Di Susun Oleh :
Nama
: Andi Wardana
NIM
: 125060200111064
Mata Kuliah
: Manajemen Perawatan
Dosen Pengajar :
Rudianto Raharjo, ST., MT.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN MESIN
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan Laporan Rencana Perawatan Alat Uji
Impak.
Dalam penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak .Oleh karena itu dalam kesempatan ini segala
kerendahan hati penyusun menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1.
Bapak Rudianto Raharjo, ST., MT.selaku Dosen Pembimbing dan Pengajar Mata
Kuliah Manajemen Perwatan.
2.
Karena tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis akan mengalami kesulitan dalam
membuat dan menyusun laporan ini. Tetapi penulis yakin bahwa laporan ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran
maupun kritk yang sifatnya konstruktif. Atas saran dan kritk tersebut, sebelumnya penulis
ucapkan terimakasih. Dan semoga laporan ini bisa memberikan manfat serta menambah
pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang.......................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................2
Batasan Masalah....................................................................................................2
Tujuan....................................................................................................................2
Manfaat..................................................................................................................2
ii
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan................................................................................................................45
5.2
Saran......................................................................................................................45
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengujian impak merupakan suatu pengujian untuk mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut. Pengujian impak mensimulasikan kondisi operasi material
yang sering ditemui dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan
melainkan datang secara tiba-tiba. Alat ini tersusun dari pendulum massa diketahui
dan panjang yang dijatuhkan dari ketinggian diketahui dampak spesimen berlekuk
bahan. Energi yang ditransfer ke material dapat disimpulkan dengan membandingkan
perbedaan ketinggian palu sebelum dan setelah fraktur (energi yang diserap oleh
peristiwa fraktur). Pada saat ini, uji impak digunakan di banyak industri untuk
pengujian bahan yang digunakan dalam pembangunan kapal tekanan dan jembatan
dan untuk menentukan bagaimana badai akan mempengaruhi bahan yang digunakan
di dalamnya.
Mengingat pentingnya manfaat alat uji impak bagi kehidupan manusia, maka
perlu adanya pemahaman yang baik mengenai alat uji impak. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu kurikulum pembahasan tentang alat
uji impak, serta langkah perawatan dan perbaikan dalam dunia pendidikan. Untuk
menunjang hal tersebut, maka penting adanya suatu alat uji impak dalam dunia
pendidikan, guna memperjelas makna bahan pelajaran sehingga lebih mudah dalam
memahaminya. Melihat permasalahan tersebut maka dibuatlah Perawatan alat uji
impak sebagai alat bantu proses pembelajaran.
Alat uji impak ini jenisnya impak charpy, pada uji ini benda kerja punya
ukuran dan bentuk yang standar. Takik diletakkan pada landasan dengan posisi takik
membelakangi pendulum yang akan membentuk benda kejut sehingga mengenai
bagian punggung dari notch. Takik yang digunakan umumnya bersudut 45 derajat.
Agar alat uji impak tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap
pakai setiap waktu untuk proses pembelajaran, penting adanya tindakan perawatan
dan perbaikan yang harus diberikan untuk alat uji impak tersebut. Karena alat uji
impak tersebut belum memiliki pedoman dalam melakukan kegiatan perawatan dan
perbaikan yang harus dilakukan, maka dibuatlah perencanaan perawatan dan
perbaikan alat uji impak jenis charpy tersebut. Perencanaan perawatan dan perbaikan
alat uji impak tersebut berisikan langkah-langkah pekerjaan perawatan dan perbaikan
komponen alat uji impak, Jadwal Perencanaan perawatan dan perbaikan yang
dilakukan, Standard Operational Procedure (SOP) dan Estimasi Biaya Perawatan
yang dikeluarkan. Perencanaan perawatan dan perbaikan alat uji impak tersebut
dilakukan dari Overhaul ke Overhaul, direncanakan dengan periode perawatan dari
Overhaul ke Overhaul selama dua tahun. Untuk mengetahui estimasi biaya yang
dikeluarkan dalam perawatan dan perbaikan yang dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Dalam Perencanaan Perawatan dan Perbaikan Perawatan alat uji impak jenis
charpy impak diperlukan beberapa batasan masalah, antara lain :
1. Membahas langkah-langkah perencanaan perawatan dan perbaikan komponen
utama dan komponen penunjang alat uji impak.
2. Membuat jadwal perawatan dan perbaikan alat uji impak.
3. Membuat Standard Operational Procedure (SOP) penggunaan, pengoperasian,
perawatan dan perbaikan.
4. Menentukan estimasi biaya perawatan dan perbaikan alat uji impak.
5. Tidak merencanakan perhitungan perencanaan pembuatan.
1.4
Tujuan
Tujuan dari Perencanaan Perawatan dan Perbaikan alat uji impak jenis charpy
ini sebagai berikut :
1. Dapat membuat Perencanaan Perawatan dan Perbaikan alat uji impak jenis charpy.
2. Dapat membuat Standard Operational Procedure Penggunaan, Pengoperasian,
Perawatan dan Perbaikan Alat Peraga Perawatan alat uji impak jenis charpy.
3. Dapat menentukan estimasi biaya Perencanaan Perawatan dan Perbaikan alat uji
impak jenis charpy.
1.5
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari Perencanaan Perawatan dan Perbaikan
alat uji impak jenis charpy adalah sebagai berikut :
Bagi Masyarakat
Untuk melengkapi sarana pembelajaran dalam dunia pendidikan, dan
menambah wawasan dalam hal perencanaan perawatan dan perbaikan alat uji impak
secara khusus, maupun perencanaan perawatan dan perbaikan alat uji impak secara
umum. Serta sebagai langkah untuk memajukan dunia pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uji Impak
Menurut Dieter, George E (1988) uji impak digunakan dalam menentukan
kecenderungan material untuk rapuh atau ulet berdasarkan sifat ketangguhannya. Uji
ini akan mendeteksi perbedaan yang tidak diperoleh dari pengujian tegangan
regangan. Hasil uji impak juga tidak dapat membaca secara langsung kondisi
perpatahan batang uji, sebab tidak dapat mengukur komponen gaya-gaya tegangan
tiga dimensi yang terjadi pada batang uji. Hasil yang diperoleh dari pengujian impak
ini, juga tidak ada persetujuan secara umum mengenai interpretasi atau
pemanfaatannya.
Sejumlah uji impak batang uji bertakik dengan berbagai desain telah dilakukan
dalam menentukan perpatahan rapuh pada logam. Metode yang telah menjadi standar
untuk uji impak ini ada 2, yaitu uji impak metode Charpy dan metode Izod. Metode
charpy banyak digunakan di Amerika Serikat, sedangkan metode izod lebih sering
digunakan di sebagian besar dataran Eropa. Batang uji metode charpy memiliki
spesifikasi, luas penampang 10 mm x 10 mm, takik berbentuk V. Proses pembebanan
uji impak pada metode charpy dan metode izod dengan sudut 45, kedalaman takik 2
mm dengan radius pusat 0.25 mm.
Batang uji charpy kemudian diletakkan horizontal pada batang penumpu dan
diberi beban secara tiba-tiba di belakang sisi takik oleh pendulum berat berayun
(kecepatan pembebanan 5 m/s). Batang uji diberi energi untuk melengkung sampai
kemudian patah. Batang uji izod, lebih banyak dipergunakan saat ini, memiliki luas
penampang berbeda dan takik berbentuk v yang lebih dekat pada ujung batang. Dua
metode ini juga memiliki perbedaan pada proses pembebanan. (Dieter, George E.,
1988)
kritis, karena mudah untuk dipersiapkan dan dilakukan. Kemudian hasil pengujian
dapat diperoleh dengan cepat dan murah.
Tes ini dikembangkan pada 1905 oleh ilmuwan Perancis Georges Charpy.
Pengujian ini penting dilakukan dalam memahami masalah patahan kapal selama
Perang Dunia II. Metode pengujian material ini sekarang digunakan di banyak
industri untuk menguji material yang digunakan dalam pembangunan kapal,
jembatan, dan untuk menentukan bagaimana keadaan alam (badai, gempa bumi,
d.l.l.) akan mempengaruhi bahan yang digunakan dalam berbagai macam aplikasi
industri. Tujuan uji impact charpy adalah untuk mengetahui kegetasan atau keuletan
suatu bahan (spesimen) yang akan diuji dengan cara pembebanan secara tiba-tiba
terhadap benda yang akan diuji secara statik.
Dimana benda uji dibuat takikan terlebih dahulu sesuai dengan standar ASTM
A 370 V dan hasil pengujian pada benda uji tersebut akan terjadi perubahan bentuk
seperti bengkokan atau patahan sesuai dengan keuletan atau kegetasan terhadap
benda uji tersebut. Percobaan uji impact charpy dilakukan dengan cara pembebanan
secara tiba-tiba terhadap benda uji yang akan diuji secara statik, dimana pada benda
uji dibuat terlebih dahulu sesuai dengan ukuran standar ASTM A 370 V. Adapun
perlengkapan yang digunakan dalam pengujian impact yaitu alat uji impact tipe
charpy dan benda uji.
2.3
2.4
3
4
2
1
6
Perawatan (Maintenance)
Perawatan atau yang lebih dikenal dengan kata maintenance dapat
didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang diperlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kualitas pemeliharaan suatu fasilitas agar fasilitas tersebut tetap
dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai.
kerja lainnya, tidaklah hanya ditunjang dengan fasilitas dan teknik perawatan saja,
namun selain itu pula diperlukan manajemen yang memadai (Sudradjat, 2011).
2.5.2 Pentingnya Manajemen Perawatan
Perawatan dapat dikatakan sebagai ongkos (biaya), tetapi tidak adanya
perawatan yang sesuai dengan yang diharapkan bisa berarti ongkos yang jauh lebih
besar. dengan demikian bila masalah perawatan telah menjadi kompleks dan
berdampak besar, maka manajemen yang baik harus diterapkan. Karena itu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa manajemen perawatan yang baik akan menunjang aktifitas
perawatan, sehingga keberhasilan dalam melakukan pengelolaan perawatan akan
memberikan berbagai keuntungan. Berikut ini merupakan keuntungan-keuntungan
dari penerapan manajemen perawatan yang baik, dengan uraian sebagai berikut :
1. Memperpanjang waktu pengoperasian mesin yang digunakan semaksimal
mungkin, dengan biaya perawatan seminimal mungkin.
2. Menjamin ketersediaan mesin dan peralatan secara optimal pada saat mesin akan
digunakan.
3. Menjamin kesiapan operasional operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.
4. Menjamin keselamatan kerja bagi setiap orang yang menggunakan
mesin/peralatan.
5. Menyediakan informasi yang dapat menunjang pekerjaan perawatan.
6. Menentukan metode evaluasi yang berguna dalam pengawasan perawatan.
7. Membantu menciptakan kondisi kerja yang aman dan tertib.
8. Meningkatkan keterampilan para pekerja perawatan (Sudradjat, 2011).
2.5.3 Tujuan Perawatan
Perawatan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan dengan
berbagai alasan dan tujuan-tujuan untuk dilakukannya suatu perawatan pada suatu
fasilitas (mesin dan peralatan), secara umum perawatan bertujuan untuk :
1. Menjamin ketersediaan, keandalan fasilitas (mesin dan peralatan) secara
ekonomis maupun teknis, sehingga dalam penggunaannya dapat dilaksanakan
seoptimal mungkin.
2. Memperpanjang usia kegunaan fasilitas.
3. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan dalam keadaan
darurat.
4. Menjamin keselamatan kerja, keamanan dalam penggunaannya (Sudradjat, 2011).
aktivitas utama dari kebijakan ini lebih menitikberatkan pada inspeksi secara
periodik dan pemulihan kondisi mesin secara terencana akibat adanya
kemunduran fungsi. Dengan demikian, pengertian perawatan pencegahan
merupakan kegiatan pendeteksian atau penanganan secara cepat terhadap
mesin/peralatan yang tidak normal sebelum terjadi kerusakan atau merugikan.
Pelaksanaan kegiatan perawatan pencegahan bisa dilakukan secara on-line,
artinya sistem dalam kondisi jalan dan ada pula beberapa kegiatan perawatan
pencegahan yang harus dilakukan dalam kondisi berhenti (off-line). Program
perawatan pecegahan harus dimulai dengan melakukan sosialisasi ke semua
bagian terkait (produksi, maintenance, manajemen, dll). Kriteria penentuan
fasilitas yang masuk dalam program perawatan pencegahan dilihat dari; apakah
kerusakan alat berdampak pada safety, apakah kerusakan alat dapat menyebabkan
system down, apakah repair cost- nya tinggi atau lama, ketersediaan sparepart dari
fasilitas tersebut, Kondisi kerja dari fasilitas tersebut (Sudradjat, 2011).
3. Perawatan Terjadwal (Scheduled Maintenance), perawatan terjadwal merupakan
bagian dari perawatan pencegahan. Perawatan ini bertujuan mencegah terjadi
kerusakan dan perawatannya dilakukan secara periodik dalam rentang waktu
tertentu. Strategi perawatan ini disebut juga sebagai perawatan berdasarkan waktu
(time based maintenance). Kebijakan perawatan ini cukup baik dalam mencegah
terhentinya mesin yang tidak direncanakan. Rentang waktu perawatan ditentukan
berdasarkan pengalaman, data masa lalu atau rekomendasi dari pabrik pembuat
mesin yang bersangkutan. Kekurangannya, jika rentang waktu perawatan terlalu
pendek akan mengganggu aktivitas produksi dan dapat meningkatkan kesalahan
yang timbul karena kekurang-cermatan teknisi dalam memasang kembali
komponen yang diperbaiki serta kemungkinan adanya kontaminan yang masuk
kedalam sistem. Jika rentang waktu perawatan terlalu panjang, kemungkinan
mesin akan mengalami kerusakan sebelum tiba waktu perawatan. Selain itu jika
kondisi mesin atau komponen mesin/peralatan masih baik dan menurut jadwal
harus sudah diganti atau diperbaiki akan menimbulkan kerugian (Sudradjat,
2011).
4. Perawatan Prediktif (Predictive Maintenance), perawatan prediktif juga
merupakan bagian dari perawatan pencegahan. Perawatan prediktif ini dapat
diartikan sebagai strategi perawatan dimana pelaksanaannya didasarkan kondisi
mesin itu sendiri. Untuk menentukan kondisi mesin dilakukan tindakan
pemeriksaan atau monitoring secara rutin, jika terdapat tanda atau gejala
kerusakan segera diambil tindakan perbaikan untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut, jika tidak terdapat gejala kerusakan segera pula diketahui. Perawatan
prediktif disebut juga perawatan berdasarkan kondisi (condition based
maintenance) atau juga disebut monitoring kondisi mesin (machinery condition
monitoring), yang artinya sebagai penentuan kondisi mesin dengan cara
memeriksa mesin secara rutin, sehingga dapat diketahui keandalan mesin serta
keselamatan kerja terjamin. Tujuan perawatan prediktif ini yaitu; mereduksi
breakdown dan kecelakaan yang disebabkan oleh kerusakan alat, meningkatkan
10
11
Yang bertujuan untuk menjaga mesin atau peralatan berjalan dengan baik
selama beroperasi. Program PM harus dimulai dari tahap perencanaan (design)
hingga tahap penyediaan spare parts, diantaranya adalah :
a. Design dari alat alat mesin yang digunakan dengan mempertimbang kan beban
dengan kondisi lingkungan kerja pemakaian alat atau mesin dan sebagainya.
b. Pembentukan repair team.
c. Pengadaan pelengkapan, perencanaan dan penjadwalan perbaikan.
d. Inspeksi atau pemeriksaan secara periodic.
e. Arsipkan data-data tentang perawatan sebagai riwayat hidup.
f. Pengadaan suku cadang.
12
13
BAB III
METODOLOGI
3.1
Metode Penyusunan
Dalam melaksanakan pembuatan Alat Peraga Perawatan Instalasi Pompa
diperlukan berbagai langkah-langkah proses pengerjaan, diantaranya dapat dilihat
pada langkah-langkah pekerjaan sebagai berikut :
14
3.2
15
Pengumpulan
Data Alat Uji
Impak
16
Data
Komponen
Alat Uji
Impak
Merencanakan
Pekerjaan Perawatan
Komponen Alat Uji
Impak
17
18
3
4
2
1
6
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Dalam sistem perawatan dan perbaikan alat uji impak terdapat empat kategori
yang merupakan tahapan dasar dalam melakukan pekerjaan perawatan dan
perbaikan, yaitu Inspeksi (Inspection), Reparasi Kecil (Small Repair), Reparasi
Menengah (Medium Repair), dan Perbaikan Menyeluruh (Complete Repair), dengan
penjelasan masing-masing pekerjaan sebagai berikut :
1. Inspeksi (Inspection)
Pekerjaan yang dikerjakan adalah sebagai berikut :
a. Memeriksa keseluruhan alat uji impak.
b. Memeriksa sambungan baut dan mur, rangka dari serangan karat.
c. Memeriksa kekuatan kekencangan sambungan baut dan mur pada rangka.
d. Memeriksa minyak pelumas pada bantalan (ball bearing) poros lengan
pendulum.
e. Memeriksa kedudukan pendulum serta pisau pendulum dalam keadaan lurus.
f. Memeriksa fungsi pengikat pendulum.
2. Reparasi Kecil (Small Repair)
Pekerjaan yang dikerjakan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pekerjaan inspeksi secara keseluruhan.
b. Membersihkan setiap komponen-komponen alat uji impak dari debu atau
kotoran.
c. Bersihkan dengan amplas halus apabila terdapat karat pada sambungan baut
dan mur, atau gunakam grease untuk melumasi permukaannya.
d. Kencangkan sambungan baut dan mur pada rangka apabila mengalami
penurunan kekencangan.
e. Lumasi bantalan (ball bearing) lengan pendulum.
f. Lumasi kabel pengikat pendulum.
3. Reparasi Menengah (Medium Repair)
Pekerjaan yang dikerjakan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pekerjaan inspeksi dan pekerjaan reparasi kecil secara keseluruhan.
b. Pengujian kinerja alat uji impak.
c. Pengecetan bagian-bagian alat uji impak apabila lapisan cat telah rusak.
4. Perbaikan Menyeluruh (Complete Repair)
Pekerjaan yang dikerjakan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pekerjaan inspeksi, pekerjaan reparasi kecil dan pekerjaan reparasi
menengah secara keseluruhan.
b. Overhaul alat uji impak, memeriksa, membersihkan dan memperbaiki atau
mengganti komponen-komponen dari alat uji impak yang telah rusak atau
cacat.
4.2
21
No.
1
2
3
4
5
6
7
No.
1
2
3
4
5
6
7
No.
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
Komponen
Tahun (2015)
09 10 11
I3
I3
I3
I3
08
1
2
3
4
02
Tahun (2015)
03 04 05
I2
I2
I2
I2
I2
I2
I2
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
22
12
MR1
MR1
MR1
MR1
11
06
SR2
SR2
SR2
SR2
SR2
SR2
SR2
12
SR1
SR1
SR1
SR1
SR1
SR1
SR1
07
Tahun (2016)
01
02
5
6
7
No.
Komponen
1
2
3
4
5
6
7
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
No.
Komponen
1
2
3
4
5
6
7
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
No.
I3
I3
I3
03
I4
I4
I4
I4
I4
I4
I4
04
Komponen
1
2
3
4
5
6
7
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
No.
Komponen
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
Tahun (2016)
05 06 07
SR3
SR3
SR3
SR3
SR3
SR3
SR3
Tahun (2016)
10 11
12
SR4
SR4
SR4
SR4
SR4
SR4
SR4
05
1
2
3
4
5
6
7
MR1
MR1
MR1
06
MR2
MR2
MR2
MR2
MR2
MR2
MR2
Tahun
(2017)
12
SR5
SR5
SR5
SR5
SR5
SR5
SR5
23
08
09
I5
I5
I5
I5
I5
I5
I5
Tahun (2017)
01 02 03
04
I6
I6
I6
I6
I6
I6
I6
Tahun (2017)
07 08 09
I7
I7
I7
I7
I7
I7
I7
10
11
Tahun (2018)
01
02
03
I8
I8
I8
I8
I8
I8
I8
04
05
06
SR6
SR6
SR6
SR6
SR6
SR6
SR6
No.
Komponen
1
2
3
4
5
6
7
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
07
Tahun (2018)
08
09 10 11
I9
I9
I9
I9
I9
I9
I9
12
CO2
CO2
CO2
CO2
CO2
CO2
CO2
Keterangan :
I = Inspeksi
SR = Small Repair
MR = Medium Repair
CO = Complete Overhaull
4.3
No.
1
Pemutar Lengan
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
4.4
No
1
4.5
Terjadi
kemancetan pada
pendulum
Periksa kondisi
pendulum.
Terjadi
kemancetan pada
jarum penunjuk
Terjadi
kemancetan pada
tombol pengunci
yang baru.
- Melumasi dengan
pelumas pada porosnya
- Menstabilkan kedudukan
sesuai kedudukannya
ditengah.
- Ganti dengan pendulum
yang baru
- Melumasi dengan
pelumas.
- Ganti dengan jarum yang
baru.
- Melumasi dengan
pelumas.
- Ganti dengan tombol
pengunci yang baru
26
Cek Kondisi
Alat Uji Impak
27
Operasikan Alat
Uji Impak
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
4.6
42
No.
1
2
3
4
5
6
7
2. Kegiatan Tahunan : Rp192.000,Total : Rp 1.092.000,Jadi biaya Preventive Maintenance pada tahun 2014 adalah Rp 1.092.000,-.
maka biaya Preventive Maintenance untuk tahun 2015 adalah:
F = Rp 1.092.000,- x (1+0,15)1 = Rp 1.255.800,Dan biaya Preventive Maintenance untuk tahun 2016 adalah:
F = Rp 1.092.000,- x (1+0,15)2 = Rp 1.444.170,Proses Overhaul alat uji impak dilakukan setelah 24 bulan, Overhaul dilakukan
oleh 2 orang pekerja dengan gaji Rp. 10.000,- per jam selama 2 jam dengan rincian
pekerjaan sebagai berikut:
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan
Pendulum
Lengan Pengikat
Jarum Penunjuk Derajat
Pemutar Lengan
Tuas Sabuk Rem
Sabuk Rem
Tombol Pengunci
Biaya Mekanik
Total biaya overhaul
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
2
Harga (Rp)
500.000
300.000
20.000
200.000
100.000
50.000
50.000
20.000
1.240.000
Berdasarkan rincian biaya Overhaul diatas, maka dapat dihitung besarnya rincian
total biaya Overhaul sebagai berikut:
Diketahui:
P = Rp 1.240.000,i = 15%
n=2
Maka diperoleh:
F = Rp 1.240.000,- x (1 + 0,15)2
= Rp 1.639.900
BAB V
PENUTUP
44
5.1
Simpulan
Dalam merencanakan langkah-langkah Perencanaan Perawatan Dan Perbaikan
Alat Uji Impak Charpy dapat disimpulkan perencanaan perawatan dan perbaikan
Perbaikan Alat Uji Impak Charpy sebagai berikut:
1. Kegiatan perawatan dan perbaikan meliputi; Inspeksi (Inspection), Reparasi Kecil
(Small Repair), Reparasi Menengah (Medium Repair), dan Perbaikan Menyeluruh
(Complete Repair).
2. Standard Operational Procedure (SOP) Perbaikan Alat Uji Impak Charpy yang
digunakan, yaitu terdiri dari SOP Penggunaan, SOP Pengoperasian, SOP
Perawatan dan SOP Perbaikan.
3. Dari perhitungan biaya perawatan pada BAB Pembahasan, didapatkan biaya
Preventive Maintenance adalah Rp 1.092.000,-, biaya Preventive Maintenance
untuk tahun 2015 adalah Rp 1.255.800,-, biaya Preventive Maintenance untuk
tahun 2016 adalah Rp 1.444.170,-, biaya Overhaul Alat uji impak adalah Rp
1.639.900,-.
5.2
Saran
1. Lakukan perawatan secara berkala sesuai dengan jadwal perawatan, agar alat
peraga tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi yang siap pakai.
2. Gunakan komponen-komponen yang sesuai, ketika melakukan penggantian
komponen yang cacat/rusak. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi alat
peraga tersebut dalam kondisi mendekati sempurna atau seperti saat awal
pemakaian (baru), serta dapat berfungsi dengan baik.
3. Dari setiap proses pekerjaan perawatan dan perbaikan perhatikan selalu Kesehatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
45