1. Pendahuluan
Kesehatan
adalah
faktor
yang
sangat
penting
bagi
peningkatan
produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang
baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula.
Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima.
Kesehatan kerja adalah ilmu dan profesi yang mempelajari keterkaitan
antara kesehatan dan pekerjaan. Kesehatan yang kurang baik akan dapat
mengganggu produktivitas pekerjaan, dan pekerjaan dapat pula menimbulkan
terganggunya kesehatan. Karena peliknya permasalahan bidang ini tidak dapat
ditangani oleh satu pihak saja. Bidang ini harus ditangani oleh berbagai disiplin
ilmu, seperti: higene industri, kedokteran kerja, ergonomi, sosial, hukum,
psikologi dan lain-lain.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tujuan utama dari program
kesehatan kerja dalam upaya perlindungan terhadap tenaga kerja. Perlindungan
kesehatan terhadap pekerja antara lain dengan menghindari timbulnya penyakit
akibat kerja. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja.
Unit Gawat Darurat (UGD) termasuk
macam ancaman bahaya, yang dapat memberikan efek yang buruk bagi kesehatan.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan
2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada petugas Instalasi Rawat Darurat di RS Ibnu Sina
2.2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas Instalasi
Rawat Darurat
b) Untuk mengetahui tentang keluhan atau penyakit yang dialami yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas Instalasi Rawat Darurat di
RS Ibnu Sina
c) Untuk mengetahui tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
petugas Instalasi Rawat Darurat di RS Ibnu Sina.
d) Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan di Instalasi Rawat
Darurat di RS Ibnu Sina.
e) Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di ruang Instalasi
Gawat Darurat
f) Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami berhubungan dengan
pekerjaan petugas di Instalasi Gawat Darurat
g) Untuk mengetahui konstruksi bangunan yang aman bagi petugas
Instalasi Gawat Darurat
h) Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian kebakaran
3. Landasan Teori
3.1. Faktor Hazard dan Keluhan Yang Dialami dan Keluhan/ Penyakit
yang Dialami yang Berhubungan dengan Pekerjaan pada Petugas
Instalasi Rawat Darurat
cedera
lainnya),
radiasi,
bahanbahan
kimia
yang
laporan
National
Safety
Council
(NSC)
tahun
1988
contusion,
crushing,
bruising:11%,
cuts,
laceration,
scratches,
abrasions:
1,9%,
infection:1,3%;
serta
nyeri
tulang
belakang
dan
pergeseran
diskus
intervertebrae.
Bahaya
Potensial
Fisik:
Bising
Getaran
Debu
Panas
Lokasi
IPSRS, laundry, dapur,
CSSD, Gedung genset
boiler, IPAL
Ruang mesinmesin dan
peralatan yang
menghasilkan getaran
(ruang gigi dll)
Genset, bengkel kerja,
laboratorium gigi, gudang
rekam medis, incenerator.
CSSD, dapur, laundry,
incinerator, boiler.
Radiasi
XRay, OK
yang
menggunakan carm, ruang
fisioterapi, unit gigi.
Kimia:
disinfektan
Cytotoxics
Semua area
Ethylene oxide
Formaldehyde
Farmasi, tempat
pembuangan limbah,
bangsal
Kamar operasi
Laboratorium, kamar
mayat, gudang farmasi.
service
Methyl:
Methacrylate,
Hg (amalgam)
Solvents
Laboratorium, bengkel
kerja, semua area di RS
Teknisi, petugas
laboratorium, petugas
pembersih.
Dokter
gigi,
perawat,
Gasgas anestesi
dokter
bedah, dokter/perawat
Biologik:
AIDS, Hepatitis
B dan Non A
Non B
Cytomegalovirus
Rubella
Tuberculosis
Ergonomik:
Pekerjaan yang
dilakukan secara
manual
Postur yang
salah dalam
melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang
berulang
Psikososial:
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman secara
Fisik
anestesi.
Dokter, dokter gigi, perawat,
petugas laboratorium,
petugas sanitasi dan laundry.
Semua area
Semua Karyawan
Semua area
Semua area
dengan
tahap
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
Alat
Pelindung
Diri
(APD)
harus
dapat
memberikan
Alat
tidak
menimbulkan
bahaya-bahaya
tambahan
bagi
Suku
cadangnya
mudah
didapat
guna
mempermudah
pemeliharaannya.
3.3. Kotak (obat) Pertolongan Pertama Kecelakaan (P3K)
Kotak (obat) pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib
dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan
darurat ataupun kecelakaan.Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan
nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan
menunjang penyembuhan.
instalasi
dan
melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaannya
Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas
kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
Pemeriksaan Awal
Anamnese umum
Anamnese pekerjaan
Alrergi
Pemeriksaan badan
Pemeriksaan tertentu:
Tuberkulin test
Psikotest
Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Khusus
Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan tidak berpori, seperti vinyl yang
rata atau keramik dengan nat yang rapat sehingga debu dari kotoran-kotoran
tidak mengumpul, mudah dibersihkan, tidak mudah terbakar.
2) Langit-langit
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran.
3) Pintu.
-
Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing
dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi
dengan kaca jendela pengintai (observation glass).
-
4) Jendela.
-
11
5) Sistem ventilasi.
-
Pada ruang perawatan pasien dan koridor di ruang rawat inap, minimal 4
(empat) kali pertukaran udara per jam, untuk ruang perawatan isolasi infeksius,
minimal 6 (enam) kali pertukaran udara per jam.
6) Sistem pencahayaan.
-
12
peraturan
menteri
tenaga
kerja
dan
transmigrasi
No
PER.04/MEN/1980 APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
APAR direferensikan oleh pemerintah melalui permenaker no. 04/Men/1980.
Dengan ciri ciri dapat dioperasikan oleh satu orang, untuk pemadaman pada saat
kebakaran dan hanya pada sebatas volume api kecil dan tidak lebih dari 3 menit
untuk bahan cair dan gas, dan tidak lebih dari 10 menit untuk bahan padat
( Muhaimin, 2004 ) atau APAR digunakan untuk pemadaman kebakaran pada
tahap dini bukan pada saat api sudah besar. Untuk penempatan APAR seperti
yang sudah diatur dalam perda DKI nomor 8 tahun 2008 mempunyai syarat
syarat sebagai berikut
1. APAR harus selalu dalam keadaan siap pakai
2. APAR harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
13
3.
2) Hidran halaman
Hidran yang terletak di luar bangunan dimana instalasi dan peralatannya
disediakan dan dipasang di lingkungan bangunan tersebut. Menurut kepmen PU
no.10 tahun 2000 persyaratan hydrant yaitu : Letak hydrant mudah dilihat dan
dijangkau , Hydrant dalam kondisi siap pakai , Terdapat petunjuk penggunaan
pada hydrant
3) Sprinkler
Sprinkler merupakan suatu alat yang dapat memancarkan sejumlah air
bertekanan secara otomatis dan merata ke semua arah. Menurut Depnaker (1987)
penggunaan system sprinkler sebagai sarana proteksi kebakaran dapat menjamin
95% berhasil karena pancaran air akan bekerja otomatis tepat pada sasaran api
pada saat awal kebakaran.
Menurut kepmen PU no. 10 tahun 2000 persyaratan sprinkler yaitu :
Pada cabang pipa system sprinkler perlantai harus dilengkapi dengan katup aliran
air yang dihubungkan dengan system deteksi alarm, bangunan rumah sakit lebih
dari 2 lantai harus memasang sprinkler otomatis, dan jarak maksimum antara
sprinkler 4.6 m
4) Detektor
Detektor adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal yang terdiri antara lain :
a. Detektor asap ( smoke detector )
Detektor ini berfungsi untuk mendeteksi partikel partikel asap, baik yang
nampak maupun tidak tampak
b. Detektor panas ( Heat detector )
Alat ini bekerja berdasarkan pengaruh panas, yaitu dengan pendeteksian suhu
tingi atau kenaikan suhu abnormal. Berdasarkan temperatur yang diukur, detektor
panas terdiri atas 3 jenis, antara lain :
-
14
Rate of Rise Detector : detektor bekerja bila kenaikan suhu dengan cepat
dalam waktu yang singkat
5) Alarm kebakaran
Menurut Permenaker No. 2/Men/1983, alarm kebakaran adalah komponen
dari system yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang
dapat berupa :
a) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus (
audible alarm). Alarm audio harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
-
Mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga mudah dikenal sebagai alarm
kebakaran.
Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi kerja antara 500 1000 Hz dengan
tingkat kekerasan suara minimal 65 dB. Untuk ruangan dengan tingkat
kebisingan normal yang tingi, tingkat kekerasan alarm audio minimal 5 Db
lebih tinggi dari kebisingan normal.
b) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap oleh
pandangan mata secara jelas ( visible alarm ).
-
Alarm visual harus dipasang pada ruangan khusus, seperti tempat perawatan
orang tuli dan sejenisnya.
Pada semua lokasi panel kontrol dan panel bantu harus terpasang alarm
kebakaran.
Semua bagian dalam ruangan bangunan harus dapat dijangkau oleh isyarat
alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm yang khusus untuk
ruangan tersebut.
Alarm kebakaran harus dipasang untuk ruangan khusus dimana suara suara
dari luar tidak dapat terdengar.
15
Sarana alarm luar harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
pula sebagai penuntun arah masuk bagi anggota pemadam kebakaran dari luar.
6) Titik panggil manual
Titik panggil manual adalah suatu alat yang bekerjanya secara manual untuk
mengaktifkan isyarat adanya kebakaran yang dapat berupa :
a. Titik panggil manual secara tuas ( full down )
b. Titik manual secara tombol tekan ( push buttom )
Panel indicator kebakaran
Panel alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem deteksi dan alarm
kebakaran yang fungsinya untuk mengendalikan bekerjanya sistem dan terletak di
ruang operator. Panel indikator kebakaran dapat terdiri dari satu panel kontrol
utama, atau satu panel kontrol dengan satu atau beberapa panel bantu.
Ketentuan panel kontrol :
a. Panel control harus menunjukkan asal lokasi kebakaran.
b. Panel control harus mampu mengendalikan kerja detektor dan alarm kebakaran
serta komponennya secara keseluruhan.
c. Panel control harus dilengkapi dengan peralatan peralatan, sehingga operator
dapat mengetahui kondisi instalasi baik pada saat normal maupun pada saat
gangguan.
4. Metodologi Penelitian
4.1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1. Kamera digital, untuk mengambil gambar kegiatan
2. Check List (Lampiran), sebagai bahan untuk mengontrol tindakan
yang akan dilakukan, yaitu dengan melihat, mengecek, dan mendata
berdasarkan check list.
4.2. Cara
16
Survei
sepintas untuk mengetahui ada tidaknya faktor fisik, faktor kimia, faktor
biologi, faktor ergonomi dan faktor psikososial. Dalam survey ini yang
dilakukan adalah mengamati aspek K3 pada petugas Instalasi Rawat Darurat,
mengisi checklist, klarifikasi semua informasi yang telah diperoleh dengan
menjelaskan potensi bahaya yang ditemukan, laporan hasil pengamatan,
evaluasi dan berikan saran-saran atau rekomendasi untuk perbaikan.
Tanggal
29 Februari 2016
Kegiatan
- Pengarahan kegiatan
- Pembuatan Proposal
1 Maret 2016
2 Maret 2016
3 Maret 2016
4 Maret 2016
17
1 . P e n e rim a a n p a s ie n
(R e g is tra s i)
2 . T ria s e
3 . T in d a k a n a w a l
(B e d a h /N o n B e d a h )
4 . O b s e r v a s i p a s ie n
5 . P a s ie n P u la n g J ik a k e a d a a n
m e m b a ik / ra w a t in a p jik a p a s ie n
m e m e rlu k a n p e ra w a ta n la n ju t
1) Registrasi
No
Perkara
.
Faktor Hazard
Ya
Tidak Ket
a. Faktor fisik
18
Pencahayaan ;
2
3
4
5
tinggi ?
b. Faktor kimia
i.
ii.
iii.
Desinfektan
Cytotoxic
Gas-gas anestesi
c. Faktor biologi
i
Bakteri
ii.
Virus
iii.
Jamur
iv.
Parasit
d. Faktor ergonomis
i.
Pekerjaan yang dilakukan secara manual
ii.
Postur saat bekerja berdiri dan duduk
iii. Pekerjaan yang berulang
e. Faktor Psikososial
i.
Sering kontak dengan pasien
ii.
Kerja bergilir
iii. Kerja berlebih
iv. Ancaman secara fisik
Keluhan /penyakit yang dialami
i.
Sistem Pernafasan
ii.
Sistem Pencernaan
iii.. Sistem Reproduksi
iv. Sistem saraf
v.
Orthopedi
vii. Sistem Indera
19
Tutup kepala
Kacamata
Masker
4.
Celemek
5.
Handscoen
.6.
Sepatu
Memiliki
pengetahuan
dan
pernah
mendapat
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
Lantai
Langit-langit
Ventilasi
Kebakaran
8) Detector
9) alarm kebakaran
10) Hydran
11) Sprinkler
20
21
2) Triase
No
Perkara
.
Faktor Hazard
Ya
Tidak Ket
e. Faktor fisik
1
Pencahayaan ;
2
3
4
5
tinggi ?
f. Faktor kimia
i.
ii.
iii.
Desinfektan
Cytotoxic
Gas-gas anestesi
g. Faktor biologi
i
Bakteri
ii.
Virus
iii.
Jamur
iv.
Parasit
h. Faktor ergonomis
i.
ii.
22
Tutup kepala
Kacamata
Masker
4.
Celemek
5.
Handscoen
.6.
Sepatu
Memiliki
pengetahuan
dan
pernah
mendapat
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
Lantai
Langit-langit
Ventilasi
Kebakaran
23
12) APAR
13) Detector
15) Hydran
16) Sprinkler
24
3) Tindakan awal
No
Perkara
.
Faktor Hazard
Ya
Tidak Ket
i. Faktor fisik
1
Pencahayaan ;
2
3
4
5
tinggi ?
j. Faktor kimia
i.
ii.
iii.
Desinfektan
Cytotoxic
Gas-gas anestesi
k. Faktor biologi
i
Bakteri
ii.
Virus
iii.
Jamur
iv.
Parasit
l. Faktor ergonomis
i.
ii.
25
Tutup kepala
Kacamata
Masker
4.
Celemek
5.
Handscoen
.6.
Sepatu
Memiliki
pengetahuan
dan
pernah
mendapat
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
Lantai
Langit-langit
Ventilasi
Kebakaran
26
17) APAR
18) Detector
20) Hydran
21) Sprinkler
27
4) Observasi pasien
No
Perkara
.
Faktor Hazard
Ya
Tidak Ket
m. Faktor fisik
1
Pencahayaan ;
2
3
4
5
tinggi ?
n. Faktor kimia
i.
ii.
iii.
Desinfektan
Cytotoxic
Gas-gas anestesi
o. Faktor biologi
i
Bakteri
ii.
Virus
iii.
Jamur
iv.
Parasit
p. Faktor ergonomis
i.
ii.
28
Tutup kepala
Kacamata
Masker
4.
Celemek
5.
Handscoen
.6.
Sepatu
Memiliki
pengetahuan
dan
pernah
mendapat
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
Lantai
Langit-langit
Ventilasi
Kebakaran
29
22) APAR
23) Detector
25) Hydran
26) Sprinkler
30
Perkara
.
Faktor Hazard
Ya
Tidak Ket
q. Faktor fisik
1
Pencahayaan ;
2
3
4
5
tinggi ?
r. Faktor kimia
i.
ii.
iii.
Desinfektan
Cytotoxic
Gas-gas anestesi
s. Faktor biologi
i
Bakteri
ii.
Virus
iii.
Jamur
iv.
Parasit
t. Faktor ergonomis
i.
ii.
31
Tutup kepala
Kacamata
Masker
4.
Celemek
5.
Handscoen
.6.
Sepatu
Memiliki
pengetahuan
dan
pernah
mendapat
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
Lantai
Langit-langit
Ventilasi
Kebakaran
32
27) APAR
28) Detector
30) Hydran
31) Sprinkler
33
5. HASIL PENELITIAN
pada
tanggal
16
Juni
2003,
ditandai
dengan
5.2. Visi:
Menjadi rumah sakit pendidikan dengan pelayanan yang
Islami, unggul dan terkemuka di Indonesia.
34
5.3. Misi:
1. Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan
unggul yang
pelayanan kesehatan).
2. Melaksanakan
dan
mengembangkan
pendidikan
pendidikan).
3. Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual
kepada penderita
dakwah).
4. Mengupayakan perolehan finansial dari berbagai kegiatan
rumah sakit. (Misi finansial).
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai (Misi kesejahteraan).
pendidikan
dan
pengembangan
4. Wakil direktur Keuangan, sarana, dan kemitraan Rumah
sakit IBNU SINA YBW - UMI juga memiliki dewan pembina
yang terdiri atas Ketua, Wakil ketua, Sekretaris, dan
anggota.
Penyakit Dalam
Bedah
Kesehatan Anak
Obstetri dan Gynekologi
Bedah Saraf
35
dimana
pada
tahun
2005,
mahasiswa
yang
36
kepada
pasien
peserta
ASKES,
JPS,
dan
juga
5.7.1.
RS IBNU SINA
Ada beberapa tahapan yang dilakukan di perawatan
Rumah Sakit Ibnu Sina yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
37
cahaya
yang
cukup
dan
merata.
Untuk
38
Terdapat
brankar/kursi
roda
fasilitas
yang
yang
menunjang
memudahkan
petugas
berupa
dalam
melakukan kerjanya.
Pada melakukan evakuasi posisi petugas dalam
keadaan
berdiri
dan
mengevakuasi
pasien
tergantung
keadaan pasien
-
39
5.7.1.2. Triase
Pada tahap ini, sebelum pasien mendapat tindakan awal
dilakukan pemilahan pasien(Bedah/Non Bedah/Resusitasi) yang
baru masuk berdasarkan kondisi pasien. Pada tahap ini, hanya
ada 1 orang petugas( Dokter Triase) yang melakukan tindakan
ini.
a. Tinjauan Faktor Fisik
-
dengan baik.
Pencahayaan pada ruangan perawatan dikatakan cukup baik
dimana sumber cahaya sesuai dengan luas ruangan, selain
itu juga didukung dengan dinding dan warna langit-langit
yang terang, di ruangan ini juga bisa dijumpai jendela yang
cukup besar, sehingga pada siang hari cahaya matahari
mampu memberikan cahaya yang cukup dan merata. Untuk
kelistrikan masih dalam kondisi baik, tidak ditemukan stop
Terdapat
fasilitas
yang
menunjang
kerjanya
petugas
40
41
dengan baik.
Pencahayaan pada ruangan perawatan dikatakan cukup baik
dimana sumber cahaya sesuai dengan luas ruangan, selain
itu juga didukung dengan dinding dan warna langit-langit
yang terang, di ruangan ini juga bisa dijumpai jendela yang
cukup besar, sehingga pada siang hari cahaya matahari
mampu memberikan cahaya yang cukup dan merata. Untuk
kelistrikan masih dalam kondisi baik, tidak ditemukan stop
Terdapat
fasilitas
yang
menunjang
kerjanya
petugas
42
43
dengan baik.
Pencahayaan pada ruangan perawatan dikatakan cukup baik
dimana sumber cahaya sesuai dengan luas ruangan, selain
itu juga didukung dengan dinding dan warna langit-langit
yang terang, di ruangan ini juga bisa dijumpai jendela yang
cukup besar, sehingga pada siang hari cahaya matahari
mampu memberikan cahaya yang cukup dan merata. Untuk
44
Terdapat
fasilitas
yang
menunjang
kerjanya
petugas
45
sehingga
petugas
kesehatantidakberesiko
Pada
tahap
ini,
setelah
pasien
diobservasi,dilihat
jika
dengan baik.
Pencahayaan pada ruangan perawatan dikatakan cukup baik
dimana sumber cahaya sesuai dengan luas ruangan, selain
itu juga didukung dengan dinding dan warna langit-langit
yang terang, di ruangan ini juga bisa dijumpai jendela yang
cukup besar, sehingga pada siang hari cahaya matahari
mampu memberikan cahaya yang cukup dan merata. Untuk
kelistrikan masih dalam kondisi baik, tidak ditemukan stop
Terdapat
kesehatan
fasilitas
dalam
yang
menunjang
pemeriksaan
kerjanya
kesehatan
petugas
pasien
baru
47
sehingga
petugas
kesehatantidakberesiko
5.7.3.
Alat
Pelindung
Diri
(APD)
adalah
seperangkat
alat
potensi
bahaya
lingkungan
kerja
terhadap
evakuasi,
triase,
tindakan
awal,
observasi
48
Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai proteksi dari bahayabahaya potensial yang ada di Instalasi Rawat Darurat.
5.7.4.
Kotak
pertolongan
pertama
kecelakaan
(P3K)
di
Instalasi
rawat
darurat
disedikan
beberapat
5.7.5.
5.7.6.
Konstruksi bangunan
49
Sistem ventilasi.
Bangunan Ruang IRD mempunyai ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik/ buatan sesuai dengan fungsinya.
Sistem pencahayaan.
Bangunan
IRD
mempunyai
pencahayaan
alami
dan/atau
5.7.7.
APAR, hidran,
5.8. Pembahasan
Keselamatan dan kesehatan kerja harus sesuai dengan
Undang-undang No.1 Tahun 1970 yang mana sebagai aturan
pelaksanaan dari Undang-Undang No.13 Tahun 2003 yang
menyangkut norma perlindungan tenaga kerja, khususnya yang
berkaitan dengan hiperkes antara lain :
a. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dan tenaga kerja yang akan
50
Dalam
kesehatan
Undang-Undang
kerja
telah
No.
dijelaskan
23
Tahun
bahwa
1992
tentang
kesehatan
kerja
51
cara
pembersihan
dengan
supaya
disediakan
2 Pencahayaan
a Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan
harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup
b
berdasarkan fungsinya.
Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun
untuk
menyimpan
barang/peralatan
penerangan.
c Ruang pasien/bangsal
harus
perlu
disediakan
diberikan
penerangan
52
Untuk
rumah
sakit
yang
menggunakan
agar
tidak
menjadi
perindukan
bakteri
meter
dari
exhauster
atau
perlengkapan
pembakaran.
e Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
f Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
g Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi,
perawatan bayi, diambil dekat langit-langit dan exhaust
dekat lantai, hendaknya disediakan 2 (dua) buah exhaust
fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
h Suplai udara di atas lantai.
i Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap
ruang hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara
kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang.
53
Ventilasi
ruang-ruang
sensitif
hendaknya
dilengkapi
II
mempelajari
(filter
bakteri)
dipasang
sistem
ventilasi
sentral
90%.
dalam
Untuk
gedung
tidak terhalang.
Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya
lebih
tinggi
dibandingkan
ruang-ruang
lain
dan
54
1 Pada
sumber
Penyekatan,
bising
di
pemindahan,
rumah
sakit
peredaman.
pemeliharaan
mesin-mesin
luar
rumah
sakit
yang
berkesinambungan.
4 Distribusi air minum
membutuhkan
dan
air
secara
bersih
disetiap
kualitas
air
dan
tempat
cuci
tangan)tersendiri.
55
6 Lubang
penghawaan
harus
berhubungan
langsung
5.9.
Kesimpulan
56
Faktor Psikososial
Tidak terdapat hazard factor psikosial yang mengganggu
jalannya aktivitas di Instalasi Rawat Darurat RS Ibnu Sina
2 Tidak terdapat keluhan/penyakit yang dialami berhubungan
dengan pekerjaan pada petugas Instalasi Rawat Darurat RS
Ibnu Sina
3 Alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas Instalasi
Rawat Darurat RS Ibnu Sina yaitu masker dan handschoen
4 Terdapat upaya K3 lainnya yang dijalankan di Instalasi Rawat
Darurat
RS
Ibnu
Sina
yaitu
berupa
pelatihan
tentang
5.10.
Saran
sehingga
setiap
petugas
dapat
bekerja
optimal.Dan
57