 10 menit
sambil diaduk dengan menggunakan magnetik stirer.
5. Ditambahkan 20 ml larutan KI 1 N.
6. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga terjadi perubahan warna dari
merah jingga menjadi kuning pudar.
7. Ditambahkan 3 tetes indikator Starch.
8. Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0.1 N hingga terjadi perubahan warna dari
abu-abu menjadi tidak berwarna.
9. Dicatat volume titrasi yang terpakai dan suhu.
10. Dilakukan percobaan diatas tanpa sampel untuk uji kosong. Catat volume nya.

c. Pengamatan Selama Penentuan Bilangan Kappa

Selama pengujian bilangan kappa yang dapat penulis amati adalah pulp yang akan
dianalisa itu berwarna hitam gelap. Ketika pulp dicuci bersih di atas saringan mesh
shive, maka pulp berubah warna coklat agak terang. Lalu disaring dan dikeringkan,
kemudian di oven dengan temperatur 150oC warnanya tetap. Setelah penambahan air
denim, maka terbentuk larutan homegen berwarna agak kuning (keruh). Lalu dengan
penambahan KMnO4 dalam beberapa waktu warna larutan berubah dengan warna
merah jingga.
Selama proses analisa penulis juga mengamati perubahan–perubahan yang
terjadi waktu titrasi dan penambahan indikator. Pulp dititrasi dengan larutan
Na2S2O3, terjadi perubahan warna dari larutan berwarna merah jingga menjadi
kuning pucat lalu ditambahkan KI dan Indikator starch, larutan nya berubah menjadi

Universitas Sumatera Utara


warna abu-abu. Setelah itu dititrasi kembali dengan Na2S2O3 maka larutan akan
berubah menjadi tidak bewarna pada titik akhir titrasi nya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan hubungan pengaruh
kappa number terhadap jumlah pemakaian ClO2 untuk mencapai target brightness di
PT. Riau Pulp and Paper di tahap D0 unit bleaching Fiberline 2. Kayu yang olah
adalah kayu berserat pendek (kayu keras) jenis pohon Accasia.

Data-data yang diperoleh pada tahap D0 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Data Pengamatan Lapangan Pada Proses Bleaching di Tahap D0

Soda Inlet
Suhu ClO2 Brightness
No pH Loss Kappa
(OC) (Kg/Adt) (ISO)
(Kg/Adt) Number
1 < 73oC < 2,6 < 15 9,51 29,05 67,53
o
2 < 73 C < 2,6 < 15 9,33 28,91 67,02
o
3 < 73 C < 2,6 < 15 9,26 28,12 66,54
o
4 < 73 C < 2,6 < 15 9,14 26,78 66,38
o
5 < 73 C < 2,6 < 15 9,12 28,13 67,82
o
6 < 73 C < 2,6 < 15 9,09 26,34 66,68
o
7 < 73 C < 2,6 < 15 9,03 26,57 66,55

8 < 73oC < 2,6 < 15 9,01 26,55 66,25

9 < 73oC < 2,6 < 15 8,79 25,88 66,26


Sumber : Distibution Control System (DCS) PT.Riau Andalan Pulp and Paper

Universitas Sumatera Utara


4.2.Perhitungan

4.2.1. Perhitungan Jumlah Pemakaian ClO2

Penggunaan dosis kimia ClO2 (kg/adt) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
adalah:

.
ClO2 (kg/adt) =

ClO2 aktif = 2.63.

Contoh ;

1. Perhitungan Dosis ClO2 di Bleaching Plant ;

a. Diketahui;

Production rate : 3000 T/d

Flow ClO2 : 54.6 l/s

Strenght ClO2 : 9.7 g/l

b. Ditanya : jumlah dosis ClO2 di bleaching plant.....?

Penyelesaian :

. .
ClO2 (kg/adt) =

. . . .
=

= 40.115 kg/T

Maka total pemakaian ClO2 yang dibutuhkan untuk semua stage bleaching adalah
40.115 kg/T.

Universitas Sumatera Utara


2. Penggunaan ClO2 di tahap D0 line 1 adalah :

a. Diketahui :

Production rate : 1500 T/d

Flow ClO2 : 18 l/s

Strenght ClO2 : 9.7 g/l

b. Ditanya : jumlah dosis ClO2 di tahap Do adalah.....?

Penyelesaian :

. .
ClO2 (kg/adt) =

. . .
=

= 26.4 kg/T

Maka penggunaaan dosis kimia klorin dioksida yang digunakan pada tahap D0 line 1
adalah 26.4 kg/T

4.2.2. Perhitungan Untuk Pengujian Kappa Number

Kappa number (K) hanya dinyatakan dalam nilai angka, yang dapat dirumuskan:

E-D f
K = ,
w

f = – 2

dimana;

K : adalah Harga penentuan bilangan kappa

D : adalah Volume larutan natrium tiosulfat yang digunakan untuk penentuan (ml)

Universitas Sumatera Utara


E : adalah Volume larutan natrium tiosulfat yang digunakan dalam uji kosong (ml)

F : adalah Faktor koreksi untuk pengunaan permanganat yang digunakan;


(Lihat faktor secara komputerisasi ).

W : adalah Berat bahan kering yang telah diovenkan ( gr )

Contoh Penghitungan Nilai Bilangan Kappa:

Massa uji bahan kering yang dioven (m) : 1.0965 gr

Volume larutan Natrium Tiosulfat yang digunakan


yang diasumsikan dalam uji kosong (E) : 52.80 ml

Volume larutan Natrium Tiosulfat yang digunakan


yang diasumsikan dalam uji penentuan (D) : 29.54 ml

Faktor koreksi, f : (52.8 – 29.54) x 2 = 46.52.


Koreksi komputer ( f ) : 0.421
52.8 – 29.54 x 0.375
Kappa number , X : = 8.95
1.0965

Universitas Sumatera Utara


4.3. Perhitungan Kappa Number Optimum Terhadap Jumlah Pemakaian ClO2
Dengan Metode Least Square.

Tabel 4.3.1 Data Kappa Number Terhadap Jumlah Pemakaian ClO2

Pemakaian ClO2
Kappa Number (Kg/Adt)
9,51 29,05
9,33 28,91
9,26 28,12
9,14 26,78
9,12 28,13
9,09 26,34
9,03 26,57
9,01 26,55
8,79 25,88

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.2 Data Metode Least Square Kappa Dengan Pemakaian ClO2

No X Y X2 Y2 XY
1 9,51 29,05 90,44 843,903 276,27
2 9,33 28,91 87,05 835,788 269,73
3 9,26 28,12 85,75 790,734 260,39
4 9,14 26,78 83,54 717,168 244,77
5 9,12 28,13 83,17 791,297 256,55
6 9,09 26,34 82,63 693,796 239,43
7 9,03 26,57 81,54 705,965 239,93
8 9,01 26,55 81,18 704,903 239,22
9 8,79 25,88 77,26 669,774 227,49
∑ 82,28 246,33 752,56 6753,33 2253,76

Keterangan :

X = Kappa Number

Y = Jumlah Pemakaian ClO2 (kg/adt)

Persamaan Regresi : Y = aX + b

Dimana :

n(xy) - (x)(y)
a =
n( x 2 )  ( x) 2

9 (2253,76)- (82,28) (246,33)


=
9(752.,6) - (82,28)2

20283,84 - 20268,0324
=
6773,07 - 6769,9984

Universitas Sumatera Utara


15,8076
=
3,0758

a = 5,1393

(x 2 )(y) - (x)(xy)


b =
n( x 2 )  ( x) 2

(752,56) (246,33)- (82,28) (2253,76)


=
9 (752,56)- (82,28)2

185378,1048 - 185439,3728
=
6773,04 - 6769,9984

- 61,2680
=
3,05

b = -20,0878

Maka diperoleh persamaan garis yang regresinya sebagai berikut:

Y = 5,1393 X – 20,0878

Untuk memperoleh harga Y dengan memasukan harga X (kappa number)

Yn = 5,1393 (Xn) – 20,0878

Untuk harga Y pada data 1;

Y1 = 5,1393 (9,51) – 20,0878

= 5,1393 (9,51) – 20,0878

= 28,79

Untuk data berikutnya, Harga Y ke-n dapat dihitung dengan persamaan yang sama.
Data dapat dilihat di tabel 4.4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3.3 Data Tabel Analisa Garis Regresi Linear
Data Ke - X Y
1 9.51 28,79
2 9.33 27,86
3 9.26 27,50
4 9.14 26,89
5 9.12 26,78
6 9.09 26,63
7 9.03 26,32
8 9.01 26,22
9 8.79 25,09

Untuk menentukan apakah terdapat hubungan korelasi antara X (kappa


number) dan Y (jumlah pemakaian ClO2) maka dapat ditentukan dengan memakai
rumus koefisien korelasi sebagai berikut:

n(xy) - (x)(y)
r =
n(x 2 ) - (x)2 . n(y 2 )  (y)2

9(2253,76)- (82,28) (246,33)


=
9(752,56)- (82,28)2 . 9(6753,33)  (246,33) 2

15,8076
=
1,74 . 10,0748

15,8076
=
17,5660

r = 0.9

Universitas Sumatera Utara


Menghitung kappa number optimum terhadap jumlah pemakaian ClO2 yang
harus dibutuhkan pada menara klorinasi di tahap D0 adalah

Target ClO2 tahap D0 = 27 kg/adt, maka kappa number optimum harus ;

Yn = 5,1393(X) – 20,0878

27 = 5,1393 (X) – 20,0878

27  20,0878
x =
5,1393

47,0878
=
5,1393

= 9,15 K.No

Jadi jumlah kappa number optimum dalam proses pemutihan tahap D0 adalah 9.15

Universitas Sumatera Utara


4.4. Pembahasan

Klorin dioksida (ClO2) adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan di tahap dioksida
awal bleaching, dimana berfungsi untuk mendegradasi dan melarutkan senyawa
lignin dan zat ekstraktif lainnya yang larut dalam suasana asam.

Tujuan utama penambahan ClO2 adalah supaya mencapai target brightness


yaitu 66 % ISO dimana temperatur dan pH yang berkisar 2.4 - 2.6 harus dijaga
konstan di D0 stage, yang mana jika pH pulp dibawah 2 menyebabkan serat pulp
terdegradasi sedangkan jika pH nya lebih dari 4 tidak akan memberikan hasil yang
maksimal.

Tahapan pengelantang ini merupakan tahapan penting yakni tahapan


delignifikasi, dimana degradasi senyawa lignin dalam pulp (bilangan kappa) dan
senyawa ekstraktif lainnya dengan senyawa kimia terjadi secara maksimal oleh
karena itu pemakaian bahan kimia ClO2 sangat bergantung pada jumlah lignin
(kappa).

Dari data hasil pengamatan dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai


pengaruh bilangan kappa terhadap jumlah konsumsi ClO2, semakin besar bilangan
kappa maka jumlah konsumsi ClO2 yang digunakan semakin tinggi, dan sebaliknya,
jika bilangan kappa sedikit maka jumlah konsumsi ClO2 juga rendah, jadi bilangan
kappa terhadap jumlah pemakaian ClO2 berbanding lurus.

Dari hasil perhitungan secara matematik dengan garis regresi Y = 5,1393 -


20,0878. diperoleh kappa number optimum adalah 9,15 K.No untuk pemakaian
ClO2 yang sebesar 27 Kg/adt. Berdasarkan pengamatan, tinggi nya konsumsi ClO2
target karena ada nya ganguan selama proses washing dan delignifikasi oksigen
menyebabkan tinggi nya bilangan kappa sedangkan rendahnya konsumsi ClO2 target
disebabkan karena parameter seperti temperatur, pH, soda loss telah dijaga konstan
dan kandungan lignin (bilangan kappa) di kontrol secara efektif.

Universitas Sumatera Utara


Dari grafik kita dapat melihat hubungan bilangan kappa dengan konsumsi
ClO2 pulp, jumlah pemakaian ClO2 harus dikontrol karena jika ClO2 digunakan
berlebihan akan menghasilkan brightness tinggi tetapi serat pulp rusak dan biaya
produksi semakin tinggi dan sebaliknya jika konsumsi ClO2 kurang maka brightness
tidak akan mencapai target yang diinginkan, jadi harus perlu memperhatikan
keseimbangan pemakaian dan hasil supaya antara produsen dan konsumen saling
menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang dilakukan selama praktek kerja
lapangan di P.T. Riau Andalan Pulp and Paper,Tbk dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin besar bilangan kappa pada tahap D0 bleaching maka pemakaian ClO2
akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin kecil bilangan kappa maka jumlah
pemakaian ClO2 yang digunakan akan semakin kecil.

2. Dari hasil data yang diperoleh, pemakaian ClO2 dari harga bilangan kappa
dimana: dengan harga bilangan kappa 9,51 maka diperlukan pemakaian ClO2
sebanyak 29,05, selanjutnya dengan harga bilangan kappa 9,33 maka diperlukan
pemakaian ClO2 sebanyak 28,91 , selanjutnya dengan harga bilangan kappa 9,26
maka diperlukan pemakaian ClO2 sebanyak 28,12 , selanjutnya dengan harga
bilangan kappa 9,14 maka diperlukan pemakaian ClO2 sebanyak 26,78,
selanjutnya dengan harga bilangan kappa 9,12 maka diperlukan pemakaian ClO2
sebanyak 28,13 , selanjutnya dengan harga bilangan kappa 9,09 maka diperlukan
pemakaian ClO2 sebanyak 26,34 , selanjutnya dengan harga bilangan kappa 9,03
maka diperlukan pemakaian ClO2 sebanyak 26,57 , selanjutnya dengan harga
bilangan kappa 9,01 maka diperlukan pemakaian ClO2 sebanyak 26,55 ,
selanjutnya dengan harga bilangan kappa 8,79 maka diperlukan pemakaian ClO2
sebanyak 28,91 .
Berdasarkan data target pemakaian ClO2 di tahap D0 adalah 27 kg/adt maka
kappa optimum adalah sebesar 9,15 K.No

Universitas Sumatera Utara


5.2. Saran

1. Pada proses pemutihan (bleaching) banyak faktor yang mempengaruhi baik-


tidaknya kualitas pulp yang akan dihasilkan. Untuk itu perlu diperhatikan faktor-
faktor tersebut seperti temperatur, pH reaksi, waktu reaksi, COD (Chemical
Oxygen Demand), konsentrasi bahan kimia untuk mendapat kan target brightness
yang dihasilkan .
2. Penggunan dosis ClO2 pada Stage D0 harus dikontrol pada DCS (Distribution
Control System) agar target brightness tercapai dan tidak tidak merusak serat pulp
yang akan dihasilkan
3. Perlu dilakukannya pengontrolan kappa seefektif mungkin, agar harga kappa yang
diperoleh dari setiap tahap proses harus sesuai dengan target yang ingin dicapai,
sehingga dapat mengurangi beban bahan kimia dan mengurangi biaya produksi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2000. Buku Manual Pulp Mill Overview. Kerinci: PT. Riau Andalan Pulp
And Paper,Tbk. Tbk.

Anonim.1995. Buku Manual Proses Pengolahan Pulp And Paper. Kerinci: PT. Riau
Andalan Pulp And Paper Indonesia,Tbk.

Anonim.1994. Bleach Plant Operation Manual. Kerinci: PT. Riau Andalan Pulp
And Paper Indonesia.

Carlon,W.D.1996. Pulp Bleaching. Principle And Practice. Georgia: TAPPI Press

Damanauw,J.K .1993. Mengenal Kayu. Semarang: Kanisus.

Fengel.D.1995. Kayu Kimia Ultra Struktur. Yogyakarta: Kanisus.

Scott, William.E.1995. Properties Of Paper: An Introduction. Georgia: Tappi Press.

Sixta,H.2006. Handbook Of Pulp. Volume 1. Austria: Wiley-Vch.

Sjostrom.E.1995. Kimia Kayu, Dasar-dasar dan Penggunaan. Yogyakarta:


UGM- Press.

Http://www.scientificpsychic.com/fitness/cellulose.gif. (diakses tanggal 18 juli 2012)

Universitas Sumatera Utara


 

   

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRA
AN 1 : Proses Pengolahan Pulp Di PT.Riau And
dalan Pulp And Paper

   

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2 : Proses Alir Tahapan
T Unit Bleaching Di Fib
berline 2

   

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN
L 3 : Grafik Hubung
gan Kappa Num
mber Terhadap Ju
umlah Pemakaiaan ClO2 Pada Tahap
T D0 Di Un
nit Bleaching

GRAFIK
K HUBUNGAN KAPP
PA NUMBER TERHA
ADAP JUMLAH PEMA
AKAIAN ClO2
29.50

29.00

28.50

28.00
PEMAKAIAN ClO2 (Kg/Adt)

27.50

27.00
 
26.50
 
26.00
 
25.50
 
25.00
 
24.50
 
24.00
  8.7 8.8 8.9 9 9
9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6
KAPPA NU
UMBER

  y = 5,1393x - 20,0878
kappa numb
ber‐ClO2 Linearr (kappa number‐CllO2) R² = 0,9
 

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4 : Proses Pengolaahan Pulp di Un
nit Fiberline

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai