Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

POLIKLINIK SATBRIMOB POLDA JABAR

No. Dokumen :

Tanggal terbit :

No. Revisi :

POLIKLINIK SATUAN BRIMOB POLDA JABAR

JL. Kol. Achmad Syam No.17 Jatinangor Kabupaten Sumedang


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Poliklinik Satbrimob Polda Jabar. Panduan ini kami susun
sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi.

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya penting dalam


memberikan pelayanan di FKTP yang memiliki peran strategis dalam mendukung
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan diharapkan bisa berdampak pada
peningkatan kinerja poliklinik.

Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih atas


bimbingan, bantuan,kerjasama serta patisipasi semua pihak yang terlibat dalam
proses penyusunan panduan pencegahan dan pengendalian infeksi di Poliklinik
Satbrimob Polda Jabar.
DAFTAR ISI

Halaman judul ...........................................................................................................

Kata Pengantar ..........................................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

A. Latar belakang..................................................................................................
B. Tujuan ..............................................................................................................
C. Sasaran ...........................................................................................................
D. Ruang lingkup ..................................................................................................
E. Dasar hokum ...................................................................................................

BAB II STANDAR KETENAGAAN .............................................................................

A. Kualifikasi SDM ...............................................................................................


B. Distribusi ketenagaan ......................................................................................
C. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan ..............................................................

BAB III PRINSIP DASAR PPI ....................................................................................

A. Hand Hygiene / Kebersihan Tangan................................................................


B. Alat Pelindung Diri............................................................................................
C. Pengelolaan peralatan kesehatan....................................................................
D. Pengelolaan Linen............................................................................................
E. Pengendalian Lingkungan................................................................................
F. Manajemen Pengolahan Limbah.....................................................................
G. Penempatan Pasien.........................................................................................
H. Hygiene Respiratory / Etika Batuk...................................................................
I. Praktek Penyuntikan yang Aman.....................................................................
J. Kesehatan dan Keselamatan Petugas.............................................................

BAB IV TATALAKSANA PPI ......................................................................................

BAB V PANDUAN PPI BAGI PASIEN/PENGUNJUNG..............................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Poliklinik harus didukung oleh
sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mencapai pelayanan yang prima
dan optimal.Pelayanan yang prima dan optimal dapat diwujudkan dengan
kemampuan kognitif dan motoric yang memadai yang harus dimiliki oleh
setiap petugas kesehatan khususnya di FKTP Poliklinik Satbrimob. Seperti
yang kita ketahui pengendalian infeksi di FKTP merupakan rangkaian aktifitas
kegiatan yang wajib dilakukan oleh Tim Pencegahan danPengendalian Infeksi
yang merupakan tuntutan kualitas sekaligus persyaratanadministrasi FKTP
menuju akreditasi.
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien
selamadirawat di Rumah Sakit. Infeksi Nosokomial terjadi karena adanya
transmisi mikroba pathogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan
perangkatnya. Akibat lainnyayang juga cukup merugikan adalah hari rawat
penderita yang bertambah, beban biayamenjadi semakin besar, serta
merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan medis rumahsakit kurang
membantu.Infeksi nosokomial yang saat ini disebut sebagai healthcare
associated Infection (HAIs) merupakan masalah serius bagi semua sarana
pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Bagi masyarakat umum, sarana kesehatan merupakan tempat
pemeliharaan kesehatan. Pasien mempercayakan sepenuhnya kesehatan
dirinya atau keluarganya kepada petugas kesehatan, maka kewajiban
petugas kesehatan adalah menjaga kepercayaan tersebut. Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal merupakan langkah penting untuk menjaga sarana
kesehatan (Rumah Sakit, Poliklinik, dll) sebagai tempat penyembuhan, bukan
menjadi sumber infeksi.
Berkaitan dengan hal di atas maka diperlukan rangkaian program
yang berkesinambungan dalam rangka pencegahan dan pengendalian Infeksi 
(PPI). Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI).Hasil survey tentang upaya pencegahan infeksi di Poliklinik
(Bachroen, 2000) menunjukkan masih ditemukan beberapa tindakan petugas
yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri mereka, pasien
yang dilayani dan masyarakat luas yaitu :
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat
3. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
4. Tekhnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang tidak tepat
5. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
Hal tersebut dapat saja meningkatkan resiko petugas kesehatan tertular
akibat tertusuk jarum atau terpajan darah/ cairan tubuh yang terinfeksi.
Sementara pasien dapat tertular melalui peralatan yang terkontaminasi atau
menerima darah atau produk darahyang mengandung virus.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan sumber daya
manusiatentang pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat
melindungi petugas danmasyarakat dari penularan penyakit infeksi guna
meningkatkan mutu pelayanan di FKTP.
Tujuan Khusus
1. Menjadi penuntun bagi tenaga kesehatan hingga mampu memberikan
pelayanankesehatan dimana resiko terjadinya infeksi dapat ditekan.
2. Menjadi acuan bagi para penentu kebijakan dalam perencanaan logistic di
FKTP.
3. Menjadi acuan dikalangan non medis yang mempunyai resiko terpajan
infeksi dalam pekerjaannya.
4. Menjadi bahan acuan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan
kepada pasien/ keluarga pasien tentang tindakan pencegahan infeksi.

C. RUANG LINGKUP
Pedoman ini digunakan untuk panduan bagi petugas kesehatan di FKTP
dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan
terhadap pasien yang menderita penyakit menular baik kontak langsung,
droplet dan udara.

D. BATASAN OPERASIONAL
Kewaspadaan Standar diterapkan pada semua petugas dan pasien /
orang yangdatang ke fasilitas pelayanan kesehatan. (Infection Control
Guidelines CDC, Australia).
Kewaspadaan berdasarkan transmisi / penularan, hanya diterapkan
pada pasienyang dirawat inap di Poliklinik, sampai diagnosa tersebut dapat
dikesampingkan.(Gardner and HICPAC 1996).
Surveilans adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus
menerus dansistematik dalam bentuk pengumpulan data, analisis data,
interpretasi data dandiseminasi informasi hasil interpretasi data bagi mereka
yang membutuhkan.
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431)
2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125)
3. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang
StandartPelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
KebijakanDasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
SistemKesehatan Nasional.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Dalam melaksanakan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
FKTP Poliklinik Satbrimob Polda Jabardipimpin oleh Ketua Tim PPI dan
Anggota Tim PPI dengan kualifikasi beban kerja yg ada. Untuk distribusi
ketenagaan Tim PPI disebutkan sesuai denngan tugas masing-masing.

No Kedudukan dalam Tim Nama


1 Ketua Shinta Dessiyani A.Md.Kep
2 Sekretaris Della Fathul Zanah, S.KM
3 Anggota - Indriyani, A.Md.Kes
- Furkon Ramdan W, A.Md.Kep
- Fenny Alvionita S.Tr.Keb

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tim PPI berjumlah 5 orang sesuai dengan struktur organisasinya. Tim PPI ter
diri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota Tim yang terdiri dari masing-masing
unit terkait yang berhubungan langsung dengan kegiatan PPI.

C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kebersihan tangan
 Bekerja sama dengan bagian penunjang dalam pengadaan botol dan
braket untuk tempat handrub, sabun cair handwash, tissue pengering
dan tempat sampah.
  Bekerjasama dengan bagian humas dalam pengadaan poster, leaflet
dan stiker Kebersihan Tangan.
 Bekerja sama dengan bagian farmasi untuk produksi Handrub dengan
formula yang direkomendasikan oleh WHO.
 Tim PPI melakukan kampanye Kebersihan Tangan untuk semua
masyarakat petugas klinik.
2. Pemenuhan kebutuhan APD di semua ruang pelayanan perawatan pasien
dan sosialisasi cara memakai dan menggunakan serta indikasi
Penggunaannya
 Bekerja sama dengan bagian umum dan farmasi dalam pengadaan
APD
 Tim PPI mengadakan pelatihan cara penggunaan APD untuk semua
perawat sampai tenaga cleaning service
 Tim PPI membuat poster indikasi penggunaan APD.
3. Sosialisasi perawatan peralatan pasien dengan mengetahui cara
pembersihan alat nonkritikal, semi kritikal dan kritikal.
PPI mengadakan sosialisasi cara dekontaminasi dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan caracara desinfeksi dan sterilisasi untuk semua 
alat nonkritikal, semi kritikal dan kritikal kepada Tim PPI.
4. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis ta
jam/ non tajam dan limbah non medis di semua ruang pelayanan
perawatan pasien.
 Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan untuk
pengadaan tempat sampah medis dan umum di seluruh area klinik.
 Bekerja sama dengan Instalasi Sanitasi dan Lingkungan untuk
pengadaan safetybox di seluruh area pelayanan perawatan pasien di
klinik.
5. Penataan penempatan pasien di ruang tunggu terpisah
Tim PPI menata penempatan pasien di ruang tunggu terpisah sesuai
kriteria kewaspadaan transmisi droplet ataupun airborn.
6. Pelaksanaan program kesehatan karyawan
 Bekerja sama dengan Tim Binjas untuk pelaksanaan rikkes berkala
dan kesamaptaan jasmani.
7. Sosialisasi dan pemenuhan poster etika batuk
Bekerja sama dengan bagian promkes dalam pemenuhan poster Etika
batuk.

8. Sosialisasi prosedur penyuntikan yang aman dengan no recapping.


Tim PPI bersama bagian keperawatan melakukan sosialisasi cara
penyuntikan yang aman dengan one hand dan no recapping kepada
seluruh tenaga keperawatan dantenaga non perawat dalam melakukan
tindakan penyuntikan.
9. Pemenuhan kebutuhan cairan desinfektan, dekontaminasi, dan cara
sterilisasi.
Tim PPI melakukan pengadaan Spill kit di area pelayanan perawatan
pasien.
10. Surveilans oleh seluruh Tim PPI
11. Pemenuhan sarana pencegahan infeksi di Klinik
 Bekerja sama dengan bagian farmasi dalam pengadaan laminar flow
untuk mixing obat intra vena.
 Bekerja sama dengan bagian unit setralisasi untuk pengadaan
sterilisasi suhurendah

BAB III
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
POLIKLINIK SATBRIMOB

Pencegahan dan Pengendalian infeksi menjadi bagian penting dalam


upaya meningkatkan mutu pelayanan medis dan asuhan keperawatan di
Poliklinik yang berfokus pada keselamatan pasien, petugas dan
lingkungan Poliklinik. Kinerja PPI dicapai melalui keterlibatan
aktif semua petugas Poliklinik, mulai dari jajaran manajemen, dokter, perawat,
paramedis, pekarya, petugas kebersihan, sampai dengan petugas parkir dan
satpam maupun seluruh masyarakat di Poliklinik seperti pengunjung, mitra kerja
Poliklinik (Bank, asuransi, rekanan penyedia barang, dll).
Kegiatan PPI harus dilakukan secara tepat di semua bagian/area di
Poliklinik, mencakup seluruh masyarakat Poliklinik dengan menggunakan
prosedur dan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh Poliklinik. Upaya
pokok PPI mendasarkan pada upaya memutus
rantai penularan infeksi berfokus pada Kewaspadaan Standar (Standart
Precautions) yang merupakan gabungan Kewaspadaan Universal (Universal
Precautions) dan BSI (Body Substance Isolation) ,serta Kewaspadaan Isolasi
berdasarkan transmisi penyakit.

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi poliklinik dirancang untuk memutus rantai-
rantai penularan penyakit menuju perlindungan pasien, petugas kesehatan, pengunjung
dan masyarakat.
Komponen Kewaspadaan Standar :

1. Kebersihan tangan
2. Alat pelindung diri (APD) : sarung tangan, masker, google /kacamata
pelindung,  face shield (pelindung wajah), gaun, topi, pelindung kaki
3. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Penatalaksanaan linen
6. Pengelolaan limbah dan benda tajam
7. Penempatan pasien
8. Higiene respirasi/etika batuk
9. Praktik menyuntik yang aman
10. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan

Kewaspadaan standar diterapkan pada seluruh kegiatan pelayanan pada


pasiendi Poliklinik,  pada pasien rawat jalan  ataupun tanpa penyakit infeksi yang
sudah teridentifikasi. Penerapan komponen kewaspadaan standar yang
nasional/tepat didasarkan pada penilaian risiko potensial yang dihadapi pasien
atau petugas dalam setiap kegiatan pelayanan yang spesifik sehingga
implementasi setiap komponen standar tidak harus seragam/sama pada setiap
aktivitas/kasus.
Upaya selanjutnya PPI dalam memutus rantai penularan infeksi di Poliklinik
adalah dengan penerapan kewaspadaan isolasi berdasarkan cara penularan
penyakit infeksi yangsudah dapat diduga atau diidentifikasi. Kewaspadaan
isolasi sesuai cara penularan infeksiditerapkan sebagai komplemen/tambahan
pada kewaspadaan standar tehadap pasien yangsudah diidentifikasi menderita
penyakit infeksi berdasarkan karakteristik demografik, klinikdengan atau tanpa
pemeriksaan diagnostik penunjang khususnya mikrobiologi klinik.Terdapat 3
jenis kewaspadaan isolasi berdasarkan cara transmisi infeksi yaitu
kewaspadaantransmisi kontak, kewaspadaan transmisi
droplet dan kewaspadaan transmisi airborne/udara.
Penilaian risiko penularan dikerjakan sebelum petugas
memberikantindakan/perawatan kepada pasien. Perlu selalu dipertimbangkan
kemungkinan terjadikombinasi cara transmisi infeksi yang memberikan
konsekuensi perlunya dilakukan lebih darisatu standar kewaspadaan isolasi.
Apabila menghadapi suatu penyakit yang belumdikenal/merupakan penyakit
infeksi baru atau belum dikenali cara penularannya, makadirekomendasikan
untuk menerapkan prinsip kewaspadaan yang tertinggi, yaitu kewaspadaan
transmisi airborne.

Pertimbangan praktis Pelaksanaan Kewaspadaan Standar

Perlakuan baik pasien atau petugas sebagai individu yang potensial


menularkan dan rentan terhadap infeksi. Pertimbangkan penggunaan alat
pelindung diri sesuai penilaian resiko pada awal setiap aktivitas pelayanan
kepada pasien.
KEWASPADAAN STANDAR

A. HAND HYGIENE / KEBERSIHAN TANGAN


Kebersihan tangan telah diakui sebagai salah satu tindakan terpenting
untukmengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi di
Poliklinik/fasilitas kesehatan lain. Diawali hasil penelitian Semmelweis (1861),
berlanjut hasil-hasil penelitian lain sesudahnya menunjukkan bahwa kebersihan
tangan petugas merupakan faktor penting pada penularan infeksi antar pasien.
Berbagai penelitian mengindikasikan bahwa penularan infeksi Poliklinik
sebagian besar terjadi melalui transmisi kontak, khususnya melalui kontak
tangan petugas disamping kontak melalui peralatan/tindakan invasif.
Dari sisi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), praktik kebersihan
tanganditujukan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan
menghilangkansemua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada
kulit, baik yang diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan maupun 
juga sejumlah mikroorganisme permanen yang tinggal di lapisan terdalam kulit.
Daerah di bawah kuku (ruang subungual) pada jam tangan mengandung jumlah
mikroorganisme tertinggi dan kuku yang panjang dapat berperan sebagai
reservoar untuk bakteri (Gram negatif seperti P.aeruginosa), jamur dan patogen
lain.

Kuku harus dijaga agar tetap pendek tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari
dan tidak memakai cat kuku. Penggunaan perhiasan di tangan tidak
diperkenankan selama bertugas.

 
 
Ada tiga cara kebersihan tangan :
1. Mencuci tangan : dilakukan menggunakan air mengalir dengan sabun biasa
atau sabun antisepstik. Mencuci tangan dengan prosedur yang tepat harus
dilakukanapabila tangan terlihat kotor atau setelah terkena cairan tubuh;
2. Alternatif cuci tangan (alcuta) dengan handrub antiseptik : handrub antiseptik juga
berisi pelembut seperti gliserin, gliserol propelin atau sorbitol yang
melindungidan melembutkan kulit.
 Dilakukan ketika tangan tidak terlihat kotoran atau debris. 
 Alcuta dapat dilakukan menggunakan handrub antiseptik berbasis 
alkohol 70%.
 Terutama di tempat yang akses wastafel dan air bersih terbatas.3.
3. Cuci tangan bedah (surgical handrub): cara kebersihan tangan sebelum
melakukantindakan bedah :
a. Secara aseptik menggunakan sabun antiseptik dan sikat steril:
 Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan (gelang, cincin).
 Menggunakan air bersih mengalir serta menggunakan sabun 
antiseptik yang mengandung khlorheksidin glukonat  4%.
 Tangan dibasahi sampai siku.
 Sabun antiseptik ini dipompa dari tempatnya menggunakan siku.
 Mulai tangan kiri disikat : kuku, sela jari, telapak tangan
(5x), punggungtangan (5x), setiap sisi lengan bawah sampai siku
(5x), hingga bersih. Ganti tangan kanan, kerjakan serupa berulang
ulang lima sampai sepuluh menit.
 Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan posisi Jari
tangan lebih tinggi dan posisi siku.
 Dihindarkan tangan yang sudah dicuci bersih bersentuh benda di
sekitarnya. 
b. Secara aseptik menggunakan antiseptic handrub berbasisalkohol:
 Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan (gelang, cincin).
 Cuci tangan menggunakanair bersih mengalir dan sabun antiseptik 
yang mengandung khlorheksidin glukonat sampai dengan siku,
tanpa sikat
 Keringkan dengan tisu pengering dengan baik
 Ambil handrub berbasis alkohol di telapak tangan kiri,menggunakan
tangan kanan untuk mengoperasikan dispenser 
 Gosokkan ujung jari dan kuku
jari kanan secara seksama di handrub alcohol telapak tangan kiri
untuk membersihkan kolonisasi kuman di bawah kuku (5detik)
 Gosokkan telapak tangan kiri pada tangan dari lengan kanan bawah
sampaidengan siku, dengan gerakan memutar, pastikan seluruh
area lengan tersebuttergosok sampai dengan handrub alkohol
kering sempurna (15 detik)
 Lakukan langkah iv-vi kembali untuk ujung jari dan kuku jari kiri
(5 detik),dilanjutkan lengan kiri bawah sampai dengan siku, sampai
dengan kering sempurna (15 detik)
 Tuangkan kembali handrub berbasis alkohol dilanjutkan 7 langkah
prosedur handrub rutin (15-20 detik)

Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebersihan tangan untuk


mencegah penularan mikroorganisme melalui kontak tangan TIDAK EFEKTIF 
bila menggunakan sabun atau bahan yang tidak standar, volume terlalu sedikit
dan dalam waktu yang terlalu singkat. Pemakaian asesoris tangan dan
memelihara kuku panjang tidak diperkenankan saat bertugas merawat pasien
karena menghalangi efektivitas kebersihan tangan.

Indikasi Kebersihan Tangan


Secara umum, kebersihan tangan di fasilitas kesehatan dilakukan berdasarkan
Pedoman PPI Departemen Kesehatan (2007), disebutkan bahwa kebersihan
tangan dilakukan sebelum dan setelah:
1. memeriksa dan kontak langsung dengan pasien
2. memakai dan melepas sarung tangan
3. menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
4. pada situasi yang membuat tangan terkontaminasi:
a. memegang instrumen kotor atau barang lain yang terkontaminasi 
b. menyentuh membran mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya (sekresi at
auekskresi)
5. masuk dan meninggalkan ruang isolasi.
Sesuai dengan area tempat bertugas, saat kebersihan tangan wajib dilakukan
oleh setiap petugas disesuaikan dengan potensi risiko transmisi patogen antar
pasien, antara petugas dan pasien, antara petugas dan lingkungan/peralatan
terkontaminasi, antara petugasdengan bahan yang berpotensi infeksius. Bagi
petugas di luar area perawatan,direkomendasikan melakukan kebersihan tangan
saat tiba di tempat pelayanan kesehatan,sebelum masuk dan meninggalkan
ruangan pasien, sesudah dari kamar kecil dan sebelummeninggalkan
puskesmas.
Berdasarkan pedoman WHO (2009), direkomendasikan 5 saat penting wajib
menjalankan kebersihan tangan di ruang perawatan, diperkenalkan sebagai
“Five moments for hand hygiene”.
Lima saat penting wajib menjalankan hygiene tangan (WHO) :
1. sebelum kontak pasien
2. sebelum melakukan prosedurtindakan/aseptic
3. setelah kontak dengancairan tubuh
4. setelah kontak pasien
5. setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

1) Saat kebersihan tangan untuk pasien


Pasien perlu mendapatkan edukasi tentang kebersihan tangan pada
setiaporientasi pasien rawat inap. Pasien berhak mengingatkan petugas
melaksanakankebersihan tangan setiap kali akan memberikan perawatan atau
melakukan tindakankepada dirinya agar meminimkan risiko pemindahan
patogen penyebab infeksi antar pasien, petugas-pasien, maupun melalui
peralatan.Pasien perlu melaksanakan kebersihan tangan saat sebelum dan
sesudah makan,setelah menyentuh cairan tubuh (urine, dahak, ingus, dll) atau
setelah dan kamarmandi/WC.
2) Saat kebersihan tangan untuk pengunjung
Pengunjung perlu mendapatkan edukasi tentang kebersihan tangan
melalui program penyuluhan kesehatan masyarakat puskesmas, melalui media l
eflet - poster,dll. Pengunjung perlu melaksanakan kebersihan tangan pada
setiap akan menemui pasien, setelah menemui pasien/kontak lingkungan sekitar
pasien, setelah kontak cairantubuh, sebelum meninggalkan puskesmas,
sebelum dan setelah makan.
3) Rekomendasi Mencuci Tangan
 Pemakaian sabun dan air mengalir penting ketika tangan terlihat kotor. 
 Air mengalir dan sabun yang digosokkan di seluruh bagian/lipatan tangan
harus digunakan selama 40 sampai 60 detik.
 Penting sekali untuk mengeringkan tangan setelah mencucinya.
 Mencuci tangan memakai sabun biasa atau sabun antiseptik dan air
bersih adalahsama efektifnya, bila dijalankan sesuai prosedur.
 Sabun biasa mengurangi terjadinyairitasi kulit. Untuk membantu mencegah
iritasi kulit dan dermatitis kontak karenaseringnya mencuci tangan,
direkomendasikan penggunaan produk perawatan tangan(losion
pelembab/krem).
Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk bersih atau
keringkan diudara. Handuk yang digunakan bersih dapat dengan cepat
terkontaminasi dan tidak lagi direkomendasikan. Membawa handuk /sapu
tangan kecil pribadi membantumenghindari pemakaian handuk kotor.
 
4) Rekomendasi Alternatif cuci tangan (alcuta) dengan handrub antiseptik (handrub
berbasis alkohol)
 Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga
jikatangan terlihat kotor atau terkontaminasi (oleh darah atau cairan tubuh
lain), harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu.
 Antiseptik yang bereaksi cepat menghilangkan sementara atau
mengurangimikroorganisme penghuni tetap dan melindungi kulit tanpa
menggunakan air direkomendasikan yang mengandung alkohol 60-90%,
emollient dan dapat ditambahkan antiseptik (misalnya khlorheksidin
glukonat 
  2-4%) yang memiliki anti residual.
 Handrub antiseptik yang hanya berisi bahan aktif alkohol, berefek residual
terbatas dibandingkan yang berisi tambahan antiseptik seperti
khlorheksidin
 Hasil observasi mengindikasikan bahwa teknik mencuci tangan yang tidak
tepat dan keterbatasan sumber air bersih berhubungan dengan
rendahnya tingkat kepatuhan dan mengakibatkan rekomendasi
kebersihan tangan menjadi tidak efektif. Handrub antiseptik lebih efektif
dibandingkan mencuci tangan dengan sabun biasa atau sabun antiseptik
karena dapat disediakan di berbagai tempat sesuai kebutuhan,
tidakmemerlukan sumber air, waktu lebih singkat dan kurang
menimbulkan iritasi kulit(tidak kering, pecah-pecah atau merekah).
Dengan demikian, handrub antiseptic dapat menggantikan mencuci tangan
dengan sabun dan air sebagai prosedur utama dengan syarat tangan tidak
tampak kotor.
5. Prosedur menjaga kebersihan tangan dengan formula berbasis alkohol :

 Tuangkan secukupnya handrub berbasis alkohol untuk dapat mengisi 1


cekungantelapak tangan (lebih kurang 1 sendok teh/3cc)
 Gosokkan larutan dengan teliti dan benar pada kedua belah tangan,
khususnya diantara jari-jemari, di bawah kuku, sesuai 7 langkah cuci
tangan, hingga kering dalam waktu 20-30 detik 

Prosedur cuci tangan dengan sabun dan air mengalir :

Sumber : Pedoman WHO, 2009


Prosedur kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol

Sumber : Pedoman WHO, 2009

Prosedur Cuci Tangan Bedah Menggunakan Larutan Berbasis Alkohol


Dilakukan setelah petugas mencuci tangan sampai dengan siku dengan sabun
berbahan chlorhexidine 4% tanpa sikat, tangan dalam kondisi kering.
B. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Pelindung barier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri
(APD) telahdigunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan
munculnya AIDS dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberculosis di
banyak negara, pemakaian APD menjadi sangat penting untuk melindungi
petugas. Dengan munculnya infeksi baru seperti avian influenza (flu burung),
sars, Covid -19 dan penyakit infeksi lainnya (emerging infectious diseases),
pemakaianAPD yang tepat dan benar menjadi semakin penting baik untuk
perlindungan pasien maupun petugas.
1) Penggunaan Sarung Tangan
Penggunaan sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, bahan
terkontaminasi, mukus membrandan kulit yang tidak utuh atau kulit utuh
yang potensial terkontaminasi. Sarung tanganharus selalu dipakai oleh
setiap petugas sebelum kontak dengan darah. cairan tubuh, sekresi,
ekskresi, bahan terkontaminasi, membran mukosa dan kulit yang tidak
utuh,kulit utuh yang potensial terkontaminasi serta sebelum melakukan
tindakan aseptik,tindakan invasif atau tindakan bedah.Terdapat tiga jenis
sarung tangan, yaitu

a. Sarung tangan bersih


Adalah sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan
sebelumtindakan yang ada kemungkinan kontak tangan dengan darah
atau cairan tubuhlain, membran mukosa atau kulit yang tidak utuh,
menangani bahan-bahan bekas pakai yang terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar serta melakukan tindakan
prosedur medis.
b. Sarung tangan steril
Adalah sarung tangan yang distenilkan oleh Puskesmas atau dan
pabrikan danharus digunakan pada tindakan pembedahan atau
tindakan aseptik / invasif.
c. Sarung tangan rumah tangga
Sarung tangan kebersihan terbuat dari latex atau vinil yang tebal,
seperti sarungtangan yang biasa digunakan untuk keperluan rumah
tangga. Sarung tanganrumah tangga dipakai pada waktu meebersihan
alat kesehatan, membersihkan permukaan meja kerja, membersihkan
permukaan lingkungan, dll. Sarung tangan jenis ini dapat digunakan
lagi setelah dicuci besih
Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan Pada Penggunaan Sarung Tangan
Sarung tangan tidak perlu dikenakan untuk tindakan tanpa kemungkinan
terpajandarah atau cairan tubuh lain. Contoh memberi makan pasien,
membantu minum obat,membantu jalan, dll.Pada waktu sebelum
menggunakan sarung tangan, lakukan kebersihan tanganterlebih dahulu.
Harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan/ pemeriksaan
petugasmenggunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai khususnya
sarung tangan bedahkarena dapat menganggu ketrampilan/teknik operasi
dan memudahkan robek. Jaga agarkuku selalu pendek untuk menurunkan
risiko sarung tangan robek. Pakai sarung tangansekali pakai saat merawat
pasien, segera lepas sarung tangan apabla telah selesai digunakanatau
sebelum beralih ke pasien lain atau aktivitas yang lain. Hindari kontak pada
bendabenda lain selain yang berhubungan dengan tindakan yang sedang dila
kukan (misalnyamembuka pintu selagi masih memakai sarung tangan,
menulis, rnengangkat telpon, dsb).Cuci tangan segera setelah melepas
sarung tangan.Tidak direkomendasikan menggunakan sarung tangan
rangkap bila tidak benar
banar diperlukan karena tidak meningkatkan perlindungan, bahkan akan meni
ngkatkanrisiko kecelakaan karena menurunkan kepekaan (raba).

Indikasi Pemakaian Sarung Tangan Ganda


Sarung tangan ganda perlu dipakai pada keadaan khusus, antara lain:
a. Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dan 60 menit) dan atau melak
ukantindakan operasi di area sempit dengan kemungkinan besar robekan
sarung tanganoleh alat tajam seperti jarum, gunting atau penjepit;
b.  Tindakan yang berhubungan dengan jumlah darah atau cairan tubuh yan
g banyakPersalinan,dll.;
c. Penyiapan bahan yang berisiko toksik/iritatif pada kulit tangan (obat sitosta
tika, dll). Sarung tangan rumah tangga dapat dicuci dan digunakan berkali-
kali untuk membersihkan peralatan, pencucian linen, membersihkan
ceceran darah atau cairan tubuh lain. Sarung tangan rumah tangga tidak
dipakai untuk perawatan yangmenyentuh kulit pasien secara langsung.

Bagan Alur Pemilihan Jenis Sarung Tangan

2) Penggunaan Pelindung Wajah (masker ) dan Pelindung Mata
Penggunaan pelindung wajah dan pelindung mata dimaksudkan untuk
melindungi petugas sebagai barier selaput lendir hidung, mulut dan mata
selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan
terjadi percikan darah dan cairan tubuh lain, tindakan pertolongan
persalianan, perawatan gigi sertatindakan yang menghasilkan aerosol.
Pemakaian pelindung mata harus sebaik mungkin sehingga tidak
mengganggu pandangan dan ketajaman pandangan.Masker digunakan untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara, batuk
atau bersin serta untuk mencegah percikan darah ataucairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker haruscukup besar
untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu dan rambut pada wajah
(jenggot).
Masker disposable dan bahan sintetik dapat memberikan perlindungan
dantetesan partikel berukuran besar (> 5 mikron) yang tePuskesmasebar
melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1
meter).
Pada pasien dengan penyakit menular melalui udara atau droplet nuklei, 
masker yang digunakan adalah respirator partikulat dengan efisiensi tinggi,
misalnya N-95, yang dapat melindungi petugas terhadap inhalasi partikel
mikro dengan ukuran < 5 mikron yang dibawa oleh udara. Sebelum petugas
memakai respirator N-95, perlu dilakukan uji kesesuaian ( fit test ) pada setiap
pemakaiannya

Pemakaian respirator partikulat (masker efisiensi tinggi)


Petugas kesehatan harus:
- Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah
lapisanutuh dan tidak cacat;
- Memastikan tali masker dalam kondisi baik dan harus menempel pada
titiksambungan;
- Memastikan klip hidung yang terbuat dan logam (jika ada) berfungsi baik
Fit  test  untuk respirator partikulat
Fungsi respirator tidak optimal / tidak efektif jika respirator tidak dapat
melekatsempurna pada wajah, seperti pada keadaan dibawah ini
- Adanya jenggot, cambang/rambut pada wajah bagian bawah/gagang
kacamata
- Ketiadaan satu/dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan
bagian wajah
- Klip hidung (logam) dipencet/dijepit menyebabkan kebocoran.
Direkomendasikanmeratakan klip di atas hidung menggunakan kedua
telunjuk dengan cara menekandan menyusuri bagian atas respirator.
- Jika mungkin direkomendasikan fit test dilakukan setiap saat sebelum
memakai respirator partikulat.
Cara Fit Test
.

1) Genggamlah respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian


hidung respirator pada ujung jari-jarianda, biarkan tali pengikat respirator
menjuntal bebasdi bawah tangan anda.
2) Posisikan respirator di bawah dagu anda dan sisi untu khidung berada di atas
3) Tariklah tali pengikat respirator yang atas
dan posisikan agak tinggi di belakang kepala anda di atastelinga.Tariklah tali
pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga.
4) Letakkan jari-jari kedua tangan anda diatas bagianhidung yang terbuat dan
logam. Tekan sisi logamtePuskesmasebut (gunakan 2 jari dan masing-
masingtangan) mengikuti bentuk hidung anda. Janganmenekan respirator
dengan satu tangan karena dapatmengakibatkan respirator rusak
5) Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan,dan hati - hati agar
posisi respirator tidak berubah
6) Hembuskan napas kuat - kuat. Tekanan positif di dalam respirator berarti
tidak adakebocoran. Bila terjadi kebocoran atur posisi dari/atau ketegangan
tali. Uji kembalikekuatan respirator. Ulangi langkah tersebut sampai respirator
benar- benar tertutuprapat.
7) Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif akan
membuatrespirator menempel ke wajah. Kebocoran akan menyebabkan
hilangnya tekanannegatif di dalam respirator akibat udara masuk melalui
celah-celah pada segelnya
Beberapa catatan pada penggunaan respirator partikulat :
- Digunakan petugas hanya pada perawatan pasien infeksi airborne
- Dapat digunakan oleh seorang petugas untuk 1 shift tugas pada
perawatan pasiendengan infeksi airborne sejenis
- Penyimpanannya dipastikan secara individual di dalam plastik kering dengan
sisi luar respirator diposisikan berada di bagian dalam, diberi identitas.
3) Penggunaan Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihankulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus
cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan
sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utama adalah untuk melindungi
pemakainnya daei darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
4) Penggunaan Gaun/Baju Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi baju kerja pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airborne juga melindungi petugas dari kemungkinan terkena percikan
darah,cairan tubuh lain karena suatu tindakan/prosedur medis/keperawatan. Jenis
bahandapat berupa bahan tembus/tidak tembus cairan.
Gaun pelindung steril dipakai oleh ahli bedah dan asisten pada saat
melakukan oembedahan, sedangkan gaun pelindung nonsterile dipakai di
berbagai unit yang berisiko tinggi, misalnya, kamar bersalin, ruang pulih di kamar
bedah atau ruang isolasi.
Indikasi Pemakaian Gaun Pelindung
a. Saat membersihkan luka 
b. Melakukan irigasi
c. Tindakan drainase
d. Menuang cairan terkontaminasi. 
e.Menangani pasien dengan perdarahan massif
g.Tindakan perawatan gigi
Direkomendasikan selau memakai pakaian kerja yang kebersihan setiap kali
dinas. Pemakaian gaun pelindung atau celemek sesuai indikasi berdasarkan
identifikasi/penilaian risiko. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena
kotoran,darah atau cairan tubuh.Tidak ada kewajiban memberikan baju khusus
untuk pengunjung memasukiruang tertentu di Puskesmas kecuali sebagaimana
direkomendasikan berdasarkan risiko transmisi infeksi.
Apabila ada ruangan yang mengatur penggunaan baju khusus untuk
pengunjung direkomendasikan pelaksanaan standar kebersihan secara tepat
untuk meminimalkan risiko transmisi infeksi melalui media baju tersebut, yaitu
a. Dicuci minimal setiap hari kecuali pada situasi tertentu dimana baju
terkenakotoran/cairan tubuh harus segeradicuci; 
b. Baju pengunjung yang terkontaminasi segera ditempatkan di dalam wadah li
neninfeksius;
c. Baju pengunjung pasca pakai tanpa kontaminasi ditempatkan di dalam
wadahlinen non infeksius (kotor ringan)
5) Penggunaan Apron
Apron terbuat dan karet atau plastik merupakan penghalang tahan air
untuk bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus menge
nakan apronketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien ataumelakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan
tubuh atau sekresi. Halini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron
akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas.
6) Penggunaan Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki.
Oleh karena itu sandal jepit atau sepatu yang terbuat dan bahan lunak (kain)
tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan
lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga
banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bePuskesmasih dan bebas konta
minasi darahatau tumpahan cairan tubuh lain.Penutup sepatu tidak diperlukan
jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah pe
nelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat
meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui
sepatu dan seringkalidigunakan sampai di luar ruang operasi. kemudian dilepas
tanpa sarung tangansehingga terjadi pencemaran

Anda mungkin juga menyukai