1. Pendahuluan:
- Pengantar;
- Peraturan Per-UU-an Tenaga Kerja Indonesia dan Pengaturan SMKK
- Kecelakaan Kerja Konstruksi;
- Kebijakan & Strategi Pemerintah.
2. Komite Keselamatan Konstruksi
3. Proses Penyelenggaraan Konstruksi
4. Rujukan SMKK dengan UU 2, 2017 Jasa Konstruksi - Standar K4
Konstruksi
Lampiran:
Permen PUPR No. 21, 2019 - Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
2
PENGANTAR
1. Sejumlah proyek infrastruktur besar belakangan ini 5. Data menunjukkan terdapat kemungkinan
mengalami kecelakaan di dalam proses ketidak-tertiban penyelenggaraan jasa
pelaksanaannya yang berakibat kepada kematian konstruksi (rendahnya kompetensi pekerja
dan cedera pada pekerja maupun rusaknya konstruksi, tidak standardnya komponen &
sejumlah elemen struktur yang sedang dibangun. material, tidak berfungsinya peralatan, gagalnya
2. Semenjak Agustus 2017 sampai dengan Juli 2019 elemen konstruksi berfungsi, tidak disiapkannya
telah terjadi 24 kali kecelakaan kerja. metoda kerja & SOP, lemahnya pengawasan,
perancangan, dan perencanaan. dll).
3. Kerugian moril & material yang sangat besar
sebagai akibat dari rendahnya kualitas & keandalan 6. Pada Bulan Januari 2018, pemerintah
proses konstruksi menjadi tantangan yang harus membentuk Komite Keselamatan Konstruksi
dihadapi dan dirumuskan strategi penanganannya. dan mencanangkan Rencana Aksi
Keselamatan Konstruksi.
4. Secara umum, kecelakaan kerja berawal dari
incident kemudian menjadi accident akibat 7. Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta rutin
kelalaian pekerja, dengan asumsi masukan melaksanakan Kegiatan Bintek & Sertifikasi
perancangan & sistem penyelenggaraan Beton Pracetak Prategang Konstruksi Jalan
konstruksi disiapkan & dilaksanakan dengan baik. Layang
3
PERATURAN PER-UU-AN TENAGA KERJA INDONESIA & PENGATURAN SMKK
UUD 1945
6
CONSTRUCTION ACCIDENTS & INFRASTRUCTURE FAILURE IN
INDONESIA (1/2)
7
CONSTRUCTION ACCIDENTS & INFRASTRUCTURE FAILURE IN
INDONESIA (2/2)
8
Government’s Strategy to Face Construction
Safety Problems
Pushing safety culture; increasing commitment & discipline of all related parties
(owners; contractors; consultants - planning, DED, & supervision):
1. Strengthening & enforcing the HSE Regulations in the construction sector; include:
a. Adopting international standard in Indonesian OHSE regulation: OHSAS 18001, 2007; ISO 45001,
2018; Updating Ministerial Regulation on OHSE: Permen PUPR 5, 2014/- Permen PUPR 2, 2018;
Permen PUPR 21, 2019 Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
b. Particular OHSE document in procurement document (Permen 7, 2019 & SE MENPUPR 10, 2018).
c. Adopt the cost of OHSE 1-2.5% of work value or as required in construction work.
2. Strengthening OHSE position in Construction Company & Project Organization.
3. Establishing a Construction Safety Committee;
4. Declaring a Construction Safety Action Plan;
5. Identifying the root causes of accidents to be able to make effective improvements.
Note:
1. OHSAS 18001, 2007: Occupational Health and Safety Assessment Series
2. ISO 45001: Occupational Health and Safety Management Systems – Requirements.
9
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI
10
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI - 1/3
(KEPMEN PUPR No. 66/KPTS/M/2018)
1. Tugas: 2. Kewenangan:
a. Melaksanakan pemantauan & a. Memasuki tempat kerja konstruksi.
evaluasi pelaksanaan konstruksi yang b. Meminta keterangan dari pihak-pihak
diperkirakan memiliki bahaya tinggi. terkait.
b. Melaksanakan investigasi kecelakaan c. Meminta data-data yang berhubungan
konstruksi. dengan tugas Komite.
c. Memberikan saran & pertimbangan d. Melakukan koordinasi dengan pihak
kepada Menteri berdasarkan hasil terkait keselamatan konstruksi.
pemantauan & evaluasi, dan/atau
investigasi kecelakaan konstruksi
dalam rangka mewujudkan
keselamatan konstruksi.
Tugas tambahan (KepMen PUPR 86, 2019):
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri. 11
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI - 2/3
(KEPMEN PUPR No. 66/KPTS/M/2018)
3. Lain-Lain Pengaturan:
a. Tugas KKK bersifat mandiri & d. Untuk mendukung kelancaran
bertanggung jawab atas objektifitas & pelaksanaan tugasnya, Komite dapat
kebenaran hasil investigasi. dibantu pejabat dan/atau ahli di
b. Komite dapat langsung bekerja di bidang yang terkait dengan tugas &
lapangan berdasarkan instruksi Ketua fungsinya.
Komite. e. Segala biaya yang dikeluarkan
c. Dalam melaksanakan tugasnya Komite sebagai akibat ditetapkannya
dibantu oleh Sekretariat Komite. keputusan ini dibebankan kepada
APBN Kementerian PUPR.
12
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI - 3/3
(KEPMEN PUPR No. 66/KPTS/M/2018)
4. Susunan Tim:
a. Ketua: Dirjen Bina Konstruksi.
b. Sekretaris: Dir. Bina Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
c. Anggota (7 Orang).
d. Sub Komite Jalan & Jembatan (6 orang).
e. Sub Komite Sumber Daya Air (6 orang).
f. Sub Komite Bangunan Gedung (6 orang).
g. Sekretariat.
13
PROSES PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
14
TANTANGAN MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PUBLIK
- High VfM; terintegrasi; efektif, efisien; berkelanjutan; adil;
- Mendukung sektor ekonomi & pembangunan lainnya.
Persyaratan:
1. Strong planning & system design:
a. Integrated planning & system design (25-30 years) - Regional planning; Intermodal planning; Master
planning; should also be integrated between governments (central - local).
b. Project life cycle basic & detailed design (Needs, User requirements, FS & Basic design; DED).
2. Solid programming & budgeting system (5 - 1 years) - Strategic Planning; Yearly Planning.
3. Strong owner capacity & competence in managing the project; good coordination between
central & regional governments.
4. Strong design-builder capacity.
5. Good collaboration & coordination between parties (supply chain & integrated value chain).
6. Sustainability; safety; good O&M of infrastructure & facilities; managed as asset; by related
sector. 15
PROSES PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
KEGAGALAN
BANGUNAN
D B B
CMAR/DB/EPC/IPD
Note: 17
- Construction Management at Risk (CMAR), Design Build (DB), EPC (Engineering, Procurement, Construction), Integrated Project
Delivery (IPD).
RUJUKAN SMKK DENGAN UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI
(Standar Keamanan, Keselamatan & Kesehatan, dan Keberlanjutan – K4)
18
RUJUKAN SMKK DENGAN UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI -
(STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN – K4)
BAB I BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
Pasal 1 Pasal 59
(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar K4.
(9) Standar K4 adalah pedoman
(2) Dalam memenuhi Standar K4 Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
teknis keamanan, a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
keselamatan, kesehatan b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
tempat kerja konstruksi, c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
dan perlindungan sosial d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
tenaga kerja, serta tata e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar K4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
lingkungan setempat dan
a. standar mutu bahan;
pengelolaan lingkungan b. standar mutu peralatan;
hidup dalam c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
penyelenggaraan Jasa d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
Konstruksi. e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Standar K4 untuk setiap produk Jasa Konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam menyusun Standar K4 untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait memperhatikan kondisi geografis yang rawan
gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
19
STANDAR KEAMANAN
(Keamanan dalam bahasa indonesia luas mencakup Safety & Security;
keamanan/ke·a·man·an/ n keadaan aman; ketenteraman:)
20
‘STANDAR KEAMANAN’ DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI (1/2)
11. Ensuring system reliability does not 3. Ada institusi sektor (Ditjen Bina Marga; Ditjen
SDA; Ditjen Cipta Karya); Kemen Perhubungan;
necessarily lead to system safety. Kemen ESDM.
12. Reliability is an essential property that 4. Standar Keamanan dituangkan dalam SNI;
defines a safety of a system. tanggung jawab institusi dan UU sektor.
22
STANDAR KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
(OHSAS 18001 & ISO 45001)
23
KESELAMATAN KERJA DALAM
UU 13, 2003 KETENAGAKERJAAN,
UU 1, 1970 KESELAMATAN KERJA,
PP 50, 2012 PENERAPAN SMK3,
UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI &PP 21, 2019 PEDOMAN SMKK (1/3)
24
KESELAMATAN KERJA DALAM
UU 13, 2003 KETENAGAKERJAAN,
UU 1, 1970 KESELAMATAN KERJA,
PP 50, 2012 PENERAPAN SMK3,
UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI & PP 21, 2019 PEDOMAN SMKK (2/3)
7. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna 13. Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Standar K4.
8. Perlindungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan per- 14. Standar Keselamatan dan Kesehatan meliputi
UU-an yang berlaku. Standar Keselamatan & Kesehatan Pekerja,
9. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang Keselamatan Lingkungan Alam, Keselamatan
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Lingkungan Terbangun, dan Keselamatan lingkungan
10. Kewajiban berlaku bagi perusahaan: masyarakat, termasuk sekuriti, Usaha Pekerjaan
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau Konstruksi.
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
15. Usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi:
11. SMK3 meliputi: pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan,
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
rehabilitasi, dan pembongkaran bangunan gedung
c. pelaksanaan rencana K3; dan bangunan sipil.
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
12. Ketentuan mengenai penerapan SMK3 diatur dengan PP.
25
Perbandingan Kompetensi Project Manajer berdasarkan
PMI & CMAA
Project Management Institute (PMI) Construction Management
Association of America (CMAA)
PMBoK 5th Ed PMBoK Construction Extention CMAA’s CM Standards of
Practice 2010 Ed
Project Integration Management Project Integration Management Project Management
Project Scope Management Project Scope Management Cost Management
Project Time Management Project Time Management Time Management
Project Cost Management Project Cost Management Contract Administration
Project Quality Management Project Quality Management Quality Management
Project Human Resources Management Project Human Resources Management Program Management
27
SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINITIONS
‘….... improving the quality of human life while living within the carrying capacity
of supporting ecosystems’
(Munro & Holdgate,1991)
SUSTAINABILITY - 3 PILLARS
Sustainability
Sustainable Infrastructure:
‘Infrastructure projects that are planned, designed, constructed, operated, & decommissioned in a
manner to ensure economic and financial, social, environmental (including climate resilience), and
institutional sustainability over the entire life cycle of the project’ (IDB, 2018)
30
Pertimbangan Utama Konsep Sustainability dalam
Pembangunan Gedung & Infrastruktur Sipil
Kapasitas Planning:
1. Konsep menjaga lingkungan alam (Natural Environment).
2. Konsep meletakkan ‘Infrastructure Build Environment’ dalam ‘Natural Environment’
3. Kapasitas ‘System Planning’; ‘Perencanaan Sistem’:
a. Sistem Rencana Tata Ruang.
b. Sistem Rencana Tata Tota.
c. Sistem Infrastruktur: Sistem Transportasi; Sistem SDA; Sistem Transportasi; Sistem Jaringan Jalan; Sistem Drainase.
31
PERAN K4 DALAM PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
(Transportasi; User
requirements
Project Project Project Facility use & Facility
feasibility engineering field engineering management demolition
SDA; Lansekap). & scope & design & construction or conversion
3. Masterplan
infrastruktur Awareness Project Project Full Project Project Fulfillment
of need Concept Scope description Completion & of need
(jaringan jalan; formulation definition Acceptance
DAS; dll.). for use
Keamanan, keandalan
Keberlanjutan
ANALISIS KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DAN
REKOMENDASI KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI
TERKAIT KECELAKAAN KERJA PEKERJAAN
KONSTRUKSI BETON PRACETAK PRATEGANG
33
IKHTISAR
34
ANALISIS ORGANISASI KONTRAKTOR &
INTERFACE SPMK3 DENGAN SUB SISTEM STRATEGIS PELAKSANAAN KONSTRUKSI
35
ORGANISASI KONTRAKTOR
PERUSAHAAN
Staf Pedukung
Kantor Pusat/Cabang
Lapangan
Site Manager
Planning & Engineering Operasi AdUm & Keuangan Logistik & Peralatan
Planning/
Eng. Logistik Peralatan
Scheduling
PPK
Kontraktor
Site
Konsultan Konsultan Konsultan
Supervisi
Manager
Pra-FS & FS DED Subkon/
Cont.Spec.
Material
Prof. Eng. Prof. Eng. Prof. Eng.
Scheduling/ SMKK Rantai Peralatan
Engineering (QA) Pasok
Teknologi
Tenaga
Kerja
SOM
Engineering Construction
(Conceptual, Basic, & DED)
INFLUENCE DIAGRAM
(AMONG STRATEGIC PARTIES IN HSE SYSTEM IMPLEMENTATION)
Owner
Representative
Subkon/
Cont.Spec.
Pre-FS & FS
Consultant Scheduling/
Engineering
Material
DED
Site HSE Supply
Prof. Eng. Contractor
Consultant Manager (QA) chain
Equipment
SOM Technology
Supervision
Consutant
Worker
Engineering Construction
(Conceptual, Basic, & DED)
POTENSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI
39
POTENSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI (1/3)
42
Kompetensi Insinyur Sipil (Perancang & Pengawas)
*) Safety Management in The Construction Industry: Identifying Risk and Reducing Accident to Improve Site Productivity and Project ROI, 2013, McGrawHill and others
45
REKOMENDASI & PENUTUP
KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
PRACETAK PRATEGANG
1. Rekomendasi : 2. Penutup:
a. SMKK wajib diterapkan; RKK (termasuk HIRAO & JSA) perlu a. Pengalaman menunjukkan kecelakaan konstruksi bukan
disusun dengan teliti; Lingkungan kerja konstruksi wajib sesuai saja bersumber dari kecelakaan kerja (incident &
dengan RKK. accident) tetapi juga ketidak-tertiban penyelenggaraan
b. Kecelakaan kerja utama (top event) jalan layang & gedung high konstruksi.
rise adalah akibat jatuh. b. Tidak tertibnya penyelenggaraan dapat merambat ke hulu
c. Alat pelindung kerja (Guard railing, Safety deck, & Safety net, ke tahap Procurement, DED, bahkan FS dan Pra-FS;
Restricted area), Alat pelindung diri (Safety helmet, Safety melibatkan bukan saja pelaksana konstruksi juga Konsultan
shoes, Safety vest, Full body harness, Fall arrester), serta Rambu- Pengawas, Konsultan Perancang, dan Konsultan Perencana.
rambu perlu mendapat perhatian. Tertib K3 perlu di jaga. c. Aspek K3 dan implementasinya belum menjadi perhatian
d. Metoda kerja yang diusulkan kontraktor (terutama untuk penuh pelaksana konstruksi (komitmen direksi, PPK,
komponen pra-cetak) berdasarkan konsep konsultan penyusunan & anggaran RKK, pembahasan PCM,
perancang, wajib diperiksa & disetujui Konsultan Pengawas. keberadaan ahli dan petugas K3 di lapangan).
e. Fasilitas pendukung (temporary facilities, formworks, dll.) perlu d. Kelemahan utama lain adalah terbatasnya keberadaan dan
direncanakan kontraktor dan diperiksa Konsultan pengawas. kompetensi insinyur perancang & pengawas.
f. Komponen pra-cetak perlu mempunyai SNI serta metoda dan e. Peralatan & operator konstruksi khusus sering belum
SOP pemasangannya. disertifikasi; karena keterbatasan kapasitas Kementerian
Tenaga Kerja.
g. Operator & peralatan berat (crane, alat angkut vertical, launcher,
dll.) harus mempunyai SIO, SILO, dan SOP. f. K3 belum membudaya; perlu perhatian serius pemerintah
46
dan semua pihak.
TERIMAKASIH
47
LAMPIRAN:
PERMEN PUPR NO 21, 2019 TENTANG PEDOMAN SMKK
48
Substansi & Lampiran Permen PUPR 21, 2019 Pedoman SMKK
Bab IV – Lampiran E
Pasal 30 – 33 Format RKK dan Format Penilaian
Pembinaan & Pengawasan
RKK
52
STANDAR K4 (1/2)
1. Setiap Pengguna Jasa & Penyedia Jasa dalam 5. Penerapan SMKK oleh Penyedia Jasa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Lampiran A
menerapkan SMKK. Permen ini.
2. Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK 6. Penerapan SMKK oleh Pengguna Jasa &
merupakan Penyedia Jasa yang memberikan Penyedia Jasa dilaksanakan dengan berdasarkan
layanan: tugas, tanggung jawab, dan wewenang sesuai
a. Konsultansi manajemen penyelenggaraan konstruksi; dengan ketentuan Lampiran B Permen ini.
b. Konsultansi Konstruksi pengawasan; dan 7. Penyedia Jasa harus melakukan:
c. Pekerjaan Konstruksi. a. Identifikasi bahaya;
3. SMKK harus memenuhi Standar K4. b. Penilaian risiko dan pengendalian risiko/peluang
4. Standar K4 harus memperhatikan: (Hazard Identification Risk Assesment Opportunity -
HIRAO) Pekerjaan Konstruksi; dan
a. Keselamatan keteknikan konstruksi;
c. Sasaran dan program Keselamatan Konstruksi, yang
b. Keselamatan & kesehatan kerja; dibuat berdasarkan tahapan pekerjaan (WBS).
c. Keselamatan publik; dan
d. Keselamatan lingkungan.
53
STANDAR K4 (2/2)
8. Pemenuhan standar keselamatan keteknikan
konstruksi dilaksanakan sesuai tata cara penjaminan
mutu & pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi.
9. Penjaminan mutu & pengendalian mutu Pekerjaan
Konstruksi merupakan bagian dari SMKK yang
menjamin terlaksananya keselamatan keteknikan
konstruksi guna mewujudkan proses dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas.
10. Penjaminan mutu & pengendalian mutu Pekerjaan
Konstruksi harus dilaksanakan oleh petugas penjamin
mutu & pengendali mutu.
11. Untuk menjadi petugas penjamin mutu & pengendali
mutu harus mengikuti bimbingan teknis SMKK untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi atau pelatihan.
12. Tata cara penjaminan mutu dan pengendalian mutu
Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Lampiran C Permen ini.
54
RANCANGAN KONSEPTUAL SMKK
55
5 ELEMEN SMKK
Penerapan SMKK (1/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan-tahapan:
Pelaksanaan Pekerjaan
Pemilihan Penyedia Jasa Serah Terima Pekerjaan
Konstruksi
Bentuk
Dokumen Pemilihan
(Sesuai Format Lampiran E) Dokumen hasil penerapan SMKK
Pelaksanaan RKK
- Dijelaskan Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa kepada pengguna jasa
pada saat penjelasan dokumen
1. Harus memuat:
• Manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi 1. Penerapan SMKK pada tahapan 1. Penerapan SMKK dalam tahapan serah terima
mencakup: Uraian Pekerjaan, Identifikasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi pekerjaan dilakukan pada masa serah terima
bahaya, dan Penetapan Tingkat Risiko dilakukan dengan melaksanakan RKK. pertama pekerjaan (PHO) sampai dengan
Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan serah terima akhir pekerjaan (FHO).
2. Pelaksanaan RKK harus disesuaikan
Muatan
Konstruksi; dan
dengan lingkup pekerjaan & kondisi di 2. Penerapan SMKK dilakukan dengan
• Biaya Penerapan SMKK pada HPS.
lapangan. menyampaikan dokumen hasil penerapan
2.. Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen
3. Penyesuaian RKK disampaikan, SMKK kepada Pengguna Jasa.
pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi
dibahas, dan disetujui oleh Pengguna 3. Dokumen hasil penerapan SMKK terdiri atas:
Perancangan dan/atau berkonsultasi dengan Ahli
a. Laporan pelaksanaan RKK yang disusun
K3 Konstruksi dalam menetapkan uraian pekerjaan, Jasa dan Penyedia Jasa pada saat rapat
sesuai Lampiran F Permen ini;
identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko persiapan pelaksanaan Pekerjaan b. Bukti penerapan SMKK yang didokumentasikan
Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi dan menjadi bagian dari laporan dalam huruf a.
Konstruksi.
Penerapan SMKK (2/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan:
Dokumen Pemilihan
Bentuk
Pelaksanaan RKK 3. Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi Pengguna Jasa dapat dibantu
oleh Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi.
2. Pelaksanaan RKK harus disesuaikan 5. Analisis keselamatan pekerjaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dengan lingkup pekerjaan dan kondisi di
izin kerja yang disusun sesuai dengan format Lampiran E.
lapangan.
3. Penyesuaian RKK disampaikan, dibahas,
6. Penyedia Jasa melaporkan pelaksanaan RKK kepada Pengguna Jasa sesuai
dan disetujui oleh Pengguna Jasa & dengan kemajuan pekerjaan; Laporan harian; mingguan; bulanan; dan akhir.
Penyedia Jasa pada saat rapat persiapan 7. Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan RKK Pengguna Jasa
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi melaksanakan evaluasi kinerja penerapan SMKK setiap bulan.
Penerapan SMKK (4/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan:
Dokumen hasil penerapan SMKK 2. Pengguna Jasa mengeluarkan Surat Keterangan Nihil
kepada pengguna jasa Kecelakaan Kerja kepada Penyedia Jasa bagi Pekerjaan
Konstruksi yang telah diselesaikan tanpa adanya kecelakaan
Konstruksi berdasarkan laporan akhir pelaksanaan RKK.
3. Surat keterangan nihil kecelakaan kerja disusun sesuai
1. Penerapan SMKK dalam tahapan serah terima pekerjaan
Lampiran G Permen ini.
dilakukan pada masa serah terima pertama pekerjaan 4. Setelah dilakukan serah terima akhir pekerjaan SMKK diterapkan
(PHO) sampai dengan serah terima akhir pekerjaan (FHO). dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Muatan
2. Penerapan SMKK dilakukan dengan menyampaikan 5. Untuk menerapkan SMKK dalam O&P Pengguna Jasa harus merujuk
dokumen hasil penerapan SMKK kepada Pengguna Jasa. pada:
3. Dokumen hasil penerapan SMKK terdiri atas: a. Hasil perancangan yang telah dimutakhirkan; dan
a. Laporan pelaksanaan RKK yang disusun sesuai Lampiran F b. Panduan keselamatan O&P konstruksi bangunan yang sudah
Permen ini; dan memperhitungkan Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh
b. Bukti penerapan SMKK yang didokumentasikan dan menjadi bagian Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil
dari laporan dalam huruf a. pelaksanaan rancangan dan RKK yang sudah dimutakhirkan.
Unit Keselamatan Konstruksi (1/2)
1. Dalam menerapkan SMKK, Penyedia Jasa 6. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko
Pekerjaan Konstruksi harus membentuk Keselamatan Konstruksi kecil, Pimpinan
UKK. tertinggi Pekerjaan Konstruksi dapat
2. UKK bertanggung jawab kepada unit yang merangkap sebagai pimpinan UKK.
menangani Keselamatan Konstruksi di 7. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko
bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa. Keselamatan Konstruksi sedang dan
3. UKK terdiri atas: besar, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
a. pimpinan; dan harus membentuk UKK yang terpisah dari
b. anggota. struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi.
4. Pimpinan UKK harus memiliki kompetensi
kerja yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi kerja di bidang K3 Konstruksi.
5. Pimpinan UKK berkoordinasi dengan
pimpinan tertinggi Pekerjaan Konstruksi.
61
Unit Keselamatan Konstruksi (2/2)
8. Kualifikasi kompetensi kerja Pimpinan UKK terdiri 10. Anggota UKK terdiri atas:
atas Kualifikasi Ahli K3 Konstruksi atau Petugas a. petugas tanggap darurat;
Keselamatan Konstruksi. b. petugas pemadam kebakaran;
9. Persyaratan kualifikasi Ahli K3 Konstruksi atau c. petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
Petugas Keselamatan Konstruksi meliputi: d. petugas pengatur lalu lintas;
a. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko e. tenaga kesehatan; dan/atau
Keselamatan Konstruksi besar terdiri atas: f. petugas pengelolaan lingkungan.
1. Ahli Utama K3 Konstruksi; atau
2. Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman paling
singkat 3 tahun;
b. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi sedang terdiri atas:
1. Ahli Madya K3 Konstruksi; atau
2. Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling
singkat 3 tahun; dan
c. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi kecil terdiri atas:
1. Ahli Muda K3 Konstruksi; atau
2. Petugas Keselamatan Konstruksi.
62
Risiko Keselamatan Konstruksi
1. Risiko Keselamatan Konstruksi terdiri Kecil Sedang Besar
atas:
a. kecil; Sifat Bahaya* Rendah Sedang Tinggi
b. sedang; dan Rp. 10 Miliar <
s.d Rp. 10
c. besar. Nilai HPS HPS < Rp. 100 > Rp. 100 Miliar
Miliar
Miliar
2. Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi
ditetapkan oleh Pengguna Jasa. Tenaga Kerja < 25 orang 25 – 100 orang > 100 orang
3. Risiko Keselamatan Konstruksi
digunakan untuk menentukan Teknologi Sederhana Madya Tinggi
kebutuhan Ahli K3 Konstruksi dan/ 1. Menggunakan
atau Petugas Keselamatan pesawat angkat
Konstruksi, bukan digunakan untuk 2. Menggunakan
Lainnya - -
metode peledak dan/
menentukan kompleksitas atau menyebabkan
segmentasi pasar Jasa Konstruksi. terjadinya peledakan
65
Pembinaan & Pengawasan (2/2)
1. Dalam melakukan pengawasan penerapan SMKK, 3. Komite Keselamatan Konstruksi terdiri atas:
Menteri membentuk Komite Keselamatan a. Ketua;
Konstruksi. b. Sekretaris;
2. Komite Keselamatan Konstruksi memiliki tugas c. Anggota;
antara lain: d. Subkomite; dan
a. melaksanakan pemantauan & evaluasi Pekerjaan e. Sekretariat.
Konstruksi yang diperkirakan memiliki Risiko
Keselamatan Konstruksi besar;
b. melaksanakan investigasi kecelakaan konstruksi;
c. memberikan saran, pertimbangan, & rekomendasi
kepada Menteri berdasarkan hasil pemantauan &
evaluasi Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi besar dan/atau investigasi
kecelakaan konstruksi dalam rangka mewujudkan
Keselamatan Konstruksi; dan
d. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Menteri.
66
TERIMAKASIH
67