Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI

TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN


MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

Anton Harmoko, Nina Kadaritna, Lisa Tania, Noor Fadiawati


Pendidikan Kimia, Universitas Lampung
antone_keyboads@yahoo.com

Abstract: This study aimed to describe the effectiveness of Learning Cycle 3E model
on Thermochemical materials in improving the skills of communicating and inference.
Pre-experimental research applied the method of Static Group Comparison or Pos-test
Only With Nonequivalent Control Groups. The populations in this study were all
students of Science class XI YP Unila High School Bandar Lampung. The selection of
the sample used purposive sampling techniques. The samples in this study were students
of class XI IPA3 and XI IPA4. Effectiveness of Learning Cycle Model 3E is measured by
the post-test mean difference value and a significant t-test. Post-test mean value of
communicate skills both experimental class and control class are 69.90 and 64.27,
meanwhile t post-test mean of inference skills class both experimental and control class
are 64.00 and 59.62 . t-test results showed that Learning Cycle 3E model is effectively
improving both communicating skills and inference.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Learning Cycle


3E pada materi termokimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasi-
kan dan inferensi. Penelitian menggunakan metode preexperimental dengan
Static Group Comparison or Posstest Only With Nonequivalent Control Groups.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA YP Unila
Bandar Lampung. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan
sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 dan XI IPA4. Efektivitas
model Learning Cycle 3E diukur berdasarkan perbedaan rerata nilai posttest dan
uji-t yang signifikan. Nilai rerata posttest keterampilan mengkomunikasikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol yaitu 69,90 dan 64,27; dan nilai rerata posttest
keterampilan inferensi kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 64,00 dan 59,62.
Hasil uji-t menunjukkan bahwa model Learning Cycle 3E efektif dalam
meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi.

Kata kunci: model Learning Cycle 3E, keterampilan mengkomunikasikan dan


inferensi.

1
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan pembelajaran sains lebih menekankan
dengan cara mencari tahu tentang pembentukan keterampilan untuk
gejala alam secara sistematis, sehingga memperoleh pengetahuan dan meng-
IPA bukan hanya sebagai penguasaan komunikasikan hasilnya. KPS di-
kumpulan pengetahuan tetapi juga maksudkan untuk melatih dan
merupakan suatu proses penemuan. mengembangkan keterampilan intelek-
Pendidikan IPA diharapkan dapat tual atau kemampuan berpikir siswa.
menjadi wahana bagi peserta didik Selain itu juga mengembangkan sikap
untuk mempelajari diri sendiri dan ilmiah dan kemampuan siswa untuk
alam sekitar, serta prospek menemukan dan mengembangkan
pengembangan lebih lanjut dalam fakta, konsep, dan prinsip pengetahuan
menerapkannya dalam kehidupan yang selanjutnya dapat digunakan
sehari-hari. (Badan Standar Nasional untuk menyelesaikan masalah-masalah.
Pendidikan,2006). Pembelajaran dengan KPS berarti
memberi kesempatan kepada siswa
Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA,
bekerja dengan ilmu pengetahuan,
dimana dalam membelajarkannya
tidak sekedar menceritakan atau
mencakup dua bagian yakni kimia
mendengarkan cerita tentang ilmu
sebagai produk dan kimia sebagai
pengetahuan. Oleh karena itu dalam
proses (BSNP, 2006). Kimia sebagai
proses pembelajaran, siswa perlu
produk meliputi sekumpulan pe-
dilatih menggunakan keterampilan
ngetahuan yang terdiri dari fakta-fakta,
mengkomunikasikan dan inferensi
konsep-konsep, teori, dan prinsip-
sehingga siswa dapat memecahkan per-
prinsip ilmu kimia. Kimia sebagai
masalahan yang dihadapinya secara
proses adalah dalam pembelajaran
mandiri sebagai proses untuk terus
kimia dituntut kerja ilmiah yang
selalu belajar dimana kedua
dibangun melalui pengembangan
keterampilan ini merupakan bagian dari
keterampilan-keterampilan proses sains
KPS.
seperti mengamati (observasi), me-
ngelompokkan, meramalkan (prediksi), Pada kenyataannya proses pem-
mengkomunikasikan, dan inferensi. belajaran di sekolah-sekolah, guru
Keterampilan proses sains (KPS) pada masih menerapkan bahwa pengetahuan

2
sebagai perangkat fakta-fakta yang eksoterm dan endoterm serta me-
harus dihafal. Pembelajaran masih nentukan H reaksi berdasarkan
terfokus pada guru sebagai sumber percobaan, hukum Hess, data pe-
utama pengetahuan, ceramah, pe- rubahan entalpi pembentukan standar,
nugasan, dan latihan. Akibatnya dan data energi ikatan.
pembelajaran kimia menjadi ke-
hilangan daya tariknya dan lepas Pada materi termokimia terdapat sub

relevansinya dengan dunia nyata yang materi yang berkaitan erat dengan

seharusnya menjadi objek ilmu kehidupan sehari-hari, misalnya saja

pengetahuan tersebut (Depdiknas, reaksi yang melepaskan kalor (reaksi

2008). eksoterm) dan menyerap kalor (reaksi


endoterm). Pada materi ini dapat di-
Hal itu diperkuat dengan hasil latihkan keterampilan mengkomuni-
observasi yang telah dilakukan di SMA kasikan dan inferensi. Siswa dapat
YP Unila Bandar Lampung, dimana mengkomunikasikan data yang di-
guru masih menerapkan pembelajaran peroleh dari hasil praktikum mengenai
dengan menggunakan metode ce- reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
ramah, penugasan, dan kadang-kadang Siswa dapat menyimpulkan (inferensi)
dilakukan praktikum sehingga ke- dari hasil pengamatan yang telah
terampilan mengkomunikasikan dan diperoleh.
inferensi siswa kurang dilatih. Oleh
karena itu, diperlukan suatu model Beberapa hasil penelitian yang

pembelajaran yang tepat untuk meng- mengkaji penerapan model pem-

atasi permasalahan tersebut sehingga belajaran learning cycle adalah

keterampilan proses sains (KPS) siswa Retnaningati (2011) bahwa model

dapat meningkat. Salah satunya model pembelajaran learning cycle dapat

yang diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan keterampilan proses

KPS siswa adalah Learning Cycle 3E. sains siswa. Agustyaningrum (2011)
bahwa pembelajaran Learning Cycle
Beberapa kompetensi dasar yang harus 5E dapat meningkatkan kemampuan
dimiliki siswa kelas XI IPA semester komunikasi matematis siswa. Wibowo
ganjil adalah mendeskripsikan pe- (2010) bahwa model pembelajaran
rubahan entalpi suatu reaksi, reaksi

3
Learning Cycle 5E dapat meningkatkan perlakuan dan satu kelas lagi sebagai
hasil belajar siswa. kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan


Berdasarkan beberapa penelitian yang
teknik sampling purposif. Sampling
telah berhasil menggunakan model
purposif dikenal juga sebagai sampling
learning cycle untuk meningkatkan
pertimbangan, pengambilan sampel
keterampilan proses sanis (KPS) siswa.
dilakukan berdasarkan pertimbangan
Untuk mengetahui efektif tidaknya
perorangan atau peneliti (berdasarkan
model Learning Cycle 3E dalam
saran dari ahli). Dalam hal ini seorang
meningkatkan keterampilan meng-
ahli yang diminta saran dalam
komunikasikan dan infereni siswa di
menentukan dua kelas yang akan
SMA YP Unila Bandar Lampung,
dijadikan sampel adalah orang yang
maka akan dilaksanakan penelitian
lebih memahami mengenai kondisi
yang berjudul: “Efektivitas Model
kelas dan karakter siswa yaitu ibu
Learning Cycle 3E Pada Materi
Ismita Dewi, S. Pd. sebagai guru kimia
Termokimia Dalam Meningkatkan
yang mengajar di kelas XI IPA SMA
Keterampilan Mengkomunikasikan dan
YP Unila Bandarlampung.
Inferensi”.

Berdasarkan saran dari guru kimia di


METODOLOGI PENELITIAN
sekolah ini dan hasil nilai ujian dari
Populasi dalam penelitian ini adalah materi sebelumnya, maka dua kelas
semua siswa kelas XI SMA YP Unila yang dipilih adalah kelas XI IPA3 dan
Bandar Lampung tahun ajaran XI IPA4. Selanjutnya dua kelas sampel
2012/2013 yang berjumlah 238 siswa tersebut dibagi menjadi kelas
dan tersebar dalam enam kelas yang eksperimen yang diterapkan model
masing-masing kelas terdiri atas 40 Learning Cycle 3E, dan kelas kontrol
siswa untuk empat kelas dan 39 siswa akan diterapkan pembelajaran kon-
untuk dua kelas. Dari populasi tersebut vensional.
diambil dua kelas yang akan dijadikan
Metode penelitian yang digunakan
sampel penelitian. Satu kelas sebagai
adalah preexperimental design dengan
kelas eksperimen yang akan diberi
menggunakan Static Group

4
Comparison or Posttest Only With Rerata nilai posttest keterampilan
Nonequivalent Groups. Desain mengkomunikasikan disajikan pada
penelitian ini melihat perbedaan nilai Gambar 2 berikut:
rerata posttest antara kelas eksperimen Rerata nilai posttest
dan kelas kontrol Dalam penelitian ini 71
69,9
terdiri dari variabel bebas dan variabel 70
69
terikat. Sebagai variabel bebas adalah 68
model pembelajaran yang digunakan, 67
66
yaitu model Learning Cycle 3E dan
65 64,27
pembelajaran konvensional. Sebagai 64
63
variabel terikat adalah keterampilan
62
mengkomunikasikan dan inferensi pada 61
materi termokimia siswa kelas XI SMA KONTROL EKSPERIMEN

YP Unila Bandar Lampung. Untuk Kelas Penelitian

mengetahui efektivitas model Learning


Gambar 2. Rerata nilai posttest
Cycle 3E dalam meningkatkan ke-
keterampilan mengkomunikasikan
terampilan mengkomunikasikan dan
inferensi maka dilakukan analisis uji Pada Gambar 1, terlihat bahwa
kesamaan dua rata-rata / uji-t (Sudjana, perolehan rerata nilai posttest ke-
2005). terampilan mengkomunikasikan kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan
HASIL PENELITIAN DAN
kelas kontrol yaitu 69,9 untuk kelas
PEMBAHASAN
eksperimen dan 64, 27 untuk kelas

Data penelitian terdiri dari nilai posttest kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa

keterampilan mengkomunikasikan dan model Learning Cycle 3E lebih baik

inferensi pada kelas eksperimen dan dari konvensional.

kelas kontrol. Nilai posttest ke-


Rerata nilai posttest keterampilan
terampilan mengkomunikasikan dan
inferensi disajikan pada Gambar 3
inferensi untuk kelas eksperimen dan
berikut:
kontrol disajikan dalam lampiran 8, 9,
10, dan 11.

5
Rerata nilai posttest hipotesis dengan uji-t. Langkah
65 pertama dalam peng-ujian yang
64
64 dilakukan adalah uji normalitas,
63 dilanjutkan dengan ujian homogenitas
62 dua varian dan terakhir uji kesamaan
61
dua rata-rata (uji-t) dengan meng-
60 59,62
gunakan program microsoft office exel.
59
58
Hasil uji normalitas didapatkan nilai
57
KONTROL EKSPERIMEN x2hitung keterampilan mengkomunikasi-
Kelas Penelitian kan dan inferensi pada kelas sampel
memiliki nilai yang lebih kecil dari
Gambar 3. Rerata nilai posttest x2tabel yaitu kurang dari 7,81 yang
keterampilan inferensi artinya behwa data keterampilan
mengkomunikasikan dan inferensi
Pada Gambar 3, terlihat perolehan
untuk kelas sampel berdistribusi
rerata nilai posttest keterampilan
normal. Selanjutnya hasil uji homo-
inferensi kelas eksperimen lebih tinggi
genitas dua varians diperoleh nilai
dibandingkan kelas kontrol yaitu 69,9
Fhitung keterampilan mengkomunikasi-
untuk kelas eksperimen dan 64, 27
kan dan inferensi pada kelas
untuk kelas kontrol. Hal ini me-
eksperimen dan kontrol kurang dari
nunjukkan bahwa model Learning
Ftabel maka Ho diterima yang artinya
Cycle 3E lebih baik dari konvensional.
bahwa kedua populai bersifat homogen
Dari penjelasan di atas, dapat atau memiliki varians yang sama.
disimpulkan bahwa model yang di- Sedangkan hasil uji-t diperoleh nilai
terapkan pada kelas eksperimen dapat thitung keterampilan mengkomunikasi-
meningkatkan hasil KPS siswa kan dan inferensi kelas eksperimen dan
mengenai keterampilan mengkomuni- kontrol lebih besar atau sama dengan
kasikan dan inferensi siswa di- ttabel yang artinya bahwa model
bandingkan model pada kelas kontrol. Learning Cycle 3E efektif me-
Untuk mengetahui apakah data yang ningkatkan keterampilan meng-
diperoleh berlaku bagi keseluruhan komunikasikan dan inferensi di-
populasi, maka dilakukan pengujian

6
bandingkan model yang mengguna-kan Tenaga Angin” dan beberapa
konvensional. pertanyaan untuk mengetahui pe-
ngetahuan siswa mengenai energi
Dari hasil analisis di atas, dapat
seperti “Bagaimana caranya mem-
disimpulkan bahwa model Learning
peroleh energi yang berasal dari
Cycle 3E yang diterapkan pada kelas
angin?”. Siswa diminta untuk ber-
eksperimen lebih efeketif dalam
diskusi dalam kelompoknya dan me-
meningkatkan keterampilan meng-
nyimpulkan mengenai hukum ke-
komunikasikan dan inferensi di-
kekalan energi berdasarkan penjelasan
bandingkan model yang diterapkan
dan fakta-fakta yang telah dipaparkan
pada kelas kontrol yaitu konvensional.
di dalam LKS I tersebut. Namun siswa
Hal ini sesuai dengan fakta yang ter-
masih sangat sulit untuk membuat
jadi pada tahap-tahap pembelajaran
inferensi dan masih dibimbing oleh
selama penelitian berlangsung, pen-
guru.
jabarannya sebagai berikut.
Selanjutnya guru melakukan percobaan
Fase Exploration
yakni mereaksikan antara batu kapur
Pada pertemuan pertama pada kelas
(CaCO3) dengan HCl. Hal ini
eksperimen, guru membagikan LKS I
bertujuan agar siswa dapat men-
pada masing-masing kelompok dan
definisikan mengenai sistem dan
menyampaikan indikator, serta tujuan
lingkungan. Pada saat guru melakukan
pembelajaran. Teramati beberapa
percobaan, siswa diminta untuk
siswa tampak bingung melihat LKS
mengamati, mencatat hasil pe-
terstruktur dan baru pertama kalinya
ngamatan, dan membuat tabel hasil
mendapatkan pembelajaran seperti ini.
pengamatan. Namun dalam proses
Pada fase explorasi, pertama kali guru
tersebut, siswa banyak yang bermain-
memberikan pertanyaan untuk me-
main, malu dan takut untuk bertanya
ngetahui pengetahuan awal siswa
dan tidak kondusif sehingga dalam
mengenai energi yaitu “Apa yang
mengamati dan mencatat hasil
kalian tahu tentang energi?”.
percobaan tidak berjalan dengan baik
Selanjutnya guru memberikan topik
dan masih dibimbing oleh guru.
fenomena yang berkaitan dengan
Demikian juga dalam membuat tabel
energi yaitu “Pembangkit Listsrik
hasil pengamatan, kelompok masih

7
mengalami kesulitan dalam membuat dan reaksi endoterm yakni mereaksikan
tabel hasil pengamatan sehingga masih antara batu kapur (CaCO3) dengan HCl
dibimbing oleh guru. Membuat tabel dan soda kue (NaHCO3) dengan asam
hasil pengamatan adalah hal baru bagi cuka (CH3COOH). Percobaan ini ber-
siswa, dimana pembelajaran sebelum- tujuan memberi kesempatan kepada
nya siswa tidak pernah diberi ke- siswa untuk memanfaatkan panca
sempatan untuk merancang tabel hasil indera semaksimal mungkin, serta
pengamatan sendiri. Hal ini menunjuk- memacu munculnya pertanyaan-
kan keterampilan mengkomunikasikan pertanyaan yang mengarah pada
dan inferensi siswa pada kelas berkembangnya daya nalar tingkat
eksperimen masih sangat rendah. tinggi. Setelah itu, siswa diminta untuk
mencatat hasil pengamatan dalam tabel
Pada pertemuan kedua, masing-masing
hasil pengamatan. Pada proses pem-
kelompok berdiskusi untuk menjawab
belajaran sudah mengalami pe-
pertanyaan yang ada pada LKS II yakni
ningkatan yakni terlihat pada masing-
pada fase eksplorasi mengenai eltalpi
masing kelompok sudah aktif bertanya
(H) dan perubahan entalpi (∆H). Pada
meskipun masih ada beberapa siswa
fase tersebut, masing-masing kelompok
yang bermain-main pada saat me-
diminta untuk membuat inferensi
lakukan percobaan dan membuat tabel
mengenai eltalpi (H) dan perubahan
hasil pengamatan pun sudah cukup
entalpi (∆H). Dalam proses pem-
meningkat daripada pertemuan se-
belajaran siswa sudah cukup kondusif
belumnya meskipun ada beberapa
dan beberapa siswa mulai aktif ber-
kelompok yang membuat tabel hasil
tanya. Namun siswa masih mengalami
pengamatan masih kurang tepat.
kesulitan dalam membuat inferensi,
Melalui latihan rutin dan evaluasi yang
terlihat pada masing-masing kelompok
diberikan, terlihat bahwa tiap
dalam membuat inferensi ada yang
kelompok perlahan-lahan telah mampu
tidak menjawab dan ada yang men-
mengkomunikasikan hasil pengamatan
jawab tapi masih kurang tepat.
dengan baik. Tanpa disadari siswa
telah diupayakan untuk menyusun tabel
Pada pertemuan ketiga, masing-masing
merupakan salah satu indikator dalam
kelompok diminta untuk melakukan
KPS, yaitu terampil mengkomunikasi-
percobaan mengenai reaksi eksoterm

8
kan. Yang artinya, secara tidak jawaban kelompok yang semakin tepat.
langsung siswa telah dibimbing untuk Dapat disimpulkan bahwa, keterampil-
berfikir secara sains dan dilatih agar an mengkomunikasikan siswa meng-
terampil berkomunikasi. alami peningkatan dari kelompok yang
sebelumnya menjawab salah menjadi
Pada pertemuan 4 sampai 8, siswa
kurang tepat, dan yang kurang tepat
sudah lebih mengerti proses pem-
menjadi tepat.
belajaran pada tahap ini sehingga
suasana kelas lebih kondusif. Proses Fakta yang terjadi pada kelas
pembelajaran dari pertemuan ke eksperimen sesuai dengan teori yang
pertemuan berikutnya mengalami pe- dikemukakan oleh Karplus dan Their
ningkatan yakni terlihat pada masing- dalam Fajaroh dan Dasna (2007) pada
masing kelompok dalam berdiskusi tahap exploration, guru membangkit-
sudah sangat kondusif, rasa keingin- kan minat dan keingintahuan siswa
tahuan siswa pun semakin meningkat tentang topik yang akan diajarkan,
terlihat banyak siswa yang aktif siswa diberi kesempatan untuk me-
bertanya dari pertemuan ke pertemaun manfaatkan panca inderanya semak-
berikutnya, dan siswa dalam membuat simal mungkin dalam berinteraksi
inferensi pun mengalami peningkatan. dengan lingkungannya melalui ke-
Sedangkan untuk keterampilan meng- giatan praktikum. Siswa bekerjasama
komunikasikan siswa diminta untuk dalam kelompok kecil tanpa pengajaran
mendeskripsikan data dari fakta yang langsung dari guru untuk melakukan
ada seperti pada LKS IV, LKS VI, dan pengamatan serta ide-ide melalui ke-
LKS VII. Pada pertemuan keempat, giatan praktikum, sehingga muncul
siswa masih kesulitan dalam men- pertanyaan yang mengarah pada per-
deskripsikan suatu permasalahan yang kembangan daya nalar tingkat tinggi
ada yakni terlihat dengan jawaban yang diawali dengan kata-kata seperti
kelompok yang masih salah dan kurang mengapa dan bagaimana. Munculnya
tepat sehingga masih dibimbing oleh pertanyaan tersebut merupakan
guru. Sedangkan untuk pertemuan indikator kesiapan siswa untuk
keenam dan ketujuh, siswa mengalami menempuh fase berikutnya.
peningkatan dalam mendeskripsikan
suatu permasalahan yakni terlihat pada

9
Pengelompokkan pada kelas eksperi- guru, sehingga minat dan antusias
men ternyata memberi pengaruh bagi siswa untuk mengikuti pelajaran sangat
perkembangan potensi siswa. Siswa kurang.
bekerjasama dalam kelompoknya untuk
Fase Explaination
melakukan percobaan sehingga siswa
Pelaksanaan pada kelas eksperimen,
menjadi lebih aktif berbicara ketika
siswa dituntut untuk mampu membuat
mereka berada di lingkungan bersama
inferensi dan mendeskripsikan data
temannya. Seperti siswi dengan nomor
berdasarkan fakta dan permasalahan
urut 4 di kelompok 3 di kelas eksperi-
yang ada setelah fase eksplorasi. Pada
men. Berbeda dari pembelajaran biasa-
pertemuan pertama, setelah membuat
nya siswa ini cenderung pendiam,
tabel hasil pengamatan, siswa pada
siswa ini aktif berbicara ketika berada
kelas eksperimen diarahkan untuk men-
dalam kelompok tiga. Bahkan teramati
jawab pertanyaan-pertanyaan singkat
bahwa kemampuan berbicaranya men-
terkait informasi dalam tabel tersebut.
jadi lebih baik dari pertemuan ke
Pada tahap ini, guru menunjuk salah
pertemuan berikutnya. Hal ini sesuai
satu kelompok secara acak untuk
dengan pernyataan Vygotsky dalam
mempersentasikan hasil diskusi ke-
Arends (2008) mendefinisikan tingkat
lompoknya. Awalnya tidak ada ke-
perkembangan potensi sebagai tingkat
lompok yang mau mempersentasikan
yang dapat difungsikan atau dicapai
hasil diskusinya, namun setelah diberi
oleh individu dengan bantuan orang
pengertian bahwa hal ini baik untuk
lain seperti teman sejawat yang
melatih mental dan tanggung jawab
kemampuannya lebih tinggi.
akhirnya ada perwakilan kelompok
Pada kelas kontrol, awal proses yang mempresentasikan hasil diskusi
pembelajaran guru menyampaikan mereka.
indikator, tujuan pembelajaran dan
Pada pertemuan kedua, siswa sudah
memberikan pertanyaan untuk
mulai mengerti tentang proses
mengetahui pengetahuan awal siswa.
pembelajaran pada fase ini. Proses
Proporsi guru memberikan ceramah
pembelajaran semakin kondusif, karena
pada kegiatan pembelajaran di setiap
siswa mulai mengerti bahwa pada fase
pertemuan lebih banyak terjadi. Siswa
ini dibutuhkan konsentrasi dan
hanya mendengarkan penjelasan dari

10
pemahaman konsep agar dapat belajaran pun semakin kondusif dari
mengikuti fase berikutnya yaitu fase pertemuan ke pertemuan berikutnya.
elaborasi. Terlihat siswa semakin Selanjutnya, dalam mendeskripsikan
antusias untuk memperhatikan guru, suatu permasalahan dan membuat
dan mulai aktif untuk bertanya ataupun inferensi pun semakin meningkat. Hal
memberikan pendapat. ini terlihat dari kelompok yang se-
belumnya tidak menjawab menjadi
Pada pertemuan ketiga, siswa dituntut
menjawab, salah menjadi kurang tepat,
kembali agar mampu membaca hasil
dst.
pengamatan setelah melakukan per-
cobaan. Selanjutnya guru meminta Pelaksanaan yang terjadi di kelas
salah satu kelompok untuk mem- eksperimen sesuai dengan teori yang
presentasikan hasil diskusinya, terlihat dikemukakan oleh Karplus dan Their
semakin banyak kelompok yang dalam Fajaroh dan Dasna (2007)
antusias dan ingin mempersentasikan bahwa pada tahap explaination
hasil diskusinya. Keadaan ini terbukti diharapkan siswa dapat membuat
mampu menggali kemampuan ber- inferensi dari setiap permasalahan
bicara siswa. Metode acak yang di- berdasarkan fakta-fakta yang ada.
lakukan menuntut siswa pada setiap
Pada kelas kontrol, siswa hanya
kelompok untuk mempersentasikan
menjawab pertanyaan yang ada di
hasil diskusinya seperti pada kelompok
dalam LKS. Beberapa siswa yang aktif
4. Siswa pada kelompok 4 yang
bertanya apabila ada pemahaman
semula kurang antusias mengikuti
konsep yang kurang dimengerti. Siswa
pembelajaran ini menjadi terampil
lain hanya diam dan mencatat, hal ini
berbicara dan menyampaikan laporan
dikarenakan guru lebih mendominasi
secara sistematis. Tanpa disadari,
sebagai pusat informasi sehingga
tahap ini manghantarkan siswa untuk
keterampilan mengkomunikasikan dan
mengembangkan keterampilan meng-
inferensi siswa masih belum terlatih
komunikasikan.
dan masih sangat rendah.
Pada petemuan 4 sampai dengan 8,
siswa semakin antusias dalam
mengikuti fase ini. Proses pem-

11
Fase Elaboration Sedangkan pada pertemuan ketiga,
Pada fase ini, siswa dituntut agar dapat dalam mengerjakan LKS III sudah
menyelesaikan suatu topik per- mengalami peningkatan dari pertemuan
masalahan yang berbeda dari topik sebelumnya. Siswa sudah lebih fokus
permasalahan sebelumnya pada fase berdiskusi dalam kelompoknya dan
eksplain dengan konsep yang telah suasana kelas lebih kondusif, serta
dimengerti. Hal ini bertujuan untuk dalam mendeskripsikan suatu topik
mengasah pemahaman yang sudah permasalahan maupun membuat in-
didapatkan, dan meningkatkan potensi ferensi guru sedikit membimbing.
yang ada pada diri siswa. Pada per-
Pada pertemuan 4 sampai dengan 8,
temuan pertama kelas eksperimen,
siswa terus dilatih dalam men-
siswa masih sangat kesulitan dalam
deskripsikan suatu topik permasalahan
menyelesaikan evaluasi soal yang ada
dan membuat inferensi dengan
pada LKS I. Siswa masih sangat
mengerjakan evaluasi yang ada pada
mengalami kesulitan dalam men-
tiap LKS sudah mengalami pe-
deskripsikan suatu data pengamatan
ningkatan dari pertemuan ke per-
dan membuat inferensi masih di-
temuan berikutnya. Selain itu, siswa
bimbing oleh guru. Pada saat tugas
sudah lebih mengerti mengenai proses
evaluasi diberikan, suasana kelas tidak
pembelajaran pada fase ini sehingga
kondusif karena banyak siswa yang
siswa semakin fokus dalam berdiskusi
masih bermain-main dan mengobrol.
pada kelompoknya. Dan terlihat rasa
Kemudian pada pertemuan kedua, keingintahuan siswa semakin tinggi,
dalam mengerjakan evaluasi pada LKS dimana siswa yang sebelumnya tidak
II tidak jauh berbeda dari pertemuan aktif bertanya menjadi aktif bertanya
sebelumnya yakni dalam mendeskripsi- kepada teman kelompoknya ataupun
kan suatu topik permasalahan dan guru.
membuat inferensi masih dibimbing
Fakta yang terjadi pada kelas
oleh guru. Hanya saja pada saat pem-
eksperimen sesuai dengan pendapat
belajaran, suasana kelas sudah cukup
Karplus dan Their dalam Fajaroh dan
kondusif. Siswa sudah lebih fokus, dan
Dasna (2007) pada tahap elaboration,
sedikit yang bermain-main maupun
siswa diharapkan mampu menerapkan
mengobrol.

12
pemahaman konsep dan keterampilan Arends (2008) bahwa interaksi sosial
yang telah diperolehnya. Penerapan dengan teman lain memacu ter-
konsep dapat meningkatkan pe- bentuknya ide baru dan memperkaya
mahaman konsep karena siswa perkembangan intelektual siswa.
mengetahui penerapan dari konsep
Metode pembelajaran yang digunakan
yang mereka pelajari.
pada kelas eksperimen memiliki ke-
Pada kelas kontrol tahap akhir unggulan jika dibandingkan media
pembelajaran, guru hanya mengajak pada kelas kontrol. Adapun keung-
siswa untuk bersama-sama menyimpul- gulannya adalah: dapat meningkatkan
kan tentang materi yang telah di- keterampilan proses sains siswa yakni
pelajari, tanpa mengarahkan siswa keterampilan mengkomunikasikan dan
untuk menghubungkan materi pelajaran inferensi, sehingga siswa dapat
dengan hal-hal lain yang dapat ditemui mengembangkan ide-ide atau daya
di sekitar mereka. Berdasarkan fakta pikir yang mereka miliki. Me-
dan teori-teori yang telah diungkapkan ngembangkan sikap ilmiah siswa
di atas, menjadi hal yang wajar jika sehingga kemampuan sains siswa me-
kelas eksperimen memperoleh hasil ningkat dalam mengintegralkan teori
yang lebih tinggi dibandingkan kelas dan praktek.
kontrol baik dalam keterampilan meng-
SIMPULAN DAN SARAN
komunikasikan maupun inferensi.
Pada kelas eksperimen media yang
Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
disiapkan menghantar siswa untuk
bahasan dapat disimpulkan bahwa:
meningkatkan keterampilan meng-
model Learning Cycle 3E pada materi
komunikasikan. Hal ini ditunjukkan
termokimia efektif dalam meningkat-
dengan banyaknya siswa yang semula
kan keterampilan mengkomunikasikan
kesulitan membuat tabel pengamatan
siswa kelas XI IPA3 SMA YP Unila
dari data percobaan yang diperoleh,
Bandar Lampung, karena pada proses
meningkat setelah diterapkan pem-
pembelajaran siswa dilatih untuk
belajaran ini. Dan siswa untuk mem-
mengubah data narasi ke dalam bentuk
buat inferensi pun lebih meningkat dari
tabel dan mengungkapkan pendapat
fakata-fakta yang telah dibuat ke dalam
atau memberikan penjelasan secara
bentuk tabel. Menurut Vygotsky dalam

13
tertulis. Model Learning Cycle 3E pada Online. Tersedia di: http://eprin-
ts.uny.ac.id/7389/1/p-34.pdf.
materi termokimia efektif dalam
Tanggal Akses: 25 November
meningkatkan keterampilan inferensi 2012.
siswa kelas XI IPA3 SMA YP Unila
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Bandar Lampung untuk meningkatkan 2006. Standar Isi Mata Pe-
keterampilan inferensi siswa kelas XI lajaran Kimia SMA/MA. BSNP.
Jakarta.
IPA3 SMA YP Unila Bandar Lampung,
karena pada proses pembelajaran siswa Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran
dilatih agar dapat mampu membuat dengan Model Siklus Belajar
suatu kesimpulan tentang suatu benda (Learning Cycle).Universitas Negeri
atau fenomena setelah mengumpulkan Malang. Malang.

data, dan mampu menginterpretasi data


Retnaningati, Dewi. 2011. Jurnal
dan informasi. Skripsi Penerapan Model
Pembelajaran Siklus Belajar
Berdasarkan penelitian yang telah di- (Learning Cycle) untuk Me-
ningkatkan Keterampilan Proses
lakukan, disarankan: bagi calon peneliti Sains Siswa Kelas X-2 SMA
lain yang tertarik melakukan penelitian Negeri 3 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011. Online.
agar lebih memperhatikan pengelolaan Tersedia di: http://jurnal.fk-
kelas dalam proses pembelajaran ip.uns.ac.id/index.php/bio/article/
download/40/28. Tanggal Akses:
sehingga pembelajaran terlaksana 25 November 2012.
dengan maksimal. Model Learning
Wibowo, Ari. 2010. Penerapan
Cycle 3E dapat dipakai sebagai Model Pembelajaran Siklus
alternatif model pembelajaran bagi Belajar (Learning Cycle) 5E Da-
lam Meningkatkan Hasil Belajar
guru dalam membelajarkan materi Siswa Pada Mata Pelajaran
pokok termokimia dan materi lain Teknologi Informasi Dan Ko-
munikasi. Online. Tersedia di:
dengan karakteristik materi yang sama. ttp://cs.upi.edu/uploads/paper_skrips
i_dik/PENERAPAN%20MODEL%
DAFTAR PUSTAKA 20PEMBELAJARAN%20SIKLUS
%20BELAJAR%20(LEARNING%
20CYCLE)%205E%20DALAM%2
Agustyaningrum, Nina. 2010. 0MENINGKATKAN%20HASIL%
Implementasi Model Pembelajar- 20BELAJAR%20SISWA%20PAD
an Learning Cycle 5E untuk A%20MATAPELAJARAN%20TE
Meningkatkan Kemampuan Ko- KNOLOGI%20INFORMASI%20D
munikasi Matematis Siswa Kelas AN%20KOMUNIKASI.pdf.
IX B SMP Negeri 2 Sleman. Diakses 28 Agustus 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai