Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU Kesehatan Keselamatan Kerja

KESEHATAN KOMUNITAS DAN 06 Januari 2023

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA


DIPOLI KLINIK RS SIS AL-JUFRIE

Disusun Oleh:

Siti Sinar Dewi Amelia


15 19 777 14 352

Pembimbing:
dr. Muhammad Ali Palanro
dr. Magfirah Al’amri, M.Kes

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS DAN

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Siti Sinar Dewi Amelia

No. Stambuk : 15 19 777 14 352

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Bagian : Ilmu Kesehatan Keluarga – Ilmu Kesahatan Masyarakat

Judul : Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kerja Di Poli


Klinik RSU Sis Al-jufrie

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 06 Januari 2023

Pembimbing Mahasiswa

dr. Muhammad Ali Palanro Siti Sinar Dewi Amelia


BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu Kesehatan Kerja adalah suatu spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran


dengan tujuan agar pekerja dapat memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya dgn usaha preventif & kuratif terhadap penyakit2 akibat kerja.
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya
terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, ada
beberapa faktor penting pendukung pelayanan yang saling berkaitan satu dengan
yang lain. Diantaranya meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja,
cara melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut juga dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif
terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang
berakhir dengan timbulnya kerugian.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan
bagi tenaga kerja”.
Potensi bahaya pada petugas rumah sakit lebih besar risikonya bila
dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumya. Tenaga kerja rumah sakit lebih
2 rentan terkena risiko bahaya, kemungkinan keseleo, cidera, infeksi dan penyakit
yang berasal dari parasit, dermatitis, hepatitis dan lain-lain. Melihat
perkembangan rumah sakit saat ini, fasilitas pendukung medis pun semakin
berkembang sehingga potensi bahaya dan permasalahannyapun semakin kompleks
sehingga perlu adanya proteksi bagi petugas kesehatan untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan saat melakukan aktivitas pekerkerjaan.
Potensi bahaya yang timbul di rumah sakit selain penyakitpenyakit infeksi
juga ada potensi bahaya lainya yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi rumah
sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainya), radiasi, bahan-bahan
kimia berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan ergonimik.
Potensi bahaya tersebut mengancam jiwa para pegawai di rumah sakit,
para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
Berbeda dengan tempat kerja, bahaya potensial yang terdapat di rumah sakit dapat
mengenai bukan hanya pekerja saja, tetapi juga komunitas bukan pekerja.
Berlangsungnya kegiatan terus-menerus selama 24 jam di rumah sakit menjadikan
risiko gangguan kesehatan menjadi lebih besar.
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, penanganan penyakit, dan pemulihan kesehatan pada pekerja.
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya
terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, ada
beberapa faktor penting pendukung pelayanan yang saling berkaitan satu dengan
yang lain. Diantaranya meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja,
cara melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut juga dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif
terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang
berakhir dengan timbulnya kerugian.
Dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit agar terciptanya kondisi Rumah
Sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit,
maka Rumah Sakit perlu menerapkan SMK3 Rumah Sakit. SMK3 Rumah Sakit
merupakan bagian dari sistem manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Terminologi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri.
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki
sifat sebagai berikut. a. Sasarannya adalah lingkungan kerja. b. Bersifat teknik.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar
yang sehat tetap sehat dan bukan sekadar mengobati, merawat, atau
menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian
utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
mungkin.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya
di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Tujuan K3RS
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar
rumah sakit sehingga proses pelayanan rumah sakit berjalan baik dan lancar.
Sedangkan tujuan khusus K3 di Rumah Sakit, meliputi:
1. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3 di Rumah
Sakit (K3RS).
2. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan
pendukung program.
3. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
4. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
5. Terselenggaranya program K3 di rumah sakit (K3RS) secara optimal dan
menyeluruh.
6. Peningkatan mutu, Citra, dan produktivitas rumah sakit.

Program Ksehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit


Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung
dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. Kinerja setiap petugas
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Program K3RS yang harus
diterapkan sebagai berikut.
1. Manajemen risiko K3RS;
2. keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
3. pelayanan Kesehatan Kerja;
4. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
5. pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
7. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
8. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana
Syarat-sayarat keselamatan kerja
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan bahaya kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya-bahaya pedeledakan.

Pelaksanaan sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di


Rumah sakit dan Fasilitas medis lainnya adalah bagian dari manajemen rumah
sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
aktifitas proses kerja dirumah sakit, Sehingga dapat menciptakan keadaan Rumah
sakit yang aman, sehat, dan bebas dari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja bagi sumber daya rumah sakit, Pasien Pendamping pasien pengunjung
maupun lingkungan Rumah Sakit.
Kecelakaan Kerja juga menimbulkan kerugian materi bagi pekerja dan intansi
pemerintah, serta dapat mengganggu produktifitas kerja karyawan Rumah sakit
tersebut (Peraturan Menteri Kesehatan No PER 66/MEN/2016).Manfaat K3
rumah sakit yaitu:
1. Bagi RS
- Meningkatkan mutu pelayanan
- Mempertahankan kelangsungan operasional RS
- Meningkatkan citra RS
2. Bagi Karyawan RS
- Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
- Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi Pasien dan Pengunjung
- Mutu layanan yang baik
A. Kepuasan pasien dan pengunjung Bahaya-bahaya Potensial di Rumah Sakit
B. Area resiko di Rumah Sakit
1. Resiko rendah
- Ruang Administrasi
- Ruang Komputer
- Ruang Kantor
- Ruang Diklat
2. Resiko Sedang
- Ruang bangsal
- Rekam medik
- Instalasi farmasi
- Ruang rawat jalan
- Laundry
3. Resiko Tinggi
- ICU, NICU
- Isolasi
- Instalasi Gizi
- Instalasi Radiologi
- Instalasi Lab
4. Resiko sangat tinggi
- Kamar Operasi
- IGD
- Ruang Bersalin
- Poliklinik Gigi
C. Faktor Resiko di Rumah Sakit
BAB III
HASIL OBSERVASI

A. RUANG POLI KLINIK RSU SIS AL-JUFRIE PALU

 Daftar Tilik
No Yang Dinilai Ya Tidak

1. Pertukaran udara ruangan baik √

2. Periode pembersihan AC tiap 3 bulan √

3. Penerangan ruangan cukup √

4. Kebersihan ruangan baik √

5. Kepadatan hunian sesuai standar √

6. √
Ada tempat cuci tangan, sabun cair dan antiseptik

7. √
Ada SOP Cuci Tangan Asepsis

8. √
Ada SOP Pemilihan sampah medik dan non medik

9. √
Digunakan pemakaian alat pelindung diri (APD)

10. √
Ada jadwal kunjungan setiap pasien

11. √
Identifikasi pasien secara benar

12. √
Komunikasi Yang Efektif
Dokumentasi

Gambar 1. Pintu Masuk Poli Dan Loket Pendaftaran

Gambar 2. Pengambilan Loket Pendaftaran


Gambar 3. Ruang Tunggu Pasien Poli Klinik

Gambar 4. Ruang Loket Pendaftaran


Gambar 5. Ruang Depan Poli

Gambar 6. Meja Konsultasi Dokter Dan Pasien


Gambar 7. Wastaffel

Gambar 8. WC
Gambar 9. Lemari Dokumen Pasien

Gambar 10. Tempat Pembuangan Sampah Medis Dan Non Medis

Gambar 10. Tempat Sterilkan Alat Bedah


Gambar 11. Tempat Tidur Pemeriksaan Pasien

Gambar 12. Lemari Penyimpanan Alat Medis dan Non Medis


B. ANALISIS MASALAH
Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan
penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari
penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/ kesalahan, dan
mencari solusi dengan melakukan perubahan desain/prosedur.

Occurance Rating Scale (Skala Peringkat Kejadian)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadi paling tidak sekali
dapat dipastikan sehari atau hampir setiap hari
9 Hampir tidak dapat Kesalahan yang diprediksi terjadi
dihindari atau setiap 3 sampai 4 hari
8 Kemungkinan Kesalahan sering terjadi atau terjadi
7 Terjadi sangat tinggi paling tidak seminggu sekali
6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan
5 Tinggi sedang
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau
3 sedang sekali tiap tiga bulan
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi
rendah sekitar sekali setahun
1 Kemungkinan terjadi amat Kesalahan hampir tidak pernah
sangat rendah terjadi atau tidak ada yang ingat
kapan terakhir terjadi
Severity Rating Scale (Memutuskan Skala Penilaian)

Nilai Penjelasan Pengertian


10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan
berbahaya kematian pelanggan dan kerusakan sistem
tanpa tanda-tanda yang mendahului
9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
8 berat/ permanen pada pelanggan atau
gangguan serius pada sistem yang dapat
menghentikan pelayanan dengan adanya
tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
ringan sampai sedang dengan tingkat
ketidak puasaan yang tinggi dari pelanggan
6 Berbahaya sedang Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
5 ringan dengan sedikit ketidak puasaan
pelanggan atau menimbulkan masalah besar
pada sistem
4 Berbahaya ringan Kesalahan menyebabkan cedera sangat
3 sedang ringan atau tidak cedera tapi dirasakan
menggangu oleh pelanggan atau
menyebabkan masalah ringan pada sistem
yang diatasi modifikasi ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
pelanggan tidak menyadari adanya masalah
tetapi berpotensi menimbulkan cedera
ringan
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
tidak berdampak pada sistem
Detection Rating Scale (Skala Peringkat Deteksi)

Nilai Penjelasan Pengertian


10 Tidak ada peluang Tidak ada mekanisme untuk mengetahui
untuk diketahui adanya kesalahan
9 Sangat sulit Kesalahan yang dapat diketahui dengan
8 diketahui inspeksi yang menyeluruh, tidak feasible
dan tidak segera dapat dilakukan
7 Sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi
6 manual atau tidak ada proses yang baku
untuk mengetahui sehingga ketahuan karena
kebetulan
5 Berpeluang sedang Ada proses untuk double cheeks atau
untuk diketahui inspeksi tetapi otomatis atau dilakukan
secara sampling
4 Berpeluang tinggi Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
3 untuk diketahui tetapi tidak otomatis
2 Berpeluang sangat Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
tinggi untuk otomatis
diketahui
1 Hampir dipastikan Ada proses Otomatis yang akan
untuk diketahui memberikan proses untuk mencegah
kesalahan
Kemungkin Tingkat
No Masalah Penyebab Terjadinya Akibatnya Kemudahan Risk Rank
an kepataha dideteksi Priority
terjadinya n (D=Detecta Number
(S=Sever
(O=Occurr bility) (RPN) =
ity)
ence) OxSxD

1 Perawat tidak memakai Masing kurangnya Meningkatkan risiko 8 6 4 192 I


APD berupa : sepatu kesadaran petugas infeksi dari pasien yang
atau sendal tertutup dan akan pentingnya dapat menimbulkan
apron/celemek saat menggunakan APD penyakit tertentu
melakukan tindakan untuk melindungi
diri dari penularan

2 Tidak ada infromasi Masih kurangnya Meningkatkan risiko 8 4 3 96 IV


yang tertempel di kesadaran dan fatality rate akibat
dinding tentang bencana pengetahuan petugas bencana
yang mungkin terjadi maupun pasien
dan tata cara tentang pentingnya
perlindungan diri : cara melindungi diri
Gempa bumi, kebakaran jika terjadi bencana
dll

3 Belum tersedianya Sarana dan prasana Sulitnya pasien 7 4 4 112 VI


penanda resiko jatuh yang terbatas dari termonitoring karena
pada pasien yang Rumah Sakit tidak adanya penanda
memiliki resiko jatuh khusus serta memiliki
resiko untuk pasien jatuh

4 Tidak adanya handrub Masih kurangnya Meningkatkan resiko 8 6 4 192 II


serta kosongnya tissue akan pencegahan infeksi terhadap pasien
penyakit menular yang dapat menimbulkan
penyakit

5 Tidak adanya handrail Sarana dan prasana Meningkatkan resiko 6 6 1 36 VII


pada toilet yang yang terbatas dari jatuh pada pasien
membantu mengurangi Rumah Sakit
resiko jatuh
C. PEMECAHAN MASALAH

No Masalah Bahaya Efek Solusi

1 Perawat tidak memakai APD Resiko Insidensi Meningkatkan risiko infeksi Menganjurkan untuk tetap menggunakan
berupa : sepatu atau sendal Keselamatan dari pasien yang dapat APD serta lebih memperhatikan akan
tertutup dan apron/celemek Kerja menimbulkan penyakit pentingnya keselamatan diri dari paparan
saat melakukan tindakan tertentu yang beresiko seperti jarum suntik dan cairan
tubuh pasien

2 Tidak ada infromasi yang Kecelakaan Meningkatkan risiko fatality Membuat poster cara perlindungan diri dari
tertempel di dinding tentang rate akibat bencana bencana berdasarkan permenkes atau standar
bencana yang mungkin terjadi akreditasi Rumah sakit lalu disosialisasikan
dan tata cara perlindungan ke petugas di ruangan hemodialisa serta
diri : Gempa bumi, kebakaran menempelkan di dinding ruangan agar bisa di
dll baca setiap waktu

Memberi masukan agar membuat penanda


3 Belum tersedianya penanda Kecelakaan Sulitnya pasien
pada pasien yang beresiko jatuh dapat
resiko jatuh pada pasien yang termonitoring karena tidak
dengan menggunakan bahan yang murah dan
memiliki resiko jatuh adanya penanda khusus serta
gampang dibuat terlebih dahulu
memiliki resiko untuk pasien
jatuh Contoh :

4 Tidak adanya handrub serta Resiko Insidensi Meningkatkan risiko infeksi Memberi masukan kepada petugas agar
kosongnya tissue yang Keselamatan dari pasien yang dapat mengisi hanrub dan tissue yang akan
dibutuhkan Kerja menimbulkan penyakit digunakan pasien dan keluarga sebelum
tertentu masuk keruangan

5 Tidak adanya handrail pada Kecelakaan Meningkatkan resiko untuk Memberi masukan kepada ruangan
toilet yang ada di wc pasien terutama yang hemodialisa untuk lebih memperhatikan
berumur lansia untuk terjatuh pembuatan handrail pada toilet pasien yang
di toilet kebetulan saat ini ada proses renovasi RS
DAFTAR PUSTAKA

1. PERMENKES nomor 72 tahun 2016 dengan mengutamakan keselamatan


pasien.

2.PERMENKES No 52 Tahun 2018 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan


Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3. PERMENKES No 52 Tahun 2018 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan


Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; Penerapan Prinsip Ergonomi

Anda mungkin juga menyukai