ABSTRAK
Minyak bumi dan gas masih menjadi salah satu sumber energi utama di Indonesia.
Perkembangan teknologi eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas lepas pantai
masih perlu banyak inovasi. Salah satu hal penting dalam ekploitasi adalah
konstruksi anjungan lepas pantai. Konstruksi anjungan lepas pantai dibangun di
perusahaan fabrikasi, dimana salah satu tahapan pekerjaanya adalah proses
loadout. Salah satu metode loadout adalah skidding. Metode Skidding adalah
meletakkan jacket di atas skid, kemudian ditarik dengan winch dengan pengaturan
rigging sedemikian rupa sehingga skid akan bergeser pada skidway sehingga dapat
mengangkat jacket hingga ke atas barge. Dalam tugas akhir Analisa Kinerja
Metode Skidding pada Proses Operasi Loadout Struktur Jacket Platform
memerlukan perhitungan respon gerak skip pada saat proses loadout dengan
bantuan software SACS. Pergerakan dari skid ke barge akan menyebabkan
perpindahan letak titik berat dari struktur yang diangkat. Perubahan center of
gravity (COG) saat jacket struktur mulai masuk ke barge sangat perpengaruh pada
pengaturan air ballas. Diharapkan hasil dari penelitian diperoleh analisa kinerja
metode skidding yang efektif, aman dan efisien bagi perusahaan fabrikasi
dikarenakan kegagalan saat proses loadout khususnya skidding akan bisa
menimbulkan kerugian material yang cukup besar.
Kata kunci : Loudout, SACS, Skidding
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI………………………………………………………………... i
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………... 3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………. 3
1.5 Batasan Masalah……………………………………………… 3
i
3.2.3 Permodelan Respon Gerak Skid…………………………… 21
3.2.4 Perhitungan Ballasting pada Kapal Tongkang (Barge)……
3.2.5 Penentuan Pergeseran Center of Gravity (COG)………….. 22
3.3 Jadwal Penyusunan Tugas Akhir…………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan eksplorasi dan eksploitsi minyak bumi dan gas saat ini
tidak hanya sebatas di daratan tetapi sudah mengarah ke perairan lepas pantai.
Indonesia memiliki potensi minyak bumi dan gas yang sangat besar, yakni 7,5
milyar barel. Saat ini masih ada 128 cekungan migas dan gas namun yang masih
dieksplorasi baru 54 cekungan (SKK Migas, 2019). Untuk mengambilnya tentu
saja diperlukan suatu peralatan (struktur) pendukung dengan teknologi yang maju
yang dapat bertahan dari ganasnya terjangan gelombang laut (Greondy, 2016).
Struktur anjungan yang berbeda pun dibutuhkan karena kondisi lingkungan yang
juga berbeda. Dengan kondisi lingkungan perairan yang berbeda, konfigurasi dari
struktur anjungan serta fungsional dari struktur tersebut juga disesuaikan (Maria,
2017).
Dhini (2012) dalam latar belakang tugas akhirnya menjelaskan bahwa
anjungan lepas pantai (Offshore Structure Platfrom) merupakan suatu struktur
yang dipergunakan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi cadangan minyak
bumi dan gas yang berada di lepas pantai baik untuk pengeboran (drilling
platfrom) maupun aktivitas produksi (production platform). Rizal (2012) dalam
tugas akhir design payede memberikan informasi bahwa jenis bangunan lepas
pantai terpancang (fixed offshore platform) tipe jacket paling banyak digunakan di
Indonesia. Jenis bangunan ini sangat ekonomis namun dapat beroprasi diperairan
terbatas dengan rata – rata kedalaman 400 -500 meter. Jacket platform sesuai
dengan perairan Indonesia yang rata – rata kedalamannya kurang dari 100 meter.
Rahmad (2016) dalam analisisnya tentang waktu dan biaya loadout
jacket structure menggunakan metode skidding menjelaskan bahwa anjungan
lepas pantai dibangun di perusahaan fabrikasi anjungan lepas pantai (offshore
fabricator). Ardian (2013) dalam tugas tentang lifting topside jacket menjelaskan
bahwa sebelum anjungan lepas pantai beroperasi, maka anjungan lepas pantai
harus dibawa menuju site tempat dimana akan di install. Proses relokasi
bangunan lepas pantai (deck, jacket, dan pile) dari erection area ke atas barge
dinamakan loadout. Pada proses launching ini salah satu faktor yang harus
1
diperhatikan adalah
stress yang akan diterima dari struktur jacket tersebut. Distribusi beban akan
sangat
berpengaruh terhadap kekuatan jacket. Apabila terjadi konsentrasi beban yang
salah pada suatu titik maka akan menimbulkan kerusakan (damage) pada jacket
(Ari, 2009).
Dalam jurnal offshore installation mengatakan bahwa metode
pemasangan tergantung pada berat dan dimensi fisik jacket dan pada kapasitas
peralatan instalasi. Salah satu metode dalam proses loudout adalah skidding.
Metode Skidding adalah meletakkan jacket di atas skid, kemudian ditarik dengan
winch dengan pengaturan rigging sedemikian rupa sehingga skid akan bergeser
pada skidway sehingga dapat mengangkat jacket hingga ke atas barge. Metode
skidding dapat mengangkat jacket dengan berat lebih dari 2000 ton yang tidak
dapat dilakukan metode lain (Agnis 2013). Keamanan skid selama proses operasi
merupakan hal yang paling riskan dalam proses loadout jaket. Biasanya berat dan
ukuran dari struktur yang diangkat, akan mempengaruhi kinerja dari skid (Arifta
2014). Kegagalan pada proses instalasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada
member lokal, cacat pada transportasi barge, menjungkirbalikkan jacket dan
barge bersamaan, bahkan dapat menyebabkan kehilangan struktur total (Tri,
2013).
Intan (2017) dalam tugas akhirnya menjelaskan pergerakan dari skid ke
barge akan menyebabkan perpindahan letak titik berat dari struktur yang diangkat.
Proses perpindahan titik berat struktur tidak boleh melibihi batas yang telah
ditentukan. Hal ini dikarenakan, perpindahan titik berat yang terlalu signifikan
akan menyebabkan ketidakstabilan pergerakan struktur yang diangkat, sehingga
dapat menyebabkan kegagalan pada saat proses skidding berlangsung.
Tugas akhir ini membahas mengenai “Analisa Kinerja Metode Skidding
pada Proses Operasi Loadout Struktur Jacket Platform”. Evaluasi operabilitas
difokuskan saat proses pengangkatan Jacket Platform.
2
Perumusan masalah dalam tugas akhir tentang “Analisa Kinerja Metode
Skidding pada Proses Operasi Loadout Struktur Jacket Platform” ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana respon gerakan skid pada saat loadout jacket structure ?
2. Bagaimana pergeseran titik COG pada setiap perubahan dimensi dan
titik berat saat jacket masuk ke barge?
3. Bagaimana pengaruh ballasting barge ketika jacket berada diantara skid
dan barge?
3. Menghitung ballasting barge ketika jacket berada diantara skid dan barge
3
6. Dilakukan kajian tentang ballasting karena pada metode skidding proses
penentuan air ballast untuk stabilitas barge sangat penting
BAB II
4
dari offshore platform yang diletakkan di dasar laut dan dengan kuat dihubungkan
dengan pile. Lengan jacket dan brace menyalurkan bebannya menuju pile dan
selanjutnya menuju ke seabed. Jacket ada yang memiliki tiga, empat, lima enam
dan delapan kaki. Jacket yang memiliki tiga kaki biasa dikenal sebagai tripod.
Dan juga terdapat jacket yang hanya memiliki satu kaki yang disebut sebagai
monopod. Antara kaki yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh diagonal
bracing ataupun horizontal bracing yang berfungsi sebagai secondary member.
Hubungan antara kaki-kaki jacket dengan tubular bracing bisa berupa T joint, K
joint, dan X joint. (Chakrabarti, 2005).
Gambar 2.1 : Bagian – bagian Jacket Platform (McClelland & Reifel, 1986)
5
jacket atau deck cukup kuat saat mengalami kondisi kritis. Apabila tidak cukup
kuat, maka dilakukan beberapa tindakan seperti menambah temporary brace pada
bagian tertentu. Untuk menghindari kondisi kritis harus diminimalisir sekecil
mungkin yaitu menjaga kestabilan (level) barge dengan menggunakan system
ballasting (Ferguson, N. et al.,1983). Metode pemasangan tergantung pada berat
dan dimensi fisik jaket dan pada kapasitas peralatan instalasi. Salah satu metode
dalam proses loudout adalah skidding. Metode Skidding adalah meletakkan jacket
di atas skid, kemudian ditarik dengan winch dengan pengaturan rigging
sedemikian rupa sehingga skid akan bergeser pada skidway sehingga dapat
mengangkat jacket hingga ke atas barge. Metode skidding dapat mengangkat
jacket dengan berat lebih dari 2000 ton yang tidak dapat dilakukan metode lain.
6
4. Metode Floadaway loadout, dimana struktur-struktur seperti
submersible hulls, TLP hulls, dan FPSO hulls dibangun di dry dock.
Setelah struktur selesai dibangun, dry dock diisi dengan air atau di
ballast unutk floating dry dock (dok apung), dan struktur yang
mengapung karena buoyancy nya sendiri kemudian ditarik dengan
menggunakan tug boat.
7
berkepentingan. Selama loadout senantiasa dimonitor jarak antara
kayu skidshoe dengan tepi skidway.
2. Penarikan akan berhenti pada saat skidshoe telah menggantung 1
feet di depan bulkhead. Barge diballast sesuai posisi I pada
perhitungan ballast.
3. Ketika pasang naik hingga ketinggian yang dibutuhkan pada tahap
I, deck/jacket ditarik hingga mencapai posisi I. Ketinggian pasang
selalu dimonitor dari bulkhead.
4. Penarikan dihentikan dan proses ballast untuk tahap II dimulai.
Penarikan untuk mencapai posisi II dimulai pada saat kondisi ballast
sesuai perhitungan ballast tercapai.
5. Tahapan ini diulang sedemikian rupa sehingga deck/jacket
mencapai posisi akhir pada barge.
8
Tumpuan rol adalah tumpuan yang dapat menahan gaya tekan yang
arahnya tegak lurus bidang tumpuanya. Tumpuan rol tidak dapat menahan
gaya yang arahnya sejajar dengan bidang tumpuan dan momen.
b. Tumpuan sendi
Tumpuan sendi adalah tumpuan yang mampu menahan gaya yang
arahnya sembarang pada bidang tumpuan. Tumpuan sendi dapat menumpu
gaya yang arahnya tegak lurus maupun sejajar dengan bidang tumpuan.
c. Tumpuan jepit
Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya dalam
segala arah dan dapat menahan momen.
9
Gambar 2.5 : Tumpuhan jepit (Khurmi-Gupta, 2005)
Dalam perhitungan kekuatan rangka akan diperhitungkan gaya luar dan
gaya dalam.
a. Gaya luar
Gaya luar adalah gaya yang bekerja diluar konstruksi. Gaya luar
dapat berupa gaya vertikal, gaya horizontal, momen lentur dan momen
puntir. Pada persamaan statis tertentu untuk menghitung besarnya gaya
yang bekerja harus memenuhi syarat kesetimbangan :
∑ FX = 0
∑ FY = 0
∑M =0
b. Gaya dalam
Gaya dalam adalah gaya–gaya yang bekerja didalam konstruksi
sebagai reaksi terhadap gaya luar. Reaksi yang timbul antara lain
sebagai berikut :
1. Gaya normal (N)
Gaya normal merupakan gaya dalam yang bekerja searah sumbu
dan bekerja tegak lurus terhadap bidang balok.
Gaya normal positif (+) jika sebagai gaya tarik.
Gaya normal negatif (-) jika sebagai gaya desak.
2. Gaya Geser (S)
Gaya geser merupakan gaya dalam yang bekerja tegak lurus
sumbu balok.
Gaya geser dianggap positif (+) jika cenderung berputar
searah jarum jam.
Gaya geser dianggap negatif (-) jika cenderung berputar
berlawanan jarum jam.
3. Momen lentur (M)
Momen lentur adalah gaya perlawanan dari beban sebagai
penahan lenturan yang terjadi pada balok / penahan terhadap
kelengkungan.
10
Momen lentur positif (+) jika cenderung membengkokan
batang cekung ke bawah.
Momen lentur negatif (-) jika cenderung membengkokan
batang Cembung keatas.
Kemampuan benda untuk merubah bentuk dan kembali pada bentuk
semula disebut flesibilitas, sedangkan kemampuan benda untuk menahan
perubahan bentuk disebut dengan kekakuan. Modulus elastisitas adalah nilai
yang mengukur hubungan antara tegangan dengan regangan pada batas
sebanding dan menggambarkan istilah flesibilitas dan kekakuan. Semakin
tinggi nilai moduluds elastisitas maka kayu tersebut lebih kaku dan
sebaliknya semakin rendah nilai modulus elastisitas maka kayu tersebut akan
lebih fleksibel. Masing-masing tegangan memiliki nilai modulus elastisitas
yang berlainan.
2.2.3 Perhitungan Skid
2.2.3.1 Momen Inersia
Perhitungan momen inersia menggunakan rumus sebagai
berikut
……………………………………….(1)
……………………………………………...(2)
11
gaya geser tersebut. Perhitungan gaya geser (τ) menggunakan
rumus sebagai berikut
……………………………………………………(3)
2.2.3.4 Section Modulus
Perhitungan section modulus menggunakan rumus sebagai
berikut
………………………………………….(4)
………………………………………………...(5)
12
b = tebal plat (mm)
l = lebar plat (mm)
M = Momen (N.mm)
τ = tegangam geser (N/mm2)
2.2.4 Ballasting
Yaitu bahan pemberat yang diletakkan di bagian bawah kapal untuk
menjaga stabilitas, trim atau sarat kapal yang wajar (Soegiono, 2006 : 13)
Air ballast adalah air degan suatu zat yang tergantung yang
diletakkan diatas kapal untuk mengendalikan trim, kemiringan, draf, stabilitas
atau tekanan kapal (Ballastwater Management Convention, 2004)
Secara umum adalah untuk mengisi tangki ballast yang berada di
double bottom, dengan air laut, yang diambil dari seachest. Melalui pompa
ballast, dan saluran pipa utama dan pipa cabang.
Fungsi ballast merupakan sistem untuk dapat memposisikan kapal
dalam keadaan seimbang baik dalam keadaan trim depan maupun belakang,
serta keadaan oleng. Dalam perencanaannya adapundengan memasukkan air
laut agar posisi kapal dapat kembali posisi yang sempurna.
2.2.5 Pergeseran Center of Gravity (COG)
Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah
kapal, merupakan titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke
bawah terhadap kapal. Letak titik G ini di kapal dapat diketahui dengan
meninjau semua pembagian bobot di kapal, makin banyak bobot yang
diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah letak titik Gnya. Secara
definisi titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya – gaya yang bekerja
kebawah. Letak titik G pada kapal kosong ditentukan oleh hasil percobaan
stabilitas. Perlu diketahui bahwa, letak titik G tergantung daripada pembagian
berat dikapal. Jadi selama tidak ada berat yang di geser, titik G tidak akan
berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk.
13
Gambar 2.6 : Center of Grafity
………………………………………………..(7)
Dimana :
Fz (x) = Gaya yang dikenakan pada titik pergeseran arah- x
Fz (y) = Gaya yang dikenakan pada titik pergeseran arah- y
Fz = Gaya selftweight struktur yang diangkat.
dx = Jarak pergeseran arah-x
dx = Jarak pergeseran arah-y
Lx = Jarak antar tik Lift arah-x
Ly = Jarak antar tik Lift arah-y
14
1. Kondisi Operasi
Beban lingkungan yang terjadi pada struktur seperti beban gelombang,
angin dan arus diambil harga ekstrim untuk periode ulang 1 tahun.
2. Kondisi Badai
Kondisi ini merupakan kondisi terjadinya badai pada lokasi struktur.
σ act
UC=
σ all
………..……………………(8)
Dimana :
UC = Unity check member
𝜎𝑎𝑐𝑡 = Tegangan yang terjadi (ksi)
𝜎𝑎𝑙𝑙 = Tegangan izin (ksi)
15
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya
pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di
sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat
diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali
surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
hampir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Dimana :
AO1 = pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dengan Ketentuan :
F ≤ 0.25 : Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda
16
F > 3.0 : Pasut campuran dominan tunggal
17
Check of Steel Shapes, cek API Bulletin 2V, DNV 30.1 dan DNV RP
C201 Stiffened Plate, dancek API Bulletin 2U Cylindrical Shell.
3. Dynamic Analysis
Dalam analisa dinamis dapat dilakukan solusi frekuensi dan mode
shapes, analisa respon spektrum gempa (Earthquake Response
Spectrum Analysis), analisa time domain linear dynamic terhadap
gelombang reguler, gelombang acak, ground accelerations and general
time-dependent loads, analisa frequency domain terhadap gelombang
reguler.
4. Non-linear Analysis
Dalam analisa non-linear berisi analisa inkremen non-linear statis
dengan material dan geometris non-linear. Dan analisa dinamis
terhadap gelombang regular, gelombang acak, earthquake motions and
general timedependent termasuk beban geometric and material
nonlinearities.
BAB III
METODE PENELITIAN
18
dibutuhkan, pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Tahapan-tahapan
tersebut dapat dilihat pada diagram alir (flowchart) berikut:
Mulai
Studi Literatur
Tidak
Validasi
Perhitungan SACS
Ya
19
Hasil dan Kesimpulan
Penulisan Laporan
Selesai
20
Permodelan respon gerak skid saat loadout jacket dengan
menggunakan software SACS yang merupakan perangkat lunak untuk
permodelan dimensi dan berat jacket platform saat diatas skid. Input data yang
telah ada dilanjutkan dengan perhitungan kekuatan skid dalam menopang
jacket dan penentuan kondisi batas. Hasil permodelan yang didapatkan adalah
berupa respon skid terhadap jacket saat proses loudout menggunakan metode
skidding. Sebelum didapatkan output berupa respon skid harus dilakukan
validasi antara hasil pemodelan dengan data lapangan menggunakan metode
deadman yang didapatkan secara perhitungan manual dan juga hasil
komputasi dengan software SACS. Perhitungan juga memuat perhitungan
kekuatan memanjang dari barge meliputi perhitungan gaya angkat keatas,
distribusi beban, gaya lintang, momen lengkung, luas area penampang,
momen inersia melintang, modulus area, tegangan geser dan bending.
3.2.4 Perhitungan Ballasting pada Kapal Tongkang (Barge)
Setelah perhitungan respon gerak skid terhadap jacket, selanjudnya
perhitungan ballast pada kapal tongkang. Perhitungan ballast dibutuhkan
untuk respon gerak kapal tongkang setelah jacket mulai masuk ke kapal. Hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap stabitilas dari kapal.
3.2.5 Penentuan Pergeseran Center of Gravity (COG)
Dengan adanya perhitungan ballast maka, center of gavity (COG)
jacket dapat diketahui. Data volume barge dan dimensi dari jacket platform
dibutuhkan dalam penentuan COG. Perhitungan COG dibutuhkan agar kapal
tidak mengalami trim maupun oleng. Stabilitas kapal diperhitungkan dengan
tujuan saat perjalanan struktur dalam kondisi aman terhadap beban
lingkungan.
21
3.3 Jadwal Penyusunan Tugas Akhir
2. Pengumpulan Data
Permodelan
3. Menggunakan SACS
dan Validasi
Perhitungan
4.
Ballasting Barge
Perhitungan
5.
Pergeseran COG
Penarikan Kesimpulan
6. dan Penulisan
Laporan
22
DAFTAR PUSTAKA
23