Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proses pelaksanaan

proyek konstruksi sangat di utamakan oleh perusahaan-perusahaan

konstruksi. Jika terjadi hal-hal yang merugikan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) terutama bagi pekerja. Otomatis merugikan perusahaan

konstruksi dalam segi biaya dan waktu. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) sekarang ini telah menduduki tempat yang penting dalam perusahaan

konstruksi. Karena jika keselamatan dan kesehatan kerja tidak diutamakan,

pekerjapun akan merasa tidak aman untuk melakukan pekerjaan mereka dan

perusahaan bisa rugi dalam segi biaya dan waktu.

Oleh karena itu rasa aman dan nyaman dalam bekerja merupakan

tuntutan bagi perusahaan. Rasa aman dan nyaman dalam bekerja tersebut

diwujudkan dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berupa

jaminan kerja bagi pekerja konstruksidi setiap perusahaan kontruksi.

Untuk mewujudkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

yang sesuai dengan yang diharapkan, banyak faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan pekerja. Salah satunya faktor karakteristik

kesehatan pekerja. Untuk mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan pekerja bisa dimulai dengan tahapan yang paling dasar, yaitu

pembentukan budaya keselamatan kerja dengan menggunakan Alat

0
Pelindung Diri saat bekerja dan menjaga kesehatan dengan istirahat yang

cukup serta mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Jika hal ini

selalu diterapkan oleh pekerja maka produktivitas pekerja akan semakin

meningkat. Kesehatan pekerja dapat terpelihara dan terjaga dengan baik.

Karena sangat pentingnya kesehatan pekerja dan untuk mengurangi

kecelakaan kerja sebagai salah satu jenis risiko kerja, sangat mungkin pada

pekerja proyek konstruksi. Akibat dari kecelakaan kerja bisa bermacam-

macam mulai dari luka ringan, luka parah, cacat sebagian anatomis, cacat

sebagian fungsi, cacat total tetap, bahkan meninggal dunia.

Untuk memberikan rasa aman dalam melakukan pekerjaan merupakan

tanggung jawab pemberi kerja melalui pengalihan risiko kepada BPJS

ketenagakerjaan dengan membayar iuran Jaminan Kecelakaan Kerja bagi

pekerjaanya yang jumlahnya berkisar antara 0,24% -1,74% dari upah

sebulan, sesuai kelompok risiko jenis usaha (Program jaminan Sosial

Ketenagakerjaan, Bagi pekerja penerima upah).

Dan ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah. Karena pada

dasarnya pemerintah sudah mengatur dengan undang-undang Nomor 36

tahun 2009 tentang kesehatan kerja dan undang-undang Nomor 13 tahun

2003 tentang ketenagakerjaan yang juga mengatur tentang kesehatan kerja.

Begitu pentingnya peranan kesehatan pekerja pada proyek konstruksi dan

banyaknya undang-undang yang mengatur jelas tentang kesehatan pekerja.

1
1.2. Rumus Masalah

Berdasarkan letar belakang penulisan di atas ada beberapa rumus

masalah yang akan dijelaskan yaitu:

1. Bagaimana mengidentifikasi kecelakaan dan penerapan k3 pada

proyek pembangunan camp pacility PT. Bis Industries, Site PT.

Gunung Bara Utama. Kalimantan Timur.

2. Bagaimana penerapan program tentang K3 Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Pada Proyek proyek pembangunan camp

pacility PT. Bis Industries, Site PT. Gunung Bara Utama.

Kalimantan Timur.

1.3. Maksud Dan Tujuan

Maksudnya ;

1. Bagaimana mengidentifikasikan kerawanan dan penerapan k3

pada Proyek pembangunan camp pacility PT. Bis Industries, Site

PT. Gunung Bara Utama. Kalimantan Timur.

2. Sejauh mana penerapan k3 pada pembangunan camp pacility

PT. Bis Industries, Site PT. Gunung Bara Utama. Kalimantan

Timur.

Tujuannya ;

1. Dapat memberi gambaran dan penilaiyan dari kerawanan serta

mengidentifikasai penerapan k3 pada proyek pembangunan

camp pacility PT. Bis Industries, Site PT. Gunung Bara Utama.

Kalimantan Timur.

2
2. Dapat evaluasikan sejauh mana penerapan k3 pembangunan

camp pacility PT. Bis Industries, Site PT. Gunung Bara Utama.

Kalimantan Timur.

1.4. Batas Masalah

Dalam mengacuh pada Idenifikasi masalah yang tercantum dalam

penerapan K3 pada proyek water treatment di PT. Gunung Bara Utama, agar

tidak menyimpang dari permasalahan yang di bahas tentang penulis laporan

KP II maka penulis membatasai masalah yang diteliti sesuai dengan judul

laporan ialah: Identifikasai Terjadinya Kecelakaan Kerja Dan Sistem

Penerapan K3 Pada Proyek water treatment di PT. Gunung Bara Utama.

1.5. Sistem Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Letar Belakang

1.2 Rumus Masalah

1.3 Maksud Dan Tujuan

1.4 Batas Masalah

1.5 Sistem Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

2.1.1 Lambang Dan Makna Logo K3

2.2 Pengendalian Idenifikasi K3 Dalam Proyek

2.3 Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

3
2.4 Sejarah Dan Perundang-Undang Keselamtan Dan Kesehatan Kerja

(K3) Di Indonesia

2.5 jaminan kesehatan

2.5.1 Jenis Sosial Tenaga Kerja


2.5.2 Jenis-Jenis Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dan Jaminan
Keselamatan
2.6 Peralatan K3 Pada Proyek Kontruksi

2.6.1 Alat Perlindungn Diri (APD)

2.7 Pungsi Peralatan K3

2.7.1 Pengertian Peralatan Dan Perlindungn Diri


2.7.2 Jenis Alat Perlindungan Diri (APD)

2.8 Sumber Atau Faktor Penyebap Kecelakaan Kerja

2.8.1 Analisa Dan Penelitian Resiko


2.8.2 Pengendalian Resiko
2.8.3 Pertolongn Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

BAB III LOKASI PROYEK

3.1 Lokasi Proyek

3.2 Data Primer

3.3 Data Skunder

3.4 Lokasi Data Dan Waktu Peneliti

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Observasi

3.5.2 Metode Dokumentasi

3.5.3 Metode Wawancara

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)

Menurut Widodo (2015, p.234), Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan

kesejahteraan manusia yang bekerjadi sebuah institusi maupun lokasi

proyek. Menurut Rivai dan Sagala (2013, p.792), Keselamatan dan

Kesehatan Kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisikologis-fisikal dan

psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang

disediakan oleh perusahaan.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab III pasal 3

tentang keselamatan kerja disebutkan syarat-syarat

keselamatankerjasebagai berikut:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada

waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya

suhu, kelembapan, debu, kotoran asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

5
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat

kerjabaik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-

muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada

pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah

tinggi.

2.1.1 Lambang Dan Makna Logo K3

Pada praktisi K3 diseluruh indonesia tentu tidak asing lagi

mengenal dan melihat logo atau lambang k3 di indonesia, namun

diketahui bahwa logo k3 tersebut sangat memiliki makna yang

terkandung dalam untuk proyek maka arti dari logo k3 sangat di atur

6
dalam keputusan mentri tenaga kerja Republik Indonesia ( No: KEP

1135/MEN/1987).

Tentang bendera keselamatan dan kesehatan kerja K3 dalam

gambar yang terdapat dalam kolom K3 tersebut merupakan palang

berwarna hijau, gambar tersebut sesunguhnya memiliki arti dan

makna yang mendasar yaitu:

a. Lambang dan makna palang yang berarti bebasa darai

keselamatan dan sakit akibat kerja.

b. Roda gigi memiliki makna bekerja dengan kesegaran dan

jesmani rohani.

c. Warna putih yang digunakan berartai bersi dan suci.

d. Sedangkan sebelas gigi roda adalah unsur-unsur 11 bab dan

undang-undang keselamtan kerja (UU/No.1/Th. 1987).

Adapun ketentuan-ketentuan lain yang mengenal detail dimensi

berbeda logo dan lain sebagainya dapat dilihat pada keputusan mentri

tenaga kerja Repobli indonesia (No/KEP 1135/MEN/1987) tentang

bendera keselamtan dan kesehatan kerja.

Gambar 2.1 Logo Keselamatan dan kesehatan kerja.

7
2.2 Pengendalian Identifikasai K3 Dalam Proyek

Pengendalian Idenifikasai K3 Keselamtan Dan Kesehtan Kerja

merupakan salah satu ilmu prilaku yang mencangkup espek sosial dan

ekstra tidak lepas dari tangngung jawab keselamatan dan kesehatan kerja

baik dari segi perencanaan maupun keputusan dan organisasai, baik

kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungn haru

merupakan dari biaya produksi Pengandalian Idinifikasai K3, pada dasarnya

mencari kelemahan oprasional yang memungkin terjadi kecelakaan kerja.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan sesuatu

kecelakaan (akar masalah), dan meneliti apakah pengndalian secara cermat

dapat di dilakukan atau tidak, keselahan oprasional yang kurang lengkap,

keputusan ysng tidak tepat, salah perhitungn, dan indifikasai k3 kurang tepat

dapat menimbulkan kecelakaan dan kesehatan kerja.

Keselamtan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu usaha atau

kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, serta mencegah

semua bentuk kecelakaan yang memungkinkan terjadai, Maka terbentuklah

tim.

Pengendalian Idenifikasai K3 Kesehatan Dan Keselamtan kerja

sebagai pihak yang bertanggung jawab selama proses pembangunan proyek

Peningkatan Jalan Simpang RTC, dan dapat mendukung atau

mengupayakan program-program yang dapat menjamin pihak yang

bertanggung jawab dalam proyek dapat memperhatikan masalah keselamtan

dan kesehatan kerja adalah kontraktor dengan pekerja, kewajiban kontraktor

8
dan rekan kerjanya adalah mengasuransikan pekerja dalam masa

pembangunan berlansung.

Tujuan dari Pengendalian Indefikasai K3, resiko adalah untuk

mengendalai resiko dalam proyek dan mengembangkan strategi untuk

mengurangi atau bahkan menghindarainya kecelakaan dan kesehatan kerja

dapat dinilai dari sisi nya juga harus di cari secara memaksimalkan peluang

yang ada, dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan suatau proses didalam

mengenai resiko-resiko yang ada, sehingga dalam penanganan resiko tidak

akan terjadi kesalahan.

Ada macam pengendalian idenifikasai k3 yaitu:

a. Aktifitas kerja rutin maupun non-rutin ditempat kerja.

b. Aktifitas semua pihak yang masuki tempat kerja termaksuk

kontraktor, pemasukan, pengunjung dan tamu.

c. Bahaya dari luar lingkunagn tempat kerja yang dapat

mengganggu Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, tenaga kerja

yang berada di tempat bekerja.

d. Infrastruktur pelengkapan dan bahan matrial ditempat kerja baik

yang di sediakan perusahan maupun pihak lain yang

berhubungan di pihak perusahan.

e. Perubahan sistem k3 keselamtan dan kesehatan kerja termaksut

berubah yang terkait denagn aktifitas dan matrialnya.

f. Penerapan peraturan perundang-undang k3 dan persyaratan yang

berlaku dalam proyek.

9
g. Desain tempat kerja, proses intalasi mesin atau peralatan, dan

struktur organisasai termaksuk penerapan k3.

2.3 Sistem Identifikasi manajemen k3

Sistem identifikasi manajemen k3 keselamtan dan kesehatan kerja

sebagian dari kolompok yang terdiri dari berbagai macam kolompok dan

organisasi manusia yang di organisasi dan diatur sedemikian rupa sehingga

membentuk kolompok-kelompok tersebut dapat bertindak sebagai satuaan

kesatuan dalam mencapai tujuan dan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

“SISTEM INDENIFIKASAI MENEJEMEN K3” adalah merupakan dari

bagian sistem menejemen secara keseluruhan dan meliputi keseluruhan

organisasi, perencanaan, tangun jawab, plaksana psedur, dan proses sumber

daya yang dibutuhkan bagi pengembangan prencana, pencapayan, pengajian

dan pe meliharan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna yang

tercipta yang aman, efesian dan produktif .

Sebagai mana kita mengetahui suatu prusahan yang bergrak di bidang

menejemen dan memiliki organisasai secara utuh atau menyatuh terdiri dari

yang saling brintraksi baik secara fisik seperti hanya pemimpin, palaksana

kerja ahli dalam bidang pekerjaan, ahli dalam bahan matriar dan dana

informasai sebagai pemasar dan pasar itu sendri maka mereka saling bahu-

membahu dalam melakukan kegiatan pekerjaan yang sangat baiak dalam

suatau proses pekerja yang saling terhubung dalam intraksi dan

10
ketergantungan pada segala aktivitas dalam sebuah prusahan proyek yang di

jalankan dapat menunjukan sistem prencana menejemen proyek.

Menenejemen adalah suatau ilmu pengetahuan seni pemimpin

organisasai yang terdiri atas kegiatan prencana , kontruksi, pengorganisasi,

dan plaksana adapun terhadap sumber daya terbatas dalam usaha proyek

yang di bangunkan dapat sarana efektif dan efisien secara sistem

indenifikasai menejemen k3.

Adapun menejemen keselamtan dan kesehtan kerja yang di sebut

SMK3 adalah bagian dari indenifikasi menejemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasai, perencana tanggung jawab, pelaksan prosedur

proyek, dan sumber pemeliharaan kebijakan k3 keselamatan dan kesehatan

kerja.

2.4 Sejarah Dan Perundang-undang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

K3 Di Indonesia

Pada abat ke-17, masalah keselamatan dalam perusahan mulai terasa

terutama untuk melindungi modal yang ditanam pada tahun 1707, diadakan

peraturan tentang pengankutan bobot, senjata, petasan, dan bahan-bahan

yang dapat meledak bagi kepentingan angkatan bersenjata dengan angkutan

kreta api dan lebih banyak lagi industri-industri yang relative besar di

dirikan sehingga peluru keluarkan oleh “Veiligheides reglement” pada tahun

1927, pada tahun 1916 di buatlah undang-undang pengawasan tentang K3

yang berisi keselamtan dan kesehatan tambang, kemudian pada tahun 1927

11
lahir lah undang-undang pengguna yang berisi tentang pendirian perusahan

yang membahayaakan kerugian perusahan.

13 tahun kemudian tepat pada tahun 1940 keluar lah peraturan tentang

biaya pemeriksaan keselamatan kerja diperusahan dapat kita simpulkan

dalam keselamatan dan kesehatan kerja prasajarah K3, mulai dari pra-

sejarah sampai dengn moderen K3 tetap tercantum dalam sebuah proyek

kecil maupun besar.

2.5 Jaminan Keselamatan Kerja

Kecelakaan menyebapkan beberapa jenis kerugian, yaitu kerusakan,

kelaianan, cacat, dan kematian.

2.5.1 Jenis Sosial Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003

tentang ketenagaan kerja disebut bahwa tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di

luar hubungan kerja, guna menghasailkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Adapun Jenis Sosial Tenaga Kerja yang terdiri dari 3 jenis yaitu:

a. Perlindungn ekonomis, yaitu perlindungn tenaga kerja

dalam bentuk penghasilan yang cukup, bila tenaga kerja

tidak mampu berkerja diluar kehendaknya.

12
b. Perlindungn sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam

bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat

dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam

bentuk keamanan dan keselamatan kerja.

Ketiga jenis perlindungan di atas mutlak harus dipahami dan di

laksanakan sebaik-baiknya oleh pengusaha sebagai pemberi kerja, jika

pengusaha melakaukan pelanggaran, maka di kenakan sanksi.

Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja Undang-Undang

No, 13 tahun 2003 perlindungn kusus bagi pekerja / buruh yang sedang

melakukan pekerjan harian maupun pekerjan tetap.

2.5.2 Jenis-Jenis Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dan Jaminan

Keselamatan.

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan

resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan.

Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh

penghasilannya diakibatkan oleh kematian atau cacat kerena

kecelkaan kerja baik fisik ataupun mental, maka perlu adanya jaminan

kesehatan, jaminan sosial tenaga kerja dan jaminan keselamatan.

a. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja maupun

resiko yang di hadapai oleh tenaga kerja diproyek yang

dijalani yang melakukan pekerjan, untuk menangulangi

13
hilangnya sbagian atau seluruh penghasailan kerja dalam

proyek dan di akibatkan oleh kematian atau cacat kerena

kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka perlu

adanya jaminan kesehatan.

b. Jaminan Kematian

Tenaga kerja yang meninggal buakan akibat kecelakaan

akan tetapi mengekaibatkan terputus penghasilan kerja dan

sangat mempengaruhai pada kehidupan sesial ekonomi bagi

keluarga yang ditinggal oleh kerena itu asanglah perlu

jaminan kematian dalam upayah meringankan beban baik

dalam bentuk biaya pemakaman maupun santuhan berupa

uang.

c. Jaminan Hari Tua

Jaminan hari tua dapat mengakibatan terputus upayak

kerena tidak mampu bekerja. Akibat terputusnya upayah

tersebuat dapat menumbulkan kerisawan bagi tenaga kerja

dan mempengaruhi yang adanya penghasilannya rendah.

Dapat diambial oleh ahli pemerintah membayar jasa jamian

hari tua pekerjannya pada saat tenaga kerja memenuhi sarat

jamian harai tuanya.

d. Jaminan Pemilihara Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan

protuktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan

14
tugas sebaik-baiknya dan merupa upayah kesehatan

dibidang penyembuhan. upayah meringankan beban baik

dalam bentuk biaya pemakaman maupun santuhan berupa

uang.

2.6 Peralatan Proyek Kontruksi

2.6.1 Alat Pelindungan Diri (APD)

Alat Pelindung Diri atau APD adalah seperangkat alat yang

digunakan untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan kerja.

Perlengkapan pelindung diri ini biasanya digunakan oleh para pekerja

untuk menghindari risiko kecelakaan. Seseorang yang bekerja dengan

risiko kecelakaan tinggi sering kali diwajibkan untuk menggunakan

APD.

Secara umum, APD adalah perlengkapan yang wajib digunakan

untuk melindungi pekerja dari bahaya yang bisa membuat cedera atau

penyakit serius yang berhubungan dengan pekerjaannya. Mengenakan

ADP saat bekerja sangat dianjurkan oleh para pekerja, terutama bagi

mereka yang bekerja di sektor dengan risiko kecelakaan tinggi. APD

memiliki beragam jenis yang telah didesain khusus sesuai

pekerjaannya.

Di samping itu, APD harus memenuhi syarat dan standar yang

berlaku seperti nyaman saat dikenakan, bersih, dan wajib diganti

secara rutin jika sudah tidak berfungsi dengan baik. Adapun

15
kewajiban mengenakan APD ini telah disepakati oleh pemerintah

melalui Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia

Pemilihan dan penggunan alat perlindungan diri merupakan hal

yang di perlu dan diperhataikan dalam mengendali bahan. APD

berpungsi untuk mengurangi resiko dari dampak bahaya. Kerena

sifatnya hanya mengurangi kecelakaan kerja dapt diperlu hindari

ketergantungan hanya mengandalkan alat perlindungn diri dalam

menyelesaikan setiap pekerjaan. Namun bukan berarti pengguna alat

perlindungn diri dapat diabaikan. Alat perlindungn diri antara lain:

Topi Keselamtan (safty helem) Kacamata Keselamtan (safty

glasses/goggles), Masker, sarung tangan, pelindung telinga (earplug),

pakayan (uniform), dan sepatu keselamatan (safety shoes) dan ada

APD yang di butuhkan untuk kondisi kusus, yang membantu

perlindungn lebih misalnya: faceshield, respirator, body, hernes, dan

lain-lain.

16
Gambar 2.6.1 Kaca mata pengaman / Safety Glasses.

Gambar 2.6.2 Sarung tangan pengaman ( safety gloves ).

17
Gambar 2.6.3 sepatu pengaman ( safety Shoes )

Gambar 2.6.4 Safety Helmet / Topi pengaman.

18
Gambar 2.6.5 Safety Harness.

Gambar 2.6.6 Masker / Respirator.

19
Gambar 2.6.7 pelindung telinga ( ear plug )

20
Gambar 2.6.8 baju & jas hujan proyek.

Gambar 2.6.9. Kaca Mata safety dan Topeng Las ( Face Shield Las )

21
Gambar 2.6.10. Peralatan Safety pada proyek Konstruksi.

2.7 Fungsi peralatan K3

2.7.1 Pengertian Peralatan Perlindungan Diri

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat

penting. Oleh karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban

menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan

diri atau Personal. Kontrol manajemen konstruksi dapat mengurangi

ataupun mengeliminasi kondisi rawan kecelakaan. Walaupun teknik

manajemen dapat menjamin keselamatan, tetapi akan lebih aman jika

digunakan Alat Perlindungan Diri(APD).

Jika kecelakaan tetap terjadi setelah kontrol manajemen

konstruksi diterapkan, yang harus diperhatikan adalah mengkaji

kelengkapan keamanan dan keselamatan. Peralatan keamanan

menyediakan keamanan dalam bekerja, jika peralatan ini tidak

berfungsi dengan baik, maka resiko terjadi kecelakaan pada pekerja

yang dijalani.

Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan diri telah memiliki

standar di proyek konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri

konstruksi. Helm pelindung dan sepatu merupakan peralatan

perlindungan diri yang secara umum dig unakan para pekerja untuk

melindungi diri dari benda keras. Di beberapa industri, kacamata

pelindung dibutuhkan. Kelengkapan peralatan perlindungan diri

22
membantu pekerja melindungi dari kecelakaan dan luka-luka, yang

mengekibatkan kesehatan kurang membaik.

2.7.2 Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Cara terbaik mencegah kecelakaan adalah dengan

menghilangkan resikonya atau mengendalikan sumbernya seketat

mungkin. Perlindungan perorangan harus di anggap sebagai garis

pertahanan terakhir, karena sering peralatan ini tidak praktis untuk

dipakai dan menghambat gerakan. Karenanya tidak mengherankan

bila kadangkala dikesampingkan oleh pekerja. Pada masa sekarang

ini, alat pelindung diri telah dirancang sedemikian rupa agar bisa

dipakai sesuai dengan fungsinya. Alat pelindung diri terdiri dari

beberapa jenis berdasarkan fungsinya, antara lain:

Alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan

fungsinya, antara lain:

1. Topi Pelindung (Safety Helmet)

Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindug

kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap

pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar

sesuai peraturan.

2. Pelindung Mata (safety Glasses)

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari

debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup

23
angin.Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat

kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata.

3. Masker Pelindung / Respirator (safety Mask)

Sebagai penyaring udara pernapasan ditempat bekerja dari

bahaya debu dan gas – gas berbahaya .

4. Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-

bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume

suara yang cukup keras dan bising.Terkadang efeknya

buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara

bising tanpa penutup telinga ini.

5. Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis

pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan

adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab

tajam selama menjalankan kegiatannya.

6. Jas Hujan (Rain Coat)

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal

bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

7. Tali Pengaman (Safety Harness)

Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan

kegiatannya pada ketinggian lebih dari 1,8m atau pada

posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali

24
pengaman atau safety harness. Fungsi utama tali

penganman ini adalah menjaga seorang pekerja dari

kecelakaan kerja terjatuh dari ketinggian pada saat bekerja

akan tergantung pada posisi tegak berdiri.

8. Sepatu kerja (safety shoes)

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan

terhadap kaki.Setiap pekerja konstruksi perlu memakai

sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan

dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau

kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.

9. Pakaian kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan

manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat

atau yang bisa melukai badan.

10. Helm/Kacamata las dengan pelindung muka (face shield)

Helm pengelas memberikan perlindungan baik pada wajah

dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan

khusus yang menyaring intesnsitas cahaya setar energi

panas yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan.

2.8 Sumber atau Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Terdapat beberapa sumber penyebab kecelakaan kerja seperti ledakan

bejana bertekanan tinggi, kebocoran, dan kebakaran. Demikian juga terdapat

banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja.

25
Factor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan antara lain karena:

a. Pekerja yang bersangkutan tersebut tidak terampil atau

tidak mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut.

b. Pekerja tidak hati-hati, lalai, dalam kondisi terlalu lelah

atau dalam keadaan sakit.

c. Tidak tersedia alat-alat pengaman.

d. Alat kerja atau alat produksi yang di gunakan dalam

keadaan tidak baik atau tidak layak pakai.

e. Lingkungan kerja yang tidak tertata, kotor dan berserakan

f. Lingkungan kerja yang memungkinkan timbul bahaya dan

potensi kecelakaan

Kegunaan identifikasi resiko :

a. Mengetahui potensi bahaya.

b. Mengetahui lokasi bahaya.

c. Menunjukan suatu bahaya pada pengendali

d. Menunjukan suatu bahaya tidak akan menimbulkan akibat

e. Sebagai bahan analisa lebih lanjut

2.8.1 Analisa dan Penilaiyan Resiko

Peluang (Probability) yaitu kemungkinan terjadinya suatu

kecelakaan/kerugian ketika terpapar dengan suatu bahaya.

Contohnya:

a. Peluang orang jatuh karena melewati jalan licin.

b. Peluang untuk tertusuk jarum.

26
c. Peluang tersengat listrik.

d. Peluang supir menabrak.

Akibat kelalaiyan pekerja Yaitu tingkat keparahan / kerugian

yang mungkin terjadi dari suatu kecelakaan/loss akibat bahaya yang

ada. Hal ini bisa terkait dengan manusia, properti, lingkungan, dll.

Contohnya:

a. Fatality atau kematian

b. Cacat

c. Perawatan medis

d. P3K

2.8.2 Penanganan Resiko

Berdasarkan penilaian resiko kemudian ditentukan apakah

resiko tersebut masih bisa diterima atau tidak oleh suatu organisasi.

Apabila resiko tersebut tidak bisa diterima maka organisasi harus

menetapkan bagai-mana resiko tersebut ditangani hingga tingkat

dimana risikonya paling minimum/ sekecil mungkin. Bila resiko

mudah dapat diterima/tolerir maka organisasi perlu memastikan

bahwa monitoring terus dilakukan terhadap resiko itu.

Menentukan suatu resiko dapat diterima akan tergantung kepada

penilaiyan/pertimbangan dari suatu organisasi berdasarkan :

a. Tindakan pengendalian yang telah ada.

b. Sumber daya (finansial, SDM, fasilitas, dll)

c. Regulasi/standard yang berlaku

27
d. Rencana keadaan darurat

e. Catatan/data kecelakaan terdahulu, dll

Walau suatu resiko masih dapat diterima tapi tetap harus

dipantau/dimonitor. Oleh pekerja atau pengawas laiannya.

2.8.3 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya

pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan

sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau

paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan

atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan

sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau

orang awam) yang pertama kali melihat korban kecelakaan atau

kurang sehat.

Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan

menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian.

Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat

atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian,

tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa

memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.

Tujuan P3K Yaitu :

a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian.

b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi

memburuk)

28
c. Menunjang penyembuhan dengan mengurangi rasa sakit,

takut dan mencegah infeksi.

Prinsip P3K Yaitu :

a. Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum

menolong.

b. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik.

c. Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas

dan tepat tanpa menambah kerusakan.

d. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.

e. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada

kecelakaan disitu.

f. Usahakan menghubungi ambulan, petugas medis atau

dokter, rumah sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan

setempat).

g. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang

paling tepat Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan,

ada perdarahan dan luka, patah tulang, merasa sangat

kesakitan dll.

Peralatan P3K Yaitu :

Ada beberapa bahan dan alat yang harus tersedia dalam kotak

P3K, yaitu :

a. Bahan untuk membersihkan tangan misalnya : sabun,

alkohol.

29
b. Obat untuk mencuci luka misalnya : air bersih, boorwater,

Providone iodine.

c. Obat untuk mengurangi rasa nyeri misalnya parasetamol.

d. Bahan untuk menyadarkan misalnya moniak, parfum.

e. Obat Diare

Alat minimal yang disediakan Yaitu :

a. pembalut cepat, Pembalut gulung, Pembalut segitiga

b. Kapas.

c. Plester.

d. Kassa steril.

e. Obat merah (betadin)

f. Gunting.

g. Pinset.

h.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Proyek

Lokasi proyek Pengendalian Mutu K3 Dalam Proyek pembangunan

camp facility PT. Bis berada di camp PT. Bis Industries site PT. Gunung

Bara Utama. Kec melak, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

data dapat dikelompokan menjadi proses pengendalian mutu k3 dan

dibagi menjadi dua data yaitu data sekunder dan data primer.

31
3.2 Data Primer

Dalam data primer merupakan data yang didapat dari sumber peneliti

secara lansung dan data primer dapat diperoleh dengan melakukan studi

lapangan. Studi lapangan dapat dilakukan dengan survey, pengamatan

lansung dilokasi, wawancara dengan pihak-pihak terkait di lapangan,

sehingga dapat data yang baik seperti data primer.

3.3 Data Skunder

Dalam data yang di proleh dari data skunder dan primer terdiri dari

pihak kontraktor system penangan K3 diproyek tersebut pada saat lelang

terbuka, kartu perserta BPJS dan data yang diproleh dari studi literatur,

seperti buku, UU K3, makalah, jurnal, pada peneliti proyek terlebih dahulu.

Dapat berupa data yang dapat diolah menjadi sebuh dekumen yang diambil

dari data proyek tersebut.\

Pada data yang digunakan penulis pada penelitian ini ada dua data

yang terkait dalam proyek Pengendali Mutu K3 Dalam Pembangunan camp

pacility PT. Bis site PT. Gunung Bara Utama, Kab Kutai Barat, Kalimantan

Timur.

3.4 Lokasi Data Waktu Penelitian

Adapun Lokasi Data Waktu Penelitian, pengambialn data dilakuakn

disuatu tempat lokasi proyek yang dikerjakan agar dapat data yang akurat.

Lokasai pengambil data dilaksanakan dikawasan jalan hauling PT.GBU

32
KM 5, kampung muara bunyut, Kec. Melak, Kutai Barat, Kalimantan

Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Salah satu perusahan atau proyek yang

dikerjakan di PT. Gunung Bara Utama. sebagai dasar potokan untuk

penelitian pengambilan data atau dekumentasi hasil penelitian dan

dekumentasi yang telah didapatkan di proyek itu akan dicantumkan kedalam

loporan yang akan disusun.

Adapun cara lain yang untuk pengumpualan data dalam proyek yang

di antaranya yaitu, terdapat teknik pengumpulan data dalam proyek

Pengendalian Mutuk K3 di suatu pembangunan camp pacility PT. Bis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh data yang menunjang penelitian atau dekumentasai ini,

diantaranya adalah peneliti lapangan yang berguna untuk memperoleh data-

data lapangn lansung. Penelitian lapangan adalah proses datang nya

langsung kelokasi kerja proyek yang akan di amati.

Proses penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan data,

membaca, menganalisa perusahan atau proyek yang di amati relevan dengan

masalah yang di bahas tentang K3 dalam proyek pembanguan camp pacility

PT. Bis.

Dalam penelitian di proyek ini ada tiga teknik pengumpulan data

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.5.1 Metode Observasi

33
Orservasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cici-ciri

spesifik bila di bandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan

kuisioner. Wawancara dan kuisioner sealau berkemunikasai

denganorang yang ada di lapangan kerja

3.5.2 Metode Dekumentasi

Dekumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalau

dalam proyek pembanguan pengerasan dan pelebaran yaitu dalam

pengendalian mutu K3, dekumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seorang dekumen yang berbentuk

tulisan, misalnya cacatatan harian, sejarah kehidupan, cerita,

peraturan, dan kebijakan pengamatan proyek yang di amati dilapangan

kerja.

3.5.3 Metode Wawancara

Metode wawancara ini dapat di lakukan dalam penelitian kerja

K3 (Keselamtan Dan Kesehatan Kerja) dilapangan kerja proyek,

secara sistematis dan langkah untuk pengumpulan datanya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Pemaenaker No. 05/MEN/1996 tentang sistem manajemen kesehatan dan

keselamatan kerja, Mentri Tenaga Kerja, Jakarta

Pemenakestrans No. Per. 15/15MEN/2008, pertolongan pertaman pada

kecelakaan ditempat kerja.

Rodiansah, 2014. Laporan Kerja Proyek II ( KP II ). Kutai Barat Perpustakaan

Politeknik Sendawar

35

Anda mungkin juga menyukai