Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PATIENT SAFETY

DI LABORATORIUM INFEKSI MERS-COV

Tugas struktur guna memenuhi tugas K3 Patient Safety


Dosen Pengampu : 1. Ichsan Hadipranoto, M.KKK.
2. Devi Etivia Purlinda, S.ST., MSi.

Disusun oleh :

Agpingka Nurharniq (P1337434120023)

Zahwa Nurazizah ( P1337434120025 )

Dimas Wahyutsalis R (P1337434120019)

Nurul Istiqomah (P1337434120013)


Wanda Wulandari (P1337434120054)

Jurusan Analis Kesehatan


D3 Teknologi Laboratorium Medik
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat serta salam
tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat
indah. Kami disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah
yang berjudul “ patient safety di laboratorium infeksi mers-cov ” sebagai tugas mata kuliah
K3 Patient Safety
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Dan kami sangat memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kami mohon kritik dan saran guna memperbaiki karya-karya kami di
waktu-waktu mendatang.

Semarang, 17 November 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL........................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 2
D. Manfaat penelitian............................................................................. 2
E. Metode............................................................................................... 2
F. Landasan Teori.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Keselamatan Pasien Pada Pemeriksaan
Laboratorium Infeksi.........................................................................
B. Prosedur Penerimaan Spesimen
a. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen......................................
b. Pemeriksaan laboratorium...........................................................
C. Hasil ..................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit (RS)dituntut untuk memberikan pelayanan bermutu, efektif dan


efisien untuk menjamin patient safety. Kementerian Kesehatan telah melakukan
revitalisasi Program Pencegahan dan PengendalianInfeksi (Program PPI) di RS yang
merupakan salah satu pilar menuju patient safety.

Keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Salah satu sasaran keselamatan
pasien (patient safety) yaitu: pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Keselamatan pasien merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada sekedar
efisiensi pelayanan, dan perilaku dengan kemampuan perawat sangat berperan
penting. Salah satu tujuan dari sistem keselamatan pasien yaitu turunnya kejadian
tidak diharapkan yang bisa terjadi karena beberapa masalah dan salah satunya yakni
masalah sumber daya manusia, kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat dan
kegagalan faktor teknis yang berpengaruh pada risiko terjadinya infeksi dirumah
sakit.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami akan mejelaskan tentang :

1. Aspek keselamtan pasien pada pemeriksaan laboratorium infeksi


2. Prosedur penerimaan specimen
a. Pengambilan dan pengiriman specimen
b. Pemeriksaan laboratorium
3. Hasil dari pemeriksaan specimen
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara menjaga keselamatan


pasien saat melakukan pemeriksaan laboratorium infeksi, bagaimana prosedur
pengambilan serta penerimaan specimen, dan hasil dari pemeriksaan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penilitian ini bermanfaat untuk para petugas kesehatan baik seorang laboran,
dokter, maupun perawat. Adanya penelitian ini maka saat terjadi sebuah penyakit
infeksi tidak ada pasien ataupun petugas yang terkena dampaknya, karna sudah
mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan laboratorium infeksi.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan ialah Kualitatif deskriptif yang didapatkan dari berbagai
sumber artikel. Tidak dilakukan langsung di lapangan, hanya mengumpulkan
informasi-informasi yang didapatkan.

F. Landasan Teori

Pada makalah ini kami akan menjelaskan patient safety di laboratorium MERS-
COV yang di mulai dari bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori,
Bab berikutnya yaitu bab tiga, penyusun menguraikan secara rinci berdasarkan
data-data yang penyusun peroleh dari buku dan internet mengenai pemakaian huruf.
Bab III merupakan bab kesimpulan dan saran dalam makalah ini. Pada bagian ini,
penyusun menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran agar para
pembaca dapat lebih memahami tentang makalah ini.
BAB I
PEMBAHASAN

A. Keselamatan Pasien Pada Pemeriksaan


Laboratorium Infeksi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat,sehingga dapat mengurangi resiko
kecelakaan kerja. Penerapan K3 di rumah sakit diharapkan mampu menunjang
pelayanan kesehatan rumah sakit menjadi lebih baik. Selain itu, K3 dapat dijadikan
media preventif dan proteksi diri dari penyakit penyakit akibat kerja dan kejadian
kejadian yang tidak diinginkan di rumah sakit.

Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan dan keselamatan


kerja sesuai yang tercantum pada pasal 23 dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja. Pelaksanaan K3 dapat menjadi
gambaran mutu pelayanan yang baik di rumah sakit. Penerapan K3 dapat berjalan
baik apabila ada komitmen dan kebijakan yang baik dari rumah sakit. Rumah sakit
sebagai penyedia sarana harus memberikan pelayanan yang baik tidak hanya untuk
pasien, tetapi juga karyawan dan tenaga kesehatan di dalamnya. Apabila K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dari karyawan dan tenaga kesehatan di rumah
sakit diperhatikan, tentu mutu pelayanan yang akan diberikan berkualitas.
Memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal, rumah sakit memerlukan
tenagatenaga kesehatan yang produktif dalam bekerja. Tenaga-tenaga kesehatan
tesebut yakni dokter, perawat, bidan, apoteker, fisioterapi dan tenaga kesehatan
lainnya.

Namun ada aspek yang juga berpengaruh terhadap mutu pelayanan di sebuah
rumah sakit. Dan seharusnya menjadi perhatian besar bagi pihak rumah sakit sebagai
penyedia pelayanan. Aspek tersebut adalah keselamatan pasien (patient safety).
Pasien bukan hanya membutuhkan pelayanan yang berkualitas tetapi juga suatu
kondisi yang meyakinkan mereka bahwa pelayanan yang diberikan adalah pelayanan
yang aman dan tidak membahayakan diri mereka (Permenkes, 2011). Perawat
sebagai salah satu komponen sumber daya manusia (SDM) dalam sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit, yang bertugas langsung pada garis depan dan mempunyai
waktu lebih banyak berhadapan dengan pasien, tanpa mengabaikan peran tenaga
kerja lainnya. Mutu pelayanan rumah sakit sebagian ditentukan juga oleh peran
perawat. Dimensi mutu pelayanan rumah sakit yang luas dapat berubah sebagai
dinamisasi dan adaptasi perkembangan waktu dan tuntutan pasien. Akhir-akhir ini
mutu pelayanan yang berorientasi kepada keselamatan pasien menjadi lebih menonjol
(prahasto, 2008). Keselamatan pasien di rumah sakit kemudian menjadi isu penting
karena banyaknya kasus medical error yang terjadi di berbagai negara. Setiap tahun
di Amerika hampir 100.000 pasien yang dirawat di rumah sakit meninggal akibat
medical error. Laporan diatas telah menggerakkan sistem kesehatan dunia untuk
merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien (patient safety).

Gerakan ini berdampak juga terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui


pembentukan KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004.
Beberapa faktor yang mendorong penyebaran mikroba resisten difasilitas antara lain
kurangnya perhatian pada tindakan pencegahan infeksi dasar, penggunaan alat tanpa
disinfeksi, keterbatasan fasilitas cuci tangan. Penggunaan antibiotika yang bijak dan
rasional dapat mengurangi beban penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sebaliknya,
penggunaan antibiotika secara luas pada manusia dan hewan yang tidak sesuai
indikasi, mengakibatkan meningkatnya resistensi antibiotika secara signifikan.

Penyebaran kuman atau infeksi biasanya terjadi saat kuman berpindah dari tangan
petugas pelayanan kesehatan yang menyentuh pasien. Infeksi yang paling umum
adalah infeksi saluran urin dan tempat pembedahan, pneumonia dan infeksi aliran
darah serta sering disebabkan oleh kuman MDR seperti MRSA.

Di samping higiena tangan yang merupakan kunci utama, keamanan, kebersihan


permukaanpermukaan sepanjang waktu, akses yang mudah, pemanasan, ventilasi dan
pendingin ruangan, serta tata kelola air yang digunakan memegang peran penting
dalam melindungi petugas dan pasien.

B. Prosedur Penerimaan Spesimen

a. Pengambilan dan Penerimaan Spesimen

Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan


universal precaution atau kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit dari pasien ke paramedis maupun lingkungan sekitar.
Hal tersebut meliputi :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan
SESUDAH tindakan.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS digunakan :
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan karet
c. Masker disposable
3. Alat dan bahan pengambilan spesimen :
a. Virus Transport Media (VTM)
b. Tongue Spatel
c. Swab Dacron
d. Ice pack dan Cold Box
e. Label nama
f. Gunting
g. Alkohol 70%
h. Parafilm
i. Form Pengambilan Spesimen
4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi kesalahan).

Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga


laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai dengan
kondisi dan situasi setempat. Berdasarkan informasi yang terkini (WHO
pertanggal 3 Juli 2013), spesimen yang mempunyai titer virus tertinggi terdapat
pada saluran pernafasan bawah. Spesimen yang baik untuk pemeriksaan virus
MERSCoV adalah spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak,
aspirat trakea dan bilasan bronkoalveolar (lihat Tabel 1) Spesimen saluran
pernafasan atas (nasofaring dan orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen
saluran pernafasan bawah tidak memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-
tanda atau gejala infeksi pada saluran pernapasan bawah.

Spesimen dari saluran nafas atas dan bawah sebaiknya ditempatkan terpisah
karena jenis spesimen untuk saluran nafas atas dan bawah berbeda, namun dapat
dikombinasikan dalam satu wadah koleksi tunggal dan diuji bersama-sama.Virus
MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya seperti darah,
urin, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di dalam mendiagnosis infeksi
MERS-CoV belum dapat dipastikan.

Pemberian label jenis spesimen yang diambil sangat penting. Jika pengujian
awal dari swab nasofaring negatif pada pasien yang diduga kuat memiliki infeksi
MERS-CoV, maka pasien harus diuji ulang dengan menggunakan spesimen dari
saluran pernafasan bawah atau mengulangi pemeriksaan spesimen nasofaring dan
spesimen orofaringeal. Untuk pengujian serologis diperlukan sera akut dan
konvalesen. Sampel serum akut tersebut diambil di minggu pertama sejak mulai
sakit, sedangkan serum konvalesen diambil dengan jarak waktu minimal 21 hari
kemudian.

Spesimen harus tiba di laboratorium segera setelah pengambilan. Penanganan


spesimen dengan tepat saat pengiriman adalah hal yang teramat penting. Sangat
disarankan agar pada saat pengiriman spesimen tersebut ditempatkan di dalam
cool box dengan kondisi suhu 0-40 C atau bila diperkirakan lama pengiriman
lebih dari 3 hari disarankan spesimen dikirim dengan es kering (dry ice).
Tabel 1. Jenis spesimen untuk pengujian MERSCoV, berikut cara
penanganannya.

Jenis Media Pengirim Kategor Catatan Spesimen


spesimen pengiri an ke i bahaya yang harus
man laborator pengiri diambil
ium man
Dahak yang Tidak Dengan Zat Pastikan WAJIB
dihasilkan ada es. Bila biologis, materi
secara alami * penundaa Kategori diambil
n B dari saluran
pengujian pernafasan
> 24 jam, bawah
disaranka
n
dibekukan
dengan es
kering
Bilasan Tidak Dengan Idem Mungkin BILA
bronkoalveola ada es. Bila terjadi MEMUNGKI
r penundaa pengencera NKAN
(Bronchoalveo n n (dilusi)
lar lavage) pengujian virus,
> 24 jam, namun
disaranka spesimen
n masih
dibekukan dapat
dengan es digunakan
kering
Aspirat trakea Tidak Dengan Idem BILA
ada es. Bila MEMUNGKI
penundaa NKAN
n
pengujian
> 24 jam,
disaranka
n
dibekukan
dengan es
kering
Aspirat Tidak Dengan Idem BILA
nasofaring ada es. Bila MEMUNGKI
penundaa NKAN
n
pengujian
> 24 jam,
disaranka
n
dibekukan
dengan es
kering
Kombinasi Media Dengan es Idem Virus telah WAJIB
usap transport terdeteksi
hidung/tenggo virus pada jenis
rokan spesimen in
Swab Media Dengan es Idem WAJIB
nasofaring transport
virus
Jaringan yang Media Dengan Idem BILA
diambil dari transport es. Bila MEMUNGKI
biopsi atau virus penundaa NKAN
otopsi, atau n
termasuk dari garam pengujian
paru-paru fisiologis > 24 jam,
disaranka
n
dibekukan
Serum untuk Tidak Dengan es Idem Selalu WAJIB
serologi atau ada atau ambil
deteksi virus dalam sampel
keadaan berpasanga
beku n bila
memungkin
kan. Akut-
minggu
pertama
sakit
Konvalense
n-idealnya
3-4 minggu
kemudian
Spesimen EDTA Dengan es Idem Untuk BILA
darah (whole antikoag deteksi MEMUNGKI
blood) ulan virus, NKAN
sebaiknya
pada
minggu
pertama
sakit

Pengambilan sampel sputum dengan cara induksi dapat menimbulkan risiko infeksi
tambahan bagi petugas kesehatan. Pengambilan spesimen lain seperti; urin, feses,
atau spesimen lainnya disesuaikan dengan kondisi pasien.
b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi MERS-CoV dilakukan


dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing.1,2
Pengujian ada/ tidaknya virus pada spesimen harus dilakukan di laboratorium
dengan peralatan yang memadai oleh staf yang telah melalui pelatihan teknis dan
prosedur keselamatan terkait. Pemeriksaan laboratorium diagnostik untuk MERS-
CoV mencakup pemeriksaan pada gen protein E (upE) 3 , gen ORF1b,gen
ORF1a4 . Selain itu, telah teridentifikasi beberapa situs target pada genom
MERS-CoV untuk sekuensing guna membantu memperoleh konfirmasi. Situs-
situs tersebut ada pada gen protein RNA polymerase pada RdRp RNA dan
nukleokapsid (N).

C. Hasil Pemeriksaan

Bila terdapat hasil yang berbeda dari dua pengujian pada situs-situs unik pada
genom MERS-CoV, harus dilakukan sekuensing dari amplikon (produk PCR)
yang dihasilkan dari pengujian PCR yang sesuai guna memastikan hasil
pengujian. Data sekuen tersebut, digunakan untuk konfirmasi virus MERS-CoV
serta merupakan sumber informasi yang berharga untuk memahami asal virus dan
apakah virus tersebut berasal dari satu atau beberapa sumber. Oleh karena itu,
sekuensing terhadap nukleotida dan asam amino dari sebanyak mungkin
spesimen positif sangatlah direkomendasikan.
Keterangan: * Panah merah: pemeriksaan diagnostik RT-PCR dapat dilakukan
di laboratorium pelaksana yang memadai dan laboratorium rujukan
(Balitbangkes) secara paralel. * Panah hijau: pemeriksaan konfirmasi dilakukan di
laboratorium rujukan (Balitbangkes) * Saat ini pemeriksaan dilakukan di
laboratorium virologi Badan Litbangkes, sampai laboratorium pelaksana mampu
untuk melakukan pemeriksaan sendiri. Salah satu syarat berikut harus dipenuhi
untuk menyatakan sebuah kasus telah mendapatkan konfirmasi laboratorium
(Gambar1): Hasil uji PCR positif untuk setidaknya DUA target spesifik berbeda
pada genom MERS-CoV ATAU Satu hasil uji PCR positif untuk SATU target
spesifik pada genom MERSCoV dan HASIL SEKUENSING pada PCR
produknya, yang memastikan kesamaan identitas dengan sekuen virus baru yang
telah dikenal.

Satu hasil positif uji PCR untuk satu target spesifik tanpa uji lebih lanjut
belum kuat untuk membuktikan infeksi MERS-CoV. Klasifikasi akhir kasus akan
bergantung pada informasi klinis dan epidemiologis yang dikombinasikan dengan
data laboratorium. Penting untuk diingat bahwa serangkaian hasil negatif tidak
berarti mengeliminasi kemungkinan infeksi pada pasien yang menunjukan gejala
klinis. Sejumlah faktor juga dapat menghasilkan hasil negatif yang salah,
misalnya saja faktor-faktor: • Kualitas spesimen yang buruk, misalnya spesimen
saluran pernafasan yang terlalu banyak mengandung materi orofaringeal •
Spesimen yang terlalu dini/lambat • Spesimen yang tidak ditangani dan
dipindahkan dengan baik • Faktor teknis selama pengujian, misalnya mutasi virus
atau hambatan PCR Saat bukti klinis dan epidemiologi menunjukkan adanya
infeksi MERSCoV meskipun hasil PCR nya negatif, pengujian serologis dapat
dilakukan untuk memastikan terjadinya infeksi.Oleh karena itu sangat penting
untuk mengambil sampel serum berpasangan dari kasus yang diteliti. Hasil
laboratorium dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan selaku focal point IHR dan diinformasikan kepada
pengirim.

Anda mungkin juga menyukai