Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

Analisis Stabilitas Bendung pada Pembangunan Bendungan Cipanas Sumedang


Provinsi Jawa Barat

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S2 pada


Program Studi Magister Teknik Sipil Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Disusun oleh

ROBERTH EVANDER MEIDUDGA

19/449753/PTK/13012

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN CIPANAS SUMEDANG JAWA


BARAT

Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akademis dalam mencapai derajat
S2 pada Program Studi Magister Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, FT UGM

Disusun oleh
Roberth Evander Meidudga
19/449753/PTK/13012

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Rifa’I, M.T


NIP. 196907121995121001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan serta kelancaran dalam melaksanakan praktik lapangan, yang telah dilakukan
selama enam minggu di PT.Wijaya Karya. Pada Proyek Pembangunan Bendungan
Cipanas Sumedang Provinsi Jawa Barat. Laporan ini dapat disusun dengan sebaik-
baiknya tentunya dengan bantuan dari beberapa pihak yaitu:

1. Bapak Dr.Ir. Ahmad Rifa’i, M.T. sebagai dosen pembimbing yang telah membantu
dan selalu memberikan masukan terhadap laporan ini.
2. Bapak Ngatemin, S.T.,M.T. sebagai Project Manager pada proyek pembangunan
bendungan cipanas.
3. Bapak Kardio Sebagai kepala laboraturium tanah pada proyek pembangunan
bendungan cipanas.
4. Bapak Reza Apriadi,S.T. dan Bapak Ferdinand Napitupulu.S.T. Pelaksana Utama
dan juga sebagai pembimbing lapangan pada proyek pembangunan bendungan
cipanas.
5. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam pelaksanaan praktik lapangan.

Sekian kata pengantar dari saya, kritik dan saran membangun dari pembaca sangat
saya harapkan untuk laporan ini.

Yogyakarta, 7 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………….………………………………………….. i
KATA PENGANTAR.……………..………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………...……………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………..………………………………………………….….. v
DAFTAR TABEL………………..………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN…………...…………………………………………….... 1

1.1 Latar Belakang…………………………...……………………………... 1


1.2 Tujuan Praktik Lapangan…………...……………………………….….. 2
1.3 Manfaat Praktik Lapangan…………………………………………….... 2
1.4 Ruang Lingkup Praktik Lapangan……………………...………………. 2
1.5 Lokasi dan Waktu Praktik Lapangan……………………...……………. 2

BAB II ORGANISASI PROYEK……………………………………………….… 4

2.1 Gambaran Umum………………...……………………………………... 4


2.2 Deskripsi Proyek…………………………...…………………………… 4
2.3 Pelaksana Proyek……………………………...………………………... 5
2.4 Profil Perusahaan Tempat Praktik Lapangan…………...………………. 5
2.5 Metode Praktik Lapangan…………………………….………………… 8
2.5.1 Tahap Awal…………………………………………………..…... 8
2.5.2 Tahap Pelaksanaan………………………..……………………… 8
2.5.3 Tahap Akhir……..………………………………………………... 9

BAB III LINGKUP PEKERJAAN PROYEK…………………………………… 10

3.1 Unsur-unsur Kegiatan Proyek…………………………….…………..... 10


3.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi……………...……..………………..... 10
3.2.1 Pekerjaan Pengecoran Fondasi Bendungan Utama (Capping)….... 10
3.2.2 Pekerjaan Injeksi Semen pada Tubuh Bendungan Utama
(Grouting)………………………………………………………… 13
3.2.3 Pekerjaan Penimbunan Bendungan Pengelak Hulu

iii
(Cofefferdam Hulu)…………………………………………….. 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……..……………………………………. 18

4.1 Bangunan Pelimpah (Spillway)……………………………………….... 18


4.2 Analisa Stabilitas Bendung……………………………………………. . 18
4.3 Syarat Stabilitas Bendung………………………………………………. 19
4.4 Data Teknis Pelimpah………………………………………………….. 20
4.5 Parameter Perencanaan……………………………………………….... 22
4.6 Analisa Stabilitas Bangunan Mercu……………………………………. 27
4.7 Analisis Rembesan…………………………………………………….. 33

BAB V PENUTUP……………………………………………………………….... 31

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 36
5.2 Saran…………………………………………………………………... 36

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 37
LAMPIRAN……………………………………………………………………….

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta lokasi proyek kabupaten sumedang dibuat oleh penulis……….... 3
Gambar 1.2 Peta situasi proyek bendungan cipanas diambil dari google earth…… 3
Gambar 2.1 Plan bendungan utama (PT. Wika-Jakon)………………………….... 5
Gambar 2.2 Struktur organisasi kantor PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. diambil
dari https://www.wika.co.id/id/pages/organization-structure.............. 6
Gambar 2.3 Struktur organisasi proyek Wika-Jakon (data PT. Wika-Jakon)…… 7
Gambar 2.4 Bagan alir praktik lapangan…………………………………………. 9
Gambar 3.1 Proses persiapan sebelum pengecoran fondasi bendungan utama
(dokumentasi pribadi)……………………………………………….. 12
Gambar 3.2 Proses pengecoran fondasi bendungan utama (Dokumentasi Pribadi). 13
Gambar 3.3 Proses deskripsi batuan oleh supervisi sebelum proses grouting
(dokumentasi pribadi)……………………………………………….. 14
Gambar 3.4 Alat untuk grouting (dokumentasi pribadi)…………………...…….. 15
Gambar 3.5 Proses penimbunan cofferdam hulu (dokumentasi pribadi)…………. 16
Gambar 3.6 Proses density test menggunakan alat sand cone pada cofferdam hulu
(dokumentasi pribadi)……………………………………………….. 17

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data teknis pelimpah……………………………………………….. 20


Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan gaya luar pada bendung pelimpah………. 30
Tabel 4.3 Rekapitulasi analisa terhadap guling……………………………….. 31
Tabel 4.4 Rekapitulasi analisa terhadap geser………………………………… 32
Tabel 4.5 Rangkuman Analisa terhadap daya dukung fondasi……………….. 32
Tabel 4.6 Perbandingan hasil perhitungan tegangan tanah fondasi dengan daya
dukung fondasi……………………………………………………. 33

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Ada beberapa manfaat dari bendungan juga yaitu
untuk irigasi, memenuhi kebutuhan listrik dan pengendali banjir. Bendungan terbagi
menjadi beberapa jenis berdasarkan struktur bangunan yaitu homogeneus dams,
concrete dams, zoned dams dan impermeable face rock fill dams.
Pada proyek ini digunakan Bendungan Tipe Urugan (impermeable face rock fill)
dams). Bendungan Tipe Urugan adalah Suatu bendungan yang dibangun dengan cara
menimbunkan bahan-bahan seperti: batu, krakal, kerikil, pasir dan tanah pada komposisi
tertentu dengan fungsi sebagai pengempang atau pengangkat permukaan air yang
terdapat dalam waduk di udiknya disebut Bendungan Tipe Urugan atau “Bendungan
Urugan” (Sosrodarsono. 1977).
Berkaitan dengan pembangunan bendungan, secara umum bendungan yang akan
dibangun ada bangunan Bendung. Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi
sungai yang dibangun melintasi sungai yang dibangun untuk mengubah karakteristik
aliran sungai (Sosrodarsono. 1977), dalam proyek ini disebut Bangunan Pelimpah
(Spillway).
Bangunan pelimpah merupakan salah satu bangunan penting untuk keamanan
bendungan. Bangunan ini berfungsi untuk melepas air banjir, atau mencegah limpasan
air banjir melalui puncak bendungan. Bangunan pelimpah ini memiliki beberapa tipe
dan komponen, antara lain sebagai bangunan pengontrol, saluran pembawa, dan
peredam energi.
Berdasarkan peta situasi atau peninjauan lapangan di lokasi Bendungan Cipanas,
tipe bangunan pelimpah yang sesuai adalah tipe pelimpah samping (side channel).
Lokasi pelimpah berada di sebelah kiri tubuh bendungan yang dibatasi dengan bukit.
Bentuk bangunan pelimpah samping tidak memerlukan tempat yang melebar, akan
tetapi memanjang.
Terkait dengan kerja praktik, penelitian terkhusus pada pembahasan mengenenai
analisa stabilitas bendung (analisa terhadap guling, analisa terhadap geser dan analisa

1
terhadap daya dukung tanah fondasi), analisa potensi piping dan metode pelaksanaan
dengan menggunakan data yang tersedia.

1.2 Tujuan Praktik Lapangan


Tujuan dari pelaksanaan praktik lapangan pada Proyek Pembangunan
Bendungan Cipanas adalah sebagai berikut
1. Mengetahui metode pekerjaan Capping, Grouting dan cofferdam hulu
2. Menganalisa stabilitas bendung (Spillway).
3. Menganilisa potensi piping.

1.3 Manfaat Praktik Lapangan


Manfaat yang didapat dari pelaksanaan kerja praktik selama satu bulan oleh
Program Pascasarjana Departemen Teknik Sipil UGM adalah:
1. Mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama
perkuliahan secara langsung di lapangan.
2. Mengasah ketrampilan dan kemampuan mahasiswa, dalam hal bekerja sama,
komunikasi lisan melalui keterlibatan langsung di lapangan.
3. Menambah relasi atau kenalan dari orang yang berasal dari berbagai macam
disiplin ilmu.

1.4 Ruang Lingkup Praktik Lapangan


Pada proyek pembangunan Bendungan Cipanas, yang dapat diamati dan
dipelajari dalam waktu satu bulan adalah pekerjaan penimbunan Cofferdam hulu,
pengecoran Capping dan Grouting, Keterbatasan waktu praktik lapangan
mengakibatkan pengamatan yang dilakukan hanya mencakup bagian-bagian yang
dikerjakan dalam kurun waktu tersebut saja.

1.5 Lokasi dan Waktu Praktik Lapangan


Proyek pembangunan Bendungan Cipanas berada Desa Cibuluh, Kecamatan
Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kegiatan praktik lapangan selama 30
hari dimulai pada tanggal 6 Juli 2020 sampai dengan 6 Agustus 2020. Peta lokasi proyek
dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Peta situasi proyek dapat dilihat pada Gambar 1.2.

2
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Kabupaten Sumedang
(sumber:Penulis)

Gambar 1.2 Peta Situasi Proyek Bendungan Cipanas


(sumber: Google Earth)

3
BAB II

ORGANISASI PROYEK

2.1 Gambaran Umum


Kabupaten Sumedang dengan wilayah seluas 1.518 km2 dan terdiri atas atas 26
kecamatan, 7 kelurahan, dan 270 desa. Ibu kota kabupaten ini terletak sekitar 45 km dari
kota bandung. Kota ini meliputi kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan.
Sumedang dilintasi jalur utama Bandung-Cirebon. Sebagian besar wilayah Sumedang
adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah utara berupa dataran rendah.
Gunung Tampomas (1.684 mpdl), merupakan dataran tertinggi di kabupaten ini yang
berada di utara sumedang.
Kabupaten Sumedang berbatasan dengan beberapa kabupaten berikut:

• Sebelah Utara Kabupaten Indramayu.


• Sebelah Timur Kabupaten Majalengka.
• Sebelah Selatan Kabupaten Garut.
• Sebelah Barat Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung
Barat.

2.2 Deskripsi Proyek


Bendungan Cipanas adalah salah satu dari Proyek Strategis Nasional (PSN)
Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Bendungan ini terletak di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Bendungan
Cipanas mulai dikerjakan sejak tahun 2017 dan ditargetkan rampung tahun 2022.
Bendungan ini dibangun untuk mendukung ketahanan air dan pangan nasional ini
memiliki daya tampung 250 juta m3, fungsi dari bendungan ini juga untuk memenuhi
kebutuhan air baku dengan kapasitas sebesar 850 liter/detik dan berpotensi menjadi
sumber Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) sebesar 3 MW. Bendungan
Cipanas mempunyai total luas genangan 1.315 hektare dengan total biaya pembangunan
1.3 triliun. Dengan dibagi menjadi 2 paket pekerjaan, paket 1 bendungan utama dan
paket 2 untuk spillway. Lebih jelasnya bisa dilihat Plan Utama Bendugan pada Gambar
1.3

4
Gambar 2.1 Plan Bendungan Utama
(sumber: Data PT.Wika-Jakon)

2.3 Pelaksana Proyek


Bendungan Cipanas mulai dikerjakan pada tahun 2017 dan ditargetkan selesai
pada tahun 2022 adapun perusahan yang berperan dalam proyek ini adalah sebagai
berikut:
1. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. (Paket 1)
2. PT. Jaya Konstruksi KSO Tbk. (Paket 1)
3. PT. Brantas Abipraya (Persero) Tbk. (Paket 2)
Pada kesempatan ini, praktik lapangan dilaksanakan di PT. Wijaya Karya
(Persero) Tbk sebagai konraktor proyek.

2.4 Profil Perusahaan Tempat Praktik Lapangan


PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu perusahaan
konstruksi milik Pemerintah Indonesia. WIKA didirikan berdasarkan UU no. 19 Tahun
1960 junto PP. no. 64 tahun 1961 tentang pendirian PN tanggal 29 maret 1961. Dimulai
sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA memperluas usahanya menjadi

5
perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan. Struktur organisasi perusahaan
secara umum terbagi dua yaitu struktur organisasi kantor (office organization structure)
dan struktur organisasi proyek (project organization structure). Struktur organisasi
kantor sifatnya lebih permanen daripada struktur organisasi proyek.
Struktur organisasi kantor dikepalai oleh seorang direktur utama. Secara umum
terbagi menjadi 6 Direktorat yaitu direktorat keuangan, direktorat human capital dan
pengembangan, direktorat (quality,health,safety dan environment), direktorat operasi ,
direktorat operasi 2, direktorat operasi 3.
Struktur organisasi proyek sifatnya tidak permanen atau sementara, tergantung
dengan proyek yang akan dilaksanakan. Struktur organisasi proyek bisa saja berganti
saat proyek sedang berlangsung tergantung dengan kondisi di lapangan. Struktur
organisasi proyek dipimpin oleh seorang project manager dan terdiri dari beberapa kasie
yaitu kasie ka, kasie komersial, kasie teknik dan pelaksana utama. Lebih jelasnya ada
pada gambar struktur organisasi kantor dan struktur organisasi proyek pada Gambar 2.2
dan Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kantor PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
(sumber: https://www.wika.co.id/id/pages/organization-structure)

6
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek (Wika-Jakon)
(sumber: Data PT.Wika-Jakon)

7
2.5 Metode Praktik Lapangan
Praktik lapangan merupakan salah satu mata kuliah wajib 2 SKS di program
studi Starata 2 Departemen Teknik Sipil UGM. Dalam pelaksanaanya, terdapat 3
tahapan yaitu tahapan awal, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan hasil
praktik lapangan.

2.5.1 Tahap Awal


Tahap awal yaitu berupa tahap persiapan yang dilakukan sebelum mencari lokasi
praktik lapangan. Tahapan ini berupa persiapan mengenai topik yang akan diteliti saat
praktik lapangan, penentuan dosen pembimbing, serta persiapan berkas administrasi dan
surat menyurat untuk mencari lokasi praktik lapangan.
Pencarian lokasi praktik lapangan dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa
yang akan melakukan praktik lapangan. Mahasiswa diberikan kebebasan memilih lokasi
praktik lapangan. Lokasi praktik lapangan diharapkan dapat disesuaikan dengan topik
yang akan diteliti. Jika lokasi praktik lapangan sudah ditentukan, maka mahasiswa
diharapkan dapat menyelesaikan urusan administrasi dan surat menyurat dengan cara
berkordinasi kepada pihak universitas dan pihak perusahaan tempat lokasi praktik
lapangan sebelum memulai pelaksanaan praktik lapangan.

2.5.2 Tahap Pelaksanaan


Pelaksanaan praktik lapangan dilakukan selama minimal 80 jam atau 20 hari
kerja. Pembimbing lapangan ditentukan oleh project manager perusahaan tempat lokasi
praktik lapangan. Pembimbing lapangan memberikan beberapa penjelasan mengenai
proyek yang sedang berlangsung serta memberikan beberapa data yang terkait dengan
topik penelitian yang akan dibahas. Selain itu, pemantauan terhadap progress
pelaksanaan proyek serta hambatan-hambatan yang terjadi juga dilakukan selama
pelaksanaan praktik lapangan. Penilaian terhadap kinerja selama berada di lapangan
dilakukan oleh pembimbing lapangan.

8
2.5.3 Tahap Akhir
Tahap akhir yaitu berupa penyusunan laporan praktik lapangan yang dilakukan
dengan selesai melaksanakan praktik lapangan. Penyusunan laporan harus melalui
bimbingan oleh dosen pembimbing dan merupakan syarat wajib untuk penilaian akhir
mata kuliahpraktik lapangan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Bagan Alir Praktik Lapangan

9
BAB III

LINGKUP PEKERJAAN PROYEK

3.1 Unsur-unsur Kegiatan Proyek


Kegiatan praktik lapangan dari tanggal 6 Juli 2020 sampai dengan 6 Agustus
2020, kegiatan yang dapat diamati selama praktik lapangan pada proyek Pembangunan
Bendungan Cipanas adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan pengecoran fondasi bendungan utama (Capping)
2. Pekerjaan injeksi semen pada tubuh bendungan utama (Grouting)
3. Pekerjaan penimbunan bendungan pengelak hulu (Cofferdam hulu)

3.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi


3.2.1 Pekerjaan Pengecoran Fondasi Bendungan Utama (Capping)
Fondasi bendungan merupakan bagian yang sangat penting dari pekerjaan
bendungan. Dalam struktur bendungan fondasi harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
• Mempunyai daya dukung yang mampu menahan beban dari tubuh
bendungan dalam berbagai kondisi
• Mempunyai kemampuan penghambat aliran filtrasi yang memadai, sesuai
dengan fungsinya sebagai penahan air.
• Mempunyai ketahanan terhadap piping dan boiling yang disebabkan oleh
aliran filtrasi.
Adapun pelaksanaan pengecoran Capping sebagai berikut.
a. Spraying
Sebelum dimulai akan dilakukan pembersihan pondasi beton dengan spraying
menggunakan air bertekanan untuk membersihkan material lepas dan kotoran
yang tidak diinginkan. Hal ini merupakan pekerjaan optional; yang akan
dilakukan jika memang diperlukan. Namun jika dari visual fondasi timbunan
memungkinkan maka proses ini dapat dihilangkan.
b. Tulangan Beton Ulir
Besi tulangan harus ditempatkan pada posisi yang tepat dan jarak seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau atas perintah dari Direksi. Kecuali
ditunjukkan lain pada gambar atau atas perintah dari Direksi semua besi

10
tulangan harus ditempatkan pada posisi yang tepat sehingga mempunyai jarak
bersih minimum 25 mm antara besi tulangan demikian juga antara besi
tulangan dengan pekerjaan metal yang tertanam berdekatan, berkaitan dengan
persyaratan tersebut tidak boleh ada jarak minimum antara besi tulangan
kurang dari 1,2 kali ukuran maksimum dari agregat kasar.
c. Pemasangan Angkur
Angkur/Anchor Bolt atau sering disebut sebagai Anchor, merupakan sejenis
paku/pengait yang berfungsi untuk menyatukan struktur pembesian pada
capping. Pada umumnya Angkur memiliki bentuk L atau menyerupai huruf L
dan terbuat dari bahan besi baja. Angkur dibuat dari besi tulangan D25.
Angkur dipasang pada lokasi yang telah dilakukan penulangan, fabrikasi
dilakukan dengan membengkokkan besi ukuran 25 cm menyerupai huruf L.
Langkah pertama dalam pemasangan angkur adalah dengan melakukan
pengeboran pada titik lokasi yang akan diangkur sesuai dengan yang
ditentukan di gambar atau menurut petunjuk direksi. Setelah pengeboran
selesai dilakukan kemudian besi yang telah difabrikasi tadi dimasukkkan pada
lubang bor yang telah dibuat sebelumnya. Untuk mengisi lubang bekas sisa
pengeboran lubang di isi dengan campuran mortar hingga terkait pada besi
angkur yang telah dimasukkan. Kemudian setelah angkur terpasang semua
selanjutnya dilakukan pengecoran Capping.
d. Bekisting
Bekisting akan digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan membentuk beton
dan bentuknya harus sesuai dengan garis, tingkatan dan demensi yang
ditunjukkan dalam gambar. Bekisting harus kuat untuk menahan tekanan
akibat pengecoran dan vibrasi (penggetaran) beton dan memberikan
permukaan beton sesuai dengan kebutuhan dari pekerjaan penyelesaiannya.
e. Beton
Kualitas beton yang akan digunakan untuk Capping adalah beton mutu K-125.
Secara umum beton ditaruh dalam lapisan mendatar sedemikian rupa untuk
menjaga sampai selesai dari pengecoran, plastik horisontal dipakai pada
permukaan beton yang masih basah. Ketebalan untuk tiap layer bervariasi
antara 30 sampai 60 cm, atas persetujuan Direksi, dan pengecoran yang

11
dilakukan dengan kecepatan tertentu agar tidak ada permukaan beton yang
mencapai bidang awal tahap itu, sebelum semua beton tambahan dituangkan.
Sebelum pekerjaan pengerjaan fondasi bendungan dilakukan, harus dipastikan tidak
boleh ada material yang ditempatkan pada bagian zona inti kedap air dengan filter
bendungan utama. Sampai bagian fondasi tersebut telah selesai digali, dikeringkan dan
disiapkan dengan baik, sebagaimana disetujui oleh Direksi. Lebih jelasnya ada pada
Gambar 3.1 dan Gambar 3.2

Gambar 3.1 Proses Persiapan sebelum Pengecoran Fondasi Bendungan Utama


(sumber: Dokumentasi Pribadi)

12
Gambar 3.2 Proses Pengecoran Fondasi Bendungan Utama
(sumber: Dokumentasi Pribadi)

3.2.2 Pekerjaan Injeksi Semen pada Tubuh Bendungan Utama (Grouting)


Grouting adalah suatu proses pemasukan suatu cairan dengan tekanan ke dalam
ronngga atau pori, rakahan dan kekar pada batuan, yang dalam waktu tertentu cairan
tersebut akan menjadi padat dan keras secara fisika maupun kimiawi. Bahan yang
diinjeksikan berupa Semen Portland (PC) dan air serta bahan tambahan dengan
perbandingan tertentu atau bahan kimiawi.
Grouting dibuat dari campuran semen Portland dan air ditambah campuran-
campuran lain yang sesuai dengan saran dari Direksi. Campuran tersebut direncanakan
Penyedia Jasa dan harus disetujui Direksi agar sesuai dengan kondisi batuan yang
dijumpai. Penggunaan pasir atau bahan campuran lain harus disetujui oleh Direksi.
terlebih dahulu. Pada bendungan utama terdapat beberapa jenis grouting berdasarkan
kontrak yaitu :
a. Blanket grouting
Yang akan dilaksanakan pada kedalaman 5 meter, supaya batuan fondasi alas
zona inti bendungan menjadi kedap air dan tidak terjadi penurunan yang tidak
merata, serta menjadikan grouting tirai (curtain grouting) lebih mudah
dilaksanakan.

13
b. Curtain grouting
Dibuat untuk membentuk tirai atau lapisan kedap air atau lapisan yang
permeabilitas airnya rendah di fondasi batuan bendungan yaitu untuk
menghentikan. kebocoran air yang melalui bendungan, maka dilaksanakan
injeksi semen pada batuan yang bercelah dan pada bagian-bagian yang retak.
Pengaturan lubang grouting harus diatur sesuai dengan gambar yang telah
ditetapkan oleh direksi. Diameter lubang tidak boleh kurang dari 45 mm.
Packer harus dipasang 0.5 m di atas bagian atas yang akan di grouting. Pada
tahap pertama, packer harus dipasang 0.5 m dari permukaan batuan atau 0.5 m
diatas garis galian. Modifikasi tinggi grouting tahap pertama dilaksanakan
sesuai dengan yang disarankan oleh Direksi.
Sebelum melakukan injeksi semen perlu mencari terlebih dahulu nilai Lugeon
(LU) dengan injeksi menggunakan air, nilai LU adalah angka yang menunjukan batu
atau tanah mengalirkan air dalam liter per menit per meter kedalaman, pada tekanan 10
bar (1 bar =1,0197 kg/cm2), dimana 1 Lugeon setara dengan 1×10-5 cm/detik. (Pedoman
Grouting untuk Bendungan, 2005). Fungsi Grouting yaitu menurunkan permeabilitas,
meningkatkan kuat geser, mengurangi kompresibilitas dan mengurangi potensi erosi
internal terutama pada pondasi alluvial. Lebih jelasnya ada pada Gambar 3.5 dan
Gambar 3.6.

Gambar 3.3 Proses Deskrispi Batuan oleh Supervisi sebelum proses Grouting
(sumber: Dukumentasi Pribadi)

14
Gambar 3.4 Alat untuk Grouting
(sumber: Dukumentasi Pribadi)

3.2.3 Pekerjaan Penimbunan Bendungan Pengelak Hulu (Cofferdam Hulu)


Cofferdam/bendungan pengelak adalah sebuah bendungan sementara atau
penghalang yang digunakan untuk mengelakkan aliran atau untuk menutup suatu area
selama masa konstruksi. Desain dari sebuah cofferdam juga harus mampu memenuhi
persyaratan secara ekonomis. Pekerjaan pembangunan bendungan pengelak
direncanakan menjadi satu dengan bendungan dan terdiri dari material urugan batu.
Cofferdam ini dibangun di sebelah hilir dan hulu bendungan. Dalam pengerjaan
penimbunan bendungan pengelak hulu, yang harus dilakukan adalah mempersiapkan
fondasi dari urugan batu sesuai dengan spesifikasi yang sudah disetujui. Pengambilan
batu dari stockpile dengan menggunakan dumb truck, kemudian batu tersebut
dihamparkan secara merata dimulai dari bawah keatas dengan susunan lapisan pertama
batu-batu besar dengan diameter sesuai dengan spesifikasi teknis yang kemudian
diatasnya diberikan batu dengan ukuran yang lebih kecil.
Sebelum pelaksanaan timbunan dimulai perlu dilaksanakan trial embankment
masing-masing zona material untuk mengetahui jumlah lintasan (passing) yang
diperlukan, metode pemadatan dan kualitas material untuk mencapai persyaratan sesuai
spesifikasi teknis. Tahapan trial embankment sama dengan proses pekerjaan timbunan
pada umumnya, meliputi loading material, penghamparan sesuai dengan ketebalan
layer masing-masing zona berdasarkan spesifikasi teknis dan dilanjutkan dengan
pemadatan . Penghamparan material untuk trial embankment dilakukan dengan panjang

15
minimal 30 meter dan lebar minimal 5 meter atau selebar vibro roller yang rencana akan
digunakan. Pelaksanaan timbunan akan dimulai secara bertahap per zona material.
Namun selanjutnya penambahan masing-masing layer akan dilakukan secara bersama-
sama dengan toleransi selisih beda tinggi masing-masing material berdasarkan
spesifikasi teknis.
Peletakan batu yang lebih kecil ini digunakan untuk mengunci lapisan batu yang
sudah dihamparkan. Kemudian diatasnya ditumpuk dengan batu yang mempunyai
diameter lebih besar. Demikian berturut-turut sampai dengan puncak cofferdam.
Pembangunan cofferdam dimulai dari hulu dan bila sudah selesai dilanjutkan dengan
pembangunan cofferdam di hilir. Lebih jelasnya ada pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.

Gambar 3.5 Proses Penimbunan Cofferdam Hulu


(sumber: Dokumentasi Pribadi)

16
Gambar 3.4 Proses Density Test menggunakan alat Sand Cone pada Cofferdam hulu
(sumber: Dukumentasi Pribadi)

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bangunan Pelimpah (Spillway)


Bangunan pelimpah merupakan salah satu bangunan penting untuk keamanan
bendungan. Bangunan ini berfungsi untuk melepas air banjir, atau mencegah limpasan
air banjir melalui puncak bendungan. Bangunan pelimpah ini memiliki beberapa tipe
dan komponen, antara lain sebagai bangunan pengontrol, saluran pembawa, dan
peredam energi.
Berdasarkan peta situasi dan peninjauan lapangan di lokasi bendungan Cipanas,
tipe bangunan pelimpah yang sesuai adalah tipe pelimpah samping (side channel).
Lokasi pelimpah berada di sebelah kiri tubuh bendungan yang dibatasi dengan bukit.
Bentuk bangunan pelimpah samping tidak memerlukan tempat yang melebar, akan
tetapi memanjang.
Bangunan pelimpah samping ini terdiri dari lima bagian, yaitu saluran pengarah,
saluran samping, saluran transisi, saluran peluncur, dan peredam energi. Ambang
pelimpah direncanakan mampu melewatkan debit banjir dengan kala ulang 1000 tahun
(Q1000) yang diregulasi oleh waduk dengan kontrol debit PMF (QPMF). Mercu pelimpah
samping Bendungan Cipanas didesain dengan bentuk mercu Ogee pada elevasi +129,50.

4.2 Analisa Stabilitas Bendung


Stabilitas bendung merupakan perhitungan kontruksi untuk menentukan ukuran
bendung agar mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja padanya
dalam segala keadaan, dalam hal ini termasuk terjadinya angin kencang dan gempa bumi
hebat dan banjir besar. Syarat-syarat stabilitas kontruksi seperti lereng di sebelah hulu
dan hilir bendung tidak mudah longsor, harus aman terhadap geseran, harus aman
terhadap rembesan, dan harus aman terhadap penurunan bendung Perhitungan
konstruksi yang dilakukan untuk menentukan dimensi/ ukuran bendung (weir) supaya
mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja pada bendung dalam
keadaan apapun, termasuk banjir besar dan gempa bumi. Penyelidikan geologi teknik,
ditujukan untuk mengetahui apakah fondasi bendung cukup kuat, apakah rembesan
airnya tidak membahayakan konstruksi, dan apakah bendung akan dapat dioperasikan

18
bagi penggunaan airnya dalam jangka waktu yang lama minimal 30 tahun (Mawardi &
Memet, 2010).

4.3 Syarat Stabilitas Bendung


Syarat-syarat stabilitas bendung antara lain:
1. Pada konstruksi batu kali dengan selimut beton, tidak boleh terjadi tegangan
tarik.
2. Momen tahan lebih besar dari pada momen guling.
3. Konstruksi tidak boleh menggeser.
4. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang diijinkan.
5. Setiap titik pada seluruh konstruksi harus tidak boleh terangkat oleh gaya ke atas
(balance antara tekanan ke atas dan tekanan ke bawah).
Stabilitas bendung akan terancam dari bahaya-bahaya sebagai berikut:
1. Bahaya geser/gelincir (sliding)
a. Sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas fondasi.
b. Sepanjang fondasi.
c. Sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam fondasi.
Bendung dinyatakan stabil terhadap bahaya geser apabila hasil perbandingan
antara jumlah gaya vertikal dikalikan sudut geser tanah dengan jumlah gaya-gaya
horisontal harus lebih besar dari nilai keamanan yang ditentukan.
2. Bahaya guling (overturning)
a. Di dalam bendung.
b. Pada dasar (base).
c. Pada bidang di bawah dasar.
Bangunan akan aman terhadap guling, apabila semua gaya yang bekerja pada
bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus memotong
bidang guling dan tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan manapun, tiap bagian
bangunan diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada distribusi gaya-gaya
melalui momen lentur.
3. Kapasitas Daya Dukung Tanah Fondasi
Analisis kapasitas dukung (bearing capacity) mempelajari kemampuan tanah
dalam mendukung beban pondasi dari struktur yang terletak di atasnya. Kapasitas

19
dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat
pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah disepanjang
bidang-bidang gesernya (Hardiyatmo,2010).
4. Bahaya rembesan bawah tanah (piping)
Salah satu kerusakan fisik serta kegagalan fungsi pada bendungan adalah erosi
akibat mengalirnya air melalui lubang-lubang pada fondasi (piping). Ketika tekanan
rembesan keatas, maka tanah berada pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini
juga dapat mengakibatkan terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga terjadi
pipa-pipa didalam tanah disebut piping. Pipa-pipa yang membentuk rongga-rongga
dapat mengakibatkan fondasi bangunan mengalami penurunan, hingga menggangu
stabilitas bangunan (Hardiyatmo, 2010).
Bahaya terjadinya rembesan bawah tanah dapat dicek dengan beberapa metode
empiris, seperti metode Bligh, metode Lane, dan metode Koshia. Metode Lane yang
juga disebut metode angka rembesan Lane adalah metode yang dianjuran untuk
mencek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya erosi bawah tanah.
Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai, untuk bangunan-
bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-
hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit. Metode ini membandingkan
panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang kontak
bangunan/fondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan,
disepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45 dianggap
vertikal dan yang kurang dari 45 dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap
memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal,
(Hardiyatmo, 2010).

4.4 Data Teknis Pelimpah


Tabel 4.1 Data Teknis Pelimpah

Parameter Satuan

Pelimpah

Elevasi mercu pelimpah m +129.50

20
Parameter Satuan

Lebar pelimpah m 40,00

Side Channel m

Lebar m 9,00  15,40

Panjang m 40

Elevasi dasar ujung hulu m +124.50

Elevasi dasar ujung hilir m +120.50

Elevasi tembok sisi m +136.00

Kemiringan dasar 1/10

Transisi

Lebar m 15,00

Elevasi dasar ujung hulu m +120,50

Elevasi dasar ujung hilir m +120.50

Panjang m 38.35

Chuteway

Lebar m 15,00

Panjang m 80,457

Kemiringan dasar 1 / 4,4

Kolam peredam energi

Tipe Plunge Pool

Elevasi dasar m +65.40

Lebar m 55,00

21
Parameter Satuan

Panjang lantai m 73,00

4.5 Parameter Perencanaan


1. Tegangan yang diijinkan
Kondisi Normal
Tegangan tekan beton: K-225: ca = 225 kg/cm2
Tegangan Tarik Baja sa = 3200 kg/cm2
Kondisi Sementara
ca = 337,5 kg/cm2
sa = 5000 kg/cm2
Daya dukung rock ra = 80 kg/cm2
Gaya geser antara beton dan batu = 0.6
2. Berat Jenis
Beton bertulang = 2,4 t/m3
Beton tanpa tulangan = 2,2 t/m3
Pasangan Batu Kali = 2,2 t/m3
Pasir = 2,1 t/m3
Baja Tulangan = 7,85 t/m3
Air = 1,0 t/m3
Material timbunan kembal (Random)
wet = 1,80 t/m3
sat = 2,00 t/m3
 = 30,0
3. Koefisien Gempa
Horisontal = 0,159
Vertikal = 0
4. Koefisien tekanan tanah dengan rumus coulumb
Koefisien Tekanan Tanah Aktif (normal)
Koefisien tekanan aktif dihitung dengan metode Coulomb sebagai berikut :

22
Pa = 1/2.  . H2. Ka
2
cos ( − θ)
Ka = 2
2  sin( + δ)sin( − α) 
cos θ.cos(θ + δ)1 + 
 cos ( θ + δ)cos(θ − α) 

dimana :
P = tekanan tanah aktif (t/m)
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
 = berat isi tanah (t/m3)
H = tinggi dinding penahan (m)
 = sudut geser dalam tanah
 = sudut kemiringan permukaan dinding penahan terhadap
Garis vertikal
 = sudut kemiringan backfill material terhadap garis
horizontal
 = sudut geser antara tanah dengan dinding penahan
tanah dengan tanah =
tanah dengan beton  = /3
Tekanan Tanah Aktif (gempa)
2
cos ( − θ 0 − θ)
kea = 2

2  sin( + δ)sin( − θ 0 − α) 
cosθ cos θcos(θ + δ)1 + 
0
 cos(θ + θ 0 + δ)cos(θ − α) 

dengan:

kh
0 = tan-1.k (k = )
1 − kv

kh = koefisien gempa horisontal

kv = koefisien gempa vertikal

 = sudut geser antara tanah dengan dinding penahan

tanah dengan tanah  = /2

23
tanah dengan beton =0

catatan:

▪ jika   0, sin (  ) = 0
▪ jika  - 0   < 0, sin ( - 0 + ) = 0

o = tg -1. K

q
+

x Pa Pav

Pah

 N

N

Material Timbunan Kembali (Random Backfill)


Untuk kemiringan dinding penahan 1 : 0,30
Kondisi Normal
Dengan
 = 30,000
 = 0,000
 = /3 = 10,000
Maka,
2
cos ( − θ)
Ka = 2
2  sin(φ + δ)sin( − )
cos θ.cos(θ+ δ)1 + 
 cos(θ + δ)cos(θ− ) 

= 0,333
Kondisi Gempa
Dengan
 = 33,000
 = 9,8710

24
0 = 14,5250
 = /2 = 16,000
Maka,
2
cos ( − θ 0 − θ)
Kea = 2
2
 
sin( + δ)sin( − θ 0 − α)
cosθ .cos θ.cos(θ+ θ + δ)1 + 
0 0
 cos(θ + θ 0 + δ)cos(θ− α) 

= 0,428
5. Analisa Stabilitas Bendung
Stabilitas dimensi pada ambang dan dinding penahan tanah perlu dikontrol.
Beberapa kondisi stabilitas beserta angka keamanan yang harus dipenuhi
sebagai berikut:

a. Stabilitas Terhadap Geser


f. V
SF =
H
b. Stabilitas Terhadap Guling

SF =
Mv
Mh

e=
 Mv −  Mh − B <
L
<
L
V 2 3 6

c. Daya Dukung Pondasi

e
L
12 =
 V (1  6e )
6 → A B

L L
6<e< 3 →  max =
V
B
3.( − e)L
2

Faktor keamanan untuk perencanaan sebagai berikut:


a. Kondisi Normal
▪ Faktor keamanan untuk geser FS  1.5

25
▪ Faktor keamanan untuk guling FS  1.5
▪ Eksentrisitas, e  B/6
▪ Daya dukung (maksimum = 100 t/m2)
b. Kondisi Gempa
▪ Faktor keamanan untuk geser FS  1.20
▪ Faktor keamanan untuk guling FS  1.20
▪ Eksentrisitas, e  B/3
▪ Daya dukung (maksimum = 150 t/m2)
6. Kondisi Pembebanan
▪ Tekanan hidrostatis
Pw = 0,5 . w . h2
Dimana :
w = berat jenis air (t/m3)
h = kedalaman air (m)
▪ Tekanan air dinamik
Pd = 7/12 . kh . w . (h)2
Dimana :
w = berat jenis air (t/m3)
kh = koefisien gempa horisontal
h = kedalaman air (m)
y = 0,4 H (m)
▪ Berat struktur
W = c. V
Dimana :
c = berat jenis beton (t/m3)
V = volume beton (m3)
▪ Tekanan tanah aktif
Pa = 0.5 ka t h2
Dimana :
t = berat jenis tanah timbunan (t/m3)
Ka = koefisien tekanatanah aktif

26
h = kedalaman timbunan tanah (m)

4.6 Analisa Stabilitas Bangunan Mercu


Dalam perencanaan ini stabilitas mercu ambang dan dinding penahan tanah yang
dihitung hanya pada bagian bangunan dengan dimensi terbesar saja.

Kondisi perencanaan yang ditinjau sebagai berikut:

9.79
0.50 2.63 5.14 1.52 9.79

+ 129.50

5.00 7.35

+ 122.15
0.50 + 124.00 0.15
0.50
0.50 1.85
0.50 0
1.10
8.1
8.10

0.50 1.00 0.50 3.04 1.29 3.46 9.79

Kondisi pembebanan yang diperhitungkan adalah :


Kondisi ekstrim
Kasus 1-1 Kondisi banjir dengan tekanan uplift
Kasus 1-2 Kondidi banjir tanpa tekanan uplift
Kasus 2-1 Kondisi normal dengan gempa dan tekanan uplift
Kasus 2-2 Kondisi normal dengan gempa tanpa tekanan uplift
Kondisi normal
Kasus 3-1 Kondisi normal dengan tekanan uplift
Kasus 3-2 Kondisi normal tanpa tekanan uplift

27
Perhitungan stabilitas ambang pelimpah dihitung pada kondisi normal, kondisi
normal dengan gempa dan kondisi banjir. Stabilitas dikontrol terhadap :
1. Stabilitas terhadap guling
2. Stabilitas terhadap geser
3. Daya gukung tanah
Gaya luar yang bekerja pada badan bendung pelimpah termasuk beban mati,
tekanan hidrostatis, tekanan sedimen, uplift (gaya angkat) dan gaya akibat
gempa

A. Parameter
Berat jenis beton bertulang = 2,40 t/m3
Berat jenis tanah = 1,54 t/m3
Kohesi = 3,38 t/m2
Koefisien tekanan tanah = 0.50
Koefisien uplift = 0.67
Koefisien geser =
0.70 Koefisien gempa
= 0.159

B. Gaya luar yang bekerja pada ambang pelimpah


Gaya luar yang bekerja pada ambang pelimpah adalah sebagai berikut:
▪ Beban mati (W)
▪ Tekanan hidrostatis (P)
▪ Tekanan Uplift (U)
▪ Tekanan tanah (tekanan sedimen) (Pe)
▪ Gaya gempa (F)
Skema gaya luar yang bekerja pada ambang pelimpah disajikan pada gambar
berikut ini :

28
a. Gaya eksternal yang bekerja pada ambang pelimpah (kondisi banjir)

P
P

P P
Pe W

P
P
O

b. Gaya eksternal yang bekerja pada ambang pelimpah (kondisi normal


dengan gempa)

Pe W

P P
O

29
C. Rekapitulasi perhitungan gaya luar pada bendung pelimpah adalah :
Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan gaya luar pada bendung pelimpah
▪ Kondisi Banjir

Item Gaya Momen


Vertikal Horisontal
Beban mati -118.16 - -673.87 -
Tekanan hidrolik -32.55 53.76 -154.73 199.02
Tekanan uplift 50.04 - 274.46 -
Tekanan sedimen - 4.18 - 19.94
Gaya gempa - - - -
Total -100.67 57.94 -554.14 218.96
Total (tanpa uplift) -150.71 57.94 -826.60 218.96

▪ Kondisi Muka Air Normal (dengan gempa)

Item Gaya Momen


Vertikal Horisontal
Beban mati -118.16 - -673.87 -
Tekanan hidrolik -2.50 30.81 -23.85 87.25
Tekanan uplift 27.61 - 158.16 -
Tekanan sedimen - 4.18 - 19.94
Gaya gempa - 18.80 - 107.24
Total -93.05 53.79 -539.56 214.43
Total (tanpa uplift) -120.66 53.79 -697.72 214.43

▪ Kondisi Muka Air Normal

Item Gaya Momen


Vertikal Horisontal
Beban mati -118.16 - -673.87 -
Tekanan hidrolik -2.50 30.81 -23.85 87.25
Tekanan uplift 27.61 - 158.16 -
Tekanan sedimen - 4.18 - 19.94
Gaya gempa - - - -
Total -93.05 34.99 -539.56 107.19
Total (tanpa uplift) -120.66 34.99 -697.72 107.19

30
D. Analisa Stabilitas

1). Analisa Terhadap Guling

Jarak eksentrisitas harus memenuhi syarat berikut ini.

e = |ΣM / ΣV – L /2|

= < L / 6 (normal),

= < L / 3 (gempa)

dimana : e adalah jarak eksentrisitas ( m )

L adalah lebar pondasi ( m )

Tabel 4.3 Rekapitulasi analisa terhadap guling


Kasus
1-1 1-2 2-1 2-2 3-1 3-2
ΣM -335.18 -609.64 -325.13 -438.29 -432.37 -509.53
ΣV -100.67 -150.71 -93.05 -120.66 -93.05 -120.66
L 9.79 9.79 9.79 9.79 9.79 9.79
L/2 4.90 4.90 4.90 4.90 4.90 4.90
e = |ΣM / ΣV -L/2 | 1.57 0.85 1.40 0.89 0.25 0.00
L/6 1.63 1.63 1.63 1.63 1.63 1.63
L/3 3.26 3.26 3.26 3.26 3.26 3.26
e = < L/6 Ok Ok
e = < L/3 Ok Ok Ok Ok

2). Analisa Terhadap Geser

Berikut ini kondisi yang harus memenuhi stabilitas geser

SL = (ΣV/ ΣH) x f

SL = > 1.5 (normal)

= > 1.2 (gempa)

Dimana : f adalah koefisien geser pada tanah

31
Tabel 4.4 Rekapitulasi analisa terhadap geser
Kasus
1-1 1-2 2-1 2-2 3-1 3-2
ΣV 100.67 150.71 93.05 120.66 93.05 120.66
ΣH 57.94 57.94 53.79 53.79 34.99 34.99
F= 0.7 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70
ΣV / ΣH 1.74 2.60 1.73 2.24 2.66 3.45
(ΣV / ΣH) × f 1.22 1.82 1.21 1.57 1.86 2.41
SL 1.5 Ok Ok
1.2 Ok Ok Ok Ok

3). Analisa terhadap daya dukung tanah fondasi


p = ΣV / A (1+ 6e / L )

dimana

p = kekuatan tekanan tanah yang terjadi pada kedua ujung pada fondasi

(t/m2)

Tabel 4.5 Rangkuman Analisa terhadap daya dukung fondasi


Kasus
1-1 1-2 2-1 2-2 3-1 3-2
ΣV -100.67 -150.71 95.05 -120.66 -93.05 -120.66
L 9.79 9.79 9.79 9.79 9.79 9.79
e 1.57 0.85 1.40 0.25 0.25 0.00
(1+6e/L) 1.96 1.52 1.86 1.55 1.85 1.00
(1+6e/L) 0.04 0.48 0.14 0.45 0.85 1.00
p = ΣV / A (1+6e/L) -20.15 -23.21 -17.66 -19.04 -10.95 -12.33

Daya dukung pondasi harus memenuhi persyaratan dari rumus berikut ini :

qu = a c Nc + r z Nq + b r B Nr

dimana

qu = daya dukung ultimate (t/m2)

c = kohesi, tegangan kohesi (t/m2)

Nc, Nq dan Nr = faktor daya dukung

r = berat jenis tanah (t/m2)

B = lebar dari fondasi lajur (m)

32
a dan b = faktor bentuk

z = kedalaman pondasi dibawah permukaan

Berikut ini adalah hasil perhitungan tegangan tanah fondasi yang terjadi
dibandingkan dengan daya dukung ijin pondasi yang disyaratkan.

Tabel 4.6 Perbandingan hasil perhitungan tegangan tanah fondasi dengan


daya dukung fondasi
Kasus
1-1 1-2 2-1 2-2 3-1 3-2
p = ΣV / A (1+6e/L) 20.15 23.41 17.66 19.04 10.95 12.33
1/3 qu 327.76 327.76 327.76 327.76 327.76 327.76
1/2 qu 491.64 491.64 491.64 491.64 491.64 491.64
1/3 qu > p Ok Ok
1/2 qu > p Ok Ok Ok Ok

4.7 Analisis Rembesan


Analisis rembesan bendungan cipanas dilakukan dengan metode elemen hingga
(finite element), dengan menggunakan perangkat lunak program SEEP/W. Analisis
rembesan dilakukan dengan pada kondisi aliran langgeng (steady seepage), pada muka
air waduk normal (NHWL), yaitu pada EL.129,50 m.
Program SEEP/W mempunyai kemampuan untuk menganalisis timbunan yang
anisotropik dimana koefisien permeabiltas atau konduktivitas arah horizontal (kh) dan
arah vertikal (kv) tidak sama. Untuk tanah yang dipadatkan cukup baik, biasanya nilai
kh = 5 kv. Dalam program SEEP/W, nilai kh selalu sebagai masukan (input), dan nilai
kv dihitung berdasarkan nilai kv dikalikan dengan ratio anisotropik (anisotropic ratio).
Oleh karena kh = 5 kv, maka ratio anisotropik sebesar 0,2 perlu sebagai input dalam
program SEEP/W.
Besarnya rembesan yang melalui bendungan harus lebih kecil dari ketentuan yang
disyaratkan, yaitu sebesar 1% dari inflow rata-rata yang masuk ke waduk.

qf = 4,154-006 m3/det.per meter lebar bendungan.

Elevasi puncak bendungan = EL. 136,00 m

Elevasi dasar bendungan = EL. 62,00 m

Tinggi bendungan (H) = EL. 136,00 m – EL. 62,00 m =74,0 m

33
Luas penampang memanjang bendungan (A) = 14.156 m2 (diukur)

Lebar ekivalen memanjang bendungan (Bek) = A/H = 14.156/74 = 191 m

Sehingga jumlah rembesan yang melalui bendungan:

Qr = qf × B ek = 0,000004154 m3/det/m × 191 m = 0,04 m3/det (aman)

▪ Pemeriksaan Terhadap erosi buluh (Piping)

Faktor keamanan terhadap erosi buluh pada zona inti lempung dinyatakan sebagai
perbandingan antara gradien kritis (lc) dengan komponen vertikal dari gradien keluaran
(ly).

𝑙𝑐
FK = ≥ 4 Tanpa filter
𝑙𝑦

≥ 2 Dengan filter

𝐺𝑠−1
Lc =
1+𝑒

Dimana

FK = faktor keamanan

lc = gradien keluar kritis

ly = gradien keluaran dari hasil analisis rembesan

Gs = berat spesifik material zona inti

e = angka pori material zona inti

dari hasil uji laboratorium untuk zona inti lempung di borrow area TPC-6 diperoleh:

Gs = 2,561

e = 1,338

2,561−1
lc =
1+1,338

lc = 1,11

34
dari hasil analisis rembesan terlihat besarnya komponen vertikal gradien keluaran
atau y-gradien adalah :

ly = 0,335 Sehingga:

1.11
FK =
0,335

= 3,31 > 2 (aman)

35
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil mengamati langsung jalannya pekerjaan di lapangan dan hasil
menganilisis stabilitas bendung pada proyek pembangunan bendugan cipanas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis stabiltas bendung meliputi analisis guling,geser dan daya dukung
tanah fondasi untuk kondisi ekstrim dan kondisi normal untuk semua kasus sudah
bisa dikatakan aman.
2. Dari hasil analisis rembesan didapat 0,04 m3/det (aman), rembesan bendungan harus
lebih kecil dari ketentuan yang disyaratkan, yaitu sebesar 1% dari inflow rata-rata
yang masuk ke waduk dari hasil tersebut bisa dikatakan sudah aman.
3. Untuk hasil pengamatan terhadap metode pelaksanaan pekerjaan capping,grouting
dan cofferdam hulu semua sudah sesuai detail engineering design yang sudah
disepakati dalam kontrak kerja oleh pengguna jasa dan penyedia jasa.
4. Dalam proyek bendungan penulis melihat bahwa peran ahli geoteknik sangatlah
dibutuhkan, mulai dari pekerjaan dilapangan maupun pada laboraturium tanah.
Terutama dalam masalah mendesain filter, dimana pada lapisan filter terdapat
perilaku air yang melalui media berpori yaitu filter itu sendiri dan ini merupakan
ranah dari geoteknik. Adapula proses grouting yang penulis menilai pentingnya ada
ahli geoteknik untuk menentukan kedalaman grouting pada saat keadaan di lapangan
tidak memungkinkan mengikuti kedalaman sesuai dengan apa yang sudah di sepakati
bersama dalam detail engineering design.

5.2 Saran
Pada proses Quality control pada pekerjaan di area cofferdam dan main dam, harus
benar-benar di perhatikan karena kunci dari berhasilnya bendungan itu sendiri adalah
kepadatan dan jenis material. Rembesan yang di terjadi harus sesuai seperti analisis yang
sudah dilakukan sebelumnya. Karena jika spesifikasi material atau kepadatan salah satu
layer timbunan tidak susuai spesifikasi bisa berakibat fatal kedepannya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H.C. 2015. Pondasi II Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Soedibyo. 2003. Teknik Bendungan Cetakan Kedua. Jakarta: PT Pradnya


Paramita.

Sosrodarsono, S. 1977. Bendungan Tipe Urugan Cetakan Keempat. Jakarta:


Direktur Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga
listrik.

37
LAMPIRAN

38
NO. GAMBAR : £-14

t
I t
,---~ I. . '--· ~%
~% ~ ....
~~----------Lr~~~~~~-~~-~~~~~-~--~-~-~~~--~--~-~--~-~· -~-:?!!'-·- --~-.
~---.---rZ<-
-:-: -:_ : - -: - -:- -:: _- - -
11

~
o
~~
~::_ ~
N-....&..·-·+f··-:"'..._..._. ___ , ___,_,_. ___ . ___ , _ , _ . _ . l l l :____ _ _ : - · - - -
_
l _____
-----~,.
.lil_._.a.
1"1
.
.... ____
11
-- 0

. . ·-----·-·----~-:-H
..... - - - I I
• ~
II
· -

·-·-·-
--
;;: it.

-. o.25 1Dl,~~;:;;~~~----~~~L~!~-~-~-~-~--~-------a-.--.
o.20f--~ ws;:--
(:"""-..., ,._ ! ~--~~-~.
1 _
····--·¥'·
~........
i_____

_
..~~--------~~~~~r6
_
nr __ -

_
r--... -
L - "'- ':::-""'- J
-· - ---- · --·- - -· - -- --- · 4 . . ·- - : --- PENUI.ANGAHSALOKUTAMA
I_-·-····"~······

"!I II
· --·-------+-...li II U II I§
I 9r.IIA A

,
t
I
..J.in . ··-···- .......

p.40
-···-
1.50
- ..

.2.00 .. 2.00 . 2,00 2.00 2.00 2.00


TI
150 Jl + 11
I .

.I ~
I 19{,
I· .:·
-~
! IJl .I
.J'\
i
I I ~-
~~~=9rrr~~sm==9r~==~ 9
~

Rf
.l
1l
II
ll
-
Jl
II 11 11
It Jt
·Jl 1~1
.JI·
I
11
-~
I
...
...
'"
LI
t
7.70 l
ts!oo
7.70

POTONGAN A-A
SIW.A A

0.20 0.20

~ L
I
J.po
0
"'c:i ~I

r·~l
0

2.~ . T0.25] [liJ Ot.J


C'
Ot.J-250 N 0
I c:i "!
0
0
I

~
I 0

ci
I

~ II JI
0 4022
i 0
7022
0
"'ci
I ~~~~~7022

l el
0
i i
1
I j 0.40

~
I ~
I
I
a I
I l 0.40 J
I MNees.eAWilAYAHSlN3MCIMIQUC~
,........,.

--
• SER'lh<ASI. a."SWN
POTONC'.Nt B-8 O&:KTOI1AT ·JENOEiW.. SUM1!e! DAYA Mt SENOUNGAH CIIWIAS (TAP.~ •}
Sk.IUI e

6I<ALA A : o. ; .o-==--==:=s::..;v==·=====15:::..oM
0,0 2.0 ....

0,0 05 1.0M
c
NO. GAMBAR E-11

£L78.00
----~-- ------------- -~ ....._
I ~­

!
t.4i""'iriiat • £L6l.40
0... 13..70 \,~
~-

40,00 J 8..66.40
EL78.00

40.00

t'RORl >TILliNG BASIN


DENAH STILLING BASIN uKAI.A A
SKALA A

)I '
I

Angker '32 /
I 40,00 15.(}}

l=3 m
DETAIL STILLING BASIN
TANPASKALA

Dt
0.501
D2
0.30 m
0.20 m
7.80 m
o.z_v
li
'
c;·:, .
!

0.20< 1.60 m
O.Ol:D2 0.20 m
0.1502 1.20 m
L 40.00 m
~BESNlYIU\YNi~Ot.INU<~
L------------------~ OlfEK10RAT .Bf)8W. ~ l:li".YA AIR

DETAil CUTE BLOCK DETAIL END SILL


7Al>t.PASK..AJ..A
NO. GAMBAR : E-11

-------------------~
--
CIQD!Oac • £Ul.40
B.. 13.70

66.40

~ROFiL STILLING BASIN


SKALA A
OENAH STILLING BASIN
SKAlA A

,..._
-- --- --
----
/
/
/
·// ·.·.
// Cute block ---
/// ~ a 63.10
/
/
/

EL63.40

I I
/

I I1
Angker tl25 _/
L~2 m

40.00 15.0.)

Angker t132 /
L==J m
DETAIL STILLING BASIN
TAt-F.~ A SKALA

2.:;
D1 0.30 m
0.50t 0.20 m
D2 7.80 m
0.202 1.60 m
0.0202 0.20 m
0.1502 1.20 m
L__L_________4_o_.o_o_:_j

..;:":;)>
'\ ·~:~·

DETAiL CUTE BLOCK DETAIL END SILL


10.0 r A.I.JPA.. S1<.AL_ ...
0
1..,_
NO. GAMBAR : £-12
g
,..,_0
... ~
0
16; lci; "'
,+ "'
rt ,+
N
,+g
N N
J+
co
VI
It
VI
,+ ""
J+
V4
t+
0>
u
J+
co ,+
~

0
+
lin
"'0
0 .j>.
0 0 0 0
~
0 0 0 0 0 0 0 ez,
0

APRON
EL124.00 20.00. ...20.00... _ 20.00 .... 20.00 ..... 20.0{L 20.00.... 15.5L -r-;10.6 9.39 . 20.00 ..20.oo..J2o.oo_ .Jl..54 ..
YL39

'
'

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
v ro
..,. 0 N ~ IX) 0 N -.r 00 0 N "<t' IX) 0 N
0
+
N
+ +
<D-
+ + + + "'+ + + + + "'+ + n+
+ + "'
n+
+
v+
+
0

I
0 0 0 0

,, i
N

I
N
I

I
N N N t') I"') t') v

tI I

r
I

___ ......
I
,...------- As BendurJ9rin
)' 'II I I
CONSTRUCTION JOINT
----
150.0 ..- ..-
140.0
-
..- ..- -.

'
/
I
Muko Tonoh Asli
/Podo As Bongurwn
130.0
,. 120.0
I<;,__- ""!
Vi ' 0
~ 110.0

i1
~
w
100.0

90.00

80.00 .12.361 20.71 20.00 20.00 20.00


' ...... __
70.00 I ---
60.00 I
I
l
20.00 20.00 20.00 20.00 , I 2o.oo 20.00
' 5.i9
4D.OO 37.85 I 175.52 40.00 I
Ambong peiimpoh So!uran TrGnsisi 1 Soluron :'eluncur kolom oiak

POTONGAN MEMANJANG BANGUNAN PEUMPAH

EWAI BESAAWlAY/IHSUI«Wet.WU<~
DR3<iCAAT J6o()6W. SI.Ml81 O...YA AEt

1S 10
NO. GMlBAA E-01
,.,_0
g 1.,_
0
0
~
0 tt ~

0
0
,J; I

i !;!; t+ ,+0> lit ,+


N
t+
N
,+
N N
I+
N

~~
u
16 ,+'-"
,+
VI
,+
VI
,+
u
,+ ~ +
lln
• f ~
0
l'8
0
0
~
0 0 0
0
0
N
0 ~ 0
0>
C) 0
N
0 ~
0>
C)
CD
C)
0
0 0.
0

~~~~~~~~~~~;JB~~~~~~--~
~~~~~~======$=~~=l=t==~~-r----t----t----::t:::::::===1:..-i~ EL78.00 :J

APRON
EL.124.00 'J.4-.9l .20.00 20.00 - -20:00. ~.. 20.00..... 20..00...... 20.00..... 20.00 14.61

J~ I!
··•. Cpl~~tor Drpin l?l s·
-o.r-.allig penmp-ah"·· --

r I
0 0 0 C)
0 0 ..,.
0 0 0
«>
0 0
N
0
..q-
0
<0
0
IX)
0
0
0
N
0
...r
0
<0
0
IX)
0
0
0
N
0
..q-
"'+ IX)
+
0 N
0
+
0
N
0
+ +
0
<0
+
0 C)
+
0
+ + + + + +
N
+
N
+
N
+
N
+
N
+
......, +
......, +
t') t') t') ....+ +
..q-

I I

I I II
I I -------
..
As Bendungoo

----
I
I
- I Muko Tanoh Asli
. ·Podci As Bongunon

Cple(:tor Drain 0 8"


. · Dtndmg pelimpah ·

Lil ot
Ctntr. iom,
~t.9iV B·

rj
.J
w

12.00~0.5
90.00
i
80.00 lro;o 12.00 15.00 .12.J6 20.11 I 2o.ob
70.00
\ Colector Drain 0 8"
Lontoi pelimpoh ---
60.00 I
I
I
20.00 I 20.00 20.00

Ambong pelimpoh
40.00 I 37.86
Soluron Tronsisi 1
175.52
Soturon Peluncur
40.00
kolam o!ak.

POTONGAN MEMANJANG BANGUNAN PEUMPAH

8AI.AJ BESAA M.AYAHSI.JGAICioWU<~


~T .9alW.. SIM3ER OAYA NR
_.., ..,.,..,.. .I+J. C)~ 4lltal.,_, (11211 , . . . . , . F-. ( (11:11 , .,.,.

1:750

Anda mungkin juga menyukai