Anda di halaman 1dari 8

BAB V

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

5.1 Pengertian dan tujuan dari K3

Secara umum K3 dapat di definisikan sebagai suatu bidang yang terkait


dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek.

a. Pengertian K3 secara filosofis

Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan


baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil
dan makmur.

b. Pengertian K3 secara keilmuan

Dalam Ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah


kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu hal penting
yang wajib diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga tertuang dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87.

5.2 Tujuan K3

Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari


K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan.
Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi agar
dapat digunakan secara efektif.

Berikut ini adalah fungsi dan tujuan K3 secara umum:

1. Untuk melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan tenaga kerja sehingga

kinerjanya dapat meningkat.


2. Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada

di lingkungan kerja.

3. Untuk memastikan sumber produksi terpelihara dengan baik dan dapat digunakan secara

aman dan efisien.

5.3 Dasar hukum K3

Penentuan K3 berdasarkan pada Undang-Undang dan Peraturan Menteri


Tenaga Kerja

1. UU No.1 tahun 1970

2. UU No.13 tahun 2003

3. UU No.50 tahun 2012

4. Peraturan Menteri PU No.5 Tahun 2014

5.4 Peran K3

Berikut adalah fungsi dan peranan K3 :

1. Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktifitas nasional.

2. Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya

3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat

hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada tindakan antisipasi dari perusahaan.
5.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari


sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.

Gambar 5.1 Bagan Projeck Safety Management

5.5.1 Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Safety Planning adalah melakukan analisis adanya resiko bahaya pada


pekerjaan yang merupakan lingkup kontrak pada proyek yang bersangkutan,
sehingga dapat dirumuskan cara pencegahan dan penanggulangannya secara
efekif. Analisis tersebut termasuk

1. Survey geografik dan risiko bahaya fisik di site proyek.

2. Antisipasi risiko bahaya yang sering terjadi pada tipikal konstruksi.

3. Peraturan dan perundangan pemerintah yang menyangkut K3.

4. Persyaratan dari owner yang sudah tertuang dalam kontrak tentang K3.
Gambar 5.2 Diagram Safety Planning

5.5.2 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Safety Plan Execution adalah implementasi dan aplikasi dalam melaksanakan


praktikal kegiatan K3 di proyek sesuai dengan yang telah direncanakan.

Kegiatan implementasi tersebut dilaksanaan dengan :

1. Melakukan sosialisasi setiap saat kepada seluruh pekerja agar mematuhi peraturan dan

rambu K3.

2. Menugaskan petugas K3 (safety officer) untuk selalu meninjau lokasi dan melakukan

penanganan praktis dengan hal-hal terkait dengan K3.

Gambar 5.3 Diagram Pelaksanaan K3

5.5.3 Pengawasan dan Evaluasi K3

Administration and Reporting berjalan sesuai dengan aturan pemerintah yang


mewajibkan dilaksanakannya kegiatan K3 di setiap proyek konstruksi, maka
segala bentuk rekord dan laporan yang berkaitan dengan aktifitas K3 harus
dijaga dan dipelihara.Laporan tersebut antara lain berupa:
1. Laporan aktifitas K3 secara periodic.

2. Laporan kecelakaan secara periodic.

3. Laporan hasil sosialisasi dan pelatihan K3 sebagai bukti pihak

manajemen telah melakukan pengarahan, pembinaan dalam rangak mencegah


terjadinya bahaya dan lain-lain.

Gambar 5.4 Diagram Pengawasan dan Evaluasi K3

5.6 Unsur – Unsur Penunjang Keamaanan

1. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah


alat-alat atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan
menjaga keselamatan pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki
potensi bahaya atau resiko kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD)
yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya
sehingga efektif melindungi pekerja sebagai penggunanya.

Alat pelindung diri harus sesuai dengan potensi bahaya yang dapat terjadi dan
kualitas stadar yang ditetapkan. Terdiri dari :

a. Helmet/Topi/Pelindung kepala.

b. Safety Shoes/Pelindung Kaki.


c. Safety Glasses/Kaca mata/Kedok Las.

d. Earplug/Pelindung telinga/Earmuff.

e. Masker mulut/hidung/oksigen.

f. Sarung Tangan/karet/kulit/kain/plastik.

g. Safety belt/harness.

h. Masker Muka.
Gambar 5.5 Alat Pelindung Diri (APD)

2. Perlengkapan K3

Unsur-unsur penunjang kemanan non-material adalah :

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

b. Rambu-rambu petunjuk K3.

c. Spanduk K3.

d. MCK.

e. P3K.

f. Buku Petunjuk Penggunaan Alat.

g. Petugas K3.

Gambar 5.6 Rambu – Rambu K3

5.7 Analisis Resiko

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko diawali dengan mengenali jenis-jenis kecelakaan yang


mungkin akan terjadi. Disini dilakukan pendefinisian risiko risiko berupa
jenis kecelakaan kerja dari data primer dan dari literature terdahulu untuk
menentukan variabel kuisioner.

2. Analisis Risiko

Analisis risiko dibagi menjadi 2 macam yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.

a. Analisis Risiko Kualitatif

Analisis Kualitatif adalah proses menilai dampak dan kemungkinan risiko


yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko
berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis risiko secara kuantitatif merupakan metode untuk mengidentifikasi


risiko kemungkinan kegagalan sistem. Analisis ini dilakukan dengan
mengaplikasikan formula matematis. Secara matematis perhitungan risiko
diajukan dengan mengalikan tingkat kemungkinan kejadian dengan dampak
yang ditimbulkan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil
langkah strategis dalam mengatasi risiko yang teridentifikasi.

Meskipun analisis kuantitatif ini menggunakan pendekatan matematis, namun


pada prinsipnya analisis ini merupakan tindak lanjut yang mengikuti hasil
analisis kualitatif. Kesulitan utama dalam analisis risiko kuantitatif adalah
pada saat menentukan tingkat kemungkinan karna data-data statistik belum
tentu tersedia untuk semua peristiwa.

Anda mungkin juga menyukai