Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerjaan konstruksi merupakan kombinasi dari berbagai macam disiplin

ilmu pengetahuan, baik dilihat dari segi teknis konstruksi maupun dari segi non

teknisnya dan termasuk juga di dalamnya unsur sumber daya manusianya (man

power). Dalam pekerjaan konstruksi selalu menyangkut dengan penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi dan masyarakat penyelenggara pekerjaan konstruksi itu

sendiri. Dimana penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ini wajib memenuhi

ketentuan tentang keteknikan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3),

perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin

terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Terkait dengan potensi risiko kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan

konstruksi, maka pengetahuan akan K3 pada suatu proyek konstruksi saat ini telah

menjadi kebutuhan mendasar. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti

seharusnya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk

mengelolanya (safety management), yang sering disebut Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). K3 konstruksi bukanlah sesuatu yang

baru, mengingat ada beberapa regulasi terkait K3 sudah ada sejak Tahun 1970,

seperti Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan

beberapa tahun lalu Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri No. 9 Tahun

2008 tentang SMK3.

1
2

Standar Keselamatan Kerja yang belum memadai dan masih tingginya

angka kecelakaan kerja di Indonesia, merupakan bukti lemahnya perhatian

terhadap pentingnya aspek K3 pada pekerjaan konstruksi. Sebagai gambaran, data

angka kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Tahun 2011 di Indonesia tercatat

96.314 kasus kecelakaan kerja, dimana terdapat 2.144 orang meninggal, 42 orang

cacat total. Sebagian besar pekerja yang ditanyakan mengenai berbagai hal

tentang K3, tidak mengetahui secara jelas mengenai K3 meskipun pernah

mendengarnya. Hal ini berarti bahwa persoalan K3 bagi pekerja ditempatkan jauh

di bawah persoalan seperti upah rendah serta hak – hak lainnya. Banyak

perusahaan yang tidak menyediakan alat keselamatan dan pengaman untuk

pekerjanya, dan banyak juga pengusaha yang mengabaikan K3 karena dianggap

mengeluarkan biaya tambahan.

Secara umum pengetahuan tentang K3 sangat luas, akan tetapi ada

beberapa komponen K3 yang dipandang penting untuk dijadikan tolak ukur

pemahaman K3. Komponen – kompenen tersebut adalah Definisi dan Inisiasi K3,

Sistem Manajemen K3 (SMK3), Alat Pelindung Diri (APD), Sarana dan

Prasarana K3, Risiko K3. Definisi dan inisiasi bermanfaat untuk gambaran awal

tentang K3 pada suatu proyek konstruksi yang erat kaitannya dengan pengenalan

secara umum seperti misalnya definisi istilah – istilah, kepanjangan dari singkatan

– singkatan, arti dan makna lambang K3, struktur organisasi yang terlibat, pihak

internal dan eksternal terkait fungsi pelaksanaan K3, dan sebagainya. Proses

SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan Do Check Action) yaitu mulai dari

perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian,


3

SMK3 akan berjalan terus – menerus secara berkelanjutan selama aktivitas

organisasi masih berlangsung. Perlindungan keamanan dan keselamatan pekerja

dalam suatu kegiatan konstruksi seharusnya dilakukan secara sungguh – sungguh

melalui berbagai cara untuk mengurangi sumber bahaya dengan menggunakan

alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya

pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) masih sangat sulit, mengingat para pekerja

akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. Begitu juga

dengan sarana dan prasarana K3 yang memadai, seperti misalnya tersedia atau

tidaknya fasilitas MCK, tempat sampah organik atau anorganik, pengelolaan

limbah, yang secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi perilaku pekerja saat

bekerja. Komponen penting lainnya yaitu risiko K3, yang menggambarkan

besarnya potensi bahaya pada pekerjaan konstruksi untuk dapat menimbulkan

insiden atau cedera pada pekerja yang ditentukan oleh kemungkinan dan

keparahan yang diakibatkannya, sehingga harus dikelola dan dihindarkan melalui

manajemen K3 yang baik.

Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek penelitian pada Proyek

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 dengan

Penyedia Jasanya adalah Wika-Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT.

Hutama Karya Persero (Tbk). Cakupan pekerjaannya meliputi Main Road,

Simpang Susun Ngurah Rai, Jalan Akses Ngurah Rai, dan Persimpangan

Sebidang Jalan Ngurah Rai.

Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian besar

di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara lain bekerja
4

di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi kondisi pasang

surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di samping itu, terdapat

beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti

perahu terbalik, terkena alat kerja manual, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik,

tertimpa benda berat, terkena manuver alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu

lintas, jatuh ke air dalam, terjepit tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit

bar cutter/bender, terimpa precast, dan sebagainya.

Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada proyek

di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya melakukan upaya

manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap darurat dan mitigasi.

Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan APD merupakan prioritas

bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada pelaksanaan di lapangan, masih saja

terdapat pekerja yang tidak mengikuti aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu

dan K3 perusahaan. Ada pekerja yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan

mempunyai kebiasaan berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang

tahu bagaimana melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak

dilakukan, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu

pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat ketimpangan

antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di tempat kerja.

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis ingin meneliti

mengenai pengaruh pengetahuan K3 pada pekerjaan konstruksi terhadap perilaku

pekerja konstruksi di tempat kerja dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti
5

definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana,

serta risiko K3.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi

dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem

manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3?

2. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara bersama-sama

terhadap perilaku pekerja konstruksi?

3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara parsial

terhadap perilaku pekerja konstruksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum maupun tujuan khusus pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi

dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem

manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara

bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi.


6

b. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara

parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti

berikut yaitu:

1. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi

masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja

terkait dengan regulasi yang mengatur K3.

2. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman

bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa

mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan

keselamatan kerja.

1.4.2 Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti

berikut yaitu:

1. Untuk bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya pada

pengembangan upaya – upaya untuk menghasilkan terobosan baru di bidang

K3 Konstruksi.
7

2. Dibidang penelitian diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi

bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti masalah K3 Konstruksi di masa

yang akan datang.

1.5 Batasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk perilaku pekerja

konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua

– Ngurah Rai – Benoa, khususnya Paket 3 yang dikerjakan oleh Kontraktor Wika-

Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT. Hutama Karya Persero (Tbk).

Anda mungkin juga menyukai