Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI K-3 DALAM PROYEK BENDUNGAN DI INDONESIA

Erisa Yunisari Kamaraderie, Gregorius Maturbongs, Yulius Adi Viyanto,


Zarens Alfredo dan Cynthia Debby Heriyani
Program Studi Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jln Babarsari 43 Yogyakarta

Abstrak: Ketidaktersediaan bahan bangunan pembentukbeton sering kali menjadi kendala dalam
pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dicari langkah-langkah
penyelesaian yangdapat diambil dengan menggunakan potensi sumberdayaalamyangtersediadi
lokasi proyek pembangunan................ (Abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia, menggunakan 200-250kata dalam satu paragraf, jarak antar baris 1 spasi, jenis huruf
Times New Roman ukuran 10, rata kiri dan kanan. Abstrak untuk artikel yang bersifat penelitian
harus mencakup tujuan atau masalah penelitian, metode, dan gambaran hasil penelitian,
sedangkan untuk artikel yang berupa pemikiran konseptual harus berisi tujuan atau
permasalahan pembahasan, metode, dan gambaran hasil pembahasan dan diakhiri dengan kata
kunci berisi 3-5 kata kunci)

Kata kunci:: agregat bauksit, kuat tekan, modulus elastisitas

1. PENDAHULUAN
Menurut Suma’mur, (1981), keselamatan kerja
Pertumbuhan tenaga kerja sektor konstruksi yaitu:
yang terus bertambah tiap tahunnya maka
peningkatan tingkat kecelakaan kerja pun 1. Keselamatan yang bertalian dengan mesin,
cenderung besar.Menurut Kementerian Tenaga pesawat, alat kerja, bahan dan proses
Kerja dan Transmigrasi, tingkat kecelakaan pengolahannya, landasan
kerja sektor konstruksi relatif tinggi karena tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
proyek yang dikerjakan bersifat non-stop melakukan pekerjaannya.
sehingga hal tersebut tentu menyebabkan
terjadinya kelelahan pekerja dan berakibat 2. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan
menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain, dan
kerja di lapangan. juga masyarakat pada umumnya.
Tercatat bahwa kecelakaan dalam sektor 3. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
konstruksi masih berada dalam daftar teratas cacat, dan kematian akibat kecelakaan kerja.
tingkat kecelakaan kerja secara nasional. Pada Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
tahun 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata gerbang utama bagi keamanan tenaga kerja.
414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan
4. Keselamatan kerja menyangkut segenap
tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus
kecelakaan kerja, 2009 terdapat 96.314 kasus, proses produksi dan distribusi, baik barang,
2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007 terdapat maupun jasa.
83.714 kasus. Angka kecelakaan kerja sektor
konstruksi di Indonesia termasuk yang paling 2.1.1. Kesehatan kerja
tinggi di kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus
kecelakaan kerja di atas terjadi di sektor
konstruksi yang meliputi semua jenis proyek Hakikat dari kesehatan kerja menurut
gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi, Suma’mur (1989), adalah sebagai berikut :
bendungan, dan sejenisnya 1. Sebagai alat untuk mencapai derajad
kesehatan tenaga kerja yang setingginya baik,
2. TINJAUAN PUSTAKA buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau
pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan
2.1. Keselamatan kerja untuk kesejahteraan tenaga kerja.

1
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi Dam dapat diklasifikasikan menurut struktur,
yang berdasarkan kepada meningginya tujuan atau ketinggian.Berdasarkan struktur dan
efesiensi dan dayaproduktivitas faktor manusia bahan yang digunakan, bendungan dapat
dalam produksi. diklasifikasikan sebagai dam kayu,
"embankment dam" atau "masonry dam",
dengan berbagai subtipenya.
2.1.2. Penerapan program keselamatan kerja Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air
untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan,
Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga
di bidang konstruksi yang efektif mempunyai hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau
banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby, habitat untuk ikan dan hewan lainnya,
(1972) secara garis besar telah pencegahan banjir dan menahan pembuangan
mengkategorikan hal ini sebagai berikut: dari tempat industri seperti pertambangan atau
a. Faktor kepribadian atau perilaku. pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun
1. Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, untuk semua tujuan di atas.
kesan, latarbelakang pendidikan dan Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari
kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik 15 meter dan dam utama lebih dari 150 m.
fisik. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam
2. Lingkungan pekerjaan : sikap dan sedang antara 30 - 100 m, dan dam tinggi lebih
kebijaksanaan dari para pengusaha serta dari 100 m.
manajer, pengawas, penyelia serta kawan
sekerja pada proyek. 3. LANDASAN TEORI PERENCANAAN
b. Faktor fisik. KESELAMATAN DAN KESEHATAN
1. Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis KERJA
bahaya yang melekat tidak terpisahkan dengan
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun Perencanaan keselamatan kerja merupakan
oleh bahaya terhadap kesehatan kerja yang suatu permasalahan yang banyak menyita
ditimbulkan oleh metoda dan material serta perhatian berbagai organisasi saat ini karena
lokasi dari pekerjaan itu. mencakup permasalahan segi perikemanusiaan,
2. Penyingkiran bahaya mekanis : pemakaian biaya dan manfaat ekonomi, aspek hokum,
pagar/batas, peralatan serta prosedur untuk pertanggungjawaban serta citra organisasi itu
melindungi pekerjaan secara fisik terhadap sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat
daerah atau situasi yang berbahaya. kepentingan yang sama besarnya walaupun
disana-sini memang terjadi perubahan perilaku,
2.2 Bendungan baik di dalam lingkungan sendiri maupun factor
lain yang masuk dari unsur eksternal industry.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang Proses pembangunan proyek konstruksi pada
dibangun untuk menahan laju air menjadi umumnya nerupakan kegiatan yang banyak
waduk, danau, atau tempat rekreasi. mengandung unsur bahaya, hal tersebut
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia menyebabkan industry konstruksi mempunyai
mendefinisikan bendungan sebagai "bangunan catatan yang buruk dalam hal keselamatan dan
yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan kesehatan kerja. Situasi dalam lokasi proyek
batu yang dibangun selain untuk menahan dan mencerminkan karakter yang keras dan
menampung air, dapat juga dibangun untuk kegiatannya terlihat sangat kompleks dan sulit
menampung limbah tambang atau lumpur. dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina

2
yang prima dari pekerja yang 4.1 Kebijakan K3
melaksanakannya.Lokasi proyek merupakan
salah satu lingkungan kerja yang mengandung Perencanaan K3 ini bertujuan agar dalam
pelaksanaan proyek nantinya terhindar dari
risiko cukup besar. Tim manajemen sebagai kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
pihak yang bertanggung jawab selama proses Agar perusahaan menetapkan kebijakan K3
pembangunan berlangsung harus mendukung sebagai berikut:
dan mengupayakan program-program yang 1) Menentukan dan meminimalisir tingkat
dapat menjamin agar tidak kecelakaan kerja.
2) Meningkatkan kesehatan tenaga dengan
terjadi/meminimalkankecelakaan kerja atau menghilangkan penyakit akibat kerja.
tindakan-tindakan pencegahannya. Hubungan 3) Mematuhi persyaratan undangundang dan
antarpihak yang berkewajiban memperhatikan persyaratan lain yang berlaku.
masalah keselamatan dan kesehatan kerja 4) Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap
adalah kontraktor utamanya dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
subkontraktor.Kewajiban kontraktor dan rekan 4.2 Struktur organisasi K3
kerjanya adalah mengasuransikan pekerjanya
selama masa pembangunan berlangsung. Pada
rentang waktu pelaksanaan pembangunan,
kontraktor utama maupun subkontraktor sudah
selayaknya tidak mengizinkan pekerjanya untuk
beraktivitas bila terjadi hal-hal berikut :
1. Tidak mematuhi peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri Gambar 4.2 Struktur organisasi K3
selama bekerja.
3. Mengizinkan pekerja menggunakan peralatan 4.3 Regulasi K3
yang tidak aman
Secara umum, setiap pekerja konstruksi harus Diatur dalam Peraturan Peraturan Menteri
mematuhi dan menggunakan peralatan Pekerjaan Umum Nomor : 09/Per/M/2008
perlindungan dalam bekerja sesuai peraturan Tentang Pedoman Sistem Manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.Kontraktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
utama maupun subkontraktor sudah seharusnya Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, dan
menambahkan klausul tentang keselamatan dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
kesehatan kerja dalam setiap kontrak kerja yang Wilayah Nomor: 384/Kpts/M/2004 Tentang
dibuatnya. Dilihat dari keterlibatan pihak-pihak Pedoman Teknis Keselamatan Dan Kesehatan
dalam proyek konstruksi, di mana sat sama lain Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda Bendungan.
bahkan bertolak belakang, sering timbul
pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab 4.4 Pelaksanaan K3
apabila terjadi kecelakaan kerja yang
menimbulkan kerugian bagi pekerja? Untuk 4.4.1. Pokok-pokok Perhatian K3
menetapkan siapa yang paling bertanggung
jawab, sebaiknya ditinjau kasus per kasus.Pada a) Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
saat konstruksitentunya kontraktor lebih kerja akibat penggunaan:
bertanggung jawab, sedangkan pada saat - Alat/ mesin
operasional bangunan, tentunya pihak pemilik - Tahap/metode pelaksanaan
lebih bertanggung jawab. - Faktor manusia (human error)
b) Pencegahan dan penanggulangan penyakit
4. PEMBAHASAN akibat kerja

3
c) Penanganan terhadap kondisi darurat dan Daftar material yang memerlukan penanganan
P3K khusus
d) Pemenuhan terhadap UU/peraturan K3 yang - Semen, floor hardener
relevan - Solar, oli, bbm, bahkan aditiv
- Waterproofing, Bonding agen, minyak
4.4.2. Pencegahan dan Penanggulangan bekisting
Kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja Masing-masing bahan diperlukan penanganan
khusus dalam penyimpanan dan
a) Perencanaan Site - Pengaturan jalan penggunaannya dan disertai MSDS (Material
mobilitas material, tenaga dan peralatan Safety Data Sheet)
- lokasi penyimpanan bahan / material b) Peralata khusus
- Lokasi peralatan sebelum mulai kerja - Generator set
- lokasi fabrikasi - Mesin las
- Direksi Keet - Concrete pump, concrete mixer
- Barak kerja - Excavator - Alat-alat paving
b) Pemasangan poster/himbauan tentang K3 - c) Tenaga Kerja Ahli Tenaga kerja yang harus
Rambu-rambu peringatan tentang adanya mempunyai sertifikat keahlian:
proyek - Operator Excavator
- Rambu-rambu lalu lintas - Operator alat alat paving
- Slogan slogan tentang K3 misanya:
”Berangkat dengan Selamat – Pulang dengan 4.7. Penerapan 5 R (Ringkas, Rapi, resik,
Selamat” Rawat dan Rajin)
c) Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang
memadai, seperti : - Safety helm - Sarung Ringkas : Tidak ada barang yang tidak
tangan - Safety shoes - safety belt/harness - diperlukan di tempat kerja
Masker hidung - Ear plug - Sun glasses Rapi : Semua barang mempunyai tempat yang
d) Pemberian rambu-rambu petunjuk dan pasti
larangan Resik : Tidak terdapat kotoran apa saja di
e) Pemasangan pagar pengaman/rubber cone tempat kerja
f) Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak Rawat : Kondisi yang sudah baik tetap terjaga
pakai dari waktu ke waktu
g) Penetapan khusus untuk material/bahan yang Rajin : semua orang berperilaku sesuai norma
sensitive/bahaya kerja positif yang dikembangkan di tempat
h) Penggunaan peralatan sesuai fungsi dan kerja
manualnya
i) memberikan perhatian terhadap alat yang Program :
menimbulkan suara bising, asap dan residu - Membersihkan tempat kerja setelah selesai
lainnya untuk meminimalkan dampaknya melakukan pekerjaan
- Menjaga kebersihan jalan kerja, papan kerja,
4.5. Pemeliharaan Kesehatan tangga dari peralatan atau material yang tidak
berguna
a) Penyediaan air bersih - Membersihkan segera tumpahan oli, minyak
b) Pembuatan sarana MCK yang memadai c) dan lain-lain
Penyediaan tempat sampah dan pembuangan - Membuang sampah pada tempatnya
keluar lokasi kerja - Buang air besar/kecil di kamar mandi/WC -
d) Penyediaan obat-obatan / kotak P3K Menyingkirkan logam potongan atau paku yang
e) penyediaan kantin proyek yang bersih dan tidak terpasang.
sehat
f) Kerjasama dengan klinik atau rumah sakit 5. KESIMPULAN
terdekat

4.6. Penanganan Khusus

a) Material berbahaya

4
6. DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN Parker Oglesby (1972).Methods Improvement
PUSTAKA) for Contruction Man ager, Mc Graw, New York
: Hill Book Commpany.
Dajan A (1984).Pengantar Metode Statistik, Silalahi B.N.B, dkk (1991).Manajemen
Jilid II. Jakarta :LP3ES. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta :PT
(1972). Encyclopedia of Occupational Health Pustaka Binaman Presindo.
and Safety, Volume I. A-K.Geneva :ILO. Sugiyono(1997).Statistik untuk Penelitian,
Ervianto (2005).Manajemen Proyek Alfabeta. Bandung.
Konstruksi.Yogyakarta : Andi. Suma’mur PK (1989).Keselamatan Kerja dan
Husein (2009).Manajemen Proyek.Yogyakarta : Pencegahan Kecelakaan.Jakarta : CV. Haji
Andi. Masagung.
Juwono (2001).Keselamatan Dan Kesehatan Wijono Djoko (1999).Manajemen Mutu
Kerja (Untuk Kalangan Dinas Kesehatan Keselamatan dan Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah). Kerja.Surabaya :Universitas Airlangga Press.

Anda mungkin juga menyukai