Anda di halaman 1dari 22

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI
A Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi
A.1 Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan internal
A.2 Organisasi Pengelola SMKK
A.3 Komitmen Keselamatan Konstruksi
A.3 Konsultasi dan Partisipasi Pekerja
B Perencanaan keselamatan konstruksi
B.1 Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang
B.2 Rencana tindakan (sasaran & program)
B.3 Standar dan peraturan perundangan
C Dukungan Keselamatan Konstruksi
C.1 Sumber Daya
C.2 Kompetensi
C.3 Kepedulian
C.4 Komunikasi
C.5 Informasi Terdokumentasi
D Operasi Keselamatan Konstruksi
D.1 Perencanaan dan Pengendalian Operasi
D.2 Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat
E Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi
E.1 Pemantauan dan evaluasi
E.2 Tinjauan manajemen
E.3 Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi
PAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Wahyu Nugroho, STP
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk dan atas nama : CV. WAHYU KAMULYAN

Dalam rangka tender pekerjaan :


Peningkatan Jalan Pulebener – Baros (1507) PIWK
Pada Pokja Pemilihan : Peningkatan Jalan Pulebener – Baros (1507) PIWK
Berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan demi terciptanya Z e r o A c c i d e n t , dengan
memastikan
bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi :
1 Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi;
2 Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat
3 Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan
4 Menggunakan material yang memenuhi standar mutu
5 Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan
6 Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP)
7 Memenuhi 9 (sembilan) komponen biaya penerapan SMKK

Demikian Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi ini dibuat dengan penuh tanggung jawab dan dapat
diperguanakan sebagaimana mestinya.

Bantul , 11 Agustus 2023

CV. WAHYU KAMULYAN

Wahyu Nugroho, STP


Direktur
A Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi
Pekerjaan bidang konstruksi adalah merupakan hal yang kompleksitas dan begitu banyak melibatkan unsur
ataupun pihak lain, terutama tenaga kerja, alat dan bahan material dengan kapasitas besar atau dalam jumlah
yang besar baik secara pribadi ataupun secara kolektif bersama-sama dapat menjadi sumber terjadinya
kecelakaan. Kurang terampilnya tenaga kerja akan memepengaruhi kelancaran pekerjaan dan sangat merugikan
semua pihak yang terkait dalam kegiatan proyek
Mengenai pentingnya Konsep RKK sebelum pelaksanaan pekerjaan lapangan dimulai diharapkan dapat
memberikan pertimbangan bahwa pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bermanfaat bagi
pekerja proyek untuk dapat berprestasi secara optimal.
Konsep RKK ini bertujuan untuk menciptakan pekerjaan yang aman dan menekankan zero accident (nihil
kecelakaan fatal) dalam pelaksanan proyek. Untuk itu agar dalam pelaksanaan proyek nantinya terhindar dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3, dengan ini kami
sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi menetapkan Kebijakan K3 sebagai berikut:
Peduli dalam mempromosikan pemahaman akan kebutuhan keselamatan konstruksi dan membudayakan
keselamatan konstruksi dalam seluruh kegiatan pelaksanaan konstruksi,
Peduli dalam melakukan sosialisasi tentang keselamatan konstruksi terhadap seluruh tenaga kerja maupun
masyarakat didalam lingkungan kerja konstruksi,
Peduli dalam melaksanakan implementasi sesuai rencana keselamatan konstruksi bedasarkan perundang-
undangan yang berlaku dalam keselamatan konstruksi nasional,
Mencegah kecelakaan, kebakaran, sakit akibat kerja, keamanan dan pencemaran lingkungan, dan
Memantau dan mengevaluasi terhadap kinerja keselamatan konstruksi serta melakukan perbaikan secara
berkelanjutan

A.1 Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan internal


Kepedulian Pimpinan Terhadap Isu Eksternal dan Internal meliputi:
bertanggung jawab penuh terhadap pencegahan kecelakaan konstruksi, kecelakaan kerja, penyakit atau
- kesehatan yang buruk akibat kerja, serta penyediaan tempat kerja dan lingkungan yang aman, efisien
dan produktif;
memastikan bahwa kebijakan dan program Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan sesuai dengan visi
-
dan misi Penyedia Jasa;
- memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai untuk menerapkan SMKK;
- mengomunikasikan penerapan SMKK kepada seluruh pekerja;
- memastikan bahwa SMKK akan mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan;
memastikan bahwa setiap pekerja berpartisipasi dan berkontribusi terhadap penerapan SMKK secara
-
berdaya guna dan berhasil guna;
- mempromosikan peningkatan/perbaikan SMKK secara berkesinambungan;
- mengembangkan, dan mempromosikan budaya kerja berkeselamatan dalam organisasi;
melindungi pekerja yang melaporkan terjadinya kecelakaan, bahaya dan risiko kecelakaan konstruksi dari
-
pemecatan dan/atau sanksi lain

A.2 Organisasi Pengelola SMKK

Penyedia Jasa harus membentuk organisasi pengelola Keselamatan Konstruksi pada setiap Pekerjaan
-
Konstruksi yang terintegrasi dengan struktur organisasi Penyedia Jasa.

- Besaran organisasi pengelola SMKK disesuaikan dengan skala Pekerjaan Konstruksi.


Penyedia Jasa wajib menunjuk penanggung jawab pengelola SMKK yang memiliki kompetensi di
- bidangnya untuk bertanggung jawab terhadap pengelolaan administrasi dan operasional Keselamatan
Konstruksi.
Susunan, tugas, wewenang dan tanggung jawab organisasi pengelola SMKK ditetapkan secara tertulis
-
oleh manajemen Penyedia Jasa.
A.3 Komitmen Keselamatan Konstruksi
Pimpinan Penyedia Jasa harus menetapkan, menerapkan dan memelihara kebijakan Keselamatan
Konstruksi yang mencakup:
komitmen untuk menyediakan kondisi kerja beserta lingkungan yang aman dan sehat dalam rangka
-
pencegahan kecelakaan konstruksi, kecelakaan kerja, cedera dan penyakit akibat kerja;
komitmen untuk mencegah dan melindungi terhadap ancaman dan/atau gangguan keamanan dalam
- berbagai bentuk, dan perlindungan terhadap keselamatan keteknikan konstruksi, manusia, harta benda,
material, peralatan, masyarakat umum serta lingkungan.
- menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tujuan Keselamatan Konstruksi;
- komitmen untuk mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan dan peraturan lainnya;
- komitmen untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko Keselamatan Konstruksi;
komitmen untuk menghentikan pekerjaan oleh setiap personil apabila melihat perilaku tidak selamat atau
-
kondisi tidak aman dalam melakukan pekerjaan.
- komitmen untuk melakukan perbaikan SMKK secara berkesinambungan;
komitmen untuk konsultasi dan mendorong partisipasi pekerja (perwakilan pekerja) serta pihak
-
berkepentingan lainnya dalam pelaksanaan Keselamatan Konstruksi

Kebijakan Keselamatan Konstruksi harus :


disahkan oleh pimpinan Penyedia Jasa dalam bentuk pakta komitmen dan pimpinan Pelaksana
- Pekerjaan Konstruksi (Kepala Proyek) dalam bentuk kebijakan Keselamatan Konstruksi (tertulis,
tertanggal dan tertandatangani)
dikomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan, baik para pemangku kepentingan internal
-
maupun pemangku kepentingan eksternal;
- tersedia sebagai informasi terdokumentasi

A.4 Konsultasi dan Partisipasi Pekerja


Penyedia Jasa harus secara berkesinambungan melakukan konsultasi dengan pekerja dan/atau
-
perwakilan/serikat pekerja.
Konsultasi mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kinerja dan tindakan perbaikan
-
SMKK.
Konsultasi dilakukan dengan:
- menyediakan mekanisme, waktu, dan sumber daya yang diperlukan untuk konsultasi;
- menyediakan informasi SMKK yang valid dan dapat diakses setiap saat;
- menghilangkan dan/atau meminimalkan hal-hal yang menghambat pekerja untuk berpartisipasi;
- melakukan konsultasi dengan pekerja lain yang berkepentingan terkait dengan:
1 kebijakan, kebutuhan, program dan kegiatan SMKK;
2 susunan, peran, tanggung jawab dan wewenang organisasi;
3 pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya;
4 tujuan Keselamatan Konstruksi dan perencanaan pencapaian;
5 pengendalian terhadap alihdaya dan pengadaan barang dan jasa;
6 pemantauan dan evaluasi;
7 program audit;
8 perbaikan berkelanjutan;
- Mendorong partisipasi pekerja dalam hal:
1 menentukan mekanisme partisipasi pekerja;
2 mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko dan peluang;
menentukan tindakan untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi Risiko Keselamatan
3
Konstruksi;
menentukan persyaratan kompetensi, kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi
4
pelatihan;
menentukan hal-hal yang perlu dikomunikasikan dan bagaimana bentuk komunikasi yang akan
5
dilakukan:
6 menentukan langkah-langkah pengendalian dan penerapannya secara berhasil guna efektif;
7 menyelidiki kejadian, ketidaksesuaian dan menentukan tindakan perbaikan.
Nama Perusahaan : CV. WAHYU KAMULYAN
Kegiatan :
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Pulebener – Baros (1507) PIWK
Lokasi : Kapanewon Saptosari Kabupaten Gunungkidul
Tanggal Dibuat : Bantul , 11 Agustus 2023

2 PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI


CV. Wahyu Kamulyan sebagai Penyedia Jasa membuat Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas,Pengendalian Risiko,Penanggung Jawab untuk diserahkan,dibahas,dan disetujui PPK pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak sesuai lingkup pekerjaan yang dilaksanakan
Penyusunan Identifikasi Bahaya,Penilaian Resiko K3, Skala Prioritas K3, Pengedalian Resiko K3, dan Penanggung Jawab K3 terdapat pada tabel berikut ini :

B.1Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang


Tabel 1 Format Tabel IBPRP*
DESKRIPSI RESIKO PENILAIAN TINGKAT RESIKO PENILAIAN SISA RESIKO
NO. URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA JENIS BAHAYA PERSYARATAN PENGENDALIAN KEMUNGKINAN KEPARAHAN NILAI RESIKO TINGKAT RESIKO PENGENDALIAN KEMUNGKINAN KEPARAHAN NILAI RESIKO TINGKAT RESIKO KETERANGAN
(Skenario Bahaya) (Type Kecelakaan) PEMENUHAN PERATURAN AWAL (F) (A) (F X A) (TR) LANJUTAN (F) (A) (F X A) (TR)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Keputusan Menteri Tenaga


Pekerjaan
Kerja No. : 05/Men/1996
Perkerasan Tertindas alat Diberikan Penyuluhan
Luka ringan, lecet, tentang sistem
1 Beraspal berat -> luka Bahaya kecelakaan 3 2 6 Sedang Administratif N/A N/A N/A N/A N/A
Cedera, Patah Tulang manajemenkeselamatan
Laston Lapis berat kerja sebelum bekerja
Antara AC-BC dan kerja bagi seluruh
personil

Keputusan Menteri Tenaga


Kerja No. : 05/Men/1996
tentang sistem Memakai peralatan
manajemenkeselamatan keselamatan
dan kerja bagi seluruh
personil
Peraturan Pemerintah No.
Menggunakan alat
50 Tahun 2012 tentang
pelindung diri
Penerapan SMK3
Memasang jenis
rambu dan semboyan
K3-L sesuai dengan
SOP
Memasang rambu-
rambu
Memakai sepatukerja
Memakai helm
Memakai sarung
tangan
Memakai masker

Keterangan:
1 PPK mengisi kolom 1, 2 dan 3
2 PPK mengisi kolom “uraian pekerjaan” dan “identifikasi bahaya” berdasarkan tahapan pekerjaan
3 Kolom “uraian pekerjaan” dan “identifikasi bahaya” yang diisi oleh PPK berdasarkan tahapan pekerjaan, dimana penyedia jasa dapat menambahkan uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya dari yang sudah dicantumkan oleh PPK berdasarkan analisis Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi.
4 Kolom 12, 13, 14, 15, dan 16, diisi berdasarkan kondisi pengendalian di lapangan atas dasar penilaian Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, apabila dinilai tidak ada yang diisikan, maka dapat ditulis "tidak ada" atau "n/a".

Bantul , 11 Agustus 2023


Dibuat Oleh :
CV. WAHYU KAMULYAN

Wahyu Nugroho, STP


Direktur
B.2 Rencana tindakan (sasaran khuaus & program khusus)
TABEL PENYUSUNAN SASARAN KHUSUS DAN PROGRAM KHUSUS

SASARAN KHUSUS PROGRAM


NO. PENGENDALIAN RESIKO URAIAN TOLOK UKUR URAIAN SUMBER DAYA JADWAL BENTUK INDIKATOR PENANGGUNGJAWAB
(Sesuai Kolom Tabel 6 IBPRP) KEGIATAN PELAKSANAAN MONITORING PENCAPAIAN

Pekerjaan
Disesuaikan dengan
Menjaga Cidera Sehat/tidak berubahnya Perkerasan
Diberikan Penyuluhan Bahaya Purchase Order SOP Pekerjaan Disetujui oleh Ahli
a berulang dan struktur tubuh/stamina yang Beraspal (dd/mm/yy) Staff Ahli K-3
kecelakaan kerja sebelum bekerja (PO) beton dalam Daftar Teknis terkait
menetap stabil Laston Lapis
Kuantitas dan Harga
Antara AC-BC

b Memakai peralatan keselamatan


c Menggunakan alat pelindung diri
Menjaga terhindar
Memasang jenis rambu dan semboyan dari gangguan
d
K3-L sesuai dengan SOP pernafasan akibat
polusi udara
e Memasang rambu-rambu
f Memakai sepatukerja
g Memakai helm
h Memakai sarung tangan
i Memakai masker

B3 Standar dan peraturan perundangan


Salah satu upaya dlm menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah dg penerapan peraturan perundangan, antara lain melalui:
1 Adanya ketentuan dan syarat‐syarat K3 yg selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi.
2 Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
3 Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan‐pemeriksaan langsung tempat kerja.

Dasar Hukum Standar dan perarturan perundangan yang digunakan :


• UUD 1945
Pasal 27 ayat 2:
Tiap‐tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
• UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
Bab IV Pembinaan Perlindungan Kerja
Pasal 9: Tiap tenaga kerja berhak mendapaat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakukan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.
Pasal 10:
Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup:
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
5. (tidak berlaku)

• UU No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja


Bab I Tentang Istilah‐istilah
Psl 1 (1)“tempat kerja” ialah ruangan atas lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di ruang kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber‐sumber bahaya yang diperinci dalam pasal 2, termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian‐bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Psl 1 (2) “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri
Psl 1 (6) “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjukoleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi
ditaatinya Undang‐ undang ini.
Bab II Ruang lingkup K3 Konstruksi
Psl 2 (1) K3 di segala tempat kerja di darat, di dalam tanah, permukaan air, didalam air, maupun di udara dalam wilayah RI

pengairan, saluran atau persiapan Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian, di atas permukaan tanah atau perairan.
Bab X Kewajiban Pengurus

• UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan


Bagian keenam
Kesehatan Kerja
Pasal 23:
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan kesehatan kerja
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) dan Ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

• UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Pasal 3 ayat 2: Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.
Pasal 8 ayat 1: Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.
Pasal 10 ayat 1: Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam
waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.
• UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
Ketentuan umum
“Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan
lingkungan, untuk mewujudkan terib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”
Pasal 22: Kontrak kerja Konstruksi

dalam pelaksanaan K3 serta jaminan sosial”


Pasal 23: Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

• UU No. 28/2002 Tentang Bangunan Gedung


KETENTUAN UMUM
• “Mengatur tentang kehandalan, keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan gedung ”
PELAKSANAAN TEKNIS K3
Kewajiban dibidang penanggulangan kebakaran
Kewajiban pemasangan sistem proteksi pasif & aktif
Kelengkapan sarana evakuasi dan daerah aman
Kelengkapan sarana pengolahan limbah
Kelengkapan sarana kenyamanan gedung

• UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan


Pasal 86:
• Pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 87:
• Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Permenaker No. 1/1980 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
Keputusan Bersama Menaker‐MenPU No. 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986
PP no 50 tahun 2012 : Penerapan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Permen PU No. 05/2014 : Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Persyaratan lainnya

Pasal 10 ayat (1): Kriteria risiko pada pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari:
a. kriteria risiko kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda;
b. kriteria risiko sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda, dan jiwa manusia;
c. kriteria risiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan

PP No. 29 tahun 2000


• Pasal 15 : Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa » (memberikan penjelasan tentang resiko pekerjaan)
Pasal 17 : Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa » (rencana dan anggaran K3)
• Pasal 23 : Kontrak Kerja Konstruksi » (perlindungan pekerja)
Pasal 30 : Standar Keteknikan, Ketenagakerjaan dan Tata Lingkungan
PP No. 30 tahun 2000
Pasal 6 ayat (4): Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan guna tertib usaha, tertib penyelenggaraan, tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi mengenai: 3. ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja;
• Pasal 11 : Pembinaan Terhadap Masyarakat

PP No. 50 tahun 2012


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
1. untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2) Undang‐Undang Nomor 13 Tahun 2003
2. Diterbitkan tanggal 12 April 2012
Peraturan Pemerintah Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran I: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran II: Pedoman Penilaian Penerapan SMK3
Lampiran III: Formulir Laporan Audit SMK3

Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 beserta perubahannya


SKB Menaker dan Men PU No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986
Permenaker No 05 tahun 1996
Permen PU No 09/PRT/M/2008
Permen PU No 07/PRT/M/2011
Persyaratan lainnya

SNI:
– SNI 15‐2049‐2004 : Persyaratan Umum Tentang Bahan Semen Portland
– SNI 07‐2052‐2002 : Persyaratan Umum Bahan Besi Beton
– SKSNI T15‐1991‐03 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
– SNI 04‐0225‐2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
– SNI 03‐1729‐1989 : Bangunan Baja Untuk Rumah dan Gedung
– SNI 03‐2396‐2001 : Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Rumah dan Gedung
C DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
C.1 Sumber Daya

CV. Wahyu Kamulyan menyediakan Tenaga Ahli K-3 yang bersertifikat serta menunjuk wakil manajemen dan penanggung jawab K3
khusus, diluar tanggung jawab lainnya. Fungsi utama dari manajemen membentuk organisasi / departemen / bagian K3

1 Sebagai alat manajemen ( management tool )


2 Sebagai agen pemenuhan persyaratan (compliance agent)
3 Sebagai konsultan keselamatan ( advise body )
4 Sebagai pengendali kerugian ( loss control )

Untuk melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan akan ditempatkan personil-personil yang cakap untuk
menanganai keadaan/ kondisi Darurat, Petugas P3K, dan petugas penanganan Kecelakaan. Personil-personil tersebut dikoordinir oleh
penanggung jawab yang memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat dan memiliki kewenangan di bidang K3

Oleh karena itu, dilakukan kegiatan-kegiatan :


1 Menyusun organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
2 Menyediakan anggaran yang memadai;
3 Menyusun prosedur operasi/kerja,
4 Menetapkan instruksi kerja.
5 Pemantauan dan evaluasi Pelaksanaan Kegiatan K3

C.2 Kompetensi
CV. Wahyu Kamulyan berkomitmen dalam penerapan pelaksanaan keselamatan kontruksi dengan mentaati ketentuan dan
perundangan K3 termasuk memberikan uji kompetensi terhadap seluruh tenaga kerja sesuai dengan keahlian bidang masing- masing.
Adapun beberapa point yang diterapkan adalah sebagai berikut :
Setiap orang yang melakukan pekerjaan yang dapat berpengaruh pada K3 harus kompeten berbasis pada pendidikan,
1
pelatihan atau pengalaman yang sesuai, dan menyimpan bukti rekamannya
2 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang terkait dengan resiko K3 dan SMK3
Organisasi menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur agar pekerja sadar akan : konsekuensi K3, peran dan
3
tanggung jawab, potensi konsekuensi bila melanggar.
Dalam hal menerima pekerja dan proses penerimaan maka bagian Sumber Daya Manusia dapat mempertimbangkan dari kompetensi
pekerja. Tambahan lain, juga mendapat pelatihan dan itu dapat dilaksanakan untuk semua tim proyek, adapun dalam proses pelatihan
tersebut ada beberapa hal yang akan didapat pekerja, yaitu :
Semua pekerja proyek menerima induksi yang akan ditempatkan dilapangan saat dimana ia diterima sebagai karyawan
1 perusahaan. Selanjutnya pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan tanggung jawabnya, penugasan, atau perubahan lokasi.
Pelatihan dilakukan dan dicatat sesuai dengan aturan.
Program pelatihan K3L HSE penting merupakan bagian dari aktifitas K3L dan berkelanjutan dalam hal ini kepedulian dan
2
keseriusan dari pelaksanaan K3L diproyek
3 . Pelatihan K3L dilakukan dan kompetensi sesorang tentang kerja aman:
- Mampu/kompeten penggunaan standar aturan kerja aman/praktek kerja.
- Evaluasi ruang lingkup, tanggung jawab dan wewenang
- Kemampuan untuk menganalisa bahaya kritikal/bahaya dilokasi kerja.
- Kemampuan untuk analisa inspeksi K3L dan hasil dari pemeriksaan.
- Tinjau ulang penyelidikan tentang kejadian kerja
Pelatihan K3L adalah sesuatu alat yang dapat diukur dan penting didalam menjamin kompetensi kerja aman yang dibutuhkan
4
untuk pencapaian kinerja K3L

5 Pelaksanaan program pelatihan K3L dan catatan evaluasi lainnya didokumentasi untuk memastikan program ini berjalan effektif

6 Pelatihan adalah integrasi dengan seleksi pekerja baru dan evaluasi kinerja
7 Isi dari pelatihan K3L:
- Pelatihan pendahualuan orientasi K3L yang dilakukan untuk pekerja baru.
- Dasar teknik pelatihan K3L.

- Sertifikat pelatihan operator atau bidang khusus kompetensi adalah kewajiban untuk K3L dan pekerja disemua tingkat, yang
diperlukan dan sertikat yang diakui oleh agen yang diberi wewenang/Pemerintah (Kementerian Tenaga Kerja).

- Subjek pelatihan untuk K3L: teknik inspeksi, pemadam kebakaran, operasi alat berat, perancah, keselamatan pengelasan,
Kemudi, dll.
Pelatihan dilakukan secara internal oleh tim K3L atau Pelanggan (Customer), pemerintah atau diluar yang dilakukan oleh
8
provider pelatihan.
C.3 Kepedulian
Kepedulian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan membuat rencana dan program kerja sebagai tindakan
pencegahan terhadap risiko kecelakaan kerja, sakit akibat pekerjaan dan pemulihan lingkungan yang tercemar akibat pekerjaan
konstruksi. Peningkatan kepedulian karyawan dan mitra kerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan. Program
kerjanya adalah:
1 Sosialisasi K3L melalui papan informasi K3L yang dilaksanakan secara kontinue oleh petugas K3L
Penyuluhan K3L pada saat briefing K3L setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan bersama sub kontraktor yang dilaksanakan
2
secara kontinue oleh petugas K3L
3 Sosialisasi K3L pada sub kontraktor dan supplier.
4 Meningkatkan cara kerja K-3 sesuai Peraturan Perundang-Undangan
5 Melaksanakan Pengendalian Resiko K-3 sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
Melaksanakan norma-norma perlindungan kerja dan lingkungan serta menciptakan tempat kerja yang aman, sehat
6
dan bebas resiko kecelakaan
7 Melakukan perbaikan kinerja K-3 secara berkelanjutan

Program kepedulian keselamatan konstruksi sebagai berikut:


NO URAIAN BULAN
1 2 3 4 5

Seluruh pekerjaan terukur dan terpantau dalam pelaksanaan


1
pemenuhan standar K3konstruksi
Program pemeriksaan dan pengawasan secara periodik dalam
2
mengidentifikasi bahaya kecelakaan dan sakit akaibat kerja
Melaksanakan sosialisasi terhadap lingkungan masyarakat sekitar
3 area pekerjaan yang berpeluang terhadap potensi bahaya di lokasi
kerja
Melakukan rapat rutin manajemen proyek sebagai bahan evaluasi
4
dalam setiap resiko bahaya yang muncul di tempat kerja
Memfasilitasi terhadap kebutuhan bahan utilitas dan tenaga kerja
5
serta perlatan pendukung sesuai recana keselamatan konstruksi
C.4 Komunikasi
Dalam kaitannya dengan bahaya K3, perusahaan / penyedia jasa akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
komunikasi internal antara berbagai tingkat dan fungsi penyedia jasa melalui forum P2K3,maupun komunikasi dengan pemasok,
sub kontraktor dan pengunjung / tamu lainnya yang datang ke proyek.Selain itu sebagai sarana komunikasi lainnya,
perusahaan / penyedia jasa akan membuat, menerapkan dan memeliharan prosedur untuk menerima, mendokumentasikan dan
menanggapi kritik dan saran dari pihak luar yang terkait
C.4.1 Komunikasi Internal
Karyawan CV. Wahyu Kamulyan diberikan atau mendapat informasi mengenai pedoman dan prosedur Sistem Manajemen
Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta pelaksanaannya di lingkungan kerja melalui kegiatan pelatihan
dan pelaksanaannya dikoordinir oleh Technical Training Department

Karyawan mendapatkan informasi mengenai kebijakan terpadu (kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja),
manual SMK3, hasil rapat-rapat P2K3, artikel-artikel K3, perubahan-perubahan pada prosedur / instruksi kerja, penyelesaian
masalah / keluhan K3, program-program dan kinerja K3. Informasi ini diberikan melalui pelatihan, penjelasan/ briefing K3
harian/ mingguan atau melalui papan pengumuman dan bulletin K3 (melalui media cetak atau elektronik internal perusahaan)

Informasi mengenai peraturan perundangan K3 akan disediakan oleh EHS Manager kepada tiap Kepala Departemen/ SMR-
Safety Management Representatif/ EMR-Environment Management Representatif/ SR-Safety Representatif/ ER-Environment
Representatif Departemen
Laporan hasil kegiatan inspeksi K3, pemantauan lingkungan dan lingkungan
Kerja dan penyelidikan kecelakaan disiapkan oleh EHS Department sebagai salah satu bahan yang akan dibahas dalam rapat
bulanan / rapat khusus P2K3, dan dibuatkan risalah rapat P2K3 dan disebarluaskan kepada tiap Kepala Departemen / Safety
Management Representatif / Environment Management Representatif dan Safety / Environment Representatif serta seluruh
anggota P2K3
Hasil laporan audit internal / eksternal SMK3 disiapkan oleh personil EHS Department berdasarkan laporan tim auditor internal /
eksternal dan didistribusikan kepada pihak internal ( Dewan Direksi, Ketua P2K3, Kepala Divisi, Kepala Departemen / Safety
Management Representatif / Environment Management Representatif, Safety Representatif, Environment Representatif ) dan
pihak eksternal jika diperlukan ( misal Auditor Eksternal ).
Tanda-tanda peringatan K3 (poster, sign, label, dll) disediakan oleh EHS Department dengan terlebih dahulu masing-masing
Kepala Departemen
melampirkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko di departemennya disertai dengan formulir pengajuan permintaan
tanda-tanda peringatan K3.
Untuk memudahkan penyebaran informasi yang berkaitan dengan K3 dalam lingkup CV. Wahyu Kamulyan maka dibuat daftar
penyebarluasan informasi K3
C.4.2 Komunikasi Eksternal

Personil EHS Department menghubungi instansi-instansi terkait (misal: Disnaker Kota atau Kabupaten, Bapedal, Dinkes dan
sebagainya) untuk mendapatkan informasi terkini mengenai peraturan perundangan berkaitan dengan K3 di Indonesia.

Setiap 3 bulan sekali melaporkan hasil kegiatan P2K3 kepada Dinas Tenaga Kerja setempat, dimana laporannya disiapkan oleh
sekretaris P2K3 dan ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris P2K3.
Laporan kecelakaan kerja dan hasil penyelidikannya disiapkan oleh EHS Manager dan disampaikan kepada Kepala Operasi,
Ketua P2K3 tembusannya kepada pihak Disnaker setempat.
Pihak pemasok dan kontraktor / sub kontraktor yang terikat kontrak dengan CV. Wahyu Kamulyan untuk menyediakan barang
atau jasa diinformasikan tentang kebijakan dan ketentuan K3. Informasi diberikan oleh Procurement Manager dan bila
diperlukan dapat memberikan pelatihan awal atau penjelasan / briefing K3 kepada kontraktor yang bekerja di lingkungan CV.
Wahyu Kamulyan

Pihak Satuan Pengaman / Security di Pos Komando Keamanan perusahaan berkewajiban memberikan informasi kepada setiap
tamu yang akan memasuki area atau lokasi pekerjaan, tentang Kebijakan Terpadu (Kualitas, Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), peraturan-peraturan umum K3 dan prosedur menghadapi keadaan darurat

Pihak Satuan Pengaman / Security yang ada di Pos Ronda setiap Gedung/ Area Produksi atau Kepala Departemen / Personil
Departemen yang ditunjuk berkewajiban memberikan informasi-informasi K3 dan prosedur tanggap darurat yang berlaku di area
tersebut kepada setiap tamu yang akan masuk ke gedung / area kerja / plant tersebut

Untuk menjamin kerahasiaan semua informasi yang berkaitan dengan K3, diatur dan mengikuti peraturan perusahaan mengenai
“Non-Disclosure Agreement” (Perjanjian/ Kesepakatan Tidak Membocorkan Rahasia Perusahaan) yang telah ditanda tangani
oleh setiap karyawan CV. Wahyu Kamulyan

JADWAL PROGRAM KOMUNIKASI


NO. JENIS KOMUNIKASI PIC WAKTU PELAKSANAAN

1 Induksi Keselamatan Konstruksi (Safety Induction) Petugas K-3 Dua Minggu Sekali
2 Pertemuan pagi hari (safety morning) Petugas K-3 Setiap Hari
3 Pertemuan Kelompok Kerja (toolbox meeting) Petugas K-3 Setiap Minggu
4 Rapat Keselamatan Konstruksi (construction safety meeting) Petugas K-3 Setiap Minggu
C.5 Informasi Terdokumentasi

Perusahaan / penyedia jasa harus membuat dan memelihara informasi "dokumen" yang berkaitan dengan K3, baik dalam
bentuk cetak kertas" maupun elektronik komputer". Agar proses dokumentasi dapat berjalan dengan baik, maka perusahaan /
penyedia jasa akan menempatkan personil dengan tugas khusus untuk menangani masalah dokumentasi

Dokumen-dokumen disusun sepraktis mungkin sehingga bisa mewujudkan efektifitas dan efisiensi dalam bekerja, khususnya
dalam proses pencarian kembali dokumen ataupun dalam proses penyimpanan dokumen
Informasi terdokumentasi diperkenalkan sebagai bagian dari Struktur umum tingkat tinggi (High Level Structure/HLS) dan istilah umum
untuk Standar Sistem Manajemen (SSM). Informasi terdokumentasi digunakan untuk mengkomunikasikan pesan, memberikan bukti
apa yang telah direncanakan benar sudah dilakukan, atau berbagi pengetahuan
Informasi Terdokumentasi, yaitu informasi tentang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:
1 Peraturan perundangan K3 Indonesia dan Internasional
2 Standar Nasional Indonesia dan Internasional
3 Kondisi bahaya, laporan inspeksi dan laporan & hasil investigasi kecelakaan kerja
4 Laporan internal / eksternal audit dan hasil rapat tinjauan ulang manajemen
5 Prosedur dan instruksi kerja K3
6 Risalah rapat bulanan / khusus P2K3, pelatihan-pelatihan K3
7 Tanda-tanda, peringatan bahaya dan tanda / peringatan K3 lainnya, dan
8 Informasi-informasi lainnya yang terkait dengan K3
D D OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
D1 Perencanaan dan Pengendalian operasi
Perencanaan operasi berupa prosedur kerja, petunjuk kerja, yang harus mencakup seluruh upaya pengendalian risiko ditetapkan
berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
Yang didentifikasi meliputi :
1 Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan
2 Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan menjadi Penganggung Jawab Kegiatan SMK3
3 Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja
4 Rencana prosedur / petunjuk kerja yang perlu di siapkan
5 Rencana program pelatihan / soisalisasi sesuai pengendalian resiko
6 Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan
7 Persyaratan Operator Alat Angkat
a Operator Alat Angkat harus memenuhi kompetensi
Setiap Operator alat angkat harus memiliki SIO (Surat Izin Operasi) atau bersertifikat yang di keluarkan
b
oleh Badan yang berwenang
8 Rambu Peringatan / Larangan / Anjuran
Penempatan Rambu-rambu peringatan/larangan/anjuran harus dipasang sesuai dengan kondisi di tempat
a
kerja
b Rambu peringatan/larangan/anjuran harus mudah dilihat dan dapat dibaca Alat
9 Pelindung Diri
a Alat pelindung diri diidentifikasi berdasarkan hasil penilaian risiko
b Alat pelindung diri (APD) diberikan kepada pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan
10 Tamu/pengunjung dan pihak luar
a Pengendalian dan pembatasan akses masuk dan akses keluar tempat kerja
b Persyaratan APD (Alat Pelindung Diri)
c Induksi K3
d Prosedur dan Persyaratan tanggap darurat

D1.1 Bahaya yang timbul dari jenis pekerjaan :


1 Bahaya yang timbul dari jenis pekerjaan dapat dilihat dalam uraian dibawah

D1.2 Bahaya yang timbul dari cara, metode dan prosedur kerja
1 Prosedur pengangkatan secara manual menimbulkan cedera terkilir
2 Penggunaan perkakas mekanik tanpa pelindung menimbulkan bahaya terpotong

D1.3 Bahaya yang timbul dari kondisi lingkungan tempat pekerjaan


Bekerja di lingkungan permukiman menimbulkan bahaya kecelakaan
Bekerja di lingkungan sungai menimbulkan bahaya tengelam / hanyut

D1.4 Bahaya yang timbul dari jenis dan mekanisme peralatan penunjang yang digunakan
Bekerja dengan alat kerja bisa terguling, kena alat kerja
ANALISIS KESELAMATAN PEKERJAAN (JOB SAFETY ANALYSIS)

Nama Pekerja :

Nama paket Pekerjaan : Peningkatan Jalan Pulebener – Baros (1507) PIWK

Tanggal Pekerjaan : ……………..sd……………….

Alat Pelindung Diri Yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan :

1 Helm (safety Helmet) V


2 Sepatu ( Safety Shoes) V
3 Sarung tangan (Safety Gloves) V
4 Rompi Keselamatan (Safety Vest) V
5 Masker Pernafasan (Respiratory) V

No. Uraian langkah pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian bahaya Penanggungjawab

Miss komunikasi
Mengadakan Safety Meeting Komunikasi yang baik dengan
1 kesalahpahaman akan instruksi Pengawas pekerja, HSE
sebelum memulai pekerjaan' setiap crew
pekerjaan yang diberikan

Pastikan setiap personil mengerti


dengan jelas rangkaian program
kerja pemeriksaan, pemasangan
dan pembongkaran

Memastikan orang melaksanakan


Memeriksa dan
pekerjaan ini sudah mendapatkan
2 menggunakan alat Kecelakaan fatal Pengawas pekerja, HSE
pelatihan khusus dan
pelindung diri (APD)
berpengalaman

APD harus diperiksa dan digunakan


Terbentur dengan baik dan benar sesuai SOP
yang berlaku
Tertusuk
Terjepit
Tergores
Mempersiapkan ijin kerja,
Terpeleset dan terjatuh saat
3 bahan dan peralatan yang Site Induction Pengawas pekerja, HSE
bekerja
digunakan di lokasi
Tersandung Pendaftaran untuk masuk ke lokasi
Mengadakan toolbox meeting
Terkena benda yang bergerak
safety
Kebisingan, debu, listrik Meeting sebelum memulai pekerjaan
Pastikan operator yang bekerja
Kurangnya ketrampilan disite memenuhi kualifikasi yang
ditentukan
Menggunakan APD standar sesuai
jenis pekerjaan
Melakukan pemeliharaan berkala
4 Mobilisasi Menabrak Pengawas pekerja, HSE
secara teratur
Operator harus bersertifikat
Terguling
(Memiliki SIO)
Mengeluarkan zat-zat
berbahaya dalam bentuk padat, Menyediakan supervisor yang
cair atau gas selama mengawasi mobilisasi alat
pengngkutan ke lokasi
Mengeluarkan bahan-bahan
yang tidak terkebdali (minyak,
zat pendingin dll)

5 Persiapan pengerjaan Tangan/Kaki tergores Pemeriksaan validasi alat Pengawas pekerja, HSE
Cidera tangan ringan, Lakukan inspeksi kelaikan alat
menengah, berat sebelum digunakan
Periksa semua perlengkapan
Bagian suku cadang
keselamatan sesuai standar yang
pecah/rusak
ditetapkan
Periksa kompetensi dan kesehatan pekerja

6 Pengukuran dan Pemasangan Cidera ringan Letak penetapan pathok Pengawas pekerja, HSE
Cara melakukan pemasangan
pathok yang baik dan benar

Pengecekan gambar kerja


Pengecekan dengan alat
terhadap utilitas sesuai Terdapat perbedaan gambar
7 pendeteksi bawah tanah/ GPR Pengawas pekerja, HSE
gambar (kondisi kerja dan eksisting
(ground penetrating radar)
area/existing)
Menggunakan petugas pengatur
Utulitas bawah tanah
lalu lintas, rambu-rambu
Tertabrak kendaraan Pekerja berjalan di area aman

Tertimpa, terbentur atau


8 Memulai setiap pekerjaan Memakai sepatu kerja Pengawas pekerja, HSE
terjepit material
Terpeleset dan terjatuh saat Diberikan penyuluhan bahaya
bekerja kecelakaan kerja sebelum bekerja
Terluka terkena peralatan kerja Memakai peralatan keselamatan
Menggunakan alat pelindung diri
Terkena radiasi sinar matahari
yang sesuai
Memasang jenis rambu dan
Iritasi kulit semboyan K-3 L sesuai dengan
SOP
Gangguan kesehatan akibat
ditemukan pekerja yang positif
yang menyebabkan gejala Memasang rambu-rambu jalan
ringan termasuk piliek sakit
tenggorokan batuk dan demam
Gangguan kesehatan akibat
ditemukan pekerja yang positif
yang menyebabkan gejala
parah yang menyebabkan Memakai helm
pneumonia atau kesulitan
bernafas hingga meninggal
dunia
Gangguan kesehatan akibat
Memakai peralatan keselamatan
terpapar virus covid 19
Memakai sarung tangan
Memakai masker
Alat dan operator sesuai
persyaratan
Akan disediakan sabun pencuci
tangan, handsanitizer, masker dan
alat pengukur suhu tubuh
Akan dilaksanakan pengukuran
suhu tubuh kepada semua pekerja
Pekerja wajib memakai
masker/faceshield
Membentuk satgas bekerjasama
dengan satgas penangan covid 19
Berkoordinasi dengan RS terdekat
sebagai penanganan pertama jika
terjadi kecelakaan kerja
Monitoring/miss komunikasi /
Evaluasi keselamatan Komunikasi yang baik dengan
9 salah paham akan instruksi Pengawas pekerja, HSE
pekerjaan semua crew
pekerjaan yang diberikan
Evaluasi program kerja yang
dilaksanakan

D2 Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat


Keadaan Darurat adalah keadaan sulit yang tidak diduga, yang memerlukan penanganan segera agar tidak menyebabkan kecelakaan
dengan dampak yang fatal.
Untuk mengatasi Keadaan Darurat, maka perlu untuk mendefinisikan Potensi Keadaan Darurat yang ditimbulkan oleh :
1 Kebakaran yang diklasifikasikan berdasarkan sumber apinya
2 Bencana alam di lingkungan kampus (banjir, gempa bumi, angin ribut dll).
3 Terorisme (ancaman bom, perampokan dll)
4 Demonstrasi/unjuk rasa/huru-hara di lingkungan kampus
5 Kecelakaan di lingkungan kerja

Dalam upaya memenuhi kesiapan untuk menangani Keadaan Darurat, maka WAJIB untuk :
Menyediakan Perlengkapan keadaan darurat seperti APAR dan sirine, Kotak P3K, Jalur-jalur Evakuasi, Assemblly Point
1
(Tempat berkumpul) yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
2 Menyediakan Prosedur Tanggap Darurat
3 Membentuk Tim Tanggap Darurat.
4 Melakukan Inspeksi terhadap perlengkapan keadaan darurat tersebut secara berkala
5 Mengadakan pelatihan dan simulasi keadaan darurat

Kesiapan menangani keadaan darurat meliputi hal-hal sebagai berikut:


1 Identifikasi semua keadaan darurat yang potensial, baik di dalam atau di luar lokasi kerja
2 Prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan disosialisikan kepada seluruh pekerja,
3 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang kompeten
Semua tenaga kerja telah mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan
4
tingkat risiko,
5 Pelatihan khusus kepada petugas penaganan darurat,
Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat ditempatkan di tempattempat yang strategis dan mencolok
6
serta telah diperhatikan dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja
7 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa diuji dan dipelihara secara berkala
Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang
8
berkompeten

Anda mungkin juga menyukai