Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat
banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, ada beberapa faktor
penting pendukung pelayanan yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Diantaranya meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja, cara melakukan
pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut juga
dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif terhadap semua komponen
yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya
kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM 2000).
Lingkungan Rumah Sakit dapat mengandung banyak dampak negatif yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan manusia terutama pekerjanya . Potensi bahaya pada
petugas rumah sakit lebih besar risikonya bila dibandingkan dengan tenaga kerja pada
umumya. Tenaga kerja rumah sakit lebih rentan terkena risiko bahaya, kemungkinan
keseleo, cidera, infeksi dan penyakit yang berasal dari parasit, dan lain-lain
(Kepmenkes 2010). Salah satu upaya dalam rangka mencegah keselamatan manusia
terutama pekerja ialah dengan pemberian perlindungan tenaga kerjaterhadap
keselamatan dan dan kesehatan kerja (K3) dengan cara memberikan APD (Sari,2012) .
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) , APD
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja,
baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam Undang-
Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja No.1 Tahun 1970 tertulis tentang
keharusan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan usaha pencegahan
terjadinya kecelakaan yang diantaranya dengan menyediakan APD. Pemakaian APD
meruakan alternatif terkhir dari upaya pencegahan kecelakaan kerja. Dalam hirarki
hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan
metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk
menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu dengan

1
melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak
diminimalisir (Juniani,dkk 2014).
Kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memper-hatikan prinsip "Unsave
condition dan unsave action". Kecelakaan kerja dapat menyebabkan sakit, cacat,
kerusakan mesin, terhentinya proses produksi, kerusakan ling-kungan, dan
pengeluaran-pengeluaran biaya kecelakaan kerja. Secara umum kecelakaan kerja
terjadi karena dua hal penyebab yaitu keadaaan lingkungan yang tidak aman dan tindak
perbuatan manusia yang tidak meme-nuhi keselamatan dan kesehatan kerja.
Penerapan sesuai aturan keselamatan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan pada
semua pekerjaan yang berguna untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya kecelakaan kerja (Ariwinanti,dkk 2014).
Dalam Undang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja No. 1 tahun 1970 ini
memberikan perlindungan hukum kepada te-naga kerja yang bekerja agar tempat dan
peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat dan aman bagi mereka.
Selain itu pasal 86, paragraf 5 keselamatan dan kesehatan kerja, bab X Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga-kerjaan antara lain menyatakan bahwa
setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas K3; untuk
melindungi ke-selamatan pekerja guna mewujudkan pro-duktivitas kerja yang optimal
diselengga-rakan upaya K3, dan perlindungan sebagai-mana dimaksud dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Penjelasan pasal 86, ayat
2 menyatakan upaya K3 dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabi-litasi (Suma’mur, 1989 dalam jurnal Ariwinanti,dkk 2014).
Angka kecelakaan kerja di dunia tergolong tinggi, hal tersebut dilansir oleh ILO
(International Labour Organitation) yang menyatakan bahwa sebanyak 337 juta
kecelakaan kerja terjadi setiap tahunnya di berbagai negara yang mengakibatkan
sekitar 2,3 juta orang pekerja kehilangan nyawa. Alat Pelindung Diri didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) ditempat kerja, baik yang

2
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain. APD merupakan
salah satu bentuk upaya dalam menanggulangi resiko akibat kerja (Novianto,2015) .

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor bahaya apa saja yang terdapat dibagian instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Mitra Sejati yang mengharuskan tenaga kerja
memakai Alat Pelindung Diri (APD).
2. Untuk mengetahui alat Pelindung Diri (APD) apa saja yang digunakan untuk
melindungi tenaga kerja di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Mitra Sejati dari
faktor bahaya .
3. Untuk mengetahui bagaimana penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD) di
instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mitra Sejati.

C. Manfaat Penelitian
Memberi masukan kepada tenaga kerja bagian Instalasi Gizi pentingnya
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam rangka meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja di Rumah Sakit.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Gizi
Instalasi gizi sebagai unit kerja yang melaksanakan penyediaan makanan
dan diet bagi pasien rawat inap harus melakukan upaya jaminan keamanan
makanan melalui pengelolaan makanan pasien yang baik. Tugas pokok Instalasi
Gizi adalah melaksanakan pelayanan gizi secara efektif dan efisien, meliputi:
penyediaan, pengolahan dan penyaluran makanan. Selain itu tugas pokok
Instalasi Gizi melakukan terapi gizi, penyuluhan atau konsultasi gizi, pendidikan
dan pelatihan, penelitian dan pengembangan gizi terapan, melalui :
perencanaan, pengerakan, pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan gizi di rumah sakit. Selain itu, Instalasi Gizi
mempunyai fungsi utama untuk memberikan pelayanan gizi rawat jalan,
pelayanan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan, pendidikan, penelitian
dan pengembangan gizi terapan. (Kemenkes,2017)
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien..
Terapi gizi yang menjadi salah satu factor penunjang utama
penyembuhan tentuya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi
kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi
harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama
penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan
diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan
satatus gizi dan kesehatan masyarakat baik dalam maupun diluar rumah sakit,
merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang
bergerak di bidang gizi.

4
Untuk menghasilkan makanan yang mengandung gizi dapat memenuhi
syarat kesehatan bagi pasien yang ada dirumah sakit, maka diperlukan untuk
mengelola makanan yang sesuai dengan standar kesehatan di instalasi gizi
rumah sakit. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang higiene dan sanitasi
pengolahan makanan dan pelayanan gizi di instalasi gizi rumah sakit.oleh karena
itu pihak rumah sakit dapat meningkatkan manajemen pada petugas instalasi
gizi, bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk merencanakan
kegiatan studi banding dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengolah makanan bagi petugas pada instalasi gizi
tersebut. Makanan yang diselenggarakan oleh instalasi gizi harus memenuhi
standar keamanan yang telah ditetapkan. Prinsip keamanan pangan yang
digunakan yaitu Hazard Analysis Critical Cotrol Point (HACCP). HACCP
merupakan tindakan pencegahan yang efektif untuk menjamin keamanan
pangan dalam system penyelenggaraan makanan dalam jumlah besar.

B. Faktor dan potensi bahaya di Rumah sakit


Dalam melaksanakan proses produksinya rumah sakit tidak lepas dari
adanya faktor-faktor serta potensi-potensi bahaya yang ada didalamnya.
Masalah yang terjadi di rumah sakit dapat menganggu proses pelayanan
diantaranya adalah terjadi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan penyakit
akibat kerja. Untuk mengantisipasi masalah yang timbul, rumah sakit dapat
mempersiapkan diri untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan karena
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang terjadi dapat
mengakibatkan kerugian yang akan ditanggung oleh rumah sakit baik bersifat
ekonomis maupun non ekonomis. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu upaya yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat
menimbulkan bahaya di suatu instansi tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat, sehat, serta semua sumber daya pendukung-pendukung lainnya, dapat
dimanfaatkan secara aman (ILO, 2013)

5
C. Penyediaan APD di Rumah sakit
1. Pengertian Alat pelindung diri (APD)

APD merupakan sistem perlindungan terakhir yang dipakai jika terpaksa


petugas harus berhadapan langsung dengan sumber bahaya setelah dilakukan
pengendalian dengan model di atasnya. Beberapa APD berdasarkan jenisnya
dibagi menjadi alat pelindung kepala, alat pelindung mata, alat pelindung wajah,
alat pelindung telinga, alat pelindung pernafasan, alat pelindung kaki, alat
pelindung tangan, pakaian pelindung, dan sabuk pengaman.(Kemenkes, 2018)
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh
tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa
( engineering ) dari cara kerja yang aman. (Endarita,2017)

2. Pemilihan Alat Pelindung diri (APD)


Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang
memakainya, bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa
memakai APD. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka
perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensial yang ada,
khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam
pemakaiannya dapat memberikan perlindungan yang maksimal. Menurut ILO
(2013) dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
peralatan pelindung, maka hanya dua yang terpenting yaitu:
a. Apapun sifat dan bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan
cukup perlindungan terhadap bahaya tersebut.
b. Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat
rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas,
penglihatan dan sebagainya yang maksimum.

6
3. Macam-macam Alat pelindung diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat
pelindung diri yang wajib ada di Instalasi adalah sebagai berikut :
a. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala digunakan untuk mencegah kotoran dan
rambut jatuh. Alat pelindung kepela yang harus ada di instalasi gizi adalah
tudung kepala. Tudung kepala wajib dipakai oleh tenaga kerja di instalasi
gizi pada saat pengolahan agar dapat mencegah dan melindungi jatuhnya
rambut dan kotoran dari kepala ke dalam makanan pada saat pengolahan
makanan. Sehingga makanan tidak terkontaminasi oleh bakteri yang jatuh
dengan rambut dan kotoran yang ada pada rambut.
b. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan
dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau
beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan
pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar
kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Alat pelindung pernafasan yang
harus tersedia di instalasi gizi adalah masker. Masker digunakan untuk
mengurangi rangsangan bau – bauan dari masakan yang di masak yang
dapat menyebabkan bersin. Saat bersin masker dapat mencegah kuman
– kuman jatuh ke makanan yang sedang diolah
c. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan
bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, selain itu juga digunakan
pada saat tangan kontak dengan makanan agar makanan terhindar dari
bakteri - bakteri yang ada di tangan yang akan menyebabkan makanan
terkontaminasi. Jenis alat pelindung tangan yang harus ada di nstalasi gizi

7
adalah Sarung tangan rumah tangga (gloves). Sarung tangan jenis ini
bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:
a) Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.
b) Sarung tangan dari plastik yang digunakan untuk mengambil makanan
/ pada saat tangan kontak langsung dengan makanan. Sarung tangan
ini bersifat sekali pakai, sehingga setelah dipakai sarung tangan ini
langsung di buang.
d. Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll.
Jenis baju pelindung antara lain:
a) Pakaian kerja
Pakaian kerja adalah pakaian yang disediakan oleh pihak
rumah sakit dan diseragamkan. Bila rumah sakit tidak menyediakan
pakaian kerja sebaiknya pakaian yang digunakan untuk bekerja
dibedakan dengan pakaian yang dipakai sehari – hari. Pakaian
kerja yang digunakan sebaiknya tidak bermotif disarankan
berwarna terang. Hal ini dilakukan agar pengotoran pada pakaian
mudah terlihat. Pakaian kerja harus dicuci secara periodik untuk
menjaga kebersihan
b) Celemek
Celemek wajib digunakan tenaga kerja pada saat
pengolahan makanan agar pakaian kerja tidak kotor. Celemek yang
digunakan pekerja harus bersih dan tidak boleh digunakan sebagai
lap tangan. Celemek harus ditanggalkan bila pekerja meninggalkan
ruang pengolahan. Celemek harus dicuci secara periodik untuk
menjaga kebersihan
e. Alat Pelindung
Kaki Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan
bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, benda

8
panas. Selain itu juga dapat menghindarkan dari bahaya terpeleset. Jenis
alat pelindung kaki yang harus ada di instalasi gizi adalah :
a) Sepatu boot
Sepatu ini lebih disarankan untuk dipakai di instalasi gizi
karena sepatu ini tidak terbuka pada bagian jari – jari kakinya.
Sepatu boot juga lebih dapat menghindarkan pekerja dari bahaya
terpeleset di dapur. Akan tetapi penggunaan sepatu boot dinilai
kurang afektif karena bentuknya yang tidak nyaman menurut
pekerja di instalasi gizi.
b) Sandal jepit
Sandal jepit digunakan sebagai alternatif bila di instalasi gizi
tidak menyediakan sepatu boot. Akan lebih baiknya dipilih sepatu
yang tidak terbuka pada bagian jari – jari kakinya. Oleh karena itu
sepatu boot disarankan untuk dipilih sebagai alat pelindung kaki
di instalasi gizi

4. Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Alat pelindung diri (APD)


Alat pelindung diri yang telah dipakai seorang tenaga kerja tidak boleh
dipakai tenaga kerja lain kecuali bila alat pelindung diri sudah dibersihkan.
Alat pelindung diri yang terkontaminasi oleh debu atau serat dan bahan kimia
berbahaya dilarang untuk dibawa pulang. Pengurus harus menyediakan
tempat penyimpanan khusus untuk alat pelindung diri. Penggantian salah
satu komponen atau seluruh komponen alat pelindung diri harus diketahui
oleh Petugas Penatalaksana Alat Pelindung Diri atau Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di perusahaan. Rumah sakit harus memiliki dokumentasi
perawatan alat pelindung diri. (Protap rumah sakit ortopedi tentang
Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Alat pelindung diri, 2010)

9
5. Perawatan Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) yang ada harus dipelihara dengan baik untuk
mencapai masa pemakaian yang maksimal dari Alat pelindung diri (APD)
yang telah dipersyaratkan, maka tenaga kerja dan manajemen wajib
memelihara alat pelindung diri yang telah disediakan Pemeliharaan dan Alat
Pelindung Diri Menurut Mona Aprianti Dan Sitti Hapsah dalam makalah
tentang penggunaan dan perawatan alat pelindung diri, pemeliharaan alat
pelindung diri adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Alat Pelindung Kepala
Penyediaan tempat penyimpanan untuk pelindung kepala
merupakan bagian penting, karena akan memudahkan di dalam
penggunaan, memastikan bahwa tempat penyimpanan dan daftar
inventarisasi pelindung kepala mudah dijangkau oleh karyawan, dan
dijaga agar tempat penyimpanan selalu dalam keadaan bersih dan
teratur, menggunakan lemari rak dan berpintu untuk menjaga alat
pelindung kepala dalam keadaan tersusun rapi dan bersih,
membersihkan bagianbagian penutup dengan cairan pembersih dan
pastikan pengikat leher dalam keadaan baik dan kencang.
b. Pemeliharaan Alat Pelindung Pernafasan
Pelindung pernafasan yaitu masker sebaiknya langsung di buang
setelah dipakai untuk menghindari masker kontak dengan makanan.
Alat pelindung pernafasan di Istalasi Gizi Rumah Sakit Ortopedi Prof.
Dr. R. Soeharso Surakarta adalah masker sekali pakai yang bila sudah
dipakai langsung dibuang di tempat sampah yang telah disediakan.
Istalasi Gizi masker dipakai pada saat tenaga kerja sakit untuk
menghindari penularan penyakit dari petugas penjamah makanan di
Istalasi Gizi.
c. Pemeliharaan Alat Pelindung Tangan
Alat Pelindung tangan harus dijaga kebersihannya, dan langsung di
buang ketika telah dipakai. Untuk sarung tangan yang terbuat dari
bahan asbes, katun, wool untuk melindungi tangan dari api, panas,

10
dan dingin harus senantiasa dijaga kebersihannya dan di cuci secara
periodik.
d. Pemeliharaan Pakaian
Kerja Setiap kali pencucian baju kerja yang kotor harus
diberitahukan kepada petugas pencucian untuk dicuci. baju kerja tidak
boleh dibawa ke luar tempat kerja, tempat penyimpanan berupa lemari
dan gantungan harus disediakan untuk mencegah pencemaran dari
pakaian pribadi, baju kerja harus segera dibersihkan apabila terkena
bahan kontaminan.
e. Pemeliharaan Alat Pelindung Kaki
Periksa nomor, ukuran dan kualitas peralatan pelindung kaki,
tempat penyimpanan berupa lemari dan rak harus disediakan,
pelindung kaki harus segera dibersihkan apabila terkena bahan
kontaminan.

6. Pemakaian Alat pelindung diri (APD)


a. Kewajiban pemakaian APD Pemakaian Alat pelindung diri (APD) bagi
tenaga kerja dapat meminimalisir kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang mungkin terjadi karena faktor pekerjaan .Kewajiban memakai
alat pelindung diri bila memasuki suatu tempat kerja yang berbahaya
tidak hanya berlaku bagi pekerja saja, melainkan juga bagi pemimpin
perusahaan, pengawas, kepala bagian dan siapa saja yang akan
memasuki tempat tersebut. Menurut Anwar dkk, pekerja pengolah
makanan dan pekerja penyaji makanan harus memakai alat pelindung
diri sebagai berikut :
a) Celemek : tenaga pengolah dan penyaji makanan harus
menggunakan celemek agar pakaian kerja tidak kotor dan tidak
terciprat air dan minyak.
b) Tudung kepala : tenaga pengolah dan penyaji makanan harus
menggunakan tudung kepala agar rambut tidak terjatuh. Rambut
yang terjatuh dapat membuat jijik pasien dan juga mengandung

11
mikroorganisme yang dapat mengontaminasi makanan. Mengenai
rambut dikepala banyak mengandung debu, kotoran, lemak,
keringat, dari aktifitas mengolah makanan. Sehingga kesadaran
pemakaian celemek dan tudung kepala oleh pengolah makanan dan
penyaji makanan perlu ditingkatkan.
c) Pakaian kerja : pekerja pengolah makanan dan penyaji wajib
menggunakan pakaian kerja yang telah di sediakan. Bila rumah sakit
tidak menyediakan pakaian kerja sebaiknya pakaian yang digunakan
untuk bekerja dibedakan dengan pakaian yang dipakai sehari – hari.
Pakaian kerja yang digunakan sebaiknya tidak bermotif disarankan
berwarna terang.
d) Sarung tangan dari plastik : tenaga kerja pengolah makanan dan
penyaji adalah pekerja yang menjamah makanan secara langsung
oleh karena itu pemakaian alat pelindung tangan seperti pemakaian
sarung tangan dari plastik perlu diperhatikan.
e) Masker : masker digunakan pada saat tenaga pengolah makanan
dan penjamah makanan saat menjamah makanan langsung. Masker
juga digununakan pekerja untuk menghidarkan makanan dari bakteri
– bakteri yang ada di mulut yang keluar saat tenaga kerja berbicara,
batuk dan bersin.
f) Sandal jepit : tenaga kerja pengolah makanan dan penyaji tidak
diperbolehkan memakai sepatu berhak tinggi. Pekerja diwajibkan
memakai sepatu boot atau sandal jepit untuk menghindari bahaya
terpeleset di dapur.

12
b. Beberapa alasan Tidak menggunakan APD
Sudah tidak asing apabila menghadapi kondisi para pekerja yang
tidak melengkapi dirinya dengan APD saat bekerja. Tapi keselamatan
kerja tidak mempuyai alasan untuk dilupakan walau sesaat. Berikut ini
adalah hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety
Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang
tidak memakai APD saat bekerja:
1. Ini tidak cocok / tidak nyaman (alasan 30% pekerja
2. Tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD (10% alasan
pekerja)
3. Tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD
menghabiskan waktu saya (18% alasan pekerja).
4. Tidak akan celaka (8 % alasan para manager dan pekerja)

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Diklat


Lokasi : Ruang Penyajian Instalansi Gizi RSU Mitra Sejati
Waktu : Kamis, 19 September 2019
Pukul : 13.00 – 14.00

B. Desain Diklat
Jenis diklat yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu dengan One
group pre and posttest design. Diklat ini mempunyai tujuan untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap pegawai dapur terhadap penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) ketika bekerja.
- Pre Test untuk mengetahui pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan
sebelum dilakukan diklat
- Post Test pada kelompok untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan
sikap pada kelompok perlakuan setelah diberi diklat

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam Diklat APD adalah Pekerja bagian dapur dari Instalansi
Gizi RSU Mitra Sejati
2. Sampel
Sampel dalam Diklat APD adalah sampel dari semua populasi Pekerja
bagian dapur sehingga sampelnya sebanyak 14 orang.

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam diklat ini menggunakan data primer yang
diperoleh melalui instrument tes untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan

14
kuesioner untuk memperoleh gambaran sikap responden terkait penggunaan
APD.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengetahuan Penggunaan APD
Tabel 1. Perbedaan tingkat Pengetahuan Pekerja Sebelum dan Setelah
Diklat

Pretest Posttest
Tingkat Pengetahuan
f % f %
Baik 10 71,4 12 85,8
Cukup 4 28,6 2 14,2
Kurang 0 0 0 0
Total 14 100 14 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pekerja yang memiliki


pengetahuan baik hanya 10 pada saat pretest (71,4%) setelah diklat yang
memiliki pengetahuan yang baik pada posttest meningkat menjadi 12
pekerja (14,2%) dari seluruh pekerja.

2. Sikap Penggunaan APD


Tabel 2. Perbedaan Sikap Pekerja Sebelum dan Setelah Diklat

Pretest Posttest
Tingkat Pengetahuan
f % f %
Baik 10 71,4 13 92,8
Cukup 4 28,6 1 7,2
Kurang 0 0 0 0
Total 14 100 14 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa pekerja yang memiliki sikap baik
hanya 10 pada saat pretest (71,4%) setelah diklat yang memiliki sikap baik pada

15
posttest meningkat menjadi 13 pekerja (92,8%) dari 14 pekerja dapur
(responden).

B. Pembahasan
1. Pengetahuan Pekerja Dapur Sebelum dan Sesudah Diklat
Pengetahuan merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, hal
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui
penglihatan, pendengan, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu
objek. Berdasarkan hasil diklat APD diketahui bahwa dari 14 pekerja
dapur (responden) terdapat 10 pekerja (71,4%) memiliki pengetahuan
yang baik (pretest) dan meningkat menjadi 12 pekerja (85,8%) memiliki
pengetahuan yang baik (posttest) dan tidak terdapat pekerja yang
mempunyai pengetahuan kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerja dapur instalansi gizi mempunyai pengetahuan
penggunaan APD yang baik.
Sebagian besar pekerja dapur mengetahui pengertian, kegunaan,
jenis-jenis, dan akibat bila tidak menggunakan APD di Instalansi Gizi.
Jenis-jenis APD yang digunakan saat bekerja di dapur adalah tudung
kepala, masker, celemek, sarung tangan plastik, dan sandal jepit.
Sebagian besar juga pekerja dapur mengetahui kegunaan jenis-jenis APD
tersebut mengapa digunakan di Instalansi Gizi.
Penyimpanan APD di Instalansi Gizi RSU Mitra Sejati telah
disimpan di loker APD yang telah disediakan, APD yang disimpan di loker
berupa tudung kepala, masker dan sarung tangan plastik sedangkan
celemek disimpan oleh pribadi dan sandal jepit disimpan di tempat rak
sandal yang telah disediakan.
Sebagian besar juga pekerja dapur mengetahui tempat
pembuangan terakhir APD setelah dipakai yaitu tempat tong sampah
infeksius berwarna kuning.

16
2. Sikap Pekerja Dapur Sebelum dan Sesudah Diklat
Sama halnya dengan pengetahuan, sikap merupakan salah satu
ranah/domain dalam membentuk suatu perilaku. Sikap juga termasuk
dalam faktor predisposisi sebagai pembentuk seseorang untuk mau
berperilaku (Notoadmodjo, 2010).
Hasil pretest yang didapatkan dari kuesioner menunjukkan bahwa
hanya 10 responden (71,4%) yang memiliki sikap yang baik mengenai
akibat tidak menggunakan APD di Instalansi Gizi, namun dalam hal
menggunakan APD dapat dikatakan bahwa sebagian besar pekerja tidak
menggunakan APD karena APD tidak tersedia di Instalansi Gizi RSU
Mitra Sejati dan beberapa juga tidak menggunakan APD karena sudah
terbiasa tidak memakai APD dan faktor ketidaknyamanan dalam
menggunakan APD.
Pekerja dapur sebagian besar ternyata pernah mengikuti diklat
yang diadakan oleh RSU Mitra Sejati dan mungkin itu menjadi alasan
bahwa pengetahuan pekerja dapur mengenai APD memiliki pengetahuan
yang baik.
Skor posttest sikap yang didapatkan setelah diklat diketahui bahwa
yang memiliki sikap yang baik sebanyak 13 pekerja dapur (92,8%) dari 14
pekerja dapur dan 1 pekerja dapur (7,2%) yang memiliki sikap yang cukup
dari 14 pekerja dapur.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pretest dan posttest menggunakan kuesioner diperoleh :
1. Aspek pengetahuan, pekerja yang memiliki pengetahuan baik hanya 10
pada saat pretest (71,4%) setelah diklat yang memiliki pengetahuan yang
baik pada posttest meningkat menjadi 12 pekerja (14,2%) dari 14 pekerja
dapur RSU Mitra Sejati.
2. Aspek sikap, pekerja yang memiliki sikap baik hanya 10 pada saat pretest
(71,4%) setelah diklat yang memiliki sikap baik pada posttest meningkat
menjadi 13 pekerja (92,8%) dari 14 pekerja dapur (responden).

Bahwa sebagian besar pekerja dapur mengetahui pengertian, kegunaan,


jenis-jenis, penyimpanan dan pembuangan APD dan akibat tidak menggunakan
APD di Instalansi Gizi RSU Mitra Sejati. Dan sebagian besar juga pekerja dapur
tidak menggunakan APD dikarenakan APD tidak tersedia di Instalansi Gizi.

B. Saran
1. Diharapkan pekerja mampu menjaga pengetahuan dan sikap dengan
menggunakan APD dan saling mengingatkan sesama pekerja untuk
memakai APD saat bekerja
2. RSU Mitra Sejati siap sedia menyediakan APD disaat APD telah habis di
Instalansi Gizi
3. Perlunya peningkatan pengawasan pemakaian APD terhadap tenaga
penjamah makanan di Instalansi Gizi RSU Mitra Sejati.

18
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Novianto, 2015. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pengecoran
Logam PT. Sinar Semesta. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Semarang: FKM Universitas Diponegoro.

Simanjuntak,dkk. 2016. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Perilaku


Penggunaan Alat Pelindung Diri, Universitas Negeri Malang,
Malang.

Sari, D. 2012. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Sebagai Upaya Perlindungan Bagi
Tenaga Kerja di Instalansi Gizi RSO PROF. DR. R. SEOHARSO
SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.

19
Lampiran 1. Dokumentasi

20
Lampiran 2. Kuesioner APD

KUESIONER DIKLAT APD DI INSTALANSI GIZI RSU MITRA SEJATI MEDAN


A. Data Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : L/P
4. Masa Kerja :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Bagian di Instalansi Gizi :
7. Apakah Anda Pernah mengikuti Pelatihan Penggunaan APD :
( ) Pernah
( ) Tidak Pernah

B. Daftar Pertanyaan
N Jawaban
KOLOM A
O YA TIDAK
1 Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Alat
Pelindung Diri (APD) ?
2 Apakah dengan memakai APD di Instalansi Gizi akan
berguna pada waktu anda bekerja ?
3 Apakah kegunaan APD di Instalansi Gizi menurut anda ?
a. Untuk menjaga kesehatan dan keamanan makanan
b. Untuk melindungi tubuh dari cedera dan sakit
c. Memenuhi syarat saat bekerja di Instalansi Gizi
d. Tidak tahu
4 Apa akibatnya apabila anda tidak menggunakan APD di Instalansi Gizi ?
a. Pekerjaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik
b. Bisa menimbulkan kecelakaan dan gangguan kesehatan
c. Makanan yang disajikan tidak higienis
d. Tidak Tahu
5 Apa alasan anda menggunakan APD saat bekerja ?
a. Takut kena sanksi jika tidak memakai APD
b. Untuk melindungi diri dari bahaya atau kecelakaan dan menjaga
keamanan makanan
c. Ikut-ikutan saja karena teman kerja yang lain menggunakan APD

21
6 Apa alasan anda tidak menggunakan APD saat bekerja ?
a. APD tidak nyaman dipakai
b. APD tidak tersedia
c. Sudah terbiasa tidak memakai APD

N Jawaban
KOLOM B
O YA TIDAK
1 Apakah APD yang tersedia di Instalansi Gizi cukup untuk
semua pekerja ?
2 Apakah di Instalansi Gizi disediakan tempat untuk
menyimpan APD ?
3 Jenis APD di Instalansi Gizi apa yang anda gunakan saat bekerja ?
(Jawaban bisa lebih dari 1)
a. Tudung Kepala/helmet
b. Masker
c. Celemek
d. Sarung tangan
e. Safety shoes
f. Pakaian kerja
g. Larutan Antiseptik
h. Dan lain-lain, sebutkan………..
4 Apakah anda mencuci tangan di wastafel terlebih dahulu
sebelum menggunakan APD ?
5 Menurut anda apa kegunaan Alat Pelindung Kepala digunakan di Instalansi
Gizi ?
a. Untuk melindungi/mencegah jatuhnya rambut atau kotoran dari
kepala penjamah makanan yang sedang mengolah masakan
b. Untuk bergaya-gayaan
c. Tidak tahu
6 Menurut anda apa kegunaan Masker digunakan di Instalansi Gizi ?
a. Untuk menghindari bau tidak sedap dan menutup mulut
b. Untuk menghindari kumas yang keluar saat bersin atau batuk atau
ludah disaat berbicara masuk ke dalam makanan
c. Tidak tahu
7 Apakah anda membuang masker setelah selesai dipakai ?
a. Ya, dibuang
b. Tidak,menggantungkan masker di leher untuk digunakan kembali
c. Tidak, menyimpan kembali masker
8 Menurut anda apa kegunaan Sarung Tangan digunakan di Instalansi Gizi ?
a. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja saat memotong
memakai pisau atau carter

22
b. Untuk menghindari kontaminasi bakteri dari tangan yang kotor saat
mengambil makanan setelah dipotong-potong dan menaruh
makanan ke piring-piring pasien
c. Tidak Tahu

9 Menurut anda apa kegunaan Celemek digunakan di Instalansi Gizi ?


a. Untuk menghindarkan pakaian kerja kotor karena pengolahan
makanan yang dimungkinkan akan menjadi tempat kuman
b. Untuk memenuhi syarat bekerja di Instalansi Gizi
c. Tidak Tahu

N Jawaban
KOLOM C
O YA TIDAK
1 Apakah Rumah Sakit pernah mengadakan Diklat atau
Pendidikan dan Pelatan khususnya tentang APD ?
2 Apakah anda mengikuti Diklat APD tersebut ?
3 Apakah perlu diadakan pengawasan penggunaan APD di
Instalansi Gizi saat pengolahan makanan ?
4 Apakah selama anda bekerja ada pengawasan
tersebut ?
5 Bagaimana sikap anda jika Rumah Sakit tidak menyediakan APD di
Instalansi Gizi ?
a. Menolak untuk kerja
b. Tetap bekerja sambil menunggu APD disediakan oleh Rumah Sakit
c. Membeli APD sendiri
d. Tidak Tahu

23
P
R
E
T
E
S
T

24
P
O
S
T
T
E
S
T
25

Anda mungkin juga menyukai