Disusun oleh
19/449753/PTK/13012
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akademis dalam mencapai derajat
S2 pada Program Studi Magister Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, FT UGM
Disusun oleh
Roberth Evander Meidudga
19/449753/PTK/13012
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan serta kelancaran dalam melaksanakan praktik lapangan, yang telah dilakukan
selama enam minggu di PT.Wijaya Karya. Pada Proyek Pembangunan Bendungan
Cipanas Sumedang Provinsi Jawa Barat. Laporan ini dapat disusun dengan sebaik-
baiknya tentunya dengan bantuan dari beberapa pihak yaitu:
1. Bapak Dr.Ir. Ahmad Rifa’i, M.T. sebagai dosen pembimbing yang telah membantu
dan selalu memberikan masukan terhadap laporan ini.
2. Bapak Ngatemin, S.T.,M.T. sebagai Project Manager pada proyek pembangunan
bendungan cipanas.
3. Bapak Kardio Sebagai kepala laboraturium tanah pada proyek pembangunan
bendungan cipanas.
4. Bapak Reza Apriadi,S.T. dan Bapak Ferdinand Napitupulu.S.T. Pelaksana Utama
dan juga sebagai pembimbing lapangan pada proyek pembangunan bendungan
cipanas.
5. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam pelaksanaan praktik lapangan.
Sekian kata pengantar dari saya, kritik dan saran membangun dari pembaca sangat
saya harapkan untuk laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………….………………………………………….. i
KATA PENGANTAR.……………..………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………...……………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………..………………………………………………….….. v
DAFTAR TABEL………………..………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN…………...…………………………………………….... 1
iii
(Cofefferdam Hulu)…………………………………………….. 15
BAB V PENUTUP……………………………………………………………….... 31
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 36
5.2 Saran…………………………………………………………………... 36
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 37
LAMPIRAN……………………………………………………………………….
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta lokasi proyek kabupaten sumedang dibuat oleh penulis……….... 3
Gambar 1.2 Peta situasi proyek bendungan cipanas diambil dari google earth…… 3
Gambar 2.1 Plan bendungan utama (PT. Wika-Jakon)………………………….... 5
Gambar 2.2 Struktur organisasi kantor PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. diambil
dari https://www.wika.co.id/id/pages/organization-structure.............. 6
Gambar 2.3 Struktur organisasi proyek Wika-Jakon (data PT. Wika-Jakon)…… 7
Gambar 2.4 Bagan alir praktik lapangan…………………………………………. 9
Gambar 3.1 Proses persiapan sebelum pengecoran fondasi bendungan utama
(dokumentasi pribadi)……………………………………………….. 12
Gambar 3.2 Proses pengecoran fondasi bendungan utama (Dokumentasi Pribadi). 13
Gambar 3.3 Proses deskripsi batuan oleh supervisi sebelum proses grouting
(dokumentasi pribadi)……………………………………………….. 14
Gambar 3.4 Alat untuk grouting (dokumentasi pribadi)…………………...…….. 15
Gambar 3.5 Proses penimbunan cofferdam hulu (dokumentasi pribadi)…………. 16
Gambar 3.6 Proses density test menggunakan alat sand cone pada cofferdam hulu
(dokumentasi pribadi)……………………………………………….. 17
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
terhadap daya dukung tanah fondasi), analisa potensi piping dan metode pelaksanaan
dengan menggunakan data yang tersedia.
2
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Kabupaten Sumedang
(sumber:Penulis)
3
BAB II
ORGANISASI PROYEK
4
Gambar 2.1 Plan Bendungan Utama
(sumber: Data PT.Wika-Jakon)
5
perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan. Struktur organisasi perusahaan
secara umum terbagi dua yaitu struktur organisasi kantor (office organization structure)
dan struktur organisasi proyek (project organization structure). Struktur organisasi
kantor sifatnya lebih permanen daripada struktur organisasi proyek.
Struktur organisasi kantor dikepalai oleh seorang direktur utama. Secara umum
terbagi menjadi 6 Direktorat yaitu direktorat keuangan, direktorat human capital dan
pengembangan, direktorat (quality,health,safety dan environment), direktorat operasi ,
direktorat operasi 2, direktorat operasi 3.
Struktur organisasi proyek sifatnya tidak permanen atau sementara, tergantung
dengan proyek yang akan dilaksanakan. Struktur organisasi proyek bisa saja berganti
saat proyek sedang berlangsung tergantung dengan kondisi di lapangan. Struktur
organisasi proyek dipimpin oleh seorang project manager dan terdiri dari beberapa kasie
yaitu kasie ka, kasie komersial, kasie teknik dan pelaksana utama. Lebih jelasnya ada
pada gambar struktur organisasi kantor dan struktur organisasi proyek pada Gambar 2.2
dan Gambar 2.3.
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kantor PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
(sumber: https://www.wika.co.id/id/pages/organization-structure)
6
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek (Wika-Jakon)
(sumber: Data PT.Wika-Jakon)
7
2.5 Metode Praktik Lapangan
Praktik lapangan merupakan salah satu mata kuliah wajib 2 SKS di program
studi Starata 2 Departemen Teknik Sipil UGM. Dalam pelaksanaanya, terdapat 3
tahapan yaitu tahapan awal, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan hasil
praktik lapangan.
8
2.5.3 Tahap Akhir
Tahap akhir yaitu berupa penyusunan laporan praktik lapangan yang dilakukan
dengan selesai melaksanakan praktik lapangan. Penyusunan laporan harus melalui
bimbingan oleh dosen pembimbing dan merupakan syarat wajib untuk penilaian akhir
mata kuliahpraktik lapangan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.4.
9
BAB III
10
tulangan harus ditempatkan pada posisi yang tepat sehingga mempunyai jarak
bersih minimum 25 mm antara besi tulangan demikian juga antara besi
tulangan dengan pekerjaan metal yang tertanam berdekatan, berkaitan dengan
persyaratan tersebut tidak boleh ada jarak minimum antara besi tulangan
kurang dari 1,2 kali ukuran maksimum dari agregat kasar.
c. Pemasangan Angkur
Angkur/Anchor Bolt atau sering disebut sebagai Anchor, merupakan sejenis
paku/pengait yang berfungsi untuk menyatukan struktur pembesian pada
capping. Pada umumnya Angkur memiliki bentuk L atau menyerupai huruf L
dan terbuat dari bahan besi baja. Angkur dibuat dari besi tulangan D25.
Angkur dipasang pada lokasi yang telah dilakukan penulangan, fabrikasi
dilakukan dengan membengkokkan besi ukuran 25 cm menyerupai huruf L.
Langkah pertama dalam pemasangan angkur adalah dengan melakukan
pengeboran pada titik lokasi yang akan diangkur sesuai dengan yang
ditentukan di gambar atau menurut petunjuk direksi. Setelah pengeboran
selesai dilakukan kemudian besi yang telah difabrikasi tadi dimasukkkan pada
lubang bor yang telah dibuat sebelumnya. Untuk mengisi lubang bekas sisa
pengeboran lubang di isi dengan campuran mortar hingga terkait pada besi
angkur yang telah dimasukkan. Kemudian setelah angkur terpasang semua
selanjutnya dilakukan pengecoran Capping.
d. Bekisting
Bekisting akan digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan membentuk beton
dan bentuknya harus sesuai dengan garis, tingkatan dan demensi yang
ditunjukkan dalam gambar. Bekisting harus kuat untuk menahan tekanan
akibat pengecoran dan vibrasi (penggetaran) beton dan memberikan
permukaan beton sesuai dengan kebutuhan dari pekerjaan penyelesaiannya.
e. Beton
Kualitas beton yang akan digunakan untuk Capping adalah beton mutu K-125.
Secara umum beton ditaruh dalam lapisan mendatar sedemikian rupa untuk
menjaga sampai selesai dari pengecoran, plastik horisontal dipakai pada
permukaan beton yang masih basah. Ketebalan untuk tiap layer bervariasi
antara 30 sampai 60 cm, atas persetujuan Direksi, dan pengecoran yang
11
dilakukan dengan kecepatan tertentu agar tidak ada permukaan beton yang
mencapai bidang awal tahap itu, sebelum semua beton tambahan dituangkan.
Sebelum pekerjaan pengerjaan fondasi bendungan dilakukan, harus dipastikan tidak
boleh ada material yang ditempatkan pada bagian zona inti kedap air dengan filter
bendungan utama. Sampai bagian fondasi tersebut telah selesai digali, dikeringkan dan
disiapkan dengan baik, sebagaimana disetujui oleh Direksi. Lebih jelasnya ada pada
Gambar 3.1 dan Gambar 3.2
12
Gambar 3.2 Proses Pengecoran Fondasi Bendungan Utama
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
13
b. Curtain grouting
Dibuat untuk membentuk tirai atau lapisan kedap air atau lapisan yang
permeabilitas airnya rendah di fondasi batuan bendungan yaitu untuk
menghentikan. kebocoran air yang melalui bendungan, maka dilaksanakan
injeksi semen pada batuan yang bercelah dan pada bagian-bagian yang retak.
Pengaturan lubang grouting harus diatur sesuai dengan gambar yang telah
ditetapkan oleh direksi. Diameter lubang tidak boleh kurang dari 45 mm.
Packer harus dipasang 0.5 m di atas bagian atas yang akan di grouting. Pada
tahap pertama, packer harus dipasang 0.5 m dari permukaan batuan atau 0.5 m
diatas garis galian. Modifikasi tinggi grouting tahap pertama dilaksanakan
sesuai dengan yang disarankan oleh Direksi.
Sebelum melakukan injeksi semen perlu mencari terlebih dahulu nilai Lugeon
(LU) dengan injeksi menggunakan air, nilai LU adalah angka yang menunjukan batu
atau tanah mengalirkan air dalam liter per menit per meter kedalaman, pada tekanan 10
bar (1 bar =1,0197 kg/cm2), dimana 1 Lugeon setara dengan 1×10-5 cm/detik. (Pedoman
Grouting untuk Bendungan, 2005). Fungsi Grouting yaitu menurunkan permeabilitas,
meningkatkan kuat geser, mengurangi kompresibilitas dan mengurangi potensi erosi
internal terutama pada pondasi alluvial. Lebih jelasnya ada pada Gambar 3.5 dan
Gambar 3.6.
Gambar 3.3 Proses Deskrispi Batuan oleh Supervisi sebelum proses Grouting
(sumber: Dukumentasi Pribadi)
14
Gambar 3.4 Alat untuk Grouting
(sumber: Dukumentasi Pribadi)
15
minimal 30 meter dan lebar minimal 5 meter atau selebar vibro roller yang rencana akan
digunakan. Pelaksanaan timbunan akan dimulai secara bertahap per zona material.
Namun selanjutnya penambahan masing-masing layer akan dilakukan secara bersama-
sama dengan toleransi selisih beda tinggi masing-masing material berdasarkan
spesifikasi teknis.
Peletakan batu yang lebih kecil ini digunakan untuk mengunci lapisan batu yang
sudah dihamparkan. Kemudian diatasnya ditumpuk dengan batu yang mempunyai
diameter lebih besar. Demikian berturut-turut sampai dengan puncak cofferdam.
Pembangunan cofferdam dimulai dari hulu dan bila sudah selesai dilanjutkan dengan
pembangunan cofferdam di hilir. Lebih jelasnya ada pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.
16
Gambar 3.4 Proses Density Test menggunakan alat Sand Cone pada Cofferdam hulu
(sumber: Dukumentasi Pribadi)
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
bagi penggunaan airnya dalam jangka waktu yang lama minimal 30 tahun (Mawardi &
Memet, 2010).
19
dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat
pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah disepanjang
bidang-bidang gesernya (Hardiyatmo,2010).
4. Bahaya rembesan bawah tanah (piping)
Salah satu kerusakan fisik serta kegagalan fungsi pada bendungan adalah erosi
akibat mengalirnya air melalui lubang-lubang pada fondasi (piping). Ketika tekanan
rembesan keatas, maka tanah berada pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini
juga dapat mengakibatkan terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga terjadi
pipa-pipa didalam tanah disebut piping. Pipa-pipa yang membentuk rongga-rongga
dapat mengakibatkan fondasi bangunan mengalami penurunan, hingga menggangu
stabilitas bangunan (Hardiyatmo, 2010).
Bahaya terjadinya rembesan bawah tanah dapat dicek dengan beberapa metode
empiris, seperti metode Bligh, metode Lane, dan metode Koshia. Metode Lane yang
juga disebut metode angka rembesan Lane adalah metode yang dianjuran untuk
mencek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya erosi bawah tanah.
Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai, untuk bangunan-
bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-
hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit. Metode ini membandingkan
panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang kontak
bangunan/fondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan,
disepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45 dianggap
vertikal dan yang kurang dari 45 dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap
memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal,
(Hardiyatmo, 2010).
Parameter Satuan
Pelimpah
20
Parameter Satuan
Side Channel m
Panjang m 40
Transisi
Lebar m 15,00
Panjang m 38.35
Chuteway
Lebar m 15,00
Panjang m 80,457
Lebar m 55,00
21
Parameter Satuan
22
Pa = 1/2. . H2. Ka
2
cos ( − θ)
Ka = 2
2 sin( + δ)sin( − α)
cos θ.cos(θ + δ)1 +
cos ( θ + δ)cos(θ − α)
dimana :
P = tekanan tanah aktif (t/m)
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
= berat isi tanah (t/m3)
H = tinggi dinding penahan (m)
= sudut geser dalam tanah
= sudut kemiringan permukaan dinding penahan terhadap
Garis vertikal
= sudut kemiringan backfill material terhadap garis
horizontal
= sudut geser antara tanah dengan dinding penahan
tanah dengan tanah =
tanah dengan beton = /3
Tekanan Tanah Aktif (gempa)
2
cos ( − θ 0 − θ)
kea = 2
2 sin( + δ)sin( − θ 0 − α)
cosθ cos θcos(θ + δ)1 +
0
cos(θ + θ 0 + δ)cos(θ − α)
dengan:
kh
0 = tan-1.k (k = )
1 − kv
23
tanah dengan beton =0
catatan:
▪ jika 0, sin ( ) = 0
▪ jika - 0 < 0, sin ( - 0 + ) = 0
o = tg -1. K
q
+
x Pa Pav
Pah
N
N
= 0,333
Kondisi Gempa
Dengan
= 33,000
= 9,8710
24
0 = 14,5250
= /2 = 16,000
Maka,
2
cos ( − θ 0 − θ)
Kea = 2
2
sin( + δ)sin( − θ 0 − α)
cosθ .cos θ.cos(θ+ θ + δ)1 +
0 0
cos(θ + θ 0 + δ)cos(θ− α)
= 0,428
5. Analisa Stabilitas Bendung
Stabilitas dimensi pada ambang dan dinding penahan tanah perlu dikontrol.
Beberapa kondisi stabilitas beserta angka keamanan yang harus dipenuhi
sebagai berikut:
SF =
Mv
Mh
e=
Mv − Mh − B <
L
<
L
V 2 3 6
e
L
12 =
V (1 6e )
6 → A B
L L
6<e< 3 → max =
V
B
3.( − e)L
2
25
▪ Faktor keamanan untuk guling FS 1.5
▪ Eksentrisitas, e B/6
▪ Daya dukung (maksimum = 100 t/m2)
b. Kondisi Gempa
▪ Faktor keamanan untuk geser FS 1.20
▪ Faktor keamanan untuk guling FS 1.20
▪ Eksentrisitas, e B/3
▪ Daya dukung (maksimum = 150 t/m2)
6. Kondisi Pembebanan
▪ Tekanan hidrostatis
Pw = 0,5 . w . h2
Dimana :
w = berat jenis air (t/m3)
h = kedalaman air (m)
▪ Tekanan air dinamik
Pd = 7/12 . kh . w . (h)2
Dimana :
w = berat jenis air (t/m3)
kh = koefisien gempa horisontal
h = kedalaman air (m)
y = 0,4 H (m)
▪ Berat struktur
W = c. V
Dimana :
c = berat jenis beton (t/m3)
V = volume beton (m3)
▪ Tekanan tanah aktif
Pa = 0.5 ka t h2
Dimana :
t = berat jenis tanah timbunan (t/m3)
Ka = koefisien tekanatanah aktif
26
h = kedalaman timbunan tanah (m)
9.79
0.50 2.63 5.14 1.52 9.79
+ 129.50
5.00 7.35
+ 122.15
0.50 + 124.00 0.15
0.50
0.50 1.85
0.50 0
1.10
8.1
8.10
27
Perhitungan stabilitas ambang pelimpah dihitung pada kondisi normal, kondisi
normal dengan gempa dan kondisi banjir. Stabilitas dikontrol terhadap :
1. Stabilitas terhadap guling
2. Stabilitas terhadap geser
3. Daya gukung tanah
Gaya luar yang bekerja pada badan bendung pelimpah termasuk beban mati,
tekanan hidrostatis, tekanan sedimen, uplift (gaya angkat) dan gaya akibat
gempa
A. Parameter
Berat jenis beton bertulang = 2,40 t/m3
Berat jenis tanah = 1,54 t/m3
Kohesi = 3,38 t/m2
Koefisien tekanan tanah = 0.50
Koefisien uplift = 0.67
Koefisien geser =
0.70 Koefisien gempa
= 0.159
28
a. Gaya eksternal yang bekerja pada ambang pelimpah (kondisi banjir)
P
P
P P
Pe W
P
P
O
Pe W
P P
O
29
C. Rekapitulasi perhitungan gaya luar pada bendung pelimpah adalah :
Tabel 4.2 Rekapitulasi perhitungan gaya luar pada bendung pelimpah
▪ Kondisi Banjir
30
D. Analisa Stabilitas
e = |ΣM / ΣV – L /2|
= < L / 6 (normal),
= < L / 3 (gempa)
SL = (ΣV/ ΣH) x f
31
Tabel 4.4 Rekapitulasi analisa terhadap geser
Kasus
1-1 1-2 2-1 2-2 3-1 3-2
ΣV 100.67 150.71 93.05 120.66 93.05 120.66
ΣH 57.94 57.94 53.79 53.79 34.99 34.99
F= 0.7 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70
ΣV / ΣH 1.74 2.60 1.73 2.24 2.66 3.45
(ΣV / ΣH) × f 1.22 1.82 1.21 1.57 1.86 2.41
SL 1.5 Ok Ok
1.2 Ok Ok Ok Ok
dimana
p = kekuatan tekanan tanah yang terjadi pada kedua ujung pada fondasi
(t/m2)
Daya dukung pondasi harus memenuhi persyaratan dari rumus berikut ini :
qu = a c Nc + r z Nq + b r B Nr
dimana
32
a dan b = faktor bentuk
Berikut ini adalah hasil perhitungan tegangan tanah fondasi yang terjadi
dibandingkan dengan daya dukung ijin pondasi yang disyaratkan.
33
Luas penampang memanjang bendungan (A) = 14.156 m2 (diukur)
Faktor keamanan terhadap erosi buluh pada zona inti lempung dinyatakan sebagai
perbandingan antara gradien kritis (lc) dengan komponen vertikal dari gradien keluaran
(ly).
𝑙𝑐
FK = ≥ 4 Tanpa filter
𝑙𝑦
≥ 2 Dengan filter
𝐺𝑠−1
Lc =
1+𝑒
Dimana
FK = faktor keamanan
dari hasil uji laboratorium untuk zona inti lempung di borrow area TPC-6 diperoleh:
Gs = 2,561
e = 1,338
2,561−1
lc =
1+1,338
lc = 1,11
34
dari hasil analisis rembesan terlihat besarnya komponen vertikal gradien keluaran
atau y-gradien adalah :
ly = 0,335 Sehingga:
1.11
FK =
0,335
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil mengamati langsung jalannya pekerjaan di lapangan dan hasil
menganilisis stabilitas bendung pada proyek pembangunan bendugan cipanas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis stabiltas bendung meliputi analisis guling,geser dan daya dukung
tanah fondasi untuk kondisi ekstrim dan kondisi normal untuk semua kasus sudah
bisa dikatakan aman.
2. Dari hasil analisis rembesan didapat 0,04 m3/det (aman), rembesan bendungan harus
lebih kecil dari ketentuan yang disyaratkan, yaitu sebesar 1% dari inflow rata-rata
yang masuk ke waduk dari hasil tersebut bisa dikatakan sudah aman.
3. Untuk hasil pengamatan terhadap metode pelaksanaan pekerjaan capping,grouting
dan cofferdam hulu semua sudah sesuai detail engineering design yang sudah
disepakati dalam kontrak kerja oleh pengguna jasa dan penyedia jasa.
4. Dalam proyek bendungan penulis melihat bahwa peran ahli geoteknik sangatlah
dibutuhkan, mulai dari pekerjaan dilapangan maupun pada laboraturium tanah.
Terutama dalam masalah mendesain filter, dimana pada lapisan filter terdapat
perilaku air yang melalui media berpori yaitu filter itu sendiri dan ini merupakan
ranah dari geoteknik. Adapula proses grouting yang penulis menilai pentingnya ada
ahli geoteknik untuk menentukan kedalaman grouting pada saat keadaan di lapangan
tidak memungkinkan mengikuti kedalaman sesuai dengan apa yang sudah di sepakati
bersama dalam detail engineering design.
5.2 Saran
Pada proses Quality control pada pekerjaan di area cofferdam dan main dam, harus
benar-benar di perhatikan karena kunci dari berhasilnya bendungan itu sendiri adalah
kepadatan dan jenis material. Rembesan yang di terjadi harus sesuai seperti analisis yang
sudah dilakukan sebelumnya. Karena jika spesifikasi material atau kepadatan salah satu
layer timbunan tidak susuai spesifikasi bisa berakibat fatal kedepannya.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
38
NO. GAMBAR : £-14
t
I t
,---~ I. . '--· ~%
~% ~ ....
~~----------Lr~~~~~~-~~-~~~~~-~--~-~-~~~--~--~-~--~-~· -~-:?!!'-·- --~-.
~---.---rZ<-
-:-: -:_ : - -: - -:- -:: _- - -
11
~
o
~~
~::_ ~
N-....&..·-·+f··-:"'..._..._. ___ , ___,_,_. ___ . ___ , _ , _ . _ . l l l :____ _ _ : - · - - -
_
l _____
-----~,.
.lil_._.a.
1"1
.
.... ____
11
-- 0
. . ·-----·-·----~-:-H
..... - - - I I
• ~
II
· -
·-·-·-
--
;;: it.
I§
-. o.25 1Dl,~~;:;;~~~----~~~L~!~-~-~-~-~--~-------a-.--.
o.20f--~ ws;:--
(:"""-..., ,._ ! ~--~~-~.
1 _
····--·¥'·
~........
i_____
1·
_
..~~--------~~~~~r6
_
nr __ -
_
r--... -
L - "'- ':::-""'- J
-· - ---- · --·- - -· - -- --- · 4 . . ·- - : --- PENUI.ANGAHSALOKUTAMA
I_-·-····"~······
"!I II
· --·-------+-...li II U II I§
I 9r.IIA A
,
t
I
..J.in . ··-···- .......
p.40
-···-
1.50
- ..
.I ~
I 19{,
I· .:·
-~
! IJl .I
.J'\
i
I I ~-
~~~=9rrr~~sm==9r~==~ 9
~
Rf
.l
1l
II
ll
-
Jl
II 11 11
It Jt
·Jl 1~1
.JI·
I
11
-~
I
...
...
'"
LI
t
7.70 l
ts!oo
7.70
POTONGAN A-A
SIW.A A
0.20 0.20
~ L
I
J.po
0
"'c:i ~I
r·~l
0
~
I 0
ci
I
~ II JI
0 4022
i 0
7022
0
"'ci
I ~~~~~7022
l el
0
i i
1
I j 0.40
~
I ~
I
I
a I
I l 0.40 J
I MNees.eAWilAYAHSlN3MCIMIQUC~
,........,.
--
• SER'lh<ASI. a."SWN
POTONC'.Nt B-8 O&:KTOI1AT ·JENOEiW.. SUM1!e! DAYA Mt SENOUNGAH CIIWIAS (TAP.~ •}
Sk.IUI e
6I<ALA A : o. ; .o-==--==:=s::..;v==·=====15:::..oM
0,0 2.0 ....
0,0 05 1.0M
c
NO. GAMBAR E-11
£L78.00
----~-- ------------- -~ ....._
I ~
!
t.4i""'iriiat • £L6l.40
0... 13..70 \,~
~-
40,00 J 8..66.40
EL78.00
40.00
)I '
I
Angker '32 /
I 40,00 15.(}}
l=3 m
DETAIL STILLING BASIN
TANPASKALA
Dt
0.501
D2
0.30 m
0.20 m
7.80 m
o.z_v
li
'
c;·:, .
!
0.20< 1.60 m
O.Ol:D2 0.20 m
0.1502 1.20 m
L 40.00 m
~BESNlYIU\YNi~Ot.INU<~
L------------------~ OlfEK10RAT .Bf)8W. ~ l:li".YA AIR
-------------------~
--
CIQD!Oac • £Ul.40
B.. 13.70
66.40
,..._
-- --- --
----
/
/
/
·// ·.·.
// Cute block ---
/// ~ a 63.10
/
/
/
EL63.40
I I
/
I I1
Angker tl25 _/
L~2 m
40.00 15.0.)
Angker t132 /
L==J m
DETAIL STILLING BASIN
TAt-F.~ A SKALA
2.:;
D1 0.30 m
0.50t 0.20 m
D2 7.80 m
0.202 1.60 m
0.0202 0.20 m
0.1502 1.20 m
L__L_________4_o_.o_o_:_j
..;:":;)>
'\ ·~:~·
~·
0
+
lin
"'0
0 .j>.
0 0 0 0
~
0 0 0 0 0 0 0 ez,
0
APRON
EL124.00 20.00. ...20.00... _ 20.00 .... 20.00 ..... 20.0{L 20.00.... 15.5L -r-;10.6 9.39 . 20.00 ..20.oo..J2o.oo_ .Jl..54 ..
YL39
'
'
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
v ro
..,. 0 N ~ IX) 0 N -.r 00 0 N "<t' IX) 0 N
0
+
N
+ +
<D-
+ + + + "'+ + + + + "'+ + n+
+ + "'
n+
+
v+
+
0
I
0 0 0 0
,, i
N
I
N
I
I
N N N t') I"') t') v
tI I
r
I
___ ......
I
,...------- As BendurJ9rin
)' 'II I I
CONSTRUCTION JOINT
----
150.0 ..- ..-
140.0
-
..- ..- -.
'
/
I
Muko Tonoh Asli
/Podo As Bongurwn
130.0
,. 120.0
I<;,__- ""!
Vi ' 0
~ 110.0
i1
~
w
100.0
90.00
EWAI BESAAWlAY/IHSUI«Wet.WU<~
DR3<iCAAT J6o()6W. SI.Ml81 O...YA AEt
1S 10
NO. GMlBAA E-01
,.,_0
g 1.,_
0
0
~
0 tt ~
0
0
,J; I
~~
u
16 ,+'-"
,+
VI
,+
VI
,+
u
,+ ~ +
lln
• f ~
0
l'8
0
0
~
0 0 0
0
0
N
0 ~ 0
0>
C) 0
N
0 ~
0>
C)
CD
C)
0
0 0.
0
~~~~~~~~~~~;JB~~~~~~--~
~~~~~~======$=~~=l=t==~~-r----t----t----::t:::::::===1:..-i~ EL78.00 :J
APRON
EL.124.00 'J.4-.9l .20.00 20.00 - -20:00. ~.. 20.00..... 20..00...... 20.00..... 20.00 14.61
J~ I!
··•. Cpl~~tor Drpin l?l s·
-o.r-.allig penmp-ah"·· --
r I
0 0 0 C)
0 0 ..,.
0 0 0
«>
0 0
N
0
..q-
0
<0
0
IX)
0
0
0
N
0
...r
0
<0
0
IX)
0
0
0
N
0
..q-
"'+ IX)
+
0 N
0
+
0
N
0
+ +
0
<0
+
0 C)
+
0
+ + + + + +
N
+
N
+
N
+
N
+
N
+
......, +
......, +
t') t') t') ....+ +
..q-
I I
I I II
I I -------
..
As Bendungoo
----
I
I
- I Muko Tanoh Asli
. ·Podci As Bongunon
Lil ot
Ctntr. iom,
~t.9iV B·
rj
.J
w
12.00~0.5
90.00
i
80.00 lro;o 12.00 15.00 .12.J6 20.11 I 2o.ob
70.00
\ Colector Drain 0 8"
Lontoi pelimpoh ---
60.00 I
I
I
20.00 I 20.00 20.00
Ambong pelimpoh
40.00 I 37.86
Soluron Tronsisi 1
175.52
Soturon Peluncur
40.00
kolam o!ak.
1:750