Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI PENERAPAN K3 PADA GEDUNG PEMERINTAH

(STUDY KASUS GEDUNG KEJATI KALIMANTAN BARAT)

Pristanto Nugroho Sarlinton1), Riyanny Pratiwi2)., Syahruddin2)


pristanto.nugros@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the risk of any K3 that may occur in building construction work
and analyze the factors causing the risk. The risk analysis is to know the risk of K3 most
common in building construction work based on the result of questionnaires distributed to
respondents who work on building construction work. The amount of risk of K3 will be
analyzed by using Fine method. Furthermore, risk evaluation will be performed and the last
is to provide risk control. In this study, the highest risk is the risk of falling from the height
on the work formwork installation of 248.10. From the value of risk, the risk of falling from
a height including into the level of risk Priority 1 that needs to be done immediately. Handling
is done by providing risk control in the form of K3 field implementation include the use of
APD, warning signs and standardization of safety when working at an altitude.

Keywords: Risk management, occupational safety and health (K3), work accident

1. PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan proyek yang melalaikan keselamatan
konstruksi gedung tentunya terdapat dan kesehatan tenaga kerjanya. Sistem
resiko, baik yang berdampak positif pengendalian K3 tidak hanya
maupun negatif. Salah satu dampak memperhitungkan aspek keteknikan,
negatif yang terjadi yaitu kecelakaan namun juga harus membangun aspek
kerja, dan penyakit akibat kerja yang moral, karakter dan sikap berpikir
mengakibatkan para pekerja cidera pekerja untuk bekerja dengan selamat.
setiap tahunnya. Tentunya hal ini Oleh karena itu, Keselamatan dan
sangat penting untuk memperhatikan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi
K3 dalam pembangunan konstruksi menjadi tanggung jawab semua pihak
gedung bagi para pelaku konstruksi. yang terkait langsung dalam proyek
Sanjaya, Widhiawati, dan konstruksi, mulai dari owner,
Frederika (2012, p. 2) berpendapat kontraktor, maupun pekerja di
bahwa pada kenyataannya pelaksana lapangan (baik tenaga kerja ahli
proyek sering mengabaikan maupun non ahli).
persyaratan dan peraturan-peraturan Atas dasar inilah yang
dalam K3. Hal tersebut disebabkan akhirnya menciptakan gagasan untuk
mereka kurang menyadari betapa besar melakukan identifikasi potensi bahaya
resiko yang harus ditanggung oleh (hazard) yang timbul di PT. Tangga
tenaga kerja dan perusahaannya. Batu Jaya Abadi sehingga dapat
Sebagaimana lazimnya pada diketahui hazard (potensi bahaya)
pelakasanaan suatu proyek pasti akan yang mempunyai nilai risiko paling
berusaha menghindari economic cost. tinggi (high risk) sampai hazard yang
Disamping itu adanya peraturan mempunyai nilai risiko yang paling
mengenai K3 tidak diimbangi oleh rendah (low risk).
upaya hukum yang tegas dan sanksi
yang berat, sehingga banyak pelaksana

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Sipil UNTAN 1
2. TINJAUAN PUSTAKA derajat kesehatan bagi para
2.1. Pengertian Keselamatan Kerja pekerja, sehingga akan
Menurut Wiryawan (2015, p. menimbulkan hasil kerja yang
543-544) keselamatan kerja optimal. Karena dengan adanya
merupakan kondisi di mana para tingkat keselamatam dan
pekerja selamat, tidak mengalami kesehatan kerja yang tinggi akan
kecelakaan dalam melaksanakan tugas menciptakan kondisi yang
dan pekerjaannya. Dengan demikian, mendukung kenyamanan serta
pelaksanaan pekerjaan berlangsung kegairahan kerja, sehingga akan
secara normal tidak terganggu oleh tercipta tenaga kerja dengan
kecelakaan kerja, tenaga kerja dapat tingkat efisiensi dan
menciptakan kinerja yang produktivitas kerja yang tinggi.
direncanakan. b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. PER.01/MEN/1980 tentang
2.2. Pengertian Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan
Kesehatan kerja merupakan Kerja Pada Konstruksi
penerapan ilmu kesehatan atau Bangunan.
kedokteran di bidang ketenagakerjaan c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
yang bertujuan untuk mencegah No. PER.05/MEN/1996 tentang
penyakit yang timbul akibat kerja dan Sistem Manajemen
mempertahankan dan meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan
kesehatan para pekerja untuk Kerja.
meningkatkan kinerja mereka. d. Surat Keputusan Bersama
Kesehatan kerja juga berkaitan dengan Menteri Tenaga Kerja dan
penyakit yang diderita oleh seorang Menteri Pekerjaan Umum
pekerja sebagai akibat dari masing-masing Nomor
aktivitasnya dalam melaksanakan Kep.174/MEN/1986 dan
pekerjaan. 104/KPTS/1986 tentang
Dalam rangka terjaminnya Keselamatan dan Kesehatan
keselamatan dan kesehatan kerja pada Kerja Pada Tempat Kegiatan
penyelenggaraan konstruksi di Konstruksi.
Indonesia, terdapat pengaturan e. Peraturan Mentri Pekerjaan
mengenai K3 yang bersifat umum dan Umum (PERMENPU) Nomor:
yang bersifat khusus untuk 05/PRT/M/2014 Tentang
penyelenggaraan konstruksi yakni: Pedoman Sistem Manajemen
a. Undang-Undang Nomor 1 Keselamatan dan Kesehatan
Tahun 1970 tentang Kerja (SMK3) Konstruksi
Keselamatan Kerja. Dalam hal Bidang Pekerjaan Umum.
ini mengatur ketentuan-
ketentuan mengenai Rijanto (2010) berpendapat
keselamatan dan kesehatan bahwa dalam suatu aktivitas atau
kerja yang mencakup seluruh kegiatan biasanya ditemukan
proses produksi dan distribusi kesulitan-kesulitan untuk
baik barang ataupun jasa. mengidentifikasikan bahaya atau
Perlindungan Keselamatan dan kecelakaan kerja yang mungkin timbul
Kesehatan Kerja dimaksudkan sehingga pada akhirnya juga sulit
untuk memberikan jaminan untuk memprioritaskan tindakan-
keselamatan dan meningkatkan tindakan pencegahan dan peralatan

2
yang digunakan. Maka dari itu Rijanto Tabel 1. Kriteria dan Nilai dari faktor
membuat sebuah penilaian consequence
(assessment) yaitu tingkat
kemungkinan (probability) dan tingkat Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Consequence catastrophe Kerusakan fatal/parah beragam 100
keparahan (hazard effect) yang (akibat yang fasilitas lebih dari $ 1 juta,
diakibatkan oleh kecelakaan yang mungkin aktivitas dihentikan, terjadi
terjadi. ditimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat
dari suatu luas
kejadian atau Disaster Kematian, kerusakan permanen yang 50
3. METODE PENELITIAN peristiwa bersifat lokal terhadap lingkungan,
Berdasarkan tujuan yang sudah kerugian $ 500.000 – 2.000.000
dijelaskan, untuk menjawab kebenaran Very Terjadi cacat permanen/penyakit 25
ilmiah sangat diperlukan adanya serious parah, kerusakan lingkungan yang
penggunaan metode penelitian yang sesuai tidak permanen, dengan kerugian $
50.000-500.000
dengan masalah yang terkandung dalam
Serious Terjadi dampak yang serius tapi 15
penelitian tersebut, serta peneliti juga bukan cidera dan penyakit parah
diharuskan agar memahami tentang tahap- yang permanen, sedikit berakibat
tahap atau langkah-langkah yang dapat buruk pada lingkungan, dengan
kerugian $ 5.000-50.000
menuntun agar penelitian tersebut Important Membutuhkan penanganan medis, 5
memiliki suatu keteraturan yang sistematis terjadi emisi buangan di lokasi tetapi
yang akan mudah dipahami. Maka untuk tidak mengakibatkan kerusakan,
dengan kerugian $ 500 – 5.000
menjawab permasalahan sesuai judul
penelitian ini, penulis menggunakan
Noticeable Terjadi cidera atau penyakit 1
penelitian deskriptif. ringan, memar bagian
tubuh,kerusakan kecil kurang dari
$500, kerusakan ringan atau
3.1. Metode Analisa Data terhentinya proses kerja sementara
Adapun tahapan analisa data dalam waktu, tetapi tidak mengakibatkan
penelitian ini yaitu: pencemaran di luar lokasi

a. Melakukan identifikasi resiko


Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
b. Melakukan analisa resiko
dengan menggunakan metode
semikuantitatif yaitu
menggunakan Metode Fine
yang dibuat oleh W.T. Fine
untuk mengetahui
konsekuensi (consequence),
paparan (exposure), dan
kemungkinan (likelihood).

3
Tabel 2. Kriteria dan Nilai Faktor d. Setelah nilai resiko diperoleh
exposure dari setiap pekerjaan maka
tingkat resiko dapat ditentukan
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
dalam bentuk skor.
Exposure Continuously Sering terjadi dalam satu hari 10
(paparan)
frekuensi Frequently Terjadi kira-kira satu kali 6 e. Setelah itu dilakukan
pemaparan dalam sehari
terhadap Terjadi satu kali seminggu 3 pengendalian resiko
bahaya atau sampai satu kali sebulan
sumber resiko Occasionally

Infraquent Satu kali dalam sebulan 2


sampai satu kali dalam 3.2. Skema Kerangka Pemikiran
setahun
Rare Diketahui kapan terjadinya 1
Very rare Tidak diketahui kapan 0,5
terjadinya

Tabel 3. Kriteria dan Nilai dari faktor


Probability
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Probability Almost certain Kejadian yang paling 10
(kemungkin sering terjadi
an
terjadinya Likely Kemungkinan 6
bahaya terjadi kecelakaan 50%
yang
menyertai Unusual but Tidak bisa namun 3
suatu possible memiliki kemunkinan terjadi
kejadian
atau Remotely Suatu kejadian yang 1
peristiwa) possible sangat kecil kemungkinan
terjadinya
Conceivable Tidak pernah terjadi 0,5
kecelakaan dalam tahun-
tahun pemaparan tetapi
mungkin terjadi
Practically Sangat tidak mungkin terjadi 0,1
imposible

Tabel 4. Level/Prioritas Resiko (Study


notes Prof. Jean Cross,1998)
Tingkat resiko Comment Action
>350 Very high Penghentian aktivitas, resiko dikurangi
hingga mencapai batas yang dapat
180-350 Priority 1 Perlu dilakukan penanganan secepatnya
70 – 180 Substansial Mengharuskan ada perbaikan secara
teknis
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara
berkesinambungan
<20 Acceptable Intensitas kegiatan yang menimbulkan
resiko dikurangi seminimal mungkin

c. Nilai resiko dapat dihitung Gambar 2. Bagan alir penelitian


secara manual berdasarkan
rumus ;
Risk = consequence x
exposure x likelihood

39
4. ANALISA HASIL Tabel 2. Pengukuran dan probabilitas
PENELITIAN
Tingkatan Keterangan Penjelasan
Besarnya resiko K3 nantinya
akan dianalisa dengan menggunakan 1 Practically Imposible Tidak Mungkin Terjadi

Metode Fine sehingga akan 2 Conceivable Kemungkinan Sangat Kecil Terjadi


didapatkan besar kemungkinan 3 Remotely Possible Kemungkinan Kecil Terjadi
masing-masing resiko kecelakaan 4 Unusual but Possible Cukup Mungkin Terjadi
tersebut. Setelah nilai resiko 5 Likely Sangat mungkin Terjadi
diketahui, dapatlah dilakukan 6 Almost Certain Hampir Pasti Terjadi
evaluasi resiko untuk mengetahui
level/prioritas resiko tersebut
termasuk kedalam tingkatan atau 4.2. Skala Pengukuran Frekuensi
level yang mana untuk menentukan Frekuensi yaitu seberapa sering
tindakan yang tepat yang sebaiknya kejadian/kecelakaan tersebut terjadi
diambil. Tindakan tersebut
merupakan upaya untuk Tabel 3. Pengukuran frekuensi
meminimalisir resiko yang mungkin
terjadi berupa pengendalian resiko K3 Tingkatan Keterangan Penjelasan
yang harus dilakukan oleh pihak – 1 Very Rare Tidak Diketahui Kapan Terjadinya
pihak yang terlibat pada pelaksanaan 2 Rare Diketahui kapan terjadinya
proyek konstruksi. 3 Infraquent Satu kali dalam sebulan sampai satu kali
Penulis melakukan observasi di dalam setahun
PT. Tangga Batu Jaya Abadi. PT.
4 Occasionally Satu kali seminggu sampai satu kali sebulan
Tangga Batu Jaya Abadi (TBJA)
5 Frequently Satu kali dalam sehari
adalah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa konstruksi bangunan, 6 Continuosly Sering terjadi dalam satu hari
jalan, dan jembatan. Perusahaan
Konstruksi ini telah mendapatkan
sertifikat yang dikeluarkan oleh DAS 4.3. Skala Pengukuran
Certification yaitu sertifikatISO Konsekuensi
9001:2008 dengan nomer sertifikat Konsekuensi yaitu dampak
DCIQ-3099 6341, pada tanggal 21 atau akibat yang mungkin
April 2014 dan ISO 14001:2004 yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja
di keluarkan oleh DAS Certification
pada tanggal 26 januari 2015 Serta Tabel 3. Skala konsekuensi
OHSAS 1800:2007 yang di keluarkan Tingkatan Keterangan Penjelasan
oleh DAS Certification dengan nomer 1 Noticeable Penyakit ringan, memar di bagian
sertifikat DCIO-3100 pada tanggal 14 tubuh, kerusakan kecil
mei 2013. 2 Important Membutuhkan penanganan medis
3 Serious Terjadi dampak yang serius tapi bukan
4.1. Skala Pengukuran Probabilitas cidera atau penyakit yang permanen
Probabilitas yaitu seberapa 4 Very Serious Terjadi cacat permanen/penyakit parah
besar kemungkinan terjadinya 5 Disaster Kematian , kerusakan permanen
kecelakaan kerja. 6 Catastrophe Kerusakan fatal/parah beragam
fasilitas, aktivitas dihentikan

40
Data penelitian yang digunakan Kejaksaan Tinggi Provinsi Kalimantan
dalam penulisan skripsi ini adalah data Barat. Jumlah responden pada penelitian
oleh dari hasil kuisioner yang diberikan ini berjumlah 8 responden.
kepada pihak yang mengerjakan
pekerjaan konstruksi gedung di Kantor

4.4. Analisa Resiko K3

Tabel 4. Resiko K3
No Jenis Resiko Probabilitas Frekuensi Konsekuensi ( Nilai
Pekerjaan Variabel (L) (F) C) Resiko (
Yang Beresiko LxFxC
)
Pekerjaan : Tanah
1 Galian Tanah 1. Tanah 2.44 1.19 6.50 18.81
longsor/runtuh
2. Pekerja terjatuh 2.34 0.94 2.00 4.38
ke lubang galian
Pekerjaan : Pondasi dan Struktur Atas
2 Penulangan 3. Tangan pekerja 3.51 2.56 5.75 51.75
terkena barbender
4. Terjatuh dari 2.34 1.88 2.50 10.96
ketinggian
5. Terluka karena 5.38 2.63 17.50 246.91
besi
3 Hot Work 6. Pekerja terkena 3.19 0.94 6.00 17.93
(pengelasan, percikan api las
pemotongan ) 7. Kebakaran 0.65 1.19 2.50 1.93
akibat tabung
bocor
8. Gangguan 4.38 3.88 17.50 296.68
pernapasan akibat
debu
4 Pemasangan 9. Pekerja jatuh 5.51 2.00 20.63 227.39
kerangka baja dari ketinggian
tulangan 10. Kerangka jatuh 2.19 1.81 6.50 25.77
dan menimpa
pekerja/fasilitas
11. Pekerja 2.75 1.88 2.50 12.89
terhantam bagian
baja
5 Instalasi 12. Terjatuh dari 5.63 1.88 26.88 283.45
formwork ketinggian
(Bekisting) 13. Bekisting jatuh 1.53 1.81 32.88 90.87
dan menimpa
pekerja
14. Tertusuk paku 5.25 1.44 5.75 43.39
6 Pengecoran 15. Pekerja jatuh 3.00 1.88 2.50 14.06
dari ketinggian

98
16. Pekerja jatuh 5.63 1.88 7.25 76.46
saat mendirikan
cetakan beton
17. Robohnya 4.25 0.94 2.00 7.97
cetakan beton
7 Bongkar 18. Pekerja jatuh 2.81 1.81 17.38 88.57
pasang dari ketinggian
scaffolding 19. Scaffolding 4.81 1.44 2.50 17.29
(perancah) jatuh dan
menimpa
pekerja/fasilitas
20. Pekerja terluka 3.69 2.19 8.75 70.58
ketika bekerja
8 Lifting 21. Material 3.01 1.88 7.50 42.36
material terjatuh dan
dengan tower menimpa pekerja
crane 22. Pekerja terkena 5.63 1.88 6.50 68.55
debu dan kotoran
23. Crane roboh 3.69 0.94 2.00 6.91
24. Sling putus 2.38 0.94 2.50 5.57
9 Pembersihan 25. Penyakit kulit 3.00 2.19 2.00 13.13
debu dan akibat debu-debu
kotoran dan asap
dengan 26. Gangguan 5.63 1.81 3.75 38.23
compressor pernapasan akibat
pada debu
pekerjaan
pelat lantai
Pekerjaan : Atap
10 Pemasangan 27. Gangguan 3.69 2.00 2.00 14.75
penutup atap pernapasan akibat
debu
28. Terjatuh dari 3.00 0.94 6.50 18.28
ketinggian
11 Pemasangan 29. 4.00 2.19 5.75 50.31
plafon Pekerja/fasilitas
terjatuh dari
ketinggian
Pekerjaan : Dinding dan Keramik
12 Pemasangan 30. Gangguan 2.64 2.19 6.00 34.62
dinding dan pernapasan akibat
plesteran debu
31. Terjatuh dari 4.25 1.81 2.50 19.26
ketinggian
13 Pemasangan 32. Pekerja terluka 3.69 1.19 7.25 31.75
keramik akibat terkena
mesin potong
keramik
33. Tersengat 2.75 2.00 2.00 11.00
listrik

99
34. Pekerja 2.19 1.81 17.50 69.38
menghirup debu
potongan keramik
14 Pekerjaan 35. Terkena bor 0.81 1.81 7.50 11.04
pasang kusen 36. Terjepit pintu 2.64 2.00 8.75 46.16
dan pintu dan Kusen
37. Tersengat 1.75 1.81 2.50 7.93
listrik mesin/bor
38. Tertimpa 3.69 1.19 2.50 10.95
pintu/kusen
15 Pekerjaan 39. Menghirup cat 2.64 1.81 20.63 98.60
pengecatan 40. Kejatuhan 2.50 1.94 6.00 29.06
material
41. Pekerja jatuh 0.81 0.94 7.50 5.71
dari ketinggian
Pekerjaan : Plumbing
16 Instalasi 42. Pekerja 5.26 1.75 7.25 66.77
plumbing terjatuh dari
(pipa ledeng) ketinggian
43. Pekerja 2.75 0.94 6.50 16.76
tertimpa peralatan
dari ketinggian
44. Pekerja terluka 2.19 0.94 2.00 4.10
akibat pipa
17 Instalasi listrik 45. Terdapat 2.75 1.81 2.50 12.46
percikan api
46. Terkena 2.44 1.81 2.00 8.84
sengatan listrik
Pekerjaan : Finishing
18 Pekerjaan 47. Tersengat 2.75 1.81 6.50 32.40
finishing listrik mesin/bor
48. Terkena mesin 0.81 0.94 7.50 5.71
finishing
49. Potongan 1.75 0.89 5.00 7.77
partikel material
mengenai mata

100
4.5. Pekerjaan Yang Beresiko Tabel 6. Level Resiko K3
Menimbulkan Kecelakaan Kerja Pekerjaan yang Nilai Level
No. Beresiko Variabel Resiko Resiko
Dalam Peringkat 10 Besar Instalasi formwork Terjatuh dari
1 (Bekisting) ketinggian 248.10 Priority 1
Hot Work (pengelasan, Kebakaran akibat
Tabel 5. Pekerjaan beresiko 2 pemotongan ) tabung bocor 192.94 Priority 1
Nilai Robohnya cetakan
3 Pengecoran beton 120.20 Substansial
No. Pekerjaan yang Beresiko Variabel Resiko
Terjatuh dari 4 Pekerjaan pengecatan Menghirup cat 98.60 Substansial
Gangguan
1 Instalasi formwork (Bekisting) ketinggian 248.10
Hot Work (pengelasan, pernapasan akibat
Hot Work (pengelasan, Kebakaran akibat 5 pemotongan ) debu 81.77 Substansial
2 pemotongan ) tabung bocor 192.94
Bongkar pasang Pekerja terluka
Robohnya cetakan 6 scaffolding (perancah) ketika bekerja 79.10 Substansial
3 Pengecoran beton 120.20
Pemasangan kerangka Pekerja terhantam
4 Pekerjaan pengecatan Menghirup cat 98.60 7 baja tulangan bagian baja 74.28 Substansial
Hot Work (pengelasan, Gangguan pernapasan Pekerja menghirup
5 pemotongan ) akibat debu 81.77 debu potongan
Bongkar pasang scaffolding Pekerja terluka ketika 8 Pemasangan keramik keramik 69.38 Priority 3
6 (perancah) bekerja 79.10 Instalasi plumbing Pekerja terjatuh
Pemasangan kerangka baja Pekerja terhantam 9 (pipa ledeng) dari ketinggian 66.77 Priority 3
7 tulangan bagian baja 74.28 Terjatuh dari
Pekerja menghirup 10 Penulangan ketinggian 52.29 Priority 3
8 Pemasangan keramik debu potongan keramik 69.38
Pekerja terjatuh dari
9 Instalasi plumbing (pipa ledeng) ketinggian 66.77
Terjatuh dari Dari tabel di atas, dapat diketahui
10 Penulangan ketinggian 52.29
level/prioritas resiko dari 10 besar
variabel pekerjaan yang beresiko pada
pekerjaan konstruksi gedung yaitu
4.6. Evaluasi Resiko termasuk ke dalam 3 level, priority 1,
Proses yang biasa digunakan untuk
priority 3 dan substansial.
menentukan manajemen risiko dengan
Penanganan yang dapat dilakukan
membandingkan tingkat risiko terhadap
pada level priority 1 yaitu perlu
standar yang telah ditentukan, target dilakukan penanganan secepatnya,
tingkat risiko dan kriteria lainnya. Dalam priority 3 yaitu perlu diawasi dan
penelitian ini digunakan standar diperhatikan secara berkesinambungan,
level/prioritas resiko pada tabel 3.4 sedangkan pada level substansial yaitu
untuk mengetahui tingkat resiko dari
dengan cara mengharuskan ada
setiap item resiko kecelakaan kerja pada perbaikan secara teknis. Untuk
pekerjaan konstruksi. penjelasan selanjutnya akan dilakukan
pada sub bagian pengendalian resiko.

4.7. Pengendalian Resiko


Sedangkan pengendalian risiko
menurut OHSAS 18001 memberikan
pedoman pengendalian risiko yang lebih
spesifik untuk bahaya K3 dengan
pendekatan sebagai berikut :

4.71. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah
pengendalian yang paling baik untuk
dapat mengendalikan paparan
(frekuensi). Resiko dapat dihindarkan
dengan menghilangkan sumbernya. Jika

1
sumber bahaya dihilangkan maka resiko  Memperhatikan apakah ada
yang akan timbul dapat dihindarkan. saluran listrik disekitar area
bekerja
4.7.2. Substitusi  Memperhatikan beban
Substitusi adalah mengganti maksimum yang dapat ditahan
bahan, alat atau cara kerja dengan yang oleh struktur dimana pekerja
lain sehingga kemungkinan kecelakaan bekerja
dapat ditekan.  Hati-hati ada kemungkinan
benda jatuh
4.7.3. Pengendalian teknis  Mempersiapkan scaffolding
(Engineering Control)  Perhatikan ada lubang atau
Pengendalian teknis dapat pijakan yang tidak kuat. Beri
merubah jalur transmisi bahaya atau tanda pada tempat atau daerah
mengisolasi bahaya. Pengendalian teknis yang berbahaya.
antara lain :  Usahakan hindari bekerja
 Menjaga jarak yang aman menggunakan tangga
 Penggunaan sistem
 Pengaman dan pelindung c. Lakukan pekerjaan sesuai
 Proses tertutup perencanaan dan gunakan fall
protection.
4.7.4. Administratif
Prinsip dari pengendalian ini Ada 2 jenis fall protection yaitu :
adalah untuk mengurangi kontak antara a. Collective fall protection
penerima dengan sumber bahaya. Adalah perangkat yang
Pengendalian administratif diantaranya: mencegah pekerja jatuh seperti
 Pengaturan waktu kerja pagar/guardrail, platform kerja, scaffold,
 Prosedur kerja aman (SOP) dll. Tambahan peralatan lain seperti
 Pemilihan / seleksi jaring (safety net), air bags atau crash
 Pekerja decking.

4.7.5. Alat Pelindung Diri (APD) b. Individual fall protection


APD merupakan alat Adalah perangkat yang
perlindungan bagi pekerja yang melindungi pekerja jika pekerja jatuh
bertujuan untuk mencegah atau seperti fall arrest system. Dapat
meminimalisir dampak/akibat yang menggunakan full body harness dan line.
terjadi apabila kecelakaan kerja terjadi.
Resiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang mempunyai 5. KESIMPULAN DAN SARAN
resiko paling besar dan paling banyak 5.1. Kesimpulan
adalah resiko pekerja terjatuh dari Kesimpulan yang dapat diambil
ketinggian. Untuk meminimalkan resiko dari analisis dan pembahasan yang
pekerja jatuh dari ketinggian pada saat dilakukan adalah :
bekerja pada ketinggian, yaitu: a. Dari proses identifikasi resiko
a. Cari alternatif lain selain bekerja yang dilakukan didapat 10
di ketinggian pekerjaan yang beresiko paling
b. Lakukan perencanaan terkait tinggi menimbulkan kecelakaan
bahaya, seperti : kerja pada pekerjaan konstruksi
 Mempersiapkan APD yang gedung yaitu :
diperlukan  Instalasi formwork (Bekisting):
 Menggunakan jaring pengaman Terjatuh dari ketinggian

2
 Hot Work (pengelasan, berdasarkan metode Fine yaitu
pemotongan): Kebakaran akibat termasuk ke dalam 3 level yaitu
tabung bocor priority 1, priority 3 dan
 Pengecoran : Robohnya cetakan substansial.
beton e. Berdasarkan analisa yang
 Pekerjaan pengecatan : dilakukan, maka diperoleh
Menghirup cat alternatif pengendalian resiko
 Hot Work (pengelasan, yang dilakukan untuk
pemotongan): Gangguan meminimalisir kemungkinan
pernapasan akibat debu resiko K3 pada pekerjaan
 Bongkar pasang scaffolding konstruksi gedung khususnya
(perancah):Pekerja terluka pada resiko pekerja terjatuh dari
ketika bekerja ketinggian, yaitu :
 Pemasangan kerangka baja
tulangan: Pekerja terhantam  Mempersiapkan APD ( Alat
bagian baja Pelindung Diri )
 Pemasangan keramik :Pekerja • Safety Helmet (Helm)
menghirup debu potongan • Safety Boot ( Sepatu
keramik boot )
• Masker hidung
 Instalasi plumbing (pipa ledeng):
Pekerja terjatuh dari ketinggian • Kacamata Pelindung
• Baju kerja
 Penulangan :Terjatuh dari
• Sarung tangan
ketinggian
• Tali / sabuk pengaman
b. Setelah dilakukan analisa resiko  Lakukan pekerjaan sesuai
maka diperoleh nilai resiko perencanaan
tertinggi yaitu pada pekerjaan  Gunakan fall protection
Instalasi formwork (Bekisting)  Perhatikan keamanan daerah
dengan resiko terjatuh dari sekitar dimana pekerja bekerja
ketinggian dengan nilai resiko  Hentikan pekerjaan jika
sebesar 248,10. diperlukan
c. Berdasarkan literatur,
wawancara dan kondisi di 5.2. Saran
lapangan, akibat yang Adapun saran yang dapat
memungkinkan terjadinya resiko diberikan untuk mencegah dan
K3 adalah faktor manusia dan mengurangi resiko K3 antara lain :
lemahnya penerapan K3 pada a. Setiap perusahaan konstruksi
lingkungan kerja. Faktor baik yang skala besar ataupun
manusia itu sendiri diantaranya kecil diharapkan menerapkan
meliputi usia, masa kerja, Keselamatan dan Kesehatan
pengalaman, disiplin kerja, Kerja (K3) di lingkungan
waktu kerja, kondisi fisik dan proyek.
mental. Sedangkan penerapan b. Sebaiknya perusahaan
K3 dilingkungan kerja masih konstruksi mempunyai tenaga
sangat kurang seperti APD, dan ahli dibidang K3 yang telah
rambu – rambu peringatan. mempunyai sertifikat ahli
d. Setelah dilakukan evaluasi dibidang K3.
resiko terhadap 10 pekerjaan c. Setiap pekerja diwajibkan
paling beresiko maka diperoleh menggunakan alat-alat
level/prioritas resiko pelindung diri.

3
d. Dilakukan pengawasan secara Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
langsung kepada para pekerja KEP.174/MEN/1986 Tentang
agar para pekerja dapat bekerja Keselamatan dan Kesehatan
secara serius dan lebih Kerja Pada Tempat Kegiatan
bertanggung jawab agar proyek Konstruksi.
dapat selesai tepat waktu.
e. Pemberian pengarahan kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
setiap pekerja sebelum (PERMENPU) Nomor:
melakukan pekerjaan. 104/KPTS/M/1986 Tentang
f. Sebaiknya setiap perusahaan Keselamatan dan Kesehatan
konstruksi mencatat setiap Kerja Pada Tempat Kegiatan
kejadian kecelakaan kerja yang Konstruksi.
terjadi pada proyek yang
dikerjakannya dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
melaporkannya kepada instansi PER.463/MEN/1993 Tentang
terkait untuk mengantisipasi agar Pola Gerakan Nasional
kejadian yang sama tidak Membudayakan K3.
terulang lagi.
Sanjaya, Widhiawati, dan Frederika.
(2012). Analisis Penerapan
DAFTAR PUSTAKA Keselamatan dan Kesehatan
Cross, Jean. 1998. Study Notes: Risk Kerja (K3) Pada Proyek
Management. University New Konstruksi Gedung di
South Wales, Sydney. Kabupaten Klungkung dan
Karangasem. Jurnal Ilmiah
OHSAS Project Group. 2007. Elektronik Infrastruktur Teknik
Occupational Health and Safety Sipil, I (1): 1-9.
Assessment Series 18001: 2007
“Occupational Health and Safety Wirawan. 2015. Manajamen Sumber
Management Systems – Daya Manusia Indonesia: Teori,
Requirement”. Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Penelitian: Aplikasi dalam
(PERMENPU) Tentang Organisasi Bisnis,
Pedoman Sistem Manajemen Pemerintahan dan Pendidikan.
Keselamatan dan Kesehatan Edisi 1: Cetakan Pertama. Jakarta:
Kerja (SMK3) Nomor: Rajawali Pers.
05/PRT/M/2014.

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012


Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:


PER.01/MEN/1980 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi
Bangunan.

Anda mungkin juga menyukai