Anda di halaman 1dari 4

PEMODELAN ANALISIS MITIGASI BENCANA BANJIR LUAPAN DANAU TEMPE

KAB.WAJO

I. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi perairan Danau Tempe telah mengalami perubahan
antara lain sebagian dari wilayah danau telah menjadi daratan.
 Terjadinya akumulasi sedimen yang dibawa oleh aliran air menjadikan Danau Tempe
semakin dangkal yang mengakibatkan daya tampung volume air menjadi berkurang. Total
sedimen yang masuk yakni 1.069.099 m3 sementara yang dikeluarkan melalui Sungai
Cendranae adalah 550.490 m3 . Dengan demikian, sisa sedimen yang mengendap di dasar
danau sebesar 510.609 m3
 Berdasarkan PPSP (Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman) Kabupaten
Wajo 2014 menunjukkan bahwa kondisi wilayah Kabupaten Wajo yang berbentuk mangkok
menyebabkan aliran air dari berbagai kabupaten lain seperti Soppeng, Bone, Luwu dan lain-
lain akan berhulu ke Kabupaten Wajo. Hal ini menyebabkan banjir karena melupanya Danau
Tempe dan ditambah dengan banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik,
sungai yang mengalami pendangkalan.
 Adanya alih fungsi lahan dari hutan menjadi areal pertanian dan areal pertanian menjadi non
pertanian akan menyebabkan terjadinya peningkatan erosi permukaan pada tahap awalnya.
Selanjutnya tanah yang tererosi tersebut akan terbawa ke sungai dan menyebabkan laju
sedimentasi DAS meningkat.
 Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Wajo perlu ditingkatkan dengan
melakukan perubahan cara pandang bencana dari yang bersifat tanggap darurat menjadi
pengurangan risiko bencana. Hal ini dilakukan sebagai upaya yang lebih menyeluruh terkait
dengan penanggulangan bencana. Salah satu upaya tersebut di tingkat pemerintahan,
ditandai dengan masuknya penanganan dan pengurangan risiko bencana sebagai salah satu
agenda pembangunan Kabupaten Wajo Tahun 2008– 2013 dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Wajo. (Rencana Penanggulangan Kabupaten Wajo,
2012). (2)
 Banjir yang hampir terjadi setiap tahunnya tersebut menyebabkan kerugian materil maupun
non-materil bagi masyarakat utamanya yang berada di wilayah sekitar Danau Tempe.
Adapun kecamatan yang paling rawan yakni Kecamatan Tempe, Pammana, Sabbangparu,
dan Takkalalla (BMKG, 2014) dikarenakan termasuk dalam kecamatan dengan daftar curah
hujan yang tinggi.
Pemodelan Analisis MItigasi Bencana Banjir
Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan
kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai
metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya
standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi
memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman
tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana
yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan
secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta
risiko bencana.
 Peta Ancaman adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan
kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta KRB
Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan
Banjir

 Peta Kerentanan adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset
penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Contoh :
Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta
kerentanan lokasi

 Peta Kapasitas adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi
risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta evakuasi, peta
pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat.

 Peta Risiko Bencana adalah :gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya
parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh :
peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.

Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko,
yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing análisis risiko :
Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah
kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis
tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll

Anda mungkin juga menyukai