Anda di halaman 1dari 66

IKHTISAR

1. Pendahuluan:
- Pengantar;
- Peraturan Per-UU-an Tenaga Kerja Indonesia dan Pengaturan SMKK
- Kecelakaan Kerja Konstruksi;
- Kebijakan & Strategi Pemerintah.
2. Komite Keselamatan Konstruksi
3. Proses Penyelenggaraan Konstruksi
4. Rujukan SMKK dengan UU 2, 2017 Jasa Konstruksi - Standar K4
Konstruksi
Lampiran:
Permen PUPR No. 21, 2019 - Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

2
PENGANTAR
1. Sejumlah proyek infrastruktur besar belakangan ini 5. Data menunjukkan terdapat kemungkinan
mengalami kecelakaan di dalam proses ketidak-tertiban penyelenggaraan jasa
pelaksanaannya yang berakibat kepada kematian konstruksi (rendahnya kompetensi pekerja
dan cedera pada pekerja maupun rusaknya konstruksi, tidak standardnya komponen &
sejumlah elemen struktur yang sedang dibangun. material, tidak berfungsinya peralatan, gagalnya
2. Semenjak Agustus 2017 sampai dengan Juli 2019 elemen konstruksi berfungsi, tidak disiapkannya
telah terjadi 24 kali kecelakaan kerja. metoda kerja & SOP, lemahnya pengawasan,
perancangan, dan perencanaan. dll).
3. Kerugian moril & material yang sangat besar
sebagai akibat dari rendahnya kualitas & keandalan 6. Pada Bulan Januari 2018, pemerintah
proses konstruksi menjadi tantangan yang harus membentuk Komite Keselamatan Konstruksi
dihadapi dan dirumuskan strategi penanganannya. dan mencanangkan Rencana Aksi
Keselamatan Konstruksi.
4. Secara umum, kecelakaan kerja berawal dari
incident kemudian menjadi accident akibat 7. Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta rutin
kelalaian pekerja, dengan asumsi masukan melaksanakan Kegiatan Bintek & Sertifikasi
perancangan & sistem penyelenggaraan Beton Pracetak Prategang Konstruksi Jalan
konstruksi disiapkan & dilaksanakan dengan baik. Layang

3
PERATURAN PER-UU-AN TENAGA KERJA INDONESIA & PENGATURAN SMKK

UUD 1945

UU 3, 1951 UU 21, 2000 UU 18, 1999 PePres 16, 2018


Ratifikasi dari konvensi ILO
Pengawasan Perburuhan Serikat Pekerja Pengadaan Barang/Jasa
No. 138/1973, 182/1999,
UU 2, 2017 Pemerintah
81/1947, 187/2006
Jasa Konstruksi
PP 10, 2018
UU 20, 1999 (PP 22, 2020 Peraturan
BNSP Pelaksanaan)
Usia Minimum
UU 13, 2003 PermenTK 3, 2016
UU 1, 2000 Ketenagakerjaan SKKNI PP 28, 2000
Penghapusan Pekerjaan Usaha & Peran Masy.
Terburuk untuk Anak Jasa Konstruksi
PermenTKT 1, 1980 PP 29, 2000
UU 21, 2003 UU 1, 1970
K3 pada Konstruksi Penyelenggaraan Jasa
Pengawasan Ketenagakerjaan Keselamatan Kerja
Bangunan Konstruksi
dalam Industri Perdagangan
PP 30, 2000
PerPres 34, 2014 SKBMen TK&PU 174, Penyelenggaraan
Kerangka Peningkatan K3 1986 & KPTS 104, Pembinaan Jasa
PP 50, 2012 1986 Konstruksi
Penerapan SMK3 K3 pada Tempat
PP No. 78, 2015 (OHSAS 18001 -2007;
Kegiatan Konstruksi Permen PUPR 7,
Pengupahan HSE ISO 45001- 2018)
2019
Permen PUPR 5, 2014 Standar & Pedoman
UU 40, 2004 Pengadaan Jasa
Sistem Jaminan Sosial Permen PUPR 2, 2018 Konstruksi melalui
Nasional Pedoman SMK3 Penyedia
UU 3, 1992 - JAMSOSTEK Konstruksi Bidang PU
PP 36, 1995
Permen PUPR 21, 2019
Penetapan BP Jamsostek SE PUPR 11, 2019
Pedoman SMKK
Petunjuk Teknis Biaya
Penyelenggaraan
UU 24, 2011
SMKK
BPJS
Daftar Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi 2017-2019 (1/2)
No. Tanggal Nama Proyek Insiden Kontraktor Korban
1 4 Agustus 2017 LRT Palembang Tiang penyangga LRT Palembang jatuh PT Waskita Karya Tbk. 2 pekerja tewas
2 22 September 2017 Jalan tol Bogor—Ciawi—Sukabumi Jembatan proyek pembangunan jalan tol Bocimi jatuh PT Waskita Karya Tbk. 1 pekerja tewas, 2
luka-luka
3 26 Oktober 2017 Jalan tol Bogor Outer Ring Road Crane proyek pembangunan tol layang Bogor Out Ring PT Wijaya Karya Tbk. -
Road (BORR) jatuh
4 29 Oktober 2017 Jalan tol Pasuruan—Probolinggo Girder proyek pembangunan jalan tol Paspro jatuh PT Waskita Karya Tbk. 1 pekerja tewas
5 15 November 2017 LRT Jakarta Beton proyek pembangunan LRT Jakarta jatuh PT Adhi Karya Tbk. 1 mobil rusak
6 16 November 2017 Jalan tol layang Jakarta—Cikampek II Crane proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II PT Waskita Karya Tbk. -
(Elevated) jatuh
7 9 Desember 2017 Jembatan Ciputrapinggan Girder proyek pembangunan jembatan Ciputrapinggan jatuh PT Bangun Pilar Patroman -
8 26 Desember 2017 Apartemen Pakubuwono Spring Bangunan di area podium pada proyek Apartemen PT Total Bangun Persada 3 pekerja tewas, 3
Pakubuwono Spring roboh luka-luka
9 30 Desember 2017 Jalan tol Pemalang—Batang Girder proyek pembangunan jalan tol Pemalang-Batang PT Waskita Karya Tbk. -
jatuh
10 2 Januari 2018 Jalan tol Depok—Antasari Girder proyek pembangunan konstruksi simpang susun PT Girder Indonesia -
Antasari jatuh
11 22 Januari 2018 LRT Velodrom-Kelapa Gading Girder proyek LRT Pulo Gadung jatuh PT Wijaya Karya Tbk. 5 luka-luka
12 28 Januari 2018 Manhattan Mall & Kondominium Medan Plat beton yang sedang dicor dan perancah ambruk PT Pembangunan Perumahan -
13 4 Februari 2018 Jalur Ganda Kereta Cepat Jakarta Crane Pengangkut Beton Proyek DDT di Matraman jatuh PT Hutama Karya 4 pekerja tewas,
sejumlah luka
14 20 Februari 2018 Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu Tiang pancang proyek tol Becakayu roboh PT Waskita Karya Tbk. 7 pekerja kritis *)
15 18 Maret 2018 Proyek Rumah Susun Tingkat Tinggi Pasar Besi konstruksi pada proyek jatuh dari ketinggian PT Waskita Karya Tbk. 1 warga tewas
Rumput
16 17 April 2018 Proyek Tol Manado-Bitung Runtuhnya beton pada saat pengecoran plat lantai PT Wijaya Karya Tbk. 3 pekerja tertimbun
17 18 April 2018 Proyek Tol Bakauheni-Terbanggi Besar Robohnya besi saat pembesian abutment jembatan PT Wijaya Karya Tbk. 5 pekerja cedera
18 13 Juli 2018 Proyek Tol Batang-Semarang Jatuhnya girder pada jembatan Kalikuto PT Waskita Karya Tbk - 5
19 1 Agustus 2018 Proyek Tol Pandaan - Malang Jatuhnya scaffolding PT Pembangunan Perumahan 1 pekerja tewas
Daftar Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi 2017-2019 (2/2)
No. Tanggal Nama Proyek Insiden Kontraktor Korban
20 18 Desember 2018 Pembangunan Basement RS Siloam Surabaya Longsornya jalan raya Gubeng di Surabaya PT Nusa Konstruksi Enjinering -
21 20 Februari 2019 Proyek Masjid Al Jabbar di Gedebage, Bandung Jatuhnya pekerja saat pengerjaan kubah PT. WIKA Gedung 1 pekerja tewas
22 26 Mei 2019 Proyek box culvert di Jalan Wonokoyo Surabaya Runtuhnya galian tanah dan robohnya bangunan sekitar 1 pekerja tewas
23 17 Juni 2019 Proyek JORR II (Cimanggis-Cibitung) Besi hollow jatuh menimpa kendaraan
24 10 Juli 2019 Proyek Jalan Tol Bogor Outer Ring Road Ambruknya tiang pancang saat pengecoran PT Pembangunan Perumahan -
(BORR) Seksi 3A

6
CONSTRUCTION ACCIDENTS & INFRASTRUCTURE FAILURE IN
INDONESIA (1/2)

7
CONSTRUCTION ACCIDENTS & INFRASTRUCTURE FAILURE IN
INDONESIA (2/2)

8
Government’s Strategy to Face Construction
Safety Problems
Pushing safety culture; increasing commitment & discipline of all related parties
(owners; contractors; consultants - planning, DED, & supervision):
1. Strengthening & enforcing the HSE Regulations in the construction sector; include:
a. Adopting international standard in Indonesian OHSE regulation: OHSAS 18001, 2007; ISO 45001,
2018; Updating Ministerial Regulation on OHSE: Permen PUPR 5, 2014/- Permen PUPR 2, 2018;
Permen PUPR 21, 2019 Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
b. Particular OHSE document in procurement document (Permen 7, 2019 & SE MENPUPR 10, 2018).
c. Adopt the cost of OHSE 1-2.5% of work value or as required in construction work.
2. Strengthening OHSE position in Construction Company & Project Organization.
3. Establishing a Construction Safety Committee;
4. Declaring a Construction Safety Action Plan;
5. Identifying the root causes of accidents to be able to make effective improvements.
Note:
1. OHSAS 18001, 2007: Occupational Health and Safety Assessment Series
2. ISO 45001: Occupational Health and Safety Management Systems – Requirements.
9
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI

10
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI - 1/3
(KEPMEN PUPR No. 66/KPTS/M/2018)

1. Tugas: 2. Kewenangan:
a. Melaksanakan pemantauan & a. Memasuki tempat kerja konstruksi.
evaluasi pelaksanaan konstruksi yang b. Meminta keterangan dari pihak-pihak
diperkirakan memiliki bahaya tinggi. terkait.
b. Melaksanakan investigasi kecelakaan c. Meminta data-data yang berhubungan
konstruksi. dengan tugas Komite.
c. Memberikan saran & pertimbangan d. Melakukan koordinasi dengan pihak
kepada Menteri berdasarkan hasil terkait keselamatan konstruksi.
pemantauan & evaluasi, dan/atau
investigasi kecelakaan konstruksi
dalam rangka mewujudkan
keselamatan konstruksi.
Tugas tambahan (KepMen PUPR 86, 2019):
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri. 11
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI - 2/3
(KEPMEN PUPR No. 66/KPTS/M/2018)

3. Lain-Lain Pengaturan:
a. Tugas KKK bersifat mandiri & d. Untuk mendukung kelancaran
bertanggung jawab atas objektifitas & pelaksanaan tugasnya, Komite dapat
kebenaran hasil investigasi. dibantu pejabat dan/atau ahli di
b. Komite dapat langsung bekerja di bidang yang terkait dengan tugas &
lapangan berdasarkan instruksi Ketua fungsinya.
Komite. e. Segala biaya yang dikeluarkan
c. Dalam melaksanakan tugasnya Komite sebagai akibat ditetapkannya
dibantu oleh Sekretariat Komite. keputusan ini dibebankan kepada
APBN Kementerian PUPR.

12
KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI - 3/3
(KEPMEN PUPR No. 66/KPTS/M/2018)

4. Susunan Tim:
a. Ketua: Dirjen Bina Konstruksi.
b. Sekretaris: Dir. Bina Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
c. Anggota (7 Orang).
d. Sub Komite Jalan & Jembatan (6 orang).
e. Sub Komite Sumber Daya Air (6 orang).
f. Sub Komite Bangunan Gedung (6 orang).
g. Sekretariat.

13
PROSES PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

14
TANTANGAN MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PUBLIK
- High VfM; terintegrasi; efektif, efisien; berkelanjutan; adil;
- Mendukung sektor ekonomi & pembangunan lainnya.
Persyaratan:
1. Strong planning & system design:
a. Integrated planning & system design (25-30 years) - Regional planning; Intermodal planning; Master
planning; should also be integrated between governments (central - local).
b. Project life cycle basic & detailed design (Needs, User requirements, FS & Basic design; DED).
2. Solid programming & budgeting system (5 - 1 years) - Strategic Planning; Yearly Planning.
3. Strong owner capacity & competence in managing the project; good coordination between
central & regional governments.
4. Strong design-builder capacity.
5. Good collaboration & coordination between parties (supply chain & integrated value chain).
6. Sustainability; safety; good O&M of infrastructure & facilities; managed as asset; by related
sector. 15
PROSES PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL
KEGAGALAN
BANGUNAN

SYSTEM DESIGN PROJECT LIFE CYCLE


DEMOLITION
Planning Project Delivery OM RECONSTRUCTION

1. Sistem Tata Ruang. Project


Planning Amdal/
Engineering &
Construction
Use
Disposal
Need formulation
process RKL/RPL
design
process
management
process
2. Sistem Infrastruktur process process process

(Transportasi; User Project Project Project Facility use & Facility


requirements feasibility engineering field engineering
SDA; Lansekap). & scope & design & construction
management demolition
or conversion
3. Masterplan
infrastruktur KECELAKAAN
KERJA
KECELAKAAN
KERJA
KECELAKAAN
KERJA
KONSTRUKSI
(jaringan jalan; Awareness Project Project Full Project KONSTRUKSI
Project KONSTRUKSI
Fulfillment
of need Concept Scope description Completion & of need
DAS; dll.). formulation definition Acceptance
for use

Peran Konsultan/Insinyur Sipil (Strategis; nilai tambah) Peran Kontraktor


16
ALTERNATIVE PROJECT DELIVERY
SYSTEM DESIGN PROJECT LIFE CYCLE
DEMOLITION
Planning Project Delivery OM RECONSTRUCTION

1. Sistem Tata Ruang. Project


Planning Amdal/
Engineering &
Construction
Use
Disposal
Need formulation
process RKL/RPL
design
process
management
process
2. Sistem Infrastruktur process process process

(Transportasi; User Project Project Project Facility use & Facility


requirements feasibility engineering field engineering
SDA; Lansekap). & scope & design & construction
management demolition
or conversion
3. Masterplan
infrastruktur
(jaringan jalan; Awareness Project Project Full Project Project Fulfillment
of need Concept Scope description Completion & of need
DAS; dll.). formulation definition Acceptance
for use

D B B

CMAR/DB/EPC/IPD
Note: 17
- Construction Management at Risk (CMAR), Design Build (DB), EPC (Engineering, Procurement, Construction), Integrated Project
Delivery (IPD).
RUJUKAN SMKK DENGAN UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI
(Standar Keamanan, Keselamatan & Kesehatan, dan Keberlanjutan – K4)

18
RUJUKAN SMKK DENGAN UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI -
(STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN – K4)
BAB I BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
Pasal 1 Pasal 59
(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar K4.
(9) Standar K4 adalah pedoman
(2) Dalam memenuhi Standar K4 Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
teknis keamanan, a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
keselamatan, kesehatan b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
tempat kerja konstruksi, c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
dan perlindungan sosial d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau
tenaga kerja, serta tata e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar K4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
lingkungan setempat dan
a. standar mutu bahan;
pengelolaan lingkungan b. standar mutu peralatan;
hidup dalam c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
penyelenggaraan Jasa d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
Konstruksi. e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Standar K4 untuk setiap produk Jasa Konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam menyusun Standar K4 untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait memperhatikan kondisi geografis yang rawan
gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.
19
STANDAR KEAMANAN
(Keamanan dalam bahasa indonesia luas mencakup Safety & Security;
keamanan/ke·a·man·an/ n keadaan aman; ketenteraman:)

20
‘STANDAR KEAMANAN’ DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI (1/2)

1. Keamanan mencakup ‘safety’ & ‘security’. 5. ‘Standar keamanan’ dalam penyelenggaraan


2. Safety is the prevention of accidents konstruksi menekankan pada ‘keamanan
(accidents which may or may not involve bangunan’ baik dalam ‘pembangunan’
human agents, but are in any case not maupun dalam ‘pemanfaatan bangunan
intentional); akibat alam (bencana alam), selama umur rancang’ (yaitu pada saat
akibat kecelakaan kerja (incident & dioperasikan, dipelihara, direhabilitasi, dan
accident), dibongkar).
3. Security is the prevention of malicious 6. ‘Standar keamanan bangunan’ menunjukkan
activities by people (mugging, burglary, ‘keamanan & keandalan bangunan’ sesuai
robbery, terrorist activities, etc.). dengan ‘standard perancangan yang
4. Standar keamanan dalam penyelenggaraan ditetapkan’.
jasa konstruksi menyangkut safety, bukan 7. Keandalan; reliability engineering, concerned
security. with the ability of a system or component to
perform its required functions under stated
conditions for a specified time.
21
‘STANDAR KEAMANAN’ DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI (2/2)

8. Reliability is the probability that a system or 13. Safety is a combination of risk


component will perform its intended function probability (occurrence) and impact.
for a prescribed time and under stipulated 14. Reliability can reduce the probability of
environmental conditions. an event, but not its impact.
9. Reliability may thus be determined by the
probability of failure per demand, whilst Catatan:
safety is also determined by the 1. Keamanan mencakup gedung dan infrastruktur
consequences of those failure. sipil; ada sektor gedung & infrastruktur sipil
10. Reliability & safety are related but 2. Ada undang-undang sendiri (Jalan, SDA,
distinct dependability attributes. Gedung)

11. Ensuring system reliability does not 3. Ada institusi sektor (Ditjen Bina Marga; Ditjen
SDA; Ditjen Cipta Karya); Kemen Perhubungan;
necessarily lead to system safety. Kemen ESDM.
12. Reliability is an essential property that 4. Standar Keamanan dituangkan dalam SNI;
defines a safety of a system. tanggung jawab institusi dan UU sektor.
22
STANDAR KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
(OHSAS 18001 & ISO 45001)

(keselamatan/ke·se·la·mat·an/ n perihal (keadaan dan sebagainya) selamat;


kesejahteraan; kebahagiaan dan sebagainya: - keluarga adalah tanggung jawab yang paling berat bagi seorang suami)

23
KESELAMATAN KERJA DALAM
UU 13, 2003 KETENAGAKERJAAN,
UU 1, 1970 KESELAMATAN KERJA,
PP 50, 2012 PENERAPAN SMK3,
UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI &PP 21, 2019 PEDOMAN SMKK (1/3)

1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang 5. Perusahaan adalah:


berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik
badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang upah atau imbalan dalam bentuk lain;
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
sendiri maupun untuk masyarakat. mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
dengan menerima upah atau imbalan dalam 6. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
bentuk lain. memperoleh perlindungan atas:
4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, a. keselamatan & kesehatan kerja;
pengusaha, badan hukum, atau badan-badan b. moral dan kesusilaan; dan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
martabat manusia serta nilai-nilai agama.

24
KESELAMATAN KERJA DALAM
UU 13, 2003 KETENAGAKERJAAN,
UU 1, 1970 KESELAMATAN KERJA,
PP 50, 2012 PENERAPAN SMK3,
UU 2, 2017 JASA KONSTRUKSI & PP 21, 2019 PEDOMAN SMKK (2/3)

7. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna 13. Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Standar K4.
8. Perlindungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan per- 14. Standar Keselamatan dan Kesehatan meliputi
UU-an yang berlaku. Standar Keselamatan & Kesehatan Pekerja,
9. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang Keselamatan Lingkungan Alam, Keselamatan
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Lingkungan Terbangun, dan Keselamatan lingkungan
10. Kewajiban berlaku bagi perusahaan: masyarakat, termasuk sekuriti, Usaha Pekerjaan
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau Konstruksi.
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
15. Usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi:
11. SMK3 meliputi: pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan,
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
rehabilitasi, dan pembongkaran bangunan gedung
c. pelaksanaan rencana K3; dan bangunan sipil.
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
12. Ketentuan mengenai penerapan SMK3 diatur dengan PP.

25
Perbandingan Kompetensi Project Manajer berdasarkan
PMI & CMAA
Project Management Institute (PMI) Construction Management
Association of America (CMAA)
PMBoK 5th Ed PMBoK Construction Extention CMAA’s CM Standards of
Practice 2010 Ed
Project Integration Management Project Integration Management Project Management
Project Scope Management Project Scope Management Cost Management
Project Time Management Project Time Management Time Management
Project Cost Management Project Cost Management Contract Administration
Project Quality Management Project Quality Management Quality Management
Project Human Resources Management Project Human Resources Management Program Management

Project Communication Management Project Communication Management Sustainability


Project Risk Management Project Risk Management Safety Management
Project Procurement Management Project Procurement Management Risk Management
Project Stakeholder Management Project Stakeholder Management Building Infromation Modeling (BIM)
Project Financial Management
Project Health, Safety, Security and Environment
Management
STANDAR KEBERLANJUTAN

27
SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINITIONS

‘Sustainable development meets the needs of the present without compromising


the ability of future generations to meet their own needs’
(The World Commission on Environment and Development, United Nations,1987)

‘….... improving the quality of human life while living within the carrying capacity
of supporting ecosystems’
(Munro & Holdgate,1991)
SUSTAINABILITY - 3 PILLARS

• 3 E’s - Economics, Ecology & Ethics


(DesJardins, 2007)

• 3 P’s - Profits, People and Planet


(Shell reports)

• Triple Bottom Line (Elkington, 1997)


ie. the simultaneous pursuit of:
 economic prosperity
 environmental quality
 social equity
SUSTAINABLE INFRASTRUCTURE

Sustainability

Sustainable Infrastructure:
‘Infrastructure projects that are planned, designed, constructed, operated, & decommissioned in a
manner to ensure economic and financial, social, environmental (including climate resilience), and
institutional sustainability over the entire life cycle of the project’ (IDB, 2018)
30
Pertimbangan Utama Konsep Sustainability dalam
Pembangunan Gedung & Infrastruktur Sipil

Kapasitas Planning:
1. Konsep menjaga lingkungan alam (Natural Environment).
2. Konsep meletakkan ‘Infrastructure Build Environment’ dalam ‘Natural Environment’
3. Kapasitas ‘System Planning’; ‘Perencanaan Sistem’:
a. Sistem Rencana Tata Ruang.
b. Sistem Rencana Tata Tota.
c. Sistem Infrastruktur: Sistem Transportasi; Sistem SDA; Sistem Transportasi; Sistem Jaringan Jalan; Sistem Drainase.

Kekuatan perancangan dan teknologi konstruksi:


1. Green Building; Green Construction; Green Operation; Green Maintenance;
2. Konsep minimum life cycle cost;
3. Konsep daur ulang (reduce – reuse – recycle);
4. Konsep pelestarian lingkungan (minimum energy; water conservation, reduce waste incl. emission CO)
5. Mitigasi risiko, keselamatan, dan Kesehatan.

Inovasi dan pemanfaatan teknologi:


1. Teknologi bahan;
2. Teknologi konstruksi;
3. Teknologi pengolahan limbah;
4. Teknologi informasi; AI; Big data; BIM – Virtual Construction.

31
PERAN K4 DALAM PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

SYSTEM DESIGN PROJECT LIFE CYCLE


DEMOLITION
Planning Project Delivery OM RECONSTRUCTION

1. Sistem Tata Ruang. Project


Planning Amdal/
Engineering &
Construction
Use
Disposal
Need formulation design
process
management
process RKL/RPL process
2. Sistem Infrastruktur process process process

(Transportasi; User
requirements
Project Project Project Facility use & Facility
feasibility engineering field engineering management demolition
SDA; Lansekap). & scope & design & construction or conversion

3. Masterplan
infrastruktur Awareness Project Project Full Project Project Fulfillment
of need Concept Scope description Completion & of need
(jaringan jalan; formulation definition Acceptance
DAS; dll.). for use

Peran Insinyur Sipil (Sangat strategis; nilai tambah) Peran Kontraktor

Keamanan, keandalan

HSE & Security 32

Keberlanjutan
ANALISIS KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DAN
REKOMENDASI KOMITE KESELAMATAN KONSTRUKSI
TERKAIT KECELAKAAN KERJA PEKERJAAN
KONSTRUKSI BETON PRACETAK PRATEGANG

Komite Keselamatan Konstruksi

Bimbingan Teknis Beton Pracetak Prategang Konstruksi Jalan Layang (Elevated)


Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta
Ditjen. Bina Konstruksi - Kementerian PUPR, IAPPI, & AP3I
Jakarta, 22 Februari 2021

33
IKHTISAR

1. Analisis Organisasi Kontraktor & Interface SMKK dengan Sub


Sistem Strategis Pelaksanaaan Konstruksi
2. Potensi Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi
3. Rekomendasi & Penutup.

34
ANALISIS ORGANISASI KONTRAKTOR &
INTERFACE SPMK3 DENGAN SUB SISTEM STRATEGIS PELAKSANAAN KONSTRUKSI

35
ORGANISASI KONTRAKTOR
PERUSAHAAN

Staf Pedukung
Kantor Pusat/Cabang

Lapangan
Site Manager

SMKK Quality Assurance

Planning & Engineering Operasi AdUm & Keuangan Logistik & Peralatan

Planning/
Eng. Logistik Peralatan
Scheduling

Civil /Ext. Structural Architectural Mechanical Electrical


Works Works Works Works Works
INTERFACE SMKK DENGAN SUB-SISTEM STRATEGIS LAIN

PPK

Kontraktor

Site
Konsultan Konsultan Konsultan
Supervisi
Manager
Pra-FS & FS DED Subkon/
Cont.Spec.

Material
Prof. Eng. Prof. Eng. Prof. Eng.
Scheduling/ SMKK Rantai Peralatan
Engineering (QA) Pasok
Teknologi

Tenaga
Kerja

SOM

Engineering Construction
(Conceptual, Basic, & DED)
INFLUENCE DIAGRAM
(AMONG STRATEGIC PARTIES IN HSE SYSTEM IMPLEMENTATION)

Owner
Representative

Subkon/
Cont.Spec.
Pre-FS & FS
Consultant Scheduling/
Engineering
Material

DED
Site HSE Supply
Prof. Eng. Contractor
Consultant Manager (QA) chain
Equipment

SOM Technology

Supervision
Consutant
Worker

Engineering Construction
(Conceptual, Basic, & DED)
POTENSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI

39
POTENSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI (1/3)

1. PPK: e. RKK tidak diterapkan dengan seksama; tidak


a. RKK tidak dibahas & disahkan. melakukan pengendalian operasional K3; tidak
tertib (terutama pekerja); anggaran K3 tidak
b. Tidak melakukan pengawasan pelaksanaan
disediakan.
RKK.
f. Kontrak dengan PPK belum setara dalam hak &
c. Biaya penyelenggaraan SMKK tidak
kewajiban (jadwal & anggaran).
dialokasikan dalam kontrak.
3. Bagian Scheduling/Engineering Proyek
2. Kontraktor:
Konstruksi:
a. SMKK tidak mendapat dukungan penuh Badan
a. Tidak menyusun jadwal dengan produktifitas
Usaha.
yang wajar (sumber daya).
b. Site manager tidak mempunyai perhatian penuh.
b. Tidak membuat Construction Drawing dan
c. RKK tidak disusun dengan baik & rinci; menyusun metoda pelaksanaan konstruksi
identifikasi bahaya, penilaian risiko, skala dengan lengkap, & rinci (termasuk SOP seluruh
prioritas; pengendalian risiko K3. peralatan kerja).
d. Organisasi RKK tidak disusun dengan lengkap. c. Manajer teknik & teknisi gambar tidak
e. Ahli K3 atau Petugas K3 tidak mempunyai mempunyai kompetensi yang cukup termasuk
kompetensi yang memadai; tidak selalu hadir untuk membaca gambar desain & spesifikasi
di lapangan. teknis. 40
POTENSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI (2/3)

4. Bagian Operasi Konstruksi: 6. Rantai Pasok Material, Sumber Daya


a. Tidak menghitung produktifitas & kebutuhan Alam, & Teknologi:
seluruh sumber daya konstruksi dengan baik; a. Tidak mempunyai SNI (terutama
termasuk jumlah & keandalan sumber daya komponen pracetak) atau dokumen
pendukung (temporary facilities); kesehatan pemeriksaan laboratorium dengan lengkap.
pekerja dan lembur tidak dikontrol. b. Material tidak diperiksa di lapangan sesuai
b. Manajer teknik & tenaga kerja terampil (mandor, ketentuan spesifikasi teknis (sampling, dll.).
tukang, laden, operator) tidak mempunyai
sertifikat kompetensi, tingkat kompetensi, &
7. Rantai Pasok Peralatan:
pengalaman kerja yang memadai. a. Tidak mempunyai sertifikat laik operasi
c. Alat pelindung diri dan kerja tidak disiplin peralatan konstruksi (SILO); Kemenaker
sering terlambat mensertifikasi.
5. Sub-Kontraktor & Kontraktor Spesialis: b. Operator peralatan tidak kompeten (SIO)
a. Tidak mempunyai Dokumen Sub-Kontrak yang & berpengalaman; menggunakan operator
lengkap dan setara dalam hak & kewajiban. umum, tidak dilatih khusus untuk peralatan
b. Tidak menyusun rencana kerja, metoda kerja, khusus.
sumber daya, dengan lengkap. c. Jam kerja melampaui ketentuan.
c. Tidak menyusun RKK mengenai bagian yang d. Peralatan tidak dipelihara sesuai ketentuan. 41
disub-kontrakkan.
POTENSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI (3/3)

8. Konsultan Supervisi: 9. Konsultan Perancang:


a. Tidak mempunyai SKA (Sertifikat Insinyur a. Tidak mempunyai SKA (Sertifikasi Insinyur
Profesional), kompetensi, & pengalaman, Profesional), kompetensi, & pengalaman,
b. Tidak melaksanakan fungsinya; memeriksa b. Tidak membuat dokumen perancangan
construction drawing, metoda pelaksanaan (Drawing, Technical Specification) dengan
kerja kontraktor, kemampuan fasilitas benar dan lengkap (Codes, Standard).
pendukung (temporary facilities). c. Tidak membuat rancangan (metoda)
c. Tidak memeriksa & mengawasi pelaksanaan konstruksi, & metoda
pelaksanaan RKK Kontraktor. pengoperasian & pemeliharaaan
d. Tidak memimpin & mengkoordinasikan bangunan dengan lengkap.
seluruh kegiatan lapangan. d. Tidak menerapkan sistem independent
e. Tidak berada di lapangan; terutama dalam checker untuk konstruksi yang rumit.
overtime.

42
Kompetensi Insinyur Sipil (Perancang & Pengawas)

Learning Outcome Learning Content Perancangan BTS


1. Prinsip & Konsep BTS.
1. Mampu melakukan perancangan (Detailed
2. Sistem BTS, sektor penanggung-jawab, & Peraturan per-UU-
Engineering Design) Bangunan Teknik Sipil
an yang terkait.
(BTS); mampu memberikan arahan design to
3. Standar pembebanan BTS & SNI.
construct, design to operate, dan design to
4. Standar perancangan BTS & SNI.
maintain.
5. Lingkup, tahapan, & proses perancangan BTS.
2. Mampu melihat dan menyelesaikan 6. Ketersediaan & pengembangan software.
permasalahan masyarakat, bangsa, & negara
7. Rancangan dan/atau pertimbangan dalam pelaksanaan
yang berkaitan dengan keteknik-sipilan konstruksi & OM BTS (Design to build & design to OM).
(engineering). 8. Pembuatan gambar design BTS.
3. Mampu memimpin & mengawasi pelaksanaan 9. Penyusunan spesifikasi teknis BTS.
konstruksi di lapangan. 10. Referensi.
4. Memahami & mempraktikan etika profesi tenik
sipil.
43
Bangunan Teknik Sipil (BTS)
BTS Geoteknik:
1. Pondasi dangkal/dalam
2. Dinding Penahan Tanah
BTS Sumber Daya Air: Etika Profesi 3. Turap
1. Drainase 4. Basement
2. Irigasi 5. Slope stability
3. Bendung 6. Soil improvement/
4. Bendungan settlement analysis
5. Rawa dan pantai
BTS Transportasi:
BTS Struktur: 1. Jalan: alinyemen horizontal & vertikal,
Teknik
1. Gedung drainase, perkerasan, lalu lintas.
2. Jembatan Sipil
2. Terminal
3. Terowongan 3. Jalan rel
4. Stasiun kereta api
5. Bandara
Pengetahuan Pendukung Manajemen Proyek:
6. Pelabuhan laut, pelabuhan danau,
1. Pengadaan barang & jasa
pelabuhan sungai
2. Manajemen proyek
3. Manajemen kontrak
4. Manajemen mutu Pendukung Lainnya (Program Pengembangan
5. Manajemen rantai pasok Berkelanjutan – CPD; dapat diberikan melalui
6. Metode pelaksanaan konstruksi short courses FTSL):
7. Konsep risiko dalam konstruksi 1. Industri 4.0 dalam konstruksi; BIM; IoT, AI;
8. Penyusunan BoQ & perhitungan biaya Robotic, 3D printing
9. Penjadwalan proyek 2. Manufaktur konstruksi 44
10. K4 3. Material konstruksi baru
Positive Impacts of HSE Measures vs Negative Impacts of
Construction Accidents
Subject Positive Impacts of HSE Measures*) Negative Impacts of Work Accidents
• Workers’ safe feeling • Injury, wounded, loss of life
Workers • Causing other workers’ anxiety
• Safe feeling of the public around the project area • Injury, wounded, loss of life
Public • Inconvenience of living around project area
• 50% accelerating project schedule (1 week or • Project’s temporarily interrupted activities
more) • Delay of facilities use
• 73% decreasing project cost (1% or more) • Workers’ idleness
• 73% increasing project return of investment (1% or • Equipment idleness
Project more) • Decrease of return of investment
• Increasing project quality
• No complaints from the community & workers’
family with regards to construction safety
• Increasing company reputation. • Incompetence.
Company • Decrease of share value/reputation.
• Considered capable to manage HSE in • Considered incapable to execute construction
State construction safely.

*) Safety Management in The Construction Industry: Identifying Risk and Reducing Accident to Improve Site Productivity and Project ROI, 2013, McGrawHill and others
45
REKOMENDASI & PENUTUP
KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
PRACETAK PRATEGANG
1. Rekomendasi : 2. Penutup:
a. SMKK wajib diterapkan; RKK (termasuk HIRAO & JSA) perlu a. Pengalaman menunjukkan kecelakaan konstruksi bukan
disusun dengan teliti; Lingkungan kerja konstruksi wajib sesuai saja bersumber dari kecelakaan kerja (incident &
dengan RKK. accident) tetapi juga ketidak-tertiban penyelenggaraan
b. Kecelakaan kerja utama (top event) jalan layang & gedung high konstruksi.
rise adalah akibat jatuh. b. Tidak tertibnya penyelenggaraan dapat merambat ke hulu
c. Alat pelindung kerja (Guard railing, Safety deck, & Safety net, ke tahap Procurement, DED, bahkan FS dan Pra-FS;
Restricted area), Alat pelindung diri (Safety helmet, Safety melibatkan bukan saja pelaksana konstruksi juga Konsultan
shoes, Safety vest, Full body harness, Fall arrester), serta Rambu- Pengawas, Konsultan Perancang, dan Konsultan Perencana.
rambu perlu mendapat perhatian. Tertib K3 perlu di jaga. c. Aspek K3 dan implementasinya belum menjadi perhatian
d. Metoda kerja yang diusulkan kontraktor (terutama untuk penuh pelaksana konstruksi (komitmen direksi, PPK,
komponen pra-cetak) berdasarkan konsep konsultan penyusunan & anggaran RKK, pembahasan PCM,
perancang, wajib diperiksa & disetujui Konsultan Pengawas. keberadaan ahli dan petugas K3 di lapangan).
e. Fasilitas pendukung (temporary facilities, formworks, dll.) perlu d. Kelemahan utama lain adalah terbatasnya keberadaan dan
direncanakan kontraktor dan diperiksa Konsultan pengawas. kompetensi insinyur perancang & pengawas.
f. Komponen pra-cetak perlu mempunyai SNI serta metoda dan e. Peralatan & operator konstruksi khusus sering belum
SOP pemasangannya. disertifikasi; karena keterbatasan kapasitas Kementerian
Tenaga Kerja.
g. Operator & peralatan berat (crane, alat angkut vertical, launcher,
dll.) harus mempunyai SIO, SILO, dan SOP. f. K3 belum membudaya; perlu perhatian serius pemerintah
46
dan semua pihak.
TERIMAKASIH

47
LAMPIRAN:
PERMEN PUPR NO 21, 2019 TENTANG PEDOMAN SMKK

48
Substansi & Lampiran Permen PUPR 21, 2019 Pedoman SMKK

Bab Pasal Lampiran

Bab I - Ketentuan Umum Pasal 1 – 2 Lampiran A


Penerapan SMKK
Bagian 1: Umum (Pasal 3 -5)
Lampiran B
Bagian 2: Rancangan Konseptual SMKK (Pasal 6) Tugas, Tanggung Jawab dan
Wewenang Pengguna & Penyedia
Bagian 3: Elemen Sistem SMKK (Pasal 7 -12) Jasa dalam Penerapan SMKK
Bab II -
Standar K4 Konstruksi
Bagian 4: Penerapan SMKK (Pasal 13-21) Lampiran C
Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Bagian 5: Unit Keselamatan Konstruksi (Pasal 22-25) Pengendalian Mutu Pekerjaan
Konstruksi
Bagian 6: Risiko Keselamatan Konstruksi (Pasal 26)
Lampiran D
Bab III – Format Rancangan Konseptual
Pasal 27 – 29
Biaya Penerapan SMKK SMKK

Bab IV – Lampiran E
Pasal 30 – 33 Format RKK dan Format Penilaian
Pembinaan & Pengawasan
RKK

Bab V - Ketentuan Peralihan Pasal 34


Lampiran F
Format Laporan Pelaksanaan RKK
Bab VI - Ketentuan Penutup Pasal 35 – 36
Lampiran G
Komponen Kegiatan dan Format
Definisi (1/3)
Subjek yang Diatur
1. Keselamatan Konstruksi adalah segala
kegiatan keteknikan untuk mendukung
pekerjaan konstruksi dalam mewujudkan
pemenuhan standar K4 yang menjamin
keselamatan keteknikan konstruksi,
keselamatan & kesehatan tenaga kerja,
keselamatan publik, dan keselamatan
lingkungan.
Pengguna Jasa Penyedia Jasa

2. SMKK adalah bagian dari sistem manajemen


pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam
Objek yang Diatur
rangka menjamin terwujudnya keselamatan
konstruksi.

Penyedia jasa pekerjaan konstruksi harus menerapkan SMKK


dengan memenuhi Standar K4 yang dilaksanakan sesuai
Lampiran A dan melaksanakan berdasarkan tugas, Konsultasi Konstruksi Pekerjaan Konstruksi
tanggung jawab, dan wewenang sesuai Lampiran B.
• Manajemen penyelenggaraan konstruksi
(Pasal 3 ayat (1), (2), (3), (5), (6))
• Konstruksi pengawasan
Definisi (2/3)
1. K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin & 5. Petugas Keselamatan Konstruksi adalah orang
melindungi keselamatan & kesehatan tenaga kerja melalui atau Petugas K3 Konstruksi yang memiliki sertifikat
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat yang diterbitkan oleh unit kerja yang menangani
kerja pada pekerjaan konstruksi. Keselamatan Konstruksi di Kementerian PUPR
2. Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) adalah unit pada dan/atau yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang bertanggung yang berwenang sesuai dengan SKKNI dan ketentuan
jawab terhadap pelaksanaan SMKK dalam Pekerjaan peraturan per-UU-an.
Konstruksi. 6. Biaya Penerapan SMKK adalah biaya SMKK yang
3. Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaahan diperlukan untuk menerapkan SMKK dalam setiap
tentang Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh Pekerjaan Konstruksi.
Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian, 7. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah
perencanaan serta perancangan. dokumen lengkap rencana penerapan SMKK dan
4. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak.
kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam 8. Risiko Keselamatan Konstruksi adalah risiko
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi SMKK konstruksi yang memenuhi satu atau lebih kriteria
yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan yang diterbitkan berupa besaran risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah
oleh LSP atau instansi yang berwenang sesuai dengan tenaga kerja, jenis alat berat yang dipergunakan dan
SKKNI dan peraturan per-UU-an. tingkatan penerapan teknologi yang digunakan. 51
Definisi (3/3)
9. Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah 11. Komite Keselamatan Konstruksi adalah unit khusus
perhitungan besaran potensi berdasarkan yang bertugas membantu Menteri dalam
kemungkinan adanya kejadian yang berdampak penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi.
terhadap kerugian atas konstruksi, jiwa manusia, 12. Permen ini diperuntukkan bagi pelaksanaan SMKK di
keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat Kementerian PUPR. Peraturan Menteri ini dapat
timbul dari sumber bahaya tertentu, terjadi pada menjadi acuan bagi instansi pemerintah dan swasta
Pekerjaan Konstruksi dengan memperhitungkan dengan penyesuaian struktur organisasi di unit
nilai kekerapan dan nilai keparahan yang organisasi masing – masing.
ditimbulkan.
10. Pemantauan & Evaluasi Keselamatan Konstruksi
adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi
yang meliputi pengumpulan data, analisis, kesimpulan
dan rekomendasi perbaikan penerapan Keselamatan
Konstruksi.

52
STANDAR K4 (1/2)
1. Setiap Pengguna Jasa & Penyedia Jasa dalam 5. Penerapan SMKK oleh Penyedia Jasa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Lampiran A
menerapkan SMKK. Permen ini.
2. Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK 6. Penerapan SMKK oleh Pengguna Jasa &
merupakan Penyedia Jasa yang memberikan Penyedia Jasa dilaksanakan dengan berdasarkan
layanan: tugas, tanggung jawab, dan wewenang sesuai
a. Konsultansi manajemen penyelenggaraan konstruksi; dengan ketentuan Lampiran B Permen ini.
b. Konsultansi Konstruksi pengawasan; dan 7. Penyedia Jasa harus melakukan:
c. Pekerjaan Konstruksi. a. Identifikasi bahaya;
3. SMKK harus memenuhi Standar K4. b. Penilaian risiko dan pengendalian risiko/peluang
4. Standar K4 harus memperhatikan: (Hazard Identification Risk Assesment Opportunity -
HIRAO) Pekerjaan Konstruksi; dan
a. Keselamatan keteknikan konstruksi;
c. Sasaran dan program Keselamatan Konstruksi, yang
b. Keselamatan & kesehatan kerja; dibuat berdasarkan tahapan pekerjaan (WBS).
c. Keselamatan publik; dan
d. Keselamatan lingkungan.

53
STANDAR K4 (2/2)
8. Pemenuhan standar keselamatan keteknikan
konstruksi dilaksanakan sesuai tata cara penjaminan
mutu & pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi.
9. Penjaminan mutu & pengendalian mutu Pekerjaan
Konstruksi merupakan bagian dari SMKK yang
menjamin terlaksananya keselamatan keteknikan
konstruksi guna mewujudkan proses dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas.
10. Penjaminan mutu & pengendalian mutu Pekerjaan
Konstruksi harus dilaksanakan oleh petugas penjamin
mutu & pengendali mutu.
11. Untuk menjadi petugas penjamin mutu & pengendali
mutu harus mengikuti bimbingan teknis SMKK untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi atau pelatihan.
12. Tata cara penjaminan mutu dan pengendalian mutu
Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Lampiran C Permen ini.

54
RANCANGAN KONSEPTUAL SMKK

1. Rancangan Konseptual SMKK merupakan 3. Rancangan Konseptual SMKK harus


suatu dokumen yang berisi konsepsi SMKK disetujui oleh Pengguna Jasa untuk
yang dibuat pada tahapan: dijadikan rujukan dalam menyusun RKK.
a. pengkajian konstruksi;
4. Penyedia Jasa harus memiliki Ahli K3
b. perencanaan konstruksi; dan
Konstruksi.
c. perancangan konstruksi.
5. Rancangan Konseptual SMKK disusun
2. Rancangan Konseptual SMKK disusun oleh: sesuai dengan format Lampiran D
a. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Peraturan Menteri ini
pengkajian;
b. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
perencanaan; dan
c. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
perancangan.

55
5 ELEMEN SMKK
Penerapan SMKK (1/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan-tahapan:

Pelaksanaan Pekerjaan
Pemilihan Penyedia Jasa Serah Terima Pekerjaan
Konstruksi
Bentuk

Dokumen Pemilihan
(Sesuai Format Lampiran E) Dokumen hasil penerapan SMKK
Pelaksanaan RKK
- Dijelaskan Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa kepada pengguna jasa
pada saat penjelasan dokumen

1. Harus memuat:
• Manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi 1. Penerapan SMKK pada tahapan 1. Penerapan SMKK dalam tahapan serah terima
mencakup: Uraian Pekerjaan, Identifikasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi pekerjaan dilakukan pada masa serah terima
bahaya, dan Penetapan Tingkat Risiko dilakukan dengan melaksanakan RKK. pertama pekerjaan (PHO) sampai dengan
Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan serah terima akhir pekerjaan (FHO).
2. Pelaksanaan RKK harus disesuaikan
Muatan

Konstruksi; dan
dengan lingkup pekerjaan & kondisi di 2. Penerapan SMKK dilakukan dengan
• Biaya Penerapan SMKK pada HPS.
lapangan. menyampaikan dokumen hasil penerapan
2.. Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen
3. Penyesuaian RKK disampaikan, SMKK kepada Pengguna Jasa.
pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi
dibahas, dan disetujui oleh Pengguna 3. Dokumen hasil penerapan SMKK terdiri atas:
Perancangan dan/atau berkonsultasi dengan Ahli
a. Laporan pelaksanaan RKK yang disusun
K3 Konstruksi dalam menetapkan uraian pekerjaan, Jasa dan Penyedia Jasa pada saat rapat
sesuai Lampiran F Permen ini;
identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko persiapan pelaksanaan Pekerjaan b. Bukti penerapan SMKK yang didokumentasikan
Keselamatan Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi dan menjadi bagian dari laporan dalam huruf a.
Konstruksi.
Penerapan SMKK (2/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan:

Pemilihan Penyedia Jasa

Dokumen Pemilihan
Bentuk

(Sesuai Format Lampiran E)


- Dijelaskan Pengguna Jasa kepada Penyedia
Jasa pada saat penjelasan dokumen Setiap calon Penyedia Jasa harus menyusun dan
menyampaikan RKK dalam dokumen penawaran yang disusun
1. Harus memuat: sesuai format Lampiran E Permen ini.
• Manajemen Risiko Keselamatan Konstruksi mencakup:
Uraian Pekerjaan, Identifikasi bahaya, dan Penetapan
Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi pada
Muatan

Pekerjaan Konstruksi; dan


• Biaya Penerapan SMKK pada HPS.
2. Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen
pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi perancangan
dan/atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi
dalam menetapkan uraian pekerjaan, identifikasi
bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan
Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi.
Penerapan SMKK (3/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan:

Pelaksanaan Pekerjaan 1. RKK dapat diperbaharui dalam hal terjadi:


Konstruksi a. perubahan pekerjaan atau pekerjaan baru serta perubahan lingkup
pekerjaan pada kontrak, termasuk pekerjaan tambah/kurang; dan
b. kecelakaan kerja yang mengakibatkan kehilangan waktu kerja, kematian
dan/atau cacat tetap.
2. Pengguna Jasa melakukan pengawasan pelaksanaan RKK dan
mengevaluasi kinerja penerapan SMKK yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.
Bentuk

Pelaksanaan RKK 3. Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi Pengguna Jasa dapat dibantu
oleh Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi.

4. Penyedia Jasa harus menerapkan analisis keselamatan pekerjaan untuk


1. Penerapan SMKK pada tahapan pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko besar dan/atau sedang dan pekerjaan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi bersifat khusus sesuai dengan metode kerja Konstruksi yang terdapat dalam
dilakukan dengan melaksanakan RKK. RKK.
Muatan

2. Pelaksanaan RKK harus disesuaikan 5. Analisis keselamatan pekerjaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dengan lingkup pekerjaan dan kondisi di
izin kerja yang disusun sesuai dengan format Lampiran E.
lapangan.
3. Penyesuaian RKK disampaikan, dibahas,
6. Penyedia Jasa melaporkan pelaksanaan RKK kepada Pengguna Jasa sesuai
dan disetujui oleh Pengguna Jasa & dengan kemajuan pekerjaan; Laporan harian; mingguan; bulanan; dan akhir.
Penyedia Jasa pada saat rapat persiapan 7. Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan RKK Pengguna Jasa
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi melaksanakan evaluasi kinerja penerapan SMKK setiap bulan.
Penerapan SMKK (4/4)
Penerapan SMKK pada Tahapan:

1. Laporan pelaksanaan RKK harus memuat hasil kinerja


Serah Terima Pekerjaan SMKK berupa:
a. statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
b. laporan harian, mingguan, bulanan dan laporan akhir, serta
laporan ringkas dalam hal terdapat aktivitas dalam Pekerjaan
Konstruksi; dan
c. usulan perbaikan untuk Pekerjaan Konstruksi sejenis yang akan
datang.
Bentuk

Dokumen hasil penerapan SMKK 2. Pengguna Jasa mengeluarkan Surat Keterangan Nihil
kepada pengguna jasa Kecelakaan Kerja kepada Penyedia Jasa bagi Pekerjaan
Konstruksi yang telah diselesaikan tanpa adanya kecelakaan
Konstruksi berdasarkan laporan akhir pelaksanaan RKK.
3. Surat keterangan nihil kecelakaan kerja disusun sesuai
1. Penerapan SMKK dalam tahapan serah terima pekerjaan
Lampiran G Permen ini.
dilakukan pada masa serah terima pertama pekerjaan 4. Setelah dilakukan serah terima akhir pekerjaan SMKK diterapkan
(PHO) sampai dengan serah terima akhir pekerjaan (FHO). dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Muatan

2. Penerapan SMKK dilakukan dengan menyampaikan 5. Untuk menerapkan SMKK dalam O&P Pengguna Jasa harus merujuk
dokumen hasil penerapan SMKK kepada Pengguna Jasa. pada:
3. Dokumen hasil penerapan SMKK terdiri atas: a. Hasil perancangan yang telah dimutakhirkan; dan
a. Laporan pelaksanaan RKK yang disusun sesuai Lampiran F b. Panduan keselamatan O&P konstruksi bangunan yang sudah
Permen ini; dan memperhitungkan Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh
b. Bukti penerapan SMKK yang didokumentasikan dan menjadi bagian Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil
dari laporan dalam huruf a. pelaksanaan rancangan dan RKK yang sudah dimutakhirkan.
Unit Keselamatan Konstruksi (1/2)
1. Dalam menerapkan SMKK, Penyedia Jasa 6. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko
Pekerjaan Konstruksi harus membentuk Keselamatan Konstruksi kecil, Pimpinan
UKK. tertinggi Pekerjaan Konstruksi dapat
2. UKK bertanggung jawab kepada unit yang merangkap sebagai pimpinan UKK.
menangani Keselamatan Konstruksi di 7. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko
bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa. Keselamatan Konstruksi sedang dan
3. UKK terdiri atas: besar, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
a. pimpinan; dan harus membentuk UKK yang terpisah dari
b. anggota. struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi.
4. Pimpinan UKK harus memiliki kompetensi
kerja yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi kerja di bidang K3 Konstruksi.
5. Pimpinan UKK berkoordinasi dengan
pimpinan tertinggi Pekerjaan Konstruksi.

61
Unit Keselamatan Konstruksi (2/2)
8. Kualifikasi kompetensi kerja Pimpinan UKK terdiri 10. Anggota UKK terdiri atas:
atas Kualifikasi Ahli K3 Konstruksi atau Petugas a. petugas tanggap darurat;
Keselamatan Konstruksi. b. petugas pemadam kebakaran;
9. Persyaratan kualifikasi Ahli K3 Konstruksi atau c. petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
Petugas Keselamatan Konstruksi meliputi: d. petugas pengatur lalu lintas;
a. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko e. tenaga kesehatan; dan/atau
Keselamatan Konstruksi besar terdiri atas: f. petugas pengelolaan lingkungan.
1. Ahli Utama K3 Konstruksi; atau
2. Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman paling
singkat 3 tahun;
b. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi sedang terdiri atas:
1. Ahli Madya K3 Konstruksi; atau
2. Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling
singkat 3 tahun; dan
c. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi kecil terdiri atas:
1. Ahli Muda K3 Konstruksi; atau
2. Petugas Keselamatan Konstruksi.

62
Risiko Keselamatan Konstruksi
1. Risiko Keselamatan Konstruksi terdiri Kecil Sedang Besar
atas:
a. kecil; Sifat Bahaya* Rendah Sedang Tinggi
b. sedang; dan Rp. 10 Miliar <
s.d Rp. 10
c. besar. Nilai HPS HPS < Rp. 100 > Rp. 100 Miliar
Miliar
Miliar
2. Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi
ditetapkan oleh Pengguna Jasa. Tenaga Kerja < 25 orang 25 – 100 orang > 100 orang
3. Risiko Keselamatan Konstruksi
digunakan untuk menentukan Teknologi Sederhana Madya Tinggi
kebutuhan Ahli K3 Konstruksi dan/ 1. Menggunakan
atau Petugas Keselamatan pesawat angkat
Konstruksi, bukan digunakan untuk 2. Menggunakan
Lainnya - -
metode peledak dan/
menentukan kompleksitas atau menyebabkan
segmentasi pasar Jasa Konstruksi. terjadinya peledakan

* Berdasarkan perhitungan sesuai Lampiran E dalam Permen ini.


Biaya Penerapan SMKK
1. Biaya penerapan SMKK harus dimasukkan pada
4. Biaya penerapan SMKK disusun sesuai dengan
daftar kuantitas & harga dengan besaran biaya
ketentuan Lampiran G Permen ini.
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian
dalam RKK. 5. Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi
menggunakan:
2. Biaya penerapan SMKK menjadi bagian dari RKK.
a. Metoda sistem harga terendah: penawaran gugur
3. Biaya penerapan SMKK paling sedikit mencakup
jika tidak mengajukan Perkiraan Biaya SMKK.
rincian:
b. Metoda sistem nilai; Nilai Penawaran Biaya dinilai
a. Penyiapan RKK; 0, jika tidak mengajukan Perkiraan Biaya
b. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan; Penerapan SMKK.
c. Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri;
d. Asuransi dan perizinan;
e. Personel Keselamatan Konstruksi;
f. Fasilitas sarana, prasarana, & alat kesehatan;
g. Rambu- rambu yang diperlukan;
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi;
dan
i. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian
Risiko Keselamatan Konstruksi.
Catatan: c, f, g, i merupakan barang habis pakai.
64
Pembinaan & Pengawasan (1/2)
1. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan 5. Gubernur melakukan pengawasan penerapan
penerapan SMKK kepada penyelenggara SMKK pada Pekerjaan Konstruksi dan
pemerintah daerah provinsi dan masyarakat jasa Konsultansi Konstruksi terhadap pembiayaan yang
konstruksi. berasal dari APBD Provinsi dan/atau yang memiliki
2. Pembinaan dapat berupa Risiko Keselamatan Konstruksi sedang.
a. penetapan kebijakan SMKK; 6. Bupati/walikota melakukan pengawasan
b. penerapan kebijakan SMKK; penerapan SMKK pada Pekerjaan Konstruksi dan
c. pemantauan & evaluasi penerapan SMKK; dan Konsultansi Konstruksi terhadap pembiayaan yang
d. pengembangan kerja sama penerapan SMKK. berasal dari APBD Kabupaten/Kota dan/atau yang
3. Menteri melakukan pengawasan tertib penerapan memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi kecil.
SMKK pada Pekerjaan Konstruksi dan Konsultansi
Konstruksi yang berasal dari APBN dan/atau yang
memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar.
4. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di
daerah melakukan pengawasan penerapan
kebijakan SMKK yang dilakukan oleh gubernur
dan bupati/walikota di wilayah kewenangannya.

65
Pembinaan & Pengawasan (2/2)
1. Dalam melakukan pengawasan penerapan SMKK, 3. Komite Keselamatan Konstruksi terdiri atas:
Menteri membentuk Komite Keselamatan a. Ketua;
Konstruksi. b. Sekretaris;
2. Komite Keselamatan Konstruksi memiliki tugas c. Anggota;
antara lain: d. Subkomite; dan
a. melaksanakan pemantauan & evaluasi Pekerjaan e. Sekretariat.
Konstruksi yang diperkirakan memiliki Risiko
Keselamatan Konstruksi besar;
b. melaksanakan investigasi kecelakaan konstruksi;
c. memberikan saran, pertimbangan, & rekomendasi
kepada Menteri berdasarkan hasil pemantauan &
evaluasi Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko
Keselamatan Konstruksi besar dan/atau investigasi
kecelakaan konstruksi dalam rangka mewujudkan
Keselamatan Konstruksi; dan
d. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Menteri.

66
TERIMAKASIH

67

Anda mungkin juga menyukai