Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN ILMU SEMINAR AKHIR IKK-IKP

KESEHATAN KOMUNITAS DAN 12 Januari 2023

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT

PENANGANAN PERSALINAN IBU HAMIL G1P0A0 YANG TIDAK


PERNAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN DIPUSKESMAS DAN BIDAN
PUSKESMAS SEDANG CUTI (KIA)

Disusun Oleh:

Siti Sinar Dewi Amelia


15 19 777 14 352

Pembimbing:
dr. Ricky Yuliam, M.Kes

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS DAN

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

2023
HALAMAN PENGESAH

Nama : Siti Sinar Dewi Amelia

No. Stambuk : 15 19 777 14 352

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Bagian : Ilmu Kesehatan Keluarga – Ilmu Kesahatan Masyarakat

Judul : Penanganan Persalinan Ibu Hamil G1P0A0 Yang Tidak


Pernah Melakukan Pemeriksaan Di Puskesmas Dan Bidan Puskesmas Sedang
Cuti (KIA)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 09 Desember 2022

Pembimbing Mahasiswa

dr. Ricky Yuliam, M.Kes Siti Sinar Dewi Amelia


BAB I

PENDAHULUAN

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak upaya


kesehatan (baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan
perorangan). Upaya puskesmas seperti kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk
pencegahan, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat penyakit
serta pemulihan kesehatan, semua itu merupakan kegiatan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan dengan sasaran keluarga, kolompok dan masyarakat. Semuanya
merupakan prinsip penyelenggaraan pelayanan kesehatan puskesmas yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari para pengguna jasa
pelayanan kesehatan dimana pasien mengharapkan suatu penyelesaian dari
masalah kesehatannya.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2014 menyebutkan dalam
pasal 1 Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Menurut Trihono dalam bukunya Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis (UPTD) Dinas Kesehatan kabupaten/kota, puskesmas yang berperan dalam
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknik oprasional Dinas Kesehatan 1 2
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia, dengan menyelenggarakan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Kesehatan Ibu Dan Anak


Tahun 2045, Indonesia akan memasuki masa keemasan. Sudah satu abad
setelah kemerdekaan, tentu bukan waktu yang singkat bagi keberlangsungan
pembangunan nasional. Namun demikian, banyak hal yang perlu mendapat
perhatian menuju masa keemasan ini, salah satunya adalah pembangunan
kesehatan nasional.
Padahal, saat ini kita masih menghadapi banyak masalah kesehatan,
terutama yang menyangkut aspek esensial, seperti KIA. Tingginya angka
kematian ibu dan anak serta masalah gizi yang mereka hadapi akan semakin
mempersulit upaya mewujudkan SDM Unggul pada tahun 2045, meskipun kita
berpeluang dengan adanya bonus demografi. Padahal, konsep dasar pembangunan
manusia dan pembangunan kesehatan harus dimulai dari pembangunan KIA.
Pembangunan KIA belum menjadi prioritas. KIA masih ditempatkan pada
program kesehatan parsial dan individual, seperti intervensi kuratif pada ibu
hamil, bersalin dan menyusui serta balita. Padahal, KIA secara holistik merupakan
dimensi yang harus ada dalam setiap unsur pembangunan. Sebagai contoh,
pembangunan infrastruktur perumahan di Jakarta harus memenuhi dimensi dan
standar KIA, karena merupakan kelompok yang rentan terhadap pembangunan
tersebut, namun faktanya tidak demikian. Demikian juga dalam menyusun
kurikulum pendidikan primer dan sekunder harus mencakup dimensi KIA.
Artinya, KIA bukanlah program yang berdiri sendiri, melainkan termasuk dalam
hampir semua aspek pembangunan, tidak hanya kesehatan. KIA merupakan entry
point bagi suatu bangsa untuk membangun sumber daya manusia yang unggul dan
berkualitas.
A. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa peran KIA dalam kesehatan
masyarakat sangat penting. Kami memahami bahwa banyak penyakit yang
muncul disebabkan oleh masalah selama kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Misalnya, diabetes yang banyak diderita masyarakat saat ini, sebenarnya terjadi
karena masalah gizi tidak seimbang yang dimulai saat hamil, melahirkan, dan
menyusui.
Ancaman terbesar upaya kesehatan masyarakat di Indonesia adalah
masalah kematian ibu dan gizi anak. Data yang tersedia saat ini dengan jelas
menunjukkan lemahnya upaya kita untuk mengatasi kedua masalah tersebut.
Faktanya, 300 ibu meninggal setiap minggu setelah melahirkan dan satu dari tiga
anak di Indonesia mengalami masalah gizi akut (stunting). Upaya kesehatan yang
kita lakukan selama ini ternyata belum optimal dalam memberikan perbaikan
KIA.
Faktanya itu tidak bisa kita abaikan. Kematian ibu tertinggi disebabkan
oleh keterlambatannya dalam melakukan penanganan. Ibu hamil sulit ditolong
karena kondisinya sudah kritis. Hal itu terjadi karena masalah infrastruktur dan
kemiskinan. Selanjutnya, di kota-kota besar, di mana tingkat partisipasi tenaga
kerja perempuan tinggi, kebijakan ketenagakerjaan bagi perempuan hamil
sungguh-sungguh memprihatinkan. Mereka dipaksa bekerja dengan jam kerja
normal. Padahal, kondisinya tidak memungkinkan untuk tetap bekerja seperti
tenaga kerja lainnya. Ini menjadikan mereka rentan terhadap risiko kematian dan
melahirkan anak dengan masalah gizi.
Pada akhirnya, upaya kesehatan masyarakat dengan fokus pada KIA tidak
selamanya harus langsung menangani masalah kesehatan terhadap ibu dan anak.
Kita perlu membangun program strategi yang komprehensif dan terintegrasi.
Fasilitas kesehatan yang baik, tanpa memperbaiki kondisi kemiskinan pada
masyarakat, tidak efektif juga meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas
kesehatan. Memperbaiki gizi ibu hamil, tanpa didukung oleh kebijakan
ketenagakerjaan bagi perempuan, tidak efektif juga mengatasi masalah KIA.
B. Ruang Lingkup KIA

KIA mengacu pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan yang


diberikan kepada ibu dan anak dengan faktor-faktor pendukungnya. Ada dua
lingkup KIA yang menjadi tujuan dalam upaya kesehatan masyarakat, yaitu
perempuan dalam peran mereka sebagai ibu (melahirkan dan membesarkan anak)
dan anak-anak yang disiapkan menjadi SDM unggul. Intervensi KIA terutama
berfokus pada mempertahankan hidup sehat dari 1000 HPK sampai menjadi anak
usia sekolah, karena itulah usia emas bagi tumbuh kembang anak.
Pada kesehatan ibu, cakupannya sangat luas, mulai dari kesehatan ibu
prakehamilan, saat hamil, melahirkan dan menyusui. Intervensi kesehatan ibu
sangat banyak, mulai dari memberikan pengetahuan ibu terhadap kesehatan ibu,
penyediaan pelayanan kesehatan ibu, penyediaan gizi seimbang, sampai metode
pengasuhan balita. Semua itu menjadi bagian dari kesehatan ibu. Sementara itu,
lingkup kesehatan anak mulai dari masa perinatal hingga postnatal. Dari fase
tumbuh dan kembang anak tersebut intervensi kesehatan dilakukan, seperti asupan
gizi, perlindungan terhadap penyakit, perlindungan terhadap lingkungan, pola
asuh, dan pelayanan kesehatan anak.
Selain itu, terdapat faktor-faktor pendukung KIA di luar aspek upaya
kesehatan, seperti pendidikan, lingkungan, infrastruktur, penanggulangan
kemiskinan, dan ketenagakerjaan. Semua faktor pendukung itu tidak bisa
dipisahkan jika tujuan program KIA ingin berjalan optimal. Tantangannya adalah
bagaimana ke semua lingkup KIA dan faktor pendukung tersebut dapat bersinergi
dalam kebijakan dan upaya pembangunan KIA.

C.1000 Hari Pertama Kehidupan

Kualitas SDM yang sehat dan cerdas, salah satunya ditentukan oleh
pertumbuhan dan perkembangan pada "periode emas" kehidupan manusia.
Periode tersebut dikenal dengan istilah 1000 HPK, yang merupakan masa awal
kehidupan, dimulai dari kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan.
D. KIA dan Bonus Demografi

Mengapa KIA penting menjadi fokus upaya kesehatan masyarakat saat


ini? Hal tersebut karena kita akan masuk pada periode transisi demografi yang
menuju pada bonus demografi (demographic dividend). Demo demografi adalah
percepatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh penurunan angka
kematian dan kesuburan suatu negara (usia produktif lebih mendominasi), yang
selanjutnya mengubah struktur usia penduduk. Pada kondisi tersebut, jumlah
penduduk usia produktif sangat besar dibandingkan penduduk usia non produktif.
Hal ini menyebabkan produktivitas penduduk pada saat itu meningkat.
Oleh karena itu, program-program yang mendorong perbaikan KIA harus
menjadi prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia. Fokusnya adalah
memperbaiki pelayanan KIA, perbaikan gizi ibu dan anak, peningkatan
pengetahuan masyarakat terhadap KIA, dan peningkatan promosi KIA. Supaya,
ketika memasuki fase bonus demografi, SDM Indonesia siap mendapatkan bonus
demo tersebut untuk mentransformasi pembangunan nasional. Hal tersebut juga
menjadi kunci bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara melarikan diri
(jebakan pendapatan menengah).

E. Pelayanan KIA

Salah satu fokus upaya KIA adalah mewujudkan pelayanan KIA yang baik
dan mudah diakses oleh semua penduduk. Pelayanan itu mencangkup pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Tujuannya adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS). Selanjutnya,
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
yang optimal, yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Untuk mewujudkan pelayanan KIA yang baik dan mudah diakses, hal
utama yang menjadi kegiatan pelayanan adalah peningkatan pelayanan antenatal
(ANC) dengan mutu yang baik dan jangkauan setinggi-tingginya di semua
fasilitas pelayanan, peningkatan bantuan tenaga kerja profesional, peningkatan
sistem deteksi dini terhadap risiko ibu hamil yang tinggi, penanganan dan
pengamatannya terhadap ibu hamil secara terus-menerus, peningkatan pelayanan
neonatal dengan kualitas yang baik dan jangkauan yang setinggi-tingginya.
Pemulihan kuantitas dan kualitas pelayanan KIA mendesak dilakukan.
Tantangan penurunan indikator KIA, seperti angka kematian ibu, stunting, dan
lainnya menjadikan kebutuhan pelayanan KIA semakin tinggi. Kita perlu
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Oleh karena itu,
pemerintah telah menetapkan tujuan khusus dari pelayanan KIA sebagai berikut.
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
meneteki, bayi, dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

Kesehatan Ibu pada Masa Kehamilan


Tingginya jumlah ibu hamil tersebut, memerlukan fasilitas pelayanan
kesehatan yang baik. Supaya kesehatan ibu pada masa kehamilan tetap terjaga
dengan baik dan fungsi pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) dilaksanakan
secara optimal, sehingga terhindar dari risiko komplikasi pada kehamilan dan
persalinan serta mempersiapkan ibu pada masa nifas dan menyusui.
Meski demikian, kita memiliki persoalan terhadap kuantitas dan kualitas
ANC, terutama di daerah yang minim fasilitas kesehatannya. Banyak ibu hamil
yang tidak dapat melakukan pemeriksaan kehamilannya karena pembatasan
fasilitas kesehatan. Di sisi lain, banyak juga yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin, karena minimnya pengetahuan tentang kehamilan, padahal
fasilitas kesehatan sudah tersedia dengan baik. Karena itu, selayaknyalah angka
kematian ibu dan anak di Indonesia masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena tidak
terjaganya kesehatan ibu sejak kehamilan.
Tidak hanya kesehatan fisik, ibu hamil juga memerlukan kesehatan mental
dan kesehatan sosial saat hamil. Pemenuhan tiga fungsi kesehatan tersebut harus
didapatkan oleh ibu hamil, agar secara psikis, mereka siap menjalankan fase
lainnya, yaitu fase melahirkan, nifas dan menyusui. Selain itu, ibu hamil juga
memiliki berbagai resiko ancaman penyakit, yang setiap saat bisa mengancam
kondisi kesehatannya. Dengan demikian, menjaga pola hidup sehat saat kehamilan
menjadi penting, agar risiko penyakit tersebut dapat diminimalkan. Untuk itu,
mereka membutuhkan peran semua pihak, terutama tenaga kesehatan dan
keluarga untuk membantu mereka menjaga kesehatannya.

A. Kesehatan Fisik, Mental, dan Sosial Ibu Hamil


Tidak mudah bagi seorang ibu menjalani masa kehamilan, terutama bagi
yang baru pertama kali mengalaminya. Ibu hamil akan mengalami proses
perubahan secara fisik, mental, dan sosialnya. Banyak faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut, seperti faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial, budaya,
dan ekonomi (Lestari dan Halida, 2013). Berbagai resiko kesehatan bisa muncul
seketika, jika kondisi fisik, mental dan sosial mereka terganggu. Sehingga tiga hal
tersebut perlu mendapatkan perhatian, tidak hanya oleh ibu hamil tetapi juga
keluarga dan masyarakat sekitarnya.
1. Kesehatan Fisik
Perubahan kondisi fisik ibu hamil sangat signifikan selama kurang lebih
sembilan bulan pada masa kehamilan. Perubahan tersebut membuat kondisi fisik
dan keseimbangan kehidupan mereka akan mengalami perubahan-perubahan, jauh
dari kondisi sebelum hamil. Perubahan fisik itu terjadi pada setiap fase kehamilan,
yang dapat menyusut menjadi tiga sebagai berikut.

a. Trimester Pertama (1-3 bulan)


Fase awal kehamilan ini, secara fisik ibu hamil belum kelihatan perubahannya.
Meskipun beberapa perubahan fisik sudah mulai terjadi, seperti :
1) Rasa mual yang mulai muncul pada bulan kedua kehamilan. Rasa mual yang
mereka rasakan meski hanya mencium bau makanan tertentu. Istilahnya adalah
morning sickness, yang disebabkan ibu hamil merasakan air ludahnya menjadi
berlebih.
2) Kondisi payudara akan mulai membesar dan kencang, terkadang menyebabkan
sesak napas.
3) Perubahan berat badan akan mulai dirasakan pada bulan ketiga dari kehamilan.
Tubuh ibu hamil mulai membesar dan membutuhkan ruang gerak yang lebih luas.
4) Mulai merasakan kram perut. Ini terasa seperti menstruasi atau rasa sakit
seperti ditusuk, namun timbul sebentar dan tidak menetap. Pada kondisi ini, perlu
mewaspadai gejala pemeliharaan.
5) Sering buang air kecil, disebabkan oleh pertumbuhan rahim yang menekan
kandung kencing dan perubahan hormon sehingga aktivitas ke toilet menjadi
sering.
6) Kecenderungan sulit buang air besar atau kontipasi. Hal ini dapat diatasi
dengan banyak minum air, makanan yang berserat tinggi dan berolah raga.
7) Merasakan sering lelah, karena tubuh ibu hamil bekerja secara aktif untuk
menyesuaikan secara fisik dan emosional.
8) Sering merasakan sakit kepala dibandingkan sebelum hamil, karena adanya
perubahan emosional dan perubahan fisik yang dialami ibu hamil.

9) Sering merasa pusing, karena adanya peningkatan aliran darah ke tubuh


sedangkan sistem sirkulasi darah kesulitan untuk beradaptasi.
10) Tinggi fundus uteri, karena beradaptasi menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Selama kehamilan, rahim
akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan
cairan amnion yang rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5
liter, bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.

b. Trimester Kedua (4-6 bulan)


Setelah melewati trimester pertama kehamilan, ibu hamil masuk ke
trimester kedua. Ciri fisiknya, perut ibu hamil mulai kelihatan membesar dan kita
dapat dengan mudah mengetahui bahwa ibu tersebut sedang hamil.
Pada trimester kedua ini, kondisi ibu hamil lebih nyaman dibanding
trimester pertama. Rasa mual yang sering dirasakan pada trimester pertama
pembatasan-angsur berkurang. Bahkan, ibu hamil merasakan lebih energik pada
trimester kedua. Karena kondisi perut belum membesar, sehingga ibu hamil masih
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan leluasa. Berikut beberapa perubahan
yang terjadi pada kehamilan trimester kedua.
1) Ibu hamil akan lebih sering merasakan pusing dibandingkan trimester
pertama. Hal ini dapat diatasi dengan tidak melakukan perubahan tekanan
darah yang mendadak.
2) Mengalami gusi berdarah, karena peningkatan aliran darah selama masa
kehamilan.
3) Sering mendengkur karena peningkatan aliran darah
menyebabkan sesak dan gejala mendengkur saat tidur.
4) Terjadi kram pada kaki, karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat
kehamilan. Hal ini dapat diatasi dengan menaikkan kaki ke atas, minum cukup
kalsium.
5) Terjadi perubahan kulit (strecth mark), karena peregangan kulit yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gatal.
6) Pertumbuhan kuku lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak, bahkan di
tempat yang tidak diinginkan seperti wajah atau perut.
7) Payudara akan semakin membesar. Sehingga perlu menjaga kebersihannya.
8) Perut semakin membesar, rahim membesar dan melewati rongga panggul.
Pembesarannya bisa mencapai sekitar 1 cm setiap minggunya.
9) Merasakan gerakan bayi pada minggu ke-15 hingga ke-22, seperti kibasan
sampai benar-benar merasakan adanya pergerakan bayi.
10) Sendawa dan buang angin yang frekuensinya sering dan sulit dikontrol, karena
usus merenggang dan merasa kembung.
11) Rasa sakit di ulu hati, karena asam lambung naik ke kerongkongan. Atasi
dengan menaikkan posisi kepala sewaktu tidur.
12) Sakit perut di bagian bawah, terjadi pada minggu ke-18 hingga ke-24. Hal ini
dapat diatasi dengan duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman.
13) Edema, yaitu peningkatan kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding
pembuluh darah dan uterus dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises
vulva. Kondisi tersebut biasanya akan membaik selama periode pascapartum.

c. Trimester Ketiga (7-9 bulan)

Pada trimester ini, kondisi fisik dari perut ibu hamil sudah membesar.
Faktor tersebut berdampak pada perubahan emosional, yang sering berubah-ubah.
Meski begitu, rasa bahagia seorang ibu yang akan segera memiliki bayi mulai
muncul. Namun, mereka juga merasakan kekhawatiran dengan kondisi bayi yang
ada dalam kandungan dan akan melakukan persalinan.
Ada beberapa perubahan fisik yang terjadi pada trimester ini antara lain :
1) Ibu lebih susah bernapas, karena bayi menekan paru ibu. Namun kondisinya
akan kembali normal saat 2-3 minggu mendekati persalinan.
2) Sulit tidur, karena besarnya perut ibu hamil dan pergerakan bayi dalam
kandungan.
3) Sakit punggung, karena meningkatnya beban berat kandungan bagi ibu.
4) Adanya peningkatan cairan vagina.
5) Kontraksi perut (kontraksi braxton-hicks), berupa sakit yang ringan, tidak
teratur, dan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat.
6) Sering buang air kecil, karena adanya tekanan kandungan kandung kemih
akibat kepala bayi berada di rongga panggul.
7) Kontipasi atau sulit buang air besar, karena tekanan rahim yang membesar ke
daerah usus dan peningkatan hormon progesteron.Cara mengatasinya adalah
makan buah dan sayuran serta minum air yang banyak dan berolahraga.
8) Varises, karena peningkatan volume darah yang akhirnya mendesak turun ke
bagian kaki. Hal ini dapat diatasi dengan angkat kaki ke atas ketika ibu hamil
istirahat, tiduran, jangan berdiri atau duduk terlalu lama serta mencoba untuk
berjalan-jalan.
9) Kram kaki, karena perubahan sirkulasi tekanan pada saraf di kaki atau karena
rendahnya kadar kalsium.
10) Edema, yaitu pembengkakan pada kaki dan nyeri kaki ibu hamil. Edema kaki
fisiologis menyebabkan ketidaknyamanan, perasaan berat dan kram di malam
hari.
11) Hipertensi, yaitu tekanan darah naik. Salah satunya adalah Preeklampsia.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai dengan proteinuria
pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu.

2. Kesehatan Mental
Selain kesehatan fisik, kesehatan mental ibu hamil juga perlu dijaga
dengan baik. Masa kehamilan menyebabkan perubahan emosional dan terjadi
ke konflik emosi. Ibu hamil membutuhkan rasa tenang dan bahagia. Rasa
tersebut dapat memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan ibu hamil
dan bayi dalam kandungannya.
Bagi ibu hamil yang tidak bisa mengatasi gangguan kesehatan mental saat
hamil dapat memicu perilaku berisiko bagi kehamilan, seperti merokok,
konsumsi alkohol, asupan nutrisi yang tidak sesuai, menghindari pemeriksaan
kehamilan, atau memicu perilaku berbahaya bagi ibu dan kandungannya.
perilaku ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayinya.
Apalagi, ibu hamil yang memiliki riwayat gangguan kesehatan mental
sebelumnya, akan mengalami tekanan yang berat. Berikut beberapa masalah
kesehatan mental yang dapat muncul pada ibu hamil dan cara mengatasinya.
 Depresi pada ibu hamil merupakan gangguan kesehatan mental yang paling
umum terjadi dan polanya bervariasi. Depresi sering terjadi pada trimester
pertama dan ketiga. Meski demikian, bila tidak diatasi dengan baik, sering kali
menjadi pemicu dan munculnya gejala gangguan kesehatan mental lainnya,
seperti gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan pola
makan. Sehingga, kondisi depresi tidak boleh sering terjadi. Oleh karena itu
peranan keluarga sangat besar untuk membantu mengatasinya.
 Serangan Panik (Gangguan Panik)
Munculnya rasa takut atau gelisah yang berlebihan secara tiba-tiba pada ibu
hamil. Hal tersebut bisa terjadi meski sang ibu hamil tidak pernah memiliki
riwayat itu sebelumnya. Kondisi ini bisa muncul dari rasa cemas dan stres
yang ditandai dengan peningkatan hormon kortisol. Jika tidak ditangani,
peningkatan kortisol dapat memengaruhi perkembangan dalam kandungan
janin. Penanganan tanpa obat dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku
kognitif dan supportif, penerapan teknik relaksasi, penerapan sleep hygiene,
serta pengaturan pola makan.
 Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
Merupakan gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa
melakukan suatu tindakan berulang-ulang dan bila tidak dilakukan mereka
akan mengalami kecemasan dan ketakutan. Gangguan mental ini agak sulit
dikendalikan dan dapat muncul pada masa awal kehamilan dan meningkat
seiring masa kehamilan hingga setelah melahirkan. Cara mengatasinya dengan
terapi perilaku dan komsumsi obat.
 Gangguan Pola Makan
Perubahan mental pada kehamilan juga mengganggu pola makan Perubahan
tersebut bisa meningkatkan pola makanan atau menurunkan pola makanan, hal
itu tergantung dari kondisi ibu hamil. Peningkatan pola makan yang
diseimbangkan dengan kebutuhan asupan gizi sangat baik membantu
kesehatan ibu dan bayi dalam kandungannya. Namun penurunan pola makan
berdampak pada rendahnya asupan gizi ibu hamil, yang berdampak pada
gangguan kesehatan, baik pada ibu hamil maupun bayi yang dikandungnya.
Selain itu, terjadinya gangguan pola makan berpengaruh terhadap kesiapan ibu
untuk melahirkan secara normal dan meningkatkan risiko depresi
pascamelahirkan serta risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).
 Gangguan Bipolar
Merupakan gangguan mental yang menyerang kondisi kejiwaan seseorang
yang mempengaruhi suasana kejiwaan yang psikis, sehingga mengakibatkan
depresi berat (manic depressive). Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil,
karena berdampak buruk terhadap kesehatan ibu dan bayinya. Namun,
gangguan mental tersebut sering terjadi setelah melahirkan. Cara
mengatasinya adalah dengan minum obat mood stabilizer, namun ini perlu
pemeriksaan dokter serta pertimbangan risiko bahaya. Cara yang paling efektif
adalah menjaga supaya tidak terjadi gangguan bipolar. Oleh karena itu,
peranan keluarga sangat penting untuk menjaga kondisi mental ibu hamil.
 Skizofrenia
Merupakan penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan proses
berpikir, yang tidak bisa membedakan antara ilusi dan kenyataan. Skizofrenia
dapat terjadi pada ibu hamil. Bagi ibu hamil yang mengalami skizofrenia perlu
pengawasan dan penanganan dokter, karena dampaknya sangat besar bagi
kesehatan ibu dan bayinya. Skizofrenia dapat memicu bayi lahir prematur dan
BBLR. Cara penanganannya adalah dukungan dari keluarga, pengobatan dan
penanganan intensif di rumah sakit.
3. Kesehatan Sosial

Ibu hamil butuh dukungan sosial dari lingkungannya untuk menjaga supaya
emosionalnya tetap seimbang. Lingkungan sosial yang kondusif menjadikan rasa
nyaman yang berdampak terhadap kesehatan mental ibu hamil. Sebaliknya,
lingkungan sosial yang tidak kondusif berdampak buruk terhadap kesehatan
mental, yang berimbas pada kesehatan fisik ibu hamil. Sehingga, perlu peranan
dari keluarga, rekan kerja dan masyarakat membantu memberikan rasa nyaman
terhadap ibu hamil. Berikut beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan sosial
ibu hamil.
a. Pekerjaan atau Karier sebuah.

Ibu hamil yang bekerja memiliki tantangan dalam menjaga kondisi


kehamilannya. Apalagi pekerjaan yang dilakukannya menyita waktu dan tenaga,
sehingga berdampak terhadap kondisi fisik dan mentalnya. Meski begitu, ibu
hamil bisa tetap melakukan aktivitas pekerjaan dengan menjaga kondisi fisik, agar
tidak kelelahan dan terhindar dari stres. Ketika mendekati persalinan, mereka
harus cuti dari pekerjaan. Meski demikian, cuti dari rutinitas pekerjaan pada
awalnya menyenangkan. Namun, dalam waktu lama, mereka akan merasakan
kebosanan. Di sini butuh adaptasi yang baik, agar rasa bosan tersebut tidak
mempengaruhi kondisi fisik dan mental ibu hamil. Butuh dukungan dari keluarga
untuk memberikan motivasi agar keseimbangan kondisi fisik dan mental tetap
terjaga pada masa cuti kehamilan.

b. Aspek Finansial

Kekhawatiran yang sering terjadi saat kehamilan adalah meningkatnya


pengeluaran rumah tangga. Banyak keluarga yang berpikir, ketika ibu hamil,
mereka membutuhkan biaya yang besar untuk menambah asupan gizi ibu hamil
dan persiapan untuk biaya persalinan. Kekhawatiran itu akan mempengaruhi
kondisi fisik dan mental ibu hamil. Padahal, tidak seharusnya kekhawatiran itu
muncul bila persiapan kehamilan dilakukan oleh pasangan suami-istri dan mereka
telah mempersiapkan kebutuhan finansial untuk itu. Namun, banyak pasangan
yang tidak siap secara finansial.

c. Hubungan dengan Keluarga

Dukungan keluarga sangat penting dalam masa kehamilan. Mereka adalah


orang paling dekat yang membantu ibu hamil dalam menjalankan aktivitas selama
kehamilan. menjalankan aktivitas selama kehamilan. Peranan suami adalah
membantu pekerjaan rumah yang tidak sanggup dilakukan oleh istri ketika hamil.
Kerja sama dalam pekerjaan rumah antara suami dan istri membantu memperbaiki
kesehatan sosial ibu hamil. Dengan demikian, ketenangan dan perlindungan yang
diberikan suami akan sangat membantu sang istri untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, baik berupa sesuatu yang mengancam keselamatan fisiknya
maupun jiwanya. Selain itu, orang tua juga sangat berperan dalam kehamilan.
Menurut hasil studi kasus di Jawa Tengah, ciri-ciri ibu yang meninggal karena
kehamilan, persalinan dan nifas antara lain kekurangan kasih sayang
suami/mertua/keluarga .

d. Hubungan dengan Masyarakat

Ketika hamil, biasanya aktivitas sosial dengan lingkungan sekitar menjadi


berkurang. Ibu hamil akan banyak berkonsentrasi terhadap kondisi kesehatannya
dan mempersiapkan masa persalinan. Dampaknya, hubungan sosial dengan
masyarakat sedikit merenggang. Kondisi tersebut biasanya menimbulkan
kekhawatiran bagi ibu hamil. Apalagi, bila mereka selama ini aktif dalam kegiatan
sosial. Mereka merasa hubungan sosial dengan masyarakat semakin menjauh.
Secara mental, bila hal tersebut terus dipikirkan dan menjadi khawatir, maka akan
mengganggu kondisi fisik dan mental ibu hamil.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin


Dalam buku The Pregnancy Book menjelaskan bahwa durasi kehamilan
diukur sejak hari terakhir menstruasi, bukan sejak seorang perempuan mengetahui
dirinya hamil. Ketika seorang wanita sedang hamil empat minggu, sebenarnya dia
sudah hamil sejak dua minggu sebelumnya. Masa kehamilan biasanya 37-40
minggu dan rata-rata 38 minggu.

Siklusnya yakni terjadi pembuahan sel telur dan sel sperma menjadi
embrio pada minggu awal kehamilan. Selanjutnya, embrio berkembang menjadi
janin pada usia kehamilan mencapai delapan minggu. Dan janin tersebut terus
berkembang hingga usia kehamilan mencapai 37-40 minggu dan siap untuk
dilahirkan.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan janin selama masa kehamilan diuraikan


sebagai berikut.

1. Minggu ketiga

Periode ini adalah tiga minggu dari hari pertama periode menstruasi akhir seorang
perempuan. Sel telur yang telah dibuahi perlahan bergerak sepanjang tuba fallopi
wanita menuju ke rahim. Dimulai dari satu sel tunggal, terus melakukan
pembelahan. Pada saat itu, sel tersebut telah menjadi 100 sel, yang disebut
embrio. Embrio terus berkembang dan embrio menempelkan dirinya ke dalam
dinding rahim, yang biasa disebut implantasi.

2. Minggu keempat

Pada periode ini, embrio yang mengendap di dinding rahim telah berukuran 5
mm. Sel-sel luar yang melapisi embrio membentuk dua hingga tiga lapis. Masing-
masing lapisan tumbuh menjadi bagian-bagian yang berbeda. Satu lapisan
menjadi otak dan sistem saraf, kulit, mata, dan telinga. Lapisan lainnya menjadi
paru-paru, perut dan usus. Lapisan ketiga menjadi jantung, darah, otot, dan tulang
janin.
3. Minggu kelima

Periode ini sistem saraf bayi sudah mulai berkembang. Lekukan di atas lapisan sel
mulai terbentuk. Sel-sel lipat dan bulat, lalu terbentuk tabung hampa yang disebut
tabung saraf. Bagian ini akan menjadi otak bayi dan sumsum tulang belakang.
Jantung bayi juga mulai terbentuk dan sudah memiliki beberapa pembuluh darah.
Serangkaian pembuluh darah ini menghubungkan bayi dan ibu, yang disebut tali
pusar. Pada saat itulah, ibu baru menyadari bahwa mereka hamil.

4. Minggu keenam dan ketujuh

Periode ini sudah terdapat tonjolan besar berupa jantung bayi dan benjolan di
kepala karena otak berkembang. Jantung mulai berdenyut dan deteksi jantung
sudah dapat terdeteksi pada saat pemeriksaan dengan alat ultrasound. Lesung pipi
di sisi kepala akan menjadi telinga dan mata juga mulai terbentuk. Pada bagian
tubuh bayi, benjolan yang terbentuk akan menjadi otot dan tulang. Dan
melonggarkan kecil atau tuna anggota badan menunjukkan di mana lengan dan
kaki tumbuh. Pada saat itu, embrio telah berkembang menjadi sekitar 10 mm.

5. Minggu kedelapan dan kesembilan

Periode ini, wajah bayi sudah mulai terbentuk. Bentuk mata lebih jelas dan
memiliki warna di dalamnya. Janin mulai memiliki mulut dan lidah. Terbentuk
juga tangan dan kaki beserta jari-jarinya. Organ-organ internal utama seperti
jantung, otak, paru-paru, ginjal, hati dan usus sudah mulai berkembang. Pada
periode tersebut, bayi telah tumbuh sekitar 22 mm, yaitu panjang dari kepala ke
bawah.
6. Minggu kesepuluh hingga kedua belas

Periode ini, janin sudah sepenuhnya terbentuk. Semua organ, otot, tungkai dan
tulang serta organ seks janin sudah mulai berkembang. la sudah mulai bergerak,
tapi sang ibu belum merasakan gerakannya,

7. Minggu keempat belas

Periode ini, jantung janin sudah berdetak dengan kuat dan dapat didengar oleh alat
pemindaian ultrasound. Detak jantungnya bergerak lebih cepat, yakni dua kali
lebih cepat dari detak jantung orang yang sang dewasa normal. Pada periode ini,
panjang janin sudah mencapai 85 mm dari kepala hingga kaki. Secara fisik,
bentuk tubuh ibu sudah mulai kelihatan membesar.

8. Minggu kelima belas hingga kedua puluh dua

Ini merupakan periode pertumbuhan janin lebih cepat dibandingkan periode


lainnya. Bentuk janin secara fisik sudah proporsional antara tubuh dan kepala.
Wajah dan rambut sudah lebih jelas. Begitu juga alis dan bulu mata sudah mulai
tumbuh. Kelopak mata tetap tertutup di atas mata. Janin sudah memiliki sidik jari
masing-masing, karena garis-garis pada kulit jari sudah terbentuk. Kuku tumbuh
dan tangan sudah bisa mencengkeram. Pada masa dua puluh dua minggu, janin
tertutup dengan rambut halus yang disebut lanugo, yang berfungsi menjaga suhu
janin. Lanugo akan menghilang sebelum kelahiran atau sesudahnya. Pada periode
ini, sang ibu pertama kali merasakan gerakan bayinya.

9. Minggu kedua puluh tiga hingga ketiga puluh

Periode ini, bayi sudah mampu merespons suara dan sentuhan dari luar. Respons
tersebut ditunjukkan dengan gerakan yang aktif. Suara yang sangat keras di
dekatnya dapat membuat bayi melompat dan menendang. Terkadang bayi
mengalami cegukan dan sang ibu bisa merasakan gerakannya. Detak jantung bayi
sudah mulai Terdengar dengan menggunakan stetoskop atau meletakkan telinga
ke perut ibu. Pada saat ini, bayi tertutup zat putih berminyak yang disebut vernix,
yang berfungsi melindungi kulitnya saat mengapung di cairan ketuban. Pada
minggu kedua puluh enam, kelopak mata bayi sudah mulai terbuka untuk pertama
kalinya.
10. Minggu ketiga puluh satu hingga keempat puluh

Periode ini, kulit bayi sudah halus, yang sebelumnya keriput. Vernix dan lanugo
juga mulai menghilang. Menjelang usia kehamilan tiga puluh enam minggu, bayi
biasanya berbaring dengan kepala mengarah ke bawah, siap untuk dilahirkan.
Kepala bayi mulai bergerak ke panggul sang ibu.

C. Asupan Makanan dan Gizi Masa Hamil

Asupan makanan dan gizi yang baik sangat penting bagi ibu hamil. Nutrisi
tersebut sangat dibutuhkan untuk pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan
janin, supaya memiliki berat dan tinggi badan yang ideal. Bayi yang lahir ideal
tidak kurang dari 2.500 gram dengan panjang badan tidak kurang dari 48 cm.
Oleh karena itu, tumbuh kembang janin harus selalu dipantau.

Kebutuhan asupan makanan dan gizi ibu hamil berbeda dengan wanita
dewasa yang tidak hamil. Seorang wanita dewasa yang tidak hamil, kebutuhan
gizi digunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik dan menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Sedangkan, ibu
hamil, di samping untuk proses yang rutin, juga diperlukan energi dan gizi
tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, rahim serta
kelenjar mamae.

Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya mengonsumsi makanan yang


bervariasi, agar kebutuhan zat gizi pada tubuh ibu dapat tercukupi. Mengonsumsi
makanan secara berlebihan akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan asupan makanan dan gizi. Karena penambahan jumlah gizi, harus
disesuaikan dengan kebutuhannya.

Adapun makanan yang sangat dianjurkan pada masa kehamilan adalah


susu, telur, sayur, buah, mentega, margarin, serta vitamin (utama sekali vitamin A,
D, dan C). Jaminan terbaik dari konsumsi kalori yang cukup selama hamil adalah
peningkatan berat badan sesuai dengan pertambahan usia kehamilan. Berikut
kebutuhan asupan makanan dan gizi bagi ibu hamil.
1. Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
nitrogen dan terkadang kala surfur dan fosfor. Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup. Sumber protein di antaranya
daging sapi, ayam, ikan, unggas, telur, susu, keju, dan makanan olahan susu
lainnya, kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terbentuk dari tiga unsur, yaitu
karbon, oksigen, dan hidrogen yang merupakan sumber energi utama bagi
tubuh. Karbohidrat terbagi atas dua jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana memberikan dorongan energi
cepat, karena mudah dicerna dan diserap, contohnya buah-buahan, gula, madu,
dan sirup. Karbohidrat sederhana umumnya memiliki kalori yang tinggi.
Sedangkan, karbohidrat kompleks adalah makanan tinggi serat dan pati.
Kompleks karbohidrat lebih lama dicerna dalam tubuh sehingga menyediakan
energi yang lebih tahan lama daripada karbohidrat sederhana. Kompleks
karbohidrat ditemukan dalam roti gandum, nasi merah, pasta, beberapa buah,
dan sayuran bertepung seperti kentang dan jagung.
3. Lemak
Lemak adalah senyawa kimia yang tidak larut dalam udara, terbentuk oleh
susunan unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sepertinya protein dan
karbohidrat, lemak juga merupakan sumber energi bagi tubuh. Lemak
termasuk pembangun dasar jaringan tubuh karena berperan dalam membangun
membran sel dan membran beberapa organel sel. Tubuh membutuhkan
sejumlah lemak untuk berfungsi normal. Beberapa jenis lemak yang disebut
asam lemak omega 3 memainkan peran penting dalam perkembangan otak
terutama otak janin. Lemak juga penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh,
membantu dalam pembekuan darah, dan membantu tubuh menggunakan
vitamin A, D, E, dan K.
4. Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang
berfungsi vital dalam metabolisme tubuh, yang digunakan tubuh untuk
tumbuh dan berkembang secara normal. Berdasarkan jenisnya, terdiri dari
Vitamin A, B, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, dan K. Masing-masing
mempunyai kegunaan dan kegunaan. Misalnya, Vitamin A berguna dan
bermanfaat untuk kesehatan mata, kesehatan kulit, dan ketahanan tubuh.
Bagi ibu hamil, vitamin sangat berguna untuk kesehatan. Misalnya,
Vitamin C berguna untuk sistem kekebalan tubuh dan kesehatan ibu hamil
serta janinnya. Selanjutnya, Vitamin A berguna untuk mendukung
perkembangan penglihatan janin dan meningkatkan kekebalan tubuh ibu
hamil. Vitamin B1 untuk meningkatkan energi dan mengatur sistem saraf bagi
ibu hamil, Vitamin B2 untuk mempertahankan energi, penglihatan yang baik,
dan kesehatan kulit, Vitamin B3 untuk kesehatan kulit, saraf, dan pencernaan,
Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah dan mengatasi mual-mual
karena hamil, dan Vitamin B12 berperan untuk sintesis DNA dan membantu
mencegah bayi cacat lahir. Masih banyak lagi peranan vitamin lainnya bagi
ibu hamil dan janinnya.
Untuk menjaga keseimbangan kesehatan ibu hamil dan janinnya,
diperlukan asupan makan dan gizi yang baik. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan bagi ibu hamil.
1. Ibu hamil perlu mengonsumsi aneka macam asupan makanan dan gizi
untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin serta
mineral, yang berguna untuk pemeliharaan, pertumbuhan, dan
perkembangan janin serta cadangan selama masa menyusui.
2. Ibu hamil harus membatasi makanan yang mengandung garam tinggi, agar
dapat mencegah hipertensi, yang dapat menyebabkan risiko kematian
janin, terlepasnya plasenta, dan gangguan pertumbuhan.
3. Ibu hamil harus banyak meminum air putih untuk mendukung sirkulasi
janin, produksi cairan ketuban dan peningkatan volume darah, mengatur
keseimbangan asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh.
4. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya membatasi minum kopi, karena
kandungan kafein dalam kopi dapat meningkatkan buang air kecil,
mengakibatkan dehidrasi, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan
detak jantung.
Kebutuhan dan asupan gizi ibu hamil, disesuaikan dengan usia kehamilan.
Karena usia janin menentukan seberapa banyak kebutuhan asupan
nutrisinya. Berikut nutrisi yang dibutuhkan selama masa kehamilan.

D. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu


hamil dan janinnya. Ibu hamil perlu mendapatkan pelayanan ANC, yang
merupkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilan,
misalnya pembinaan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran
supaya ibu hamil siap menghadapi peran baru sabagai orang tua.

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali


selama kehamilan, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua dan dua kali pada trimester tiga. Tujuan umumnya adalah
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu mengalami kehamilan dengan sehat, bersalin
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.

Sementara itu, tujuan khususnya adalah menyediakan pelayanan ANC


yang terpadu, komprehensif dan berkualitas, memberikan konseling kesehatan
dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI, mendeteksi adanya
kelainan atau penyakit pada ibu hamil, dapat melakukan intervensi yang tepat
pada kelanan atau penyakit yang mungkin dialami pada ibu hamil, dan dapat
melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang sudah ada.

Pemeriksaan pada tahapan diproses sebagai berikut :


1. Trimester Pertama
Pemeriksaan pada usia kehamilan 12 minggu atau pemeriksaan pertama termasuk:
a. anamnesis riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit pada kehamilan
sebelumnya, sejarah kehamilan sebelumnya, gejala tidak enak pada kehamilan
saat ini
b. pemeriksaan antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, tensi darah,
kelenjar gondok, payudara, pemeriksaan tulang pinggul, pemeriksaan dada
dan perut
c. pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah (WBC, RBC, Plt, Hct, Hb,
MCV), golongan darah, gen Rh, VDRL, campak jerman, IgG), pemeriksaan
AIDS
d. pemeriksaan urin dan
e. pemeriksaan rutin, meliputi:
1) menanyakan mengenai gejala tidak enak pada kehamilan ini seperti keluar
darah, sakit perut, sakit kepala, kejang-kejang Get dan sebagainya;
2) pemeriksaan badan yang mencakup berat badan ibu hamil, tensi darah, tinggi
fundus uteri (ketinggian rahim), suara jantung bayi, posisi bayi,
pembengkakan air, penonjolan nadi; dan
3) pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan protein air kencing,
gula air kencing.

Pemeriksaan pada usia kehamilan 16 minggu, yaitu pemeriksaan rutin,


termasuk:
a. bertanya mengenai gejala tidak enak pada kehamilan ini seperti keluar
darah, sakit perut, sakit kepala, kejang-kejang dan sebagainya;
b. Keterbatasan yang mencakup berat badan ibu hamil, ketegangan darah,
tinggi fundus uteri (ketinggian rahim), suara jantung bayi, posisi tubuh bayi,
pembengkakan udara, penonjolan nadi; dan

c. pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan protein air kencing,


gula air kencing.

2. Trimester Kedua
Pemeriksaan pada usia kehamilan 20 minggu, terdiri dari:
a. pemeriksaan rutin termasuk:
1) menanyakan mengenai gejala tidak enak pada kehamilan ini seperti keluar
darah, sakit perut, sakit kepala, kejang-kejang dan sebagainya;
2) pemeriksaan badan yang mencakup berat badan ibu hamil, tensi darah,
tinggi fundus uteri (ketinggian rahim), suara jantung bayi, posisi bayi,
pembengkakan air, penonjolan nadi;
3) pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan protein air
kencing, gula air kencing.
b. pemeriksaan USG;
c. bimbingan penyuluhan kesehatan mengenai kelahiran prematur.

Pemeriksaan pada usia kehamilan 28 minggu, yaitu pemeriksaan rutin,


termasuk:
- bertanya mengenai gejala tidak enak pada kehamilan ini seperti keluar
darah, sakit perut, sakit kepala, kejang-kejang dan sebagainya
- kelengkapan badan mencakup berat badan ibu hamil, tensi darah, tinggi
fundus uteri (ketinggian rahim), suara jantung bayi, posisi bayi,
pembengkakan air, penonjolan nadi
- pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan protein air
kencing, gula air kencing
3. Trimester Ketiga

Pemeriksaan pada usia kehamilan 32 minggu hingga 40 minggu, terdiri dari:


pemeriksaan rutin termasuk:
1) menanyakan mengenai gejala tidak enak pada kehamilan ini seperti keluar
darah, sakit perut, sakit kepala, kejang-kejang dan sebagainya.
2) pemeriksaan badan yang mencakup berat badan ibu hamil, tensi darah,
tinggi fundus uteri (ketinggian rahim), suara jantung bayi, posisi bayi,
pembengkakan air, penonjolan nadi. 3) pemeriksaan laboratorium yang
mencakup pemeriksaan protein air kencing, gula air kencing.
b. pemeriksaan pada kehamilan sekitar 32 minggu adalah pemeriksaan
laboratorium hbsag, hbeag, VDRL.

E. Perawatan Payudara pada Masa Kehamilan


Pada masa kehamilan, organ tubuh seperti payudara harus menjadi
perhatian ibu hamil. Selain itu, kehamilan menyebabkan terjadinya
perubahan fisik payudara perempuan, organ ini berperan vital saat masuk
masa menyusui. Kesehatan payudara sangat penting, agar pada proses
menyusui, payudara sang ibu dapat berfungsi dengan baik.
Oleh karena itu, perawatan payudara (breast care) pada masa
kehamilan menjadi hal yang harus dilakukan oleh ibu hamil. Pada
prinsipnya perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara agar pada masa nifas atau menyusui Pengeluaran ASI menjadi
lancar.
Tujuan melakukan perawatan payudara adalah memelihara
kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, mengatasi
puting susu datar atau terbenam supaya dapat menyembul keluar sehingga
siap untuk disusukan pada bayinya, dan mempersiapkan produksi ASI.
Agar perawatan payudara menjadi baik, ibu hamil perlu melakukan
beberapa hal berikut.
1. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama
kurang lebih 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan.
2. Tempelkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara, lakukan
pengurutan, dimulai ke arah atas, ke samping, lalu ke arah bawah. Dalam
pengurutan posisi tangan kiri ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan ke
arah sisi kanan. Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya
melintang, lalu telapak tangan mengurut ke depan kemudian kedua tangan
dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali. Tangan kiri menopang
payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar
sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada putting susu.
Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan gerakan dua kali
pada tiap payudara. Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan
yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah
puting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan
gerakan ini sekitar 30 kali.
3. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin
secara bergantian selama kurang lebih 5 menit, keringkan payudara
dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang.

F. Kebersihan Tubuh dan Pakaian


Kebersihan tubuh dan pakaian bagi ibu hamil penting untuk dijaga
karena berdampak pada kesehatan, baik kesehatan maupun kesehatan
mental atau psikis. Dari aspek kesehatan, pentingnya kebersihan tubuh dan
pakaian bagi ibu hamil, karena selama kehamilan terjadi perubahan
anatomik pada perut, area genetalia, lipat paha dan payudara yang
membuat kulit menjadi lebih lembap dan mudah termakan oleh
mikroorganisme. Infeksi tersebut dapat berakibat pada terganggunya
kesehatan ibu hamil.
Selanjutnya, bagian tubuh lain yang membutuhkan perawatan
kebersihan adalah vagina. Oleh karena itu, saat hamil, terjadi pengeluaran
sekret vagina secara berlebihan. Sehingga, perlu rutin membersihkan dan
menjaganya agar tidak berakibat pada risiko kesehatan. Selain hal tersebut,
dianjurkan untuk mengganti pakaian dalam secara rutin, minimal dua kali
sehari.

G. Kebersihan Organ Genetalia Wanita


Ibu hamil berisiko mengalami infeksi pada organ genetalia. Hal
tersebut disebabkan oleh keasaman vagina yang menurun, serta
mematikannya flora normal yang berfungsi sebagai pembunuh
kuman/bakteri patogen yang masuk ke dalam vagina. Kondisinya pada
saat hamil jauh lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan kondisi
tidak hamil. Karena pada saat hamil, terjadi peningkatan hormon estrogen
yang memicu peningkatan pengeluaran cairan vagina berupa cairan
berwarna putih. Faktor lain yang memicu terjadinya infeksi pada organ
genetalia adalah membunuh flora normalnya dengan penggunaan
antiseptik, baik dengan sabun atau cairan pembersih.
Selain hal tersebut, untuk menghindari terkontaminasinya organ
genetalia dari kuman, ibu hamil harus membersihkan kotoran yang masih
menempel pada anus setelah buang air besar menggunakan air bersih dan
sabun. Gerakan ini dilakukan dari bagian depan ke bagian belakang atau
dari vagina lalu ke anus. Setelah membersihkan vagina.

I. Imunisasi pada Saat Hamil

Agar kesehatan ibu hamil terjaga dan daya tahan tubuhnya menjadi kuat,
maka ibu hamil perlu mendapatkan urin. Imunisasi berupa pemberian vaksin
untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada saat kehamilan. Salah
satunya adalah Imunisasi Tetanus Toksoid (TT), yang berguna untuk
mencegah penyakit tetanus. Manfaat lainnya adalah molekul imunoglobulin
dalam pembuangan yang disalurkan melalui plasenta dapat menjadi kekebalan
pasif bagi bayi. Sehingga, apabila tidak diberikan paparan tersebut, maka bayi
rentan tertular Tetanus Neonatorum (TN) yang dapat mengakibatkan
kematian.

Beberapa jenis peregangan pada ibu hamil diuraikan sebagai berikut.

1. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Jenis imunisasi ini bermanfaat untuk mencegah ibu hamil terkena infkesi
TN. Selain itu, uji TT juga bisa melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan
tetanus serta ibu yang mengalami luka pada masa proses persalinan dan
pascapersalinan. Bayi dengan usia kurang dari dua puluh delapan hari bisa
terkena bakteri clostridium tetani, yang bisa masuk ke dalam tubuh bayi
melalui luka. Banyak kematian neonatal terjadi akibat dari TN, yang salah satu
penyebabnya terjadi pada proses pemotongan tali pusat dengan menggunakan
peralatan yang tidak steril.
2. Imunisasi Hepatitis B

Virus hepatitis B merupakan virus yang dibawa oleh darah, sangat


infeksius dan menyebabkan penyakit hepatitis B. Virus ini menyebabkan
kondisi akut dan kronis pada penderitanya yang bila tidak segera diobati akan
menyebabkan sirosis, kanker hati atau gagal hati. Virus ini menyebar melalui
kontak dengan cairan tubuh, misalnya hubungan seksual dan transfusi darah.
Infeksi hepatitis B mungkin tidak menunjukkan gejala. Jika timbul, gejala
yang muncul berupa gejala umum seperti keletihan, kehilangan nafsu makan,
sakit kepala, mual, diare, dan nyeri pada hati.
3. Imunisasi Influenza

Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infeksi, yang


menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru sehingga penderitanya akan
mengalami demam, sakit kepala, pilek, hidung tersumbat, dan batuk-batuk.
Virus ini menyebar melalui udara dan kontak langsung dengan yang
terinfeksi. Masa inkubasinya pendek, yaitu lebih kurang 2 hari dengan gejala
yang muncul berdurasi lebih kurang 1 minggu. Komplikasinya antara lain
pneumonia, bronkitis, atau sinusitis dan terkadang ensefalitis, mielitis,
miokarditis atau perikarditis. Dalam hal ini, karena daya tahan tubuh pada
masa kehamilan menurun, ibu hamil sangat rentan terserang influenza.

Selain perlindungan ketiga tersebut, ada beberapa perlindungan yang tidak


direkomendasikan pada ibu hamil sebagai berikut.
1. MMR (Mumps, Campak, Rubella)

Campak (campak) disebabkan oleh virus campak. Gondong (mumps)


disebabkan infeksi dari virus gondongan dan dapat menyebabkan parotis,
meningoenchepalitis, dan orchitis. Sedangkan rubella (Campak Jerman)
disebabkan oleh virus rubella. Vaksin MMR berasal dari virus hidup MMR.
Vaksin MMR seharusnya tidak diberikan kepada wanita hamil. Perempuan
yang sudah diberikan vaksinasi seharusnya tidak hamil setelah pemberian
empat minggu. Karena, kehamilan menjadi kontraindikasi pemberian vaksin
rubella karena dapat memberikan efek yang merugikan bagi janin.
2. Varisela

Virus zoster varicella menyebabkan cacar air. Vaksin varicella berasal dari
virus zoster varicella yang hidup. Imunisasi selama kehamilan
dikontraindikasikan karena efek terhadap janin belum diketahui. Perempuan
yang sudah divaksinasi seharusnya tidak hamil setelah satu bulan pemberian
vaksin. Apabila perempuan hamil setelah divaksinasi (dalam waktu 4
minggu), kehamilan ibu hamil diberikan tentang kemungkinan efek konseling
pada janin.

3. BCG

Vaksin BCG melindungi anak dari penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG
adalah vaksin hidup yang berasal dari bovis mycobacterium. Sebelum
menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan
pelarut (NaCI 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam
waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila terkena sinar matahari langsung.
Vaksin BCG telah diberikan kepada ribuan ibu hamil tidak terdapat efek
samping yang berbahaya pada janin. Namun, hal tersebut belum diteliti secara
luas. Meskipun vaksin BCG tidak menimbulkan efek berbahaya bagi janin,
penggunaannya tidak dianjurkan selama kehamilan.

Kesehatan Ibu pada Masa Nifas dan Menyusui

Setelah menjalani masa kehamilan selama lebih kurang sembilan bulan,


sang ibu siap melahirkan bayi yang dikandunginya. Setelah melalui proses
persalinan, baik dilakukan dengan persalinan normal atau operasi caesar, mereka
masuk pada masa pasca persalinan atau lazim juga disebut dengan masa nifas atau
postpartum atau postnatal.

Periode tersebut adalah fase kritis dalam kehidupan ibu dan bayi yang baru
lahir. Banyak kematian ibu dan bayi terjadi selama periode tersebut. Meski
demikian, pada periode ini juga pelayanan kesehatan diabaikan. Karena dianggap,
puncak perawatan kesehatan terjadi ketika persalinan, sehingga mereka
mengabaikan kondisi setelah persalinan.

Padahal, proporsi pelayanan kunjungan nifas (KF), berdasarkan Riskesdas


2018 hanya mencakup 37%, terendah di Provinsi Papua Barat yang hanya
mencapai 15,1%. Bandingkan proporsi persalinan di fasilitas kesehatan yang
mencapai 79,3% (Kementerian Kesehatan, 2018). Jelas, angka tersebut sangat
rendah. Artinya, banyak ibu hamil yang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan tidak kembali melakukan pemeriksaan kesehatan pada pelayanan KF.
Rendahnya pengetahuan terhadap masa nifas merupakan penyebab utama
rendahnya cakupan pelayanan KF.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Proritas Masalah

Anda adalah dokter merangkap kepala puskesmas yang bertugas di


“Puskesmas Sehat Sentosa”. Strategi apa yang anda lakukan jika mendapat
masalah tentang “Penanganan persalinan ibu hamil G1P0A0 yang tidak
pernah melakukan pemeriksaan dipuskesmas dan bidan puskesmas sedang
cuti (KIA)”.

B. Identifikasi Masalah
1. Petugas kesehatan (petugas promkes dan pemegang program KIA) turun
lapangan melakukan penyuluhan secara langsung kepada ibu- ibu hamil
atau masyarakat tentang pengetahuan mengenai pentingnya KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak)
2. Menyediakan alat promosi kesehatan seperti pamflet dan poster untuk
memberikan informasi mengenai KIA pada ibu hamil.
3. Melakukan Kunjungan rumah langsung terhadap ibu hamil, sekaligus
memberikan edukasi kepada anggota keluarganya tentang KIA.
4. Puskesmas membuat program tentang pemeriksaan gratis terhadap ibu
hamil dan pemeriksaan secara rutin kehamilannya setiap bulannya
sebelum persalinan.
C. Pemecahan Masalah
 Petugas kesehatan (petugas promkes dan pemegang program KIA) turun
lapangan melakukan penyuluhan secara langsung kepada ibu- ibu hamil atau
masyarakat tentang pengetahuan mengenai pentingnya KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak)
Metode : pertama melakukan penyuluhan tentang pentingnya kesehetan ibu
dan anak pada saat hamil. Karena ibu ibu hamil memiliki resiko tinggi
mengalami kematian dengan bayinya dikarenakan kurangnya pengetahuan,
lingkungan yang buruk disertai kemiskinan yang tinggi.
 Menyediakan alat promosi kesehatan seperti pamflet dan poster untuk
memberikan informasi mengenai KIA pada ibu hamil
Metode : kedua membuat promosi kesehatan tentang KIA seperti poster
ataupun pemflet agar ibu hamil mudah mengerti dan lebih mudah memahami
ketika ibu hamil pada saat membacanya.
 Melakukan Kunjungan rumah langsung terhadap ibu hamil, sekaligus
memberikan edukasi kepada anggota keluarganya tentang KIA.
Metode : ketiga ibu hamil yang memiliki jarak rumah jauh dan tidak memiliki
transportasi bisa dilakukan pemerksaan langsung dirumah ibu hamil , dan
kunjungan ini bertujuan agar ibu hamil lebih paham tentang Kesehatan ibu
dan bayinya dan memberikan juga informasi kepada keluarga ibu hamil yang
ada dirumah.
 Puskesmas membuat program tentang pemeriksaan gratis terhadap ibu hamil
dan pemeriksaan secara rutin kehamilannya setiap bulannya sebelum
persalinan.
 Metode : Keempat dalam kegiatan pemeriksaan gratis ibu hamil yang
memiliki ekonomi yang rendah dan yang memiliki jarak rumah yang jauh
memudahkan untuk ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilannya secara
rutin dengan bayinya sebelum melakukan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku kesehatan ibu dan anak dalam upaya kesehatan masyarakat konsep
aplikasi , tahun 2019
2. Buku ilmu kesehatan masyarakat , syafrudin, SKM, M.kes, tahun 2015
3. Buku kesehatan ibu dan anak (KIA)

Anda mungkin juga menyukai