Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN

BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU PEMBANGKITAN


SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN
BELAWAN

Hermansyah, ST, MT
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Asahan

ABSTRAK
Korosi umumnya terjadi pada material yang terbuat dari logam. Proses korosi terjadi
secara alami namun pengaruhnya dapat menyebabkan kekuatan dari material logam
menjadi berkurang. Usaha yang dilakukan untuk mencegah korosi adalah menghambat
laju korosi. PLTU Pada struktur bangunan sering dijumpai kerusakan yang
berakibatkan korosi didaerah pinggir laut terutama salah satunya pada bangunan PLTU
yang fungsinya sebagai Cooling Water Pump. Pada saat ini bangunan basement di
PLTU mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh faktor air laut dan kelembaban udara
dimana strukturnya mengalami korosi. Penelitian yang dilakukan ini dengan melakukan
beberapa proses terjadinya korosi yang sudah ada pada bangunan basement PLTU.
Untuk itu dilakukan pengecekan struktur dengan menggunakan Hammer Test dan alat
pemotong core sampling untuk mengetahui mutu beton pada bangunan basement
tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk di uji kuat tekan, pengujian karbonasi
terhadap beton dan pengujian penetrasi ion klorida. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui berapa besar kerusakan bangunan basement di PLTU. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasannya ketebalan pada selimut beton 30 mm akan memiliki
kecepatan korosi 0,39 mm dengan ratio air semen 0,4 - 0,52 mm dengan ratio air semen
0,4 mm sedangkan ketebalan selimut beton 60 mm dengan kecepatan korosi mencapai
0,196 mm dengan ratio air semen 0,4 - 0,264 mm. Pada bangunan basement CWP PLTU
di pengaruhi adanya faktor karbonisasi yang mengakibatkan kerusakan pada tulangan
dengan kedalaman sekitar 10 mm. Pada bangunan CWP PLTU pengaruh korosi
terhadap bangunan mulai tidak aman pada tahun 25 dan 30 tahun.
Kata Kunci: Korosi, Karbon

I. PENDAHULUAN dengan cara memperlambat lajunya.


Korosi merupakan proses atau Kerusakan pada beton bertulang akibat
reaksi elektrokimia yang bersifat dan korosi disebabkan oleh karbonasi dan
berlangsung secara alamiah. Proses ini kontaminasi khlorida.
dapat mempengaruhi struktur bangunan Bangunan basemen pada
khususnya bangunan yang berada di bangunan PLTU Pulau Sicanang,
daerah pesisir. Dalam mekanismenya, Belawan adalah satu konstruksi beton
korosi tidak dapat dicegah atau bertulang yang mengalami kerusakan
dihentikan namum dapat dikendalikan akibat korosi. Letak bangunan berada di

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 1


pesisir dan berada di zona instrusiair menyebabkan timbulnya peristiwa
asin menyebabkan basement bangunan korosi. Faktor tersebut dapat
PLTU rusak. menimbulkan terjadinya peristiwa
Adapun tujuan dari penelitian korosi. Faktor tersebut dapat
ini adalah mengetahui seberapa besar menimbulkan terjadinya peristiwa
pengaruh unsur ion klorida dan korosi apabila komponen-komponen
karbonasi pada air laut terhadap tersebut terjadi hubungan satu sama lain
kekuatan beton bertulang. Berdasarkan yang menimbulkan terjadinya aliran
latar belakang diatas, yang menjadi elektron. Faktor yang mendasari korosi
rumusan masalah dalam penelitian ini tersebut dapat dilihat dalam suatu
adalah: Pengaruh kerusakan konstruksi rangkaian sel korosi basah.
beton bertulang yang berinteraksi Karbonasi akan menetralkan kondisi
dengan pengaruh air laut, Pengaruh ion basah pada beton sehingga lapisan pasif
klorida terhadap penurunan kekuatan baja tulangan menjadi tidak stabil.
beton bertulang dan pengaruh Sedangkan mekanisme kerusakannya
Karbonasi terhadap penurunan kekuatan diakibatkan serangan ion khlorida
beton bertulang. makan tulangannya berkarat. Masuknya
air laut ke dalam beton bertulang
II. PENDEKATAN TEORI berfungsi sebagai media bagi ion-ion
Korosi berasal dari bahasa latin yang menyebabkan korosi pada
“Corrodere” yang artinya perusakan tulangan seperti ion khlorida dan ion
logam atau berkarat akibat sulfat untuk melakukan penetrasi ke
lingkungannya. Korosi adalah dalam beton.
penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dengan lingkungannya. 2.1. Mekanisme Terjadinya Korosi
Penurunan mutu logam tidak h anya Mekanisme terjadinya korosi ditinjau
melibatkan reaksi kimia namun juga dari aspek material adalah adanya
reaksi elektrokimia, yaitu antara bahan ragam jenis material yang menyatu
bersangkutan terjadi perpindahan dalam ukuran mikro atau makro.
elektron. Karena elektron adalah Keadaan struktur mikro, tidak lepas dari
sesuatu yang bermuatan negatif, maka historis metalurgi mengenai cara
pengangkutannya menimbulkan arus pembentukan dan perubahannya.
listrik. Banyak hal korosi menyebabkan Karena itulah proses-proses
penurunan daya guna suatu komponen pembentukan dan pengerjaan logam
atau peralatan terbuat dari logam seperti merupakan faktor yang menentukan.
peralatan pabrik, jembatan, peralatan
kimia dan sebagainya. 2.2. Faktor – Faktor Terjadinya
Peristiwa korosi tidak akan terjadi Korosi
dengan sendirinya melainkan ada Faktor yang terjadinya korosi adalah :
faktor-faktor tertentu yang Adanya ketidak homogenan baik dalam
jenis maupun mikro termasuk ketidak homogenan dalam beban fisik dan kimia
KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
2 PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN
BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
(tegangan, suhu, konsentrasi oksigen faktor sebagai berikut: Karbonasi,
dan sebagainya). Adanya larutan, air Klorida, Garam Magnesium dan
dan embun yang mengandung garam Serangan Sulfat.
sebagai elektrolit.
Faktor – faktor yang mempengaruhi 2.4. Korosi Pada Baja Tulangan
kecepatan korosi adalah : Homogenitas Baja tulangan merupakan suatu bahan
fisik dan kimia, Nilai elektro potensial yang mudah mengalami korosi. Korosi
didalam larutan, Kemampuan baja tulangan pada beton adalah sebuah
membentuk lapisan pelindung, proses elektrokimia. Sel korosi
Hidrogen, Selain air dan oksigen terbentuk karena perbedaan konsentrasi
sebagai elektrolit juga gas pembentuk ion dan gas di sekitas logam. Secara
asam(CO2, SO2, NaCL ) pada musim normal, baja tulangan akan mempunyai
penghujan atau pada kelembaban tinggi. lapisan film tipis FeO. OH pada
permukaannya yang akan membuat baja
2.3. Korosi Beton Di Lingkungan pasif terhadap korosi. Pada proses
Laut terjadinya korosi akan dihasilkan suatu
Setiap konstruksi yang telah senyawa baru yaitu karat (Fe2O3.nH2O).
dibangun harus dievaluasi secara terus Setengah reaksi yang terjadi ialah:
menerus untuk menentukan kinerja Fe Fe2+ + 2e
bangunan. Ambruknya suatu ½ O2 + H2O + 2e 2 OH-
infrastruktur seperti jembatan, jalan Perubahan baja menjadi karat akan
layang, dermaga dan lain-lain karena menyebabkan pertambahan volumenya
secara tiba-tiba sering terjadi korban tergantung pada kondisi oksidasi
akibat runtuhnya konstruksi bangunan besinya. Penambahan volume (kurang
baik itu dari segi finansial maupun lebih 600%) akan menyebabkan
keselamatan manusia. Salah satu ekspansi beton dan keretakan. Laju
penyebab kerusakan bangunan korosi atau perusakan lapisan pelindung
dilingkungan laut adalah korosi pada yang diberikan kepada logam akan
beton dan tulangan. Secara umum, dipengaruhi oleh perubahan dari faktor
tulangan baja didalam beton tidak akan kelembaban relatif, temperatur, pH,
terkorosi, karena beton pada umumnya konsentrasi oksigen, bahan pengotor
memiliki pH tinggi (sekitar 12.5), sifat padat/terlarut dan konsentrasi larutan.
pH tinggi atau basa/alkali pada beton Pada proses korosi, baja tulangan
terbentuk sebuah lapisan pasif yang dimasukkan dalam larutan asam sulfat,
menyebabkan baja terlindung dari reaksi kimia yang terjadi pada proses
pengaruh luar. Baja baru terkorosi bila korosi. Asam sulfat (H2SO4) bereaksi
lapisan pasif ini rusak (pH beton turun) dengan besi (Fe) pada baja tulangan.
yang biasanya disebabkan oleh faktor- Baja tulangan yang terkorosi seperti
Gambar 1.1 , volume karatnya lebih
besar kali dari volume bahan
asalnya sehingga mengakibatkan keretakan pada beton. Hal ini merupakan

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 3


awal dari kerusakan beton yang menyebabkan massa beton terdesak dan
akhirnya menuju ke kerusakan yang pecah. Secara lengkapnya, proses
lebih parah sehingga secara keseluruhan terjadinya ettringite ini dapat dijelaskan
memperpendek usia pakai konstruksi sebagai berikut. Proses hidrasi antara
yang bersangkutan. Baja tulangan di semen (C3S dan C2S) dengan air
dalam beton terkorosi apabila keadaan menjadi pasta semen
pasif hilang yaitu pH lingkungan pada (3CaO.2SiO2.3H2O disingkat CSH).
bidang kontak baja- beton turun sampai C3S + H2O → CSH + Ca(OH)2C2S + H2O → CSH
< 9,5. + Ca(OH)2.
Ca(OH)2 yang terjadi kemudian
bereaksi dengan garam sulfat dari tanah
atau laut menjadi
Ca(OH)2 + MgSO4 → Mg(OH)2 + CaSO4.
CaSO4 yang terjadi bereaksi kembali
dengan C3A dari semen dan air
menjadiettringite.
C3A + CaSO4 + H2O → ettringite.

Gambar 1.1. Proses Korosi Pada Baja


Tulangan
Sumber : www.proseskorosi.com

2.5. Korosi Pada Beton


Korosi pada beton terjadi dipermukaan
bagian bawah lantai dermaga seperti
Gambar 1.2. Korosi pada beton terjadi
akibat terbentuknya ettringite akibat
reaksi kimia antara unsur kalsium di
Gambar 1. 2. Proses Korosi Pada Beton
dalam beton dengan garam sulfat dari
luar. Sama seperti karat pada besi, 2.6 Karbonisasi
ettringite yang terjadi menyebabkan Karbonasi adalah pelapukan batuan oleh
pengembangan volume beton sehingga karbon dioksida (CO2). Gas ini
terkandung pada air hujan ketika masih
menjadi uap air. Jenis batuan yang
mudah mengalami karbonasi adalah
batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur
KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
4 PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN
BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
menyebabkan batuan rusak. Pelapukan Fenolftalein adalah bahan putih atau
ini berlangsung dengan batuan air dan pucat kristal kuning. Untuk digunakan
suhu tinggi. Air yang banyak sebagai indikator itu dilarutkan dalam
mengandung CO2 (zat asam arang) pelarut yang cocok seperti isopropil
dapat dengan mudah melarutkan batu alkohol (isopropanol) dalam larutan
kapur (CaCO2). Peristiwa ini 1%.Larutan indikator fenolftalein
merupakan pelarutan dan dapat diterapkan pada permukaan fraktur
menimbulkan gejala karst. Karbonasi segar beton. Jika indikator berubah
merupakan salah satu proses pelapukan ungu, pH di atas 8,6. Dimana solusi
kimiawi. Selain karbonasi, proses tetap tidak berwarna, pH beton di
lannya yaitu hidrasi, hidrolisa, dan bawah 8,6, menunjukkan karbonasi.
oksidasi. Karbonasi beton dikaitkan Sebuah pasta penuh berkarbonasi
dengan korosi tulangan baja dan dengan memiliki pH sekitar 8,4.Dalam
penyusutan. Namun, juga meningkatkan prakteknya, pH 8,6 hanya dapat
baik kekuatantekan dan kuat tarik memberikan warna sedikit merah muda
beton,sehingga tidak semua dampaknya samar-samar terlihat. A, kuat segera,
pada beton buruk. Karbonasiyaitu : perubahan warna menjadi ungu
peristiwa terbentuknya CaCO3 sebagai menunjukkan pH yang agak tinggi,
akibat reaksi antara Ca(OH)2 dengan mungkin pH 9 atau 10. Beton dengan
gas atau senyawa terlarut yang bersifat larutan pori pH 10-12 kurang alkali dari
asam. beton suara tapi masih akan
Proses karbonasi berlangsung menghasilkan perubahan warna yang
menurut reaksi sebagai berikut : kuat dengan indikator fenolftalein.
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O Karena itu berarti bahwa tes adalah
Ca(OH)2+ H2CO3 CaCO3 + 2H2O indikator cenderung meremehkan
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)  2CaCO3 + H2O kedalaman yang karbonasi telah terjadi.
Ca(OH)2 + 2NaHCO3 CaCO2 + Na2CO3 +H2O
Dalam konfirmasi ini mikroskop,- baik
Proses karbonasi ini berlangsung dari
mikroskop optik menggunakan tipis-
permukaan beton ke bagian dalam beton
bagian, atau scanning menggunakan
yang akhirnya mencapai bidang kontak
mikroskop elektron bagian dipoles-efek
baja beton. Apabila proses karbonasi
karbonasi menunjukan pada kedalaman
telah mencapai bidang kontak baja-
lebih besar dariyang ditunjukkan oleh
beton, pH lingkungan pada bidang
indikator fenolftalein.
kontak baja-beton turun sampai < 9,5.
Cara Untuk Mengukur Kedalaman
Kedalaman yang terkena dampak dari
Karbonasi
permukaan beton dapat dengan mudah
Kedalaman karbonasi terbentuk dalam
ditampilkan dengan menggunakan
perambatan/pergerakan karbon dioksida
larutan indikator fenolftalein.
di dalam sampel beton. Nilai alkalinitas
beton dinyatakan dengan nilai pH yang
sama12-13 mm, dengan perambatan /
pergerakan karbon dioksida menyebabkan reaksi yang mengurangi

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 5


alkalinitas tersebut. Ini akan Bangunan Basement CWP PLTU
mempengaruhi permukaan baja dan dikarenkan adanya faktor kelembaban
kemudian merusak lapisan perlindungan udara dan tumpahan air di mesin pompa
pasif disekitar batang baja, proses pengolahan yang mana mesin pompa
korosi pun akan terjadi. Oleh karena itu, tersebut mengisap air laut, akibatnya
sangat penting untuk menentukan struktur yang ada di bangunan tersebut
kedalaman beton yang mengubah ke mengalami kerusakan antara lain pada
karbonasi dan seberapa jauh dari atau balok, kolom maupun pada lantai.
dekat dengan jeruji baja itu. Tes ini Kerusakan yang terjadi pada balok
dilakukan dengan menyemprotkan dikarenakan selimut beton mengelupas,
permukaan beton yang rusak atau sebagian cat rusak dan berwarna coklat
memecahkan / mematahkan ( beton ) akibat besi tulangan mengalami korosi.
menggunakan alat khusus untuk Kolom juga mengalami kerusakan
memperoleh kedalaman karbonasi dikarenakan selimut beton juga
dengan phenolphthalein dilarutkan mengelupas akibatnya besi beton
dalam alkohol. Test karbonisasi ini terlihat pada permukaan kolom.Tidak
dilakukan dengan cara menyemprot hanya pada balok dan kolom yang
bahan phenolphthalein kedalam beton. mengalami kerusakan seperti lantai juga
Warna larutan menjadi merah muda tangga mengalami kerusakan.
ketika menyentuh permukaan beton
dengan nilai alkalinitas pH sekitar 12 –
13,5 mm, dan warna berubah abu-bau
atau biru jika beton kehilangan
alkalinitas dan pH kurang dari 9. Hal ini
diperlukan bahwa bagian yang akan
diuji harus baru rusak baik itu pada
balok, kolom, lantai atau tangga.
Setelah mengukur kedalaman karbonasi
Gambar 1. 3. Kerusakan Pada Balok
dipenutup beton dan jarak dari
dan Kolom
kedalaman karbonasi ke batangan baja,
Penyebab terjadinya keretakan pada
baik itu mencapai batang baja atau
bangunan basement CWP adalah :
tidak, ini mudah untuk mengevaluasi
Adanya pengaruh faktor kelembaban
resiko terjadinya korosi.
udara yang menyebabkan beton
menggalami keretakan, adanya
Identifikasi Kerusakan
pengaruh air laut yang mana terjadi
Dengan diadakannya tinjauan ke lokasi
pasang surut maka bangunan basement
untuk mengetahui seberapa besar
terjadi kerusakan pada struktur tersebut,
tingkat kerusakan yang terjadi di
adanya pengaruh rembesan air dari
pompa mesin yang menyebabkan beton
mengelupas dan retak.
Dengan demikian adanya kerusakan atau keretakan pada bangunan basement
KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
6 PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN
BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
yang disebabkan adanya faktor air laut alkohol dan air.
dan kelembaban udara akibatnya beton Pengukuran ion klorida adalah
mengalami retak dan baja akan salah satu metode untuk test
mengembang kemudian menjadi pemeliharaan struktur beton yaitu pada
keropos. Tulangan yang mengembang bangunan yang terletak di daerah sekitar
atau bertambahnya volume baja akan lingkungan laut, dimana ion klorida bisa
mengakibatkan keretakan yang lebih buat korosi pada struktur beton.
parah dan kerusakan beton.
Tabel. Hasil Pengukuran Kedalaman
HASIL DAN PEMBAHASAN Karbon
Pengujian Kedalaman Karbonisasi Carbonation Depth
No Uraian
Karbonisasi pada beton adalah ( mm )
masuknya unsur CO2 kedalam struktur 1 BALOK 5
2 KOLOM 5
beton, sehingga menyebabkan tulangan
3 LANTAI 10
yang ada dalam konstruksi mengalami 4 TANGGA 4
korosi. Jika ini terjadi maka dalam
waktu yang relatif cepat ketahanan
struktur akan mengalami penurunan.
Test karbonisasi ini dilakukan dengan
cara menyemprot bahan
phenolphthalein kedalam beton. Warna
larutan menjadi merah muda ketika
menyentuh permukaan beton dengan
nilai alkalinitas pH sekitar 12 – 13,5
mm, dan warna berubah abu-abu atau
biru jika beton kehilangan alkalinitas
dan pH kurang dari 9 mm. Hal ini
diperlukan bahwa bagian yang akan
Gambar 1. 4. Hasil Pengukuran Ion
diuji harus baru rusak baik itu pada Klorida
Untuk melakukan test klorida pertama –
tama, sampel diambil dari permukaan
balok, kolom, lantai atau tangga. struktur beton dengan menggunakan
Setelah mengukur kedalaman karbonasi alat kemudian inti sampel dipotong
dipenutup beton dan jarak dari dengan pemotong beton. Pemotong
kedalaman karbonasi ke batangan baja, tanpa menggunakan air setelah itu beton
baik itu mencapai batang baja atau di hancurkan menjadi potongan-
tidak, ini mudah untuk mengevaluasi potongan sekitar 5 mm dengan
resiko terjadinya korosi. Pengujian menggunakan palu, kemudian sampel
karbonisasi dilakukan dengan dihancurkan kembali menjadi bubuk,
menggunakan phenolphthalein dengan yang garis tengahnya kurang dari 150
m dengan menggunakan mesin penggiling dan setelah itu harus

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 7


dikeringkan selama satu hari dibawah 1
1-1 0,0097
kondisi ruang normal. Bubuk yang 1-2 0,0483
2-1 0,0113
dikeringkan secara alami dicampur dan 2
2-2 0,0189
dikukur dalam suatu glass breaker, 3-1 0,0539
3
kemudian asam sendawa HNO3 (2 3-2 0,0432
mol/L) secara perlahan dituangkan ke 4-1 0,0444
4
dalam glass breaker. 4-2 0,0424
5-1 0,0164
Tabel Hasil Analisa Klorida 5
5-2 0,0235
No Sampel Kadar Klorida (%)

Foto Dokumentasi Kerusakan

Gambar. Kerusakan Balok Bangunan CWP

KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
8 PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN
BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
Gambar Kerusakan Kolom Bangunan
CWP
Gambar Kerusakan Tangga Bangunan

CWP
KESIMPULAN mempengaruhi sifat – sifat fisik dari beton.
Dari hasil penelitian dan analisis
data bangunan Basement Cooling Water DAFTAR PUSTAKA
Pump ( CWP ) PLTU Pembangkitan AASHTO T260-84. 1984. Standard
Sumatera Bagian Utara Sektor method of sampling and testing for total
Pembangkitan Belawan dapat diambil chloride ion inconcrete ratio materials.
kesimpulan sebagai berikut : Washington, D.C.:
Hasil pengujian sampel pada American Association of State
bangunan basement CWP PLTU Highway Transportation Officers.
diperoleh kondisi tulangan pada Alldred, J. C. 1993. Quantifying the
bangunan telah banyak mengalami losses in cover-meter accuracy due to
korosi kedalaman karbonisasi mencapai congestion of reinforcement.
10 mm. Proceedings of the Fifth International
Pengaruh ion klorida pada sampel Conference on Structural Faults ./and
diperoleh kadar klorida mencapai Repair 2:125–130.
0,0539 % < 0,5 % dari berat beton. Hal Anggraeni, I., Y.L.D.Adianto, dan
ini diartikan bahwa ion klorida tidak Agus S.S., 2005. Studi Analisis Masa

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 9


Layan Bangunan Universitas Katholik Parahyangan,
Beton Bertulang Bandung, V.7. No.1. Juni.
Berdasarkan Kerusakan yang Broomfield, J. P., J. Rodriguez, L.
Diakibatkan Korosi Yang disebabkan M. Ortega, and A. M. Garcia. 1993.
Infiltrasi Gas CO2, Jurnal Teknik Sipil Corrosion rate measurementand life
prediction for reinforced concrete
structures. In Proceedings of Structural
aults and Repair—93 2:155–164.
Bungey, J. H. ed. 1993. Non-
destructive testing in civil engineering.
International Conference of the British
Institute of Non-Destructive Testing,
Liverpool University.
Cantrell A., (2002), “Steel Rebar
Reinforcement Corrosion in Concrete
Bridge Design”, Corrosion and Surface
Treatment of Materials, Material
Science Engineering
DepartementUndergraduate, University
of Washington.

KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
10 PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN
BELAWAN
Hermansyah, ST, MT

Anda mungkin juga menyukai