Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PUTRI ARDI SETIAWATI

NIM : 20002034

TUGAS : PROTEKSI RADIASI

JUDU ESAI : UPAYA MENINGKATKAN PROTEKSI RADIASI DI DUNIA KESEHATAN

Pendahuluan

Pemanfaatan radiasi pengion di rumah sakit terus meningkat. Selain sinar-X untuk radiologi
diagnostik bahkan telah digunakan sampai ke puskesmas dan klinik, akselerator linier (LINAC) untuk
terapi juga telah makin banyak digunakan di berbagai rumah sakit pemerintah maupun swasta.
Peningkatan pemanfaatan radiasi pengion ini juga dapat memperbesar risiko peningkatan penerimaan
dosis radiasi baik oleh pasien maupun pekerja radiasinya, termasuk dokter, perawat dan radiografer,
sehingga upaya proteksi harus terus - menerus ditingkatkan. Tindakan untuk melindungi pasien dan
pekerja tersebut dilaksanakan melalui suatu kegiatan yang disebut sebagai proteksi radiasi.
Untuk meningkatkan upaya proteksi radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
melalui Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) saat ini menerima bantuan
kerja sama teknik dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/
IAEA) dalam bentuk proyek nasional dengan nomor kode INS9029 (Inducing National Capabilities
for Radiation Protection in Radiodagnostic Radiotherapy and Nuclear Medicine based on Molecular
Evidence).Tujuannya untuk memperkuat jaminan proteksi radiasi dan keselamatan pasien dalam
prosedur diagnostik dan intervensi terapeutik dan aplikasi kedokteran nuklir. Selain itu, proyek ini
bertujuan meningkatkan kemampuan mendeteksi dan menganalisis kerusakan genom pada tingkat
molekuler yang disebabkan oleh paparan pekerjaan dan aplikasi medis radiasi pengion.
ISI
Sejumlah aturan terkait Tingkat Acuan Diagnostik (Diagnostic Reference Levels/ DRLs)
telah diberikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, dan dalam beberapa Peraturan Kepala BAPETEN, antara
lain Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.Terkait budaya proteksi
radiasi,, di dalam PP Nomor 33 tahun 2007 telah ditetapkan bahwa Pemegang Izin pemanfaatan
ketenaga nukliran harus mewujudkan budaya keselamatan dengan beberapa cara, antara lain
membuat kebijakan bahwa proteksi radiasi dan keselamatan sebagai prioritas utama, menetapkan
SOP, mengidentifikasi penanggung jawab, mengidentifikasi otoritas, membangun jaringan
komunikasi, serta menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang memadai bagi setiap personel.
Dalam meningkatnya Sumber radiasi Pengion (SRP), perkembangan teknologi dan standar
keselamatan SRP yang harus diantisipasi dengan pemutakhiran peraturan, persyaratan izin
keselamatan radiasi yang tidak bisa dipenuhi oleh fasilitas kesehatan, meningkatnya tuntutan pasien
terhadap kualitas pelayanan kesehatan bidang radiologi, serta banyaknya fasilitas radioterapi yg
sudah menua tetapi masih tetap digunakan mengingat panjangnya antrian dan daftar tunggu terapi
radiasi para pasien penderita kanker, serta infrastruktur nasional untuk pemenuhan ketentuan
keselamatan radiasi dalam bidang kesehatan belum memadai. Fakta menunjukan terdapat
pembesaran tiroid pada pekerja radiasi di unit radiologi, pasien meninggal karena overdosis dalam
terapi radiasi, banyak peralatan yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan. Perhatian pemerintah
sangat diperlukan dalam rangka jaminan perlindungan keselamatan pasien radiologi yang tersebar di
seluruh tanah air.

Melihat kondisi yang seperti itu BAPETEN berupaya meningkatkkan Proteksi Radiasi
dengan Bekerjasama melalui himpunan profesi PDSRI dimana berupaya melakukan pembinaan
dalam program proteksi radiasi untuk Tenaga Ahli dan tenaga penguji (tester) uji kesesuaian.
Kemudian melakukan Penguatan kerjasama dengan Kementrian Kesehatan dan organisasi profesi
terkait (Perhimpunan Dokter spesialis Radiologi Indonesia , Perhimpunan Onkologi Radiasi, PKNI,
Perhimpunan Fisika Medik) untuk pengembangan ketentuan keselamatan dan keamanan radiasi
dalam fasilitas kesehatan. Serta Memberikan insentif melalui anggaran BAPETEN untuk membiayai
pendidikan tenaga fisika medik, spesialis radiologi dan tenaga petugas proteksi radiasi bidang
kesehatan untuk kawasan daerah tertinggal.
BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional ) memiliki inisiatif untuk berkontribusi melalui
penyelenggaraan pelatihan bagi para pemangku kepentingan di tingkat lokal, regional, dan
internasional. RSNS ini merupakan salah satu inisiatif BRIN, dimana RSNS sebelumnya telah
diselenggarakan sebanyak 3 kali, yakni pada tahun 2014 dan 2016, oleh Organisasi Riset Tenaga
Nuklir (sebelumnya bernama BATAN), dan 2018 oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir .RSNS
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi para SDM muda profesional di bidang
keamanan nuklir untuk berkontribusi dalam memperkuat keamanan nuklir nasional dan
global.walaupun saat ini BATAN telah terintegrasi ke dalam BRIN mulai September 2021, namun
integrasi ini tidak akan menghentikan pelatihan terkait keamanan nuklir. Dan tetap melanjutkan
program pelatihan keamanan nuklir serta program peningkatan kapasitas nuklir lainnya, dan serta
melanjutkan kegiatan kerja sama kami dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) di masa
depan.

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa BAPETEN melakukan pengawasan
tenaga nuklir dalam bidang kesehatan untuk melindungi pasien, petugas, dan masyarakat dari bahaya
radiasi yang dapat ditimbulkan dalam pemanfaatan radiasi dalam bidang kesehatan. Seluruh Rumah
sakit, klinik, dan puskesmas di Indonesia yang menggunakan radiasi pengion terutama di unit
radiologi merupakan obyek pengawasan keselamatan dan keamanan radiasi oleh BAPETEN. Adapun
beberapa upaya yang sudah dilakukan BAPETEN dalam meningkatkan Proteksi Radiasi antara lain:

1. Bekerjasama dengan himpunan profesi PDSRI melakukan pembinaan dalam program proteksi
radiasi untuk Tenaga Ahli dan tenaga penguji (tester) uji kesesuaian;
2. Penguatan kerjasama dengan Kementrian Kesehatan dan organisasi profesi terkait (Perhimpunan
Dokter spesialis Radiologi Indonesia , Perhimpunan Onkologi Radiasi, PKNI, Perhimpunan
Fisika Medik) untuk pengembangan ketentuan keselamatan dan keamanan radiasi dalam fasilitas
kesehatan;
3. Memberikan insentif melalui anggaran BAPETEN untuk membiayai pendidikan tenaga fisika
medik, spesialis radiologi dan tenaga petugas proteksi radiasi bidang kesehatan untuk kawasan
daerah tertinggal.

Anda mungkin juga menyukai