Anda di halaman 1dari 99

DASAR PROTEKSI DAN

KESELAMATAN RADIASI

Disampaikan pada:
Pelatihan Proteksi dan Keselamatan Radiasi
Dalam Tindakan Intervensi
Surabaya, 7 – 9 Mei 2018
1
curriculum vitae
Nama: Rusmanto
Status: Staf Bidang Pengkajian Kesehatan, P2STPFRZR BAPETEN
Pendidikan: S1 Teknik Nuklir UGM & S2 Magister Fisika Medik UI
Pelatihan:
• National Coordination Meeting on The Radiation Protection and Safe
Management of Radiopharmaceutical Production”, 2016.
• Regional Workshop on the implementation of the IAEA General
Safety Requirements Part 3: Radiation Protection and Safety of
Radiation Sources: International Basic Safety Standards, 2013.

Topik interes: asesmen, survei, reviu, dan studi terkait keselamatan radiasi untuk radiologi
diagnostik & intervensional, kedokteran nuklir, dan radioterapi.
Aktivitas :
• Kajian Efektivitas-Operasional Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Bidang Kesehatan,
2017 – 2018.
• Penyusunan Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional, 2014 – 2018.
• Kajian Pengawasan Paparan Pekerja di Fasilitas Radiologi Intervensional, 2013.
• Kajian Pengawasan Proteksi Radiasi di Fasilitas Radiologi Intervensional, 2006.
2
Kontak: HP. 08122522802 dan email r.rusmanto@bapeten.go.id
HARAPAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengetahui dan memahami bahwa:
1. bekerja dengan radiasi pengion memiliki benefit dan risiko;
2. sekecil apapun radiasi yang terpapar ke tubuh manusia
akibat kerja dengan radiasi itu memiliki potensi risiko
radiasi bersifat probabilistik atau stokastik.
3. radiasi yang diterima oleh tubuh bersifat akumulatif
sehingga potensi menjadi paparan kronis sangat mungkin
terjadi.
4. Proteksi radiasi hanya berfungsi untuk mengurangi/
mereduksi/meminimalkan paparan radiasi yang kita terima
akibat kerja dengan radiasi pengion.
5. Perlu menumbuhkan “kepedulian diri” dan “utamakan
selamat” dalam bekerja dengan radiasi pengion. 3
LINGKUP MATERI

1. PRINSIP PROTEKSI RADIASI

2. PROTEKSI RADIASI PADA PAPARAN KERJA

3. PROTEKSI RADIASI PADA PAPARAN MEDIK

4. ALAT PELINDUNG DIRI

5. ALAT UKUR RADIASI

4
ISI MATERI

PENDAHULUAN
• KEMAJUAN TEKNOLOGI INTERVENTIONAL X-RAY IMAGING VS DOSIS
RADIASI
• TUJUAN DIAGNOSTIK DAN TREATMENT
• PESAWAT SINAR-X INTERVENSIONAL & FITUR KESELAMATAN RADIASI
PRINSIP PROTEKSI RADIASI
• KENAPA BUTUH PROTEKSI RADIASI ?(HASIL KAJIAN DOSIS PERSONIL)
• PROTEKSI RADIASI
PROTEKSI RADIASI PADA PAPARAN KERJA DAN PAPARAN MEDIK
• IMPLEMENTASI PROTEKSI RADIASI PADA TINDAKAN INTERVENSI
ALAT PELINDUNG DIRI DAN ALAT UKUR RADIASI
• PERALATAN PROTEKTIF DAN PEMANTAUAN DOSIS PERSONIL
KESIMPULAN
• POIN POIN PENTING
PUSTAKA
5
PENDAHULUAN:Kemajuan teknologi intervensi
x-ray imaging vs dosis radiasi

Ref 13 Ref 14 Ref 5


• Penggunaan sinar-X untuk menunjang dan memberi panduan secara
real time dalam tindakan kedokteran merupakan suatu lompatan
kemajuan teknologi IPTEK.
• Perkembangan IPTEK yang pesat harus memberi jawaban kebutuhan
diagnostik yang tepat, pelayanan yang mudah dan terjangkau.
• Selain tuntutan hasil diagnostik yang tepat juga harus memenuhi
tuntutan bahwa radiasi yang ditimbulkan seminimal mungkin sesuai
konsep As Low As Reasonably Achievable (ALARA). Artinya, semakin
canggih alat maka semakin kecil potensi paparan radiasinya atau
sistem proteksi radiasinya semakin baik. 6
Kemajuan teknologi interventional x-ray
imaging vs dosis radiasi
• Meski dengan perkembangan teknologi, radiasi dapat
diminimalkan, sering kali, fitur ini agak terabaikan dengan
apabila dihadapkan pada kompleksitas dan kuantitas prosedur
atau tindakan intervensi yang harus dilakukan.
• Penggunaan fitur keselamatan dan peralatan protektif radiasi
menjadi hal yang “mengganggu”.

7
Ref 4
TUJUAN DIAGNOSTIK DAN TREATMENT

• Penggunaan sinar-X untuk membantu


memperoleh hasil diagnosa yang optimal dengan
radiasi yang seminimal mungkin.

• Hasil diagnosa dapat digunakan untuk


menentukan langkah treatment yang tepat untuk
pasien.

Bagaimana dengan praktek tindakan intervensional?

8
Pesawat Sinar-X Intervensional

Ref 5

9
Fitur keselamatan radiasi pada pesawat
sinar-X intervensional

Ref 5
10
PRINSIP PROTEKSI RADIASI:
Kenapa Butuh Proteksi ?

Kenapa personil intervensionis


butuh proteksi dari radiasi?

Potensi paparan radiasi yang diterima personil


sangat besar (bekerja dekat dengan sumber radiasi
pengion)
risk based evidence

Butuh upaya meminimalkan dan mencegah efek


radiasi (deterministik dan stokastik) 11
12
Potensi efek radiasi yang dapat muncul pada kardiolog
karena tindakan intervensi [ref 17]:
– tumor otak, 22 dari 26 (85%) kasus memiliki
distribusi tumor sebelah kiri.
– Katarak, posterior subcapsular.
– tumor pada kelenjar tiroid.
– Kanker payudara sebelah kiri.

13
14
Evidence based:
Dosis ekivalen lensa mata dan tiroid

Seberapa besar potensi paparan


radiasi yang diterima oleh
Intervensionis?

Dosis lensa mata & tiroid (µSv/prosedur)


Personil
Rata-rata median
All interventional cardiologist 39.7 ± 13.8 24.4
All electrophysiologists 34.7 ± 11.7 28.6
Qualified interventional cardiologists 30.3 ± 5.9 26.8
Trainee interventional cardiologists 61.1 ± 43.1 21.1
Nurses 9.9 ± 5.5 1.5
Technicians 7.2 ± 2.1 7.0
15
Sumber: TECDOC IAEA No. 1735/2014
Perkiraan dosis yang diterima oleh lensa mata :
- Rata-rata 600 tindakan/tahun (TECDOC 1735)
Dosis lensa mata & tiroid
Personil Rata-rata
µSv/tahun Gy/20 tahun
(µSv/tindakan)
All interventional cardiologist 39.7 ± 13.8 23820 0.48
Qualified interventional cardiologists 30.3 ± 5.9 18180 0.36
Trainee interventional cardiologists 61.1 ± 43.1 36660 0.73

Nilai Batas Dosis (NBD) lensa mata 20 mSv/tahun


Batas efek deterministik katarak 0,5 Gy/Sv,
dengan masa kerja 20 tahun,
Maka
akumulasi dosis sekitar 0,48; 0,36; dan 0,73 Gy. 16
Dosis efektif

Seberapa besar potensi paparan


radiasi yang diterima oleh
Intervensionis?

Dosis efektif (µSv/tindakan)


Personil
Rata-rata median
All interventional cardiologist 10.6 ± 4.5 2.3
All electrophysiologists 3.0 ± 1.0 2.0
Qualified interventional cardiologists 12.5 ± 5.2 3.1
Trainee interventional cardiologists 16.3 ± 20.5 2.7
Nurses 0.7 ± 0.4 0.2
Technicians 0.7 ± 0.2 0.5
17
Sumber: TECDOC IAEA No. 1735/2014
Perkiraan dosis efektif yang diterima oleh personil:
- Rata-rata 600 prosedur / tahun (TECDOC 1735)
Dosis efektif
Personil Rata-rata
µSv/tahun NRC (%)
(µSv/prosedur)
All interventional cardiologist 10.6 ± 4.5 6360 0.03
Qualified interventional cardiologists 12.5 ± 5.2 7500 0.03
Trainee interventional cardiologists 16.3 ± 20.5 9780 0.04

Nilai Batas Dosis 20 mSv/tahun


Nominal risk coefficient (NRC) for cancer (adult 18-64 th) = 4.1%/Sv (ICRP 103)

3 dari 10000 intervensionis berpotensi


kena kanker dalam 1 tahun.
18
Perbandingan dosis dari beberapa
referensi
Kajian BAPETEN 2006
No. Dosis
mSv/tindakan tahunan (mSv)*
0,08 – 0,80 42,37 – 445,44
1. Tangan
(0,18 ± 0,19) (102,88 ± 106,57)
0,26 – 1,17 142,16 – 654,51
2. Lengan kiri
(0,79 ± 0,48) (438,20 ± 265,32)
Di luar apron (leher) 0,06 – 0,40 35,68 – 223,56
3.
u/ tiroid & lensa mata (0,20 ± 0,09) (111,33 ± 49,08)
Di balik apron (dada) 0,04 – 0,18 23,97 – 98,68
4.
u/ dosis efektif (0,11 ± 0.04) (62,67 ± 23,24)
Dosis TECDOC IAEA No. 1735/2014 Kajian BAPETEN 2013
(mSv/tindakan) DSK RESIDEN DSK RESIDEN
tiroid & lensa mata 0.030 ± 0.006 0.061 ± 0.043 0.037 0.031 0.061 0.089

dosis efektif 0.0125 ± 0.005 0.016 ± 0.021 0.031 0.031 0.011 0.021

19
*asumsi beban kerja 2 pasien/tindakan per hari
Proteksi Radiasi
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh
radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

Persyaratan proteksi dan keselamatan radiasi sesuai


Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011 (3 prinsip umum
proteksi radiasi):

1. Justifikasi penggunaan

2. Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi

3. Limitasi dosis 20
1. Justifikasi
a. Izin alat (level 1)
b. Penggunaan prosedur (level 2 & 3)

Efek radiasi Optimisasi Proteksi


1. Stokastik dan Keselamatan
2. Deterministik Radiasi

Limitasi dosis ALARA / ALADA / ALARP


- NBD
21
JUSTIFIKASI PENGGUNAAN

• Penggunaan modalitas radiasi pengion harus


memenuhi asas justifikasi  manfaat lebih besar
dengan risiko minimal.

• Justifikasi terbaik adalah tidak menggunakan


modalitas sumber radiasi pengion (100% justifikasi)

• Keselamatan radiasi dimulai dari adanya indikasi


klinis yang menunjukkan harus didiagnosa dengan
modalitas radiasi pengion (ada clinical guidelines,
Panduan Praktek Klinis atau pun PNPK). 22
JUSTIFIKASI

– Eviden based: informasi diagnostik yang optimal


HANYA dapat diperoleh dari modalitas radiasi
pengion dan bukan dengan modalitas lain (non
pengion).
– Ada bukti klinis bahwa pasien akan memperoleh
manfaat >>>> risiko paparan radiasi yang diterima.
– Justifikasi juga harus mempertimbangkan ASPEK
SOSIAL & EKONOMI disamping aspek proteksi
radiasi.
– Ada jaminan ketersediaan sumber daya (manusia,
alat, prosedur, perawatan & perbaikan) untuk
memastikan modalitas sinar-x digunakan dengan
benar sesuai indikasi klinis. 23
JUSTIFIKASI

– Ada jaminan upaya proteksi untuk memastikan


keselamatan radiasi sehingga paparan radiasi
pada pasien, pekerja, dan masyarakat umum
(disain dan fitur keselamatan tersedia dan
sesuai kegunaannya).
– Dibuktikan dengan sebuah dokumen justifikasi
dan program proteksi radiasi dari pemohon
izin.
– Diidentifikasi dengan izin penggunaan dari
BAPETEN
Tidak ada izin penggunaan sinar-X = tidak boleh
ada pelayanan = ilegal = pidana 24
OPTIMISASI PROTEKSI PADA
PAPARAN KERJA

1. Pertimbangan disain fasilitas


2. Pertimbangan disain modalitas yang akan
digunakan;
3. Pertimbangan operasi/penggunaan;
4. Kalibrasi peralatan;
5. Dosimetri radiasi (perhitungan atau pengukuran
dosis);
6. Pembatas dosis (dose constraint);
7. Program jaminan mutu

25
OPTIMISASI PROTEKSI

1. pertimbangan disain fasilitas;

- Pemilihan lokasi dan disain fasilitas radiologi


(tapak dan layout) harus mempertimbangkan
jenis prosedur radiologi, faktor ergonimis, beban
kerja dan alur pasien, ruang antar sinar-X, dan
ruang yang berdekatan.
- Mengkombinasikan 3 faktor reduksi dosis (waktu,
jarak, dan shielding) dalam mendisain ruang
radiasi.
- Mematuhi regulasi terkait bangunan fasilitas
radiasi.
26
OPTIMISASI PROTEKSI

1. pertimbangan disain fasilitas;

- Ruang yang besar dapat mempermudah akses


dan alur pasien, pergerakan alat, posisioning dan
pergerakan pasien selama tindakan berlangsung.
Dapat membantu mereduksi waktu dan paparan.
- selain itu jg dapat mereduksi radiasi sekunder
(hambur dan bocor) yang berpotensi mencapai
daerah hunian personil dan publik. Dapat
mereduksi kebutuhan shielding (tebal dan bahan).
- Disain fasilitas juga harus memperhatikan
perubahan dimasa mendatang atau yang akan
datang. 27
OPTIMISASI PROTEKSI

2. pertimbangan disain modalitas yang akan


digunakan;

Pemilihan modalitas harus menyesuaikan dengan :


- kebutuhan penegakan diagnosa (spesifikasi
teknis hardware & software sesuai)
- Fitur keselamatan radiasi (al: kaca
menggantung, tirai Pb samping meja, indikator
dosis, last image hold, flat panel detector, dll)
- Beban kerja pasien yang diperkirakan
- Ketersediaan fasilitas dan sumber daya
- Kebutuhan perbaikan dan perawatan 28
OPTIMISASI PROTEKSI

3. pertimbangan operasi/penggunaan;
- Ketersediaan prosedur dan sistem operasi yang memadai
- Prosedur kerja dengan radiasi
- Prosedur penggunaan peralatan proteksi radiasi
- Prosedur penyimpanan peralatan protektif
- Prosedur tindakan & pemilihan kondisi penyinaran
- Prosedur penggunaan peralatan pemantauan dosis
personil
- Prosedur penjaga & pendamping pasien
- Prosedur untuk pemeriksaan khusus pada bayi, anak,
wanita hamil, skrening kesehatan, & mediko legal
- Prosedur identifikasi & penanganan insiden radiasi
- Ketersediaan tanda dan peringatan radiasi
29
- Ketersediaan pelatihan rutin.
OPTIMISASI PROTEKSI

4. Kalibrasi/pengujian;

- Modalitas radiasi pengion (termasuk indikator dosis


& keluaran radiasi)
- Peralatan kendali mutu (jika tersedia)
- Harus ada program kalibrasi atau pengujian rutin

5. Dosimetri radiasi;
- Tersedia informasi data dosis pasien, baik dari
pengukuran langsung, perhitungan, atau pun dari
indikator dosis yang ada di modalitas.
- Tersedia informasi keluaran radiasi untuk tiap
modalitas. 30
OPTIMISASI PROTEKSI

5. Dosimetri radiasi; (cont..)

- Ada perekaman data dosis dan waktu fluoroskopi


untuk tiap jenis tindakan, paling tidak dalam bentuk
jumlah sampel tertentu sesuai dengan beban kerja,
untuk perkiraan dosis dan beban kerja personil.
- Ada indikator penyinaran atau indikator dosis yang
berfungsi sebagai alarm atau pengingat sehingga
muncul awareness terhadap radiasi.
Perlu dipahami bahwa semakin besar dosis radiasi ke
pasien maka semakin besar pula potensi dosis yang
diterima personil, begitu sebaliknya. 31
Indikator Dosis
• Dengan kemajuan teknologi, untuk memberi peringatan
dan tanda besarnya radiasi bagi personil yang bekerja dan
pasien maka di buatlah suatu indikator dosis yang di
pasang di peralatan sinar-X sebagai bagian dari peralatan
tersebut.
• Indikator dosis dapat berupa audio dan visual. Bentuk
audio, ada bunyi setelah radiasi “on” dalam waktu tertentu.
• Bentuk visual, ada tampilan besarnya nilai dosis atau laju
dosis yang diidentifikasi dalam suatu besaran tertentu dari
radiasi yang mudah diukur dan memiliki link dengan dosis
pasien, misal: laju kerma, kerma total, kerma area product
(KAP), Computed Tomography Dose Index (CTDI),
entrance skin exposure (ESE), dan average glandular dose
(AGD). 32
Indikator Dosis pd Fluoroskopi

33
Indikator Dosis pd Fluoroskopi

34
OPTIMISASI PROTEKSI

6. program jaminan mutu untuk paparan kerja;

- Penggunaan pesawat sinar-X untuk radiologi


diagnostik dan intervensional harus memiliki program
jaminan mutu.
- Tujuan program jaminan mutu di fasilitas radiologi
diagnostik dan intervensional adalah sama dengan
tujuan diagnostik.
- Bentuk & lingkup program jaminan mutu tergantung
dari kompleksitas dan sumber daya yang dimiliki oleh
fasilitas. Paling tidak dapat mengatasi masalah yang
muncul, adanya pembagian tugas yang jelas, dan
sistem pelaporan yang terstruktur dan sistematis. 35
OPTIMISASI PROTEKSI

6. program jaminan mutu untuk paparan kerja;

• Penyusunan program jaminan mutu paling tidak


melibatkan personil yang kompeten terkait dengan.
optimisasi mutu citra, dosimetri radiasi, jaminan mutu,
proteksi dan keselamatan radiasi.
• Monitoring kinerja modalitas sinar-X merupakan salah satu
bagian penting dalam program jaminan mutu (yaitu
program kendali mutu). Dengan menjamin pesawat
berfungsi sesuai dengan spesifikasinya.
• Pemeriksaan modalitas secara teratur, akan
mengidentifikasi setiap terjadi perubahan kinerja dan
mengambil langkah koreksi secepatnya sebelum berakibat
pada penurunan mutu citra, dan pengulangan (retake). 36
OPTIMISASI PROTEKSI

6. program jaminan mutu untuk paparan kerja;


• Selain modalitas, indikator mutu lain adalah citra yang
dihasilkan.
• fasilitas yang memiliki media pengolah citra digital, maka
secara rutin harus dilakukan pemeriksaan untuk
memastikan media citra tetap terjaga dengan baik.
• Indikator mutu radiologi selanjutnya adalah prosentase
pengulangan (retake) penyinaran atau tindakan untuk tiap
pasien. Analisis dilaksanakan secara rutin dengan periode
bulanan.
• Maksudnya, pasien yang sama menjalani tindakan
intervensi berulang atau berseri.
• Pada program jaminan mutu, harus ada rekaman yang 37
merupakan salah satu indikator pelaksanaan jaminan mutu.
OPTIMISASI PROTEKSI

6. program jaminan mutu untuk paparan kerja;


Hal–hal yang masuk ke dalam rekaman adalah:
 pendidikan dan pelatihan personil
 data inventaris modalitas sinar-X
 hasil pengujian kinerja modalitas sinar-X, termasuk uji
eksternal dan pengujian mandiri atau oleh pemegang jasa
perbaikan.
 perawatan /perbaikan termasuk penggantian jika ada.
 catatan dosis pekerja
 catatan dosis pasien atau dosimetri pasien
 hasil pemantauan paparan radiasi
 hasil pemantauan kesehatan personil
 hasil kalibrasi surveymeter atau dosimeter 38
 identifikasi insiden radiasi
OPTIMISASI PROTEKSI

6. program jaminan mutu untuk paparan kerja;

• Penggantian modalitas harus dilakukan dalam


rangka mencapai dan meningkatkan tujuan
diagnostik. Apalagi ada perkembangan teknologi
yang menunjang diagnostik dan proteksi radiasi.
Ada program penggantian modalitas yang lama
dengan yang baru.

39
OPTIMISASI PROTEKSI

7. Pembatas dosis pada paparan kerja;

• Pembatas dosis pada paparan kerja dibutuhkan oleh


personil yang bekerja dengan radiasi.
• Fungsinya untuk menjaga dan meminimalkan dosis yang
diterima oleh personil serendah mungkin yang dapat
dicapai.
• Pembatas dosis ini dipertimbangkan per sumber radiasi
pengion.
• Jika personil bekerja lebih dari 1 sumber radiasi pengion
maka diperhitungkan masing-masing kontribusinya ke
dosis personil total.
40
SIFAT PEMBATAS DOSIS (PD)

75 %
Jumlah
Personil

PD2 PD1 dosis

Sifat pembatas dosis dinamis, sehingga tiap


periode diupayakan turun sampai level optimum 41
PEMBATAS DOSIS SEBAGAI
IMPLEMENTASI ALARA

dosis Level deterministik ≈ NBD

Stokastik area

Optimized level

Beban kerja

Diupayakan dosis personil serendah mungkin sampai


tingkat optimum dengan beban kerja maksimum. 42
LIMITASI DOSIS ATAU
NILAI BATAS DOSIS (NBD)

Nilai Batas Dosis untuk pekerja radiasi tidak boleh melampaui


(Perka BAPETEN No. 4 Tahun 2013 ):
a. Dosis efektif rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam
periode 5 tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam
5 tahun tidak boleh melebihi 100 mSv;
b. Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam 1 tahun tertentu;
c. Dosis ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv
per tahun dalam periode 5 tahun dan 50 mSv dalam 1
tahun tertentu;
d. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv per tahun; dan
e. Dosis ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv per
tahun.
43
PROTEKSI RADIASI PADA PAPARAN
KERJA DAN PAPARAN MEDIK
Implementasi proteksi radiasi pada PAPARAN
KERJA dalam tindakan intervensi.

Secara umum implementasi proteksi radiasi


melalui 3 cara, yaitu:
1. Mengatur jarak antara personil dengan sumber
radiasi;
2. Meminimalkan waktu bekerja dengan radiasi;
dan
3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.
44
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

1. Mengatur jarak antara personil dengan sumber


radiasi

Yang terkait faktor jarak dalam tindakan


intervensional adalah:
a. ukuran berkas radiasi;
b. tinggi badan personil;
c. posisi personil terhadap pasien;
d. posisi tabung sinar-X (atas atau bawah);
e. Posisi personil terhadap monitor tv citra;
f. Posisi tabung sinar-X terhadap personil.
45
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

a. Ukuran berkas radiasi (kolimasi)

Semakin besar volume pasien


yang teriradiasi, semakin besar
jumlah hamburan radiasi yang
dihasilkan.
Jika dimensi ditingkatkan oleh
faktor 2 dengan membuka
kolimator, maka volume
jaringan yang dipapari dan
hamburan radiasi meningkat
dengan faktor 4.
Faktor tersebut juga tergantung
pada geometri sinar-X, proyeksi
sinar-X, dan posisi pekerja. 46
Ref 4
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

b. Tinggi badan personil

Semakin tinggi badan personil


maka radiasi hambur yang
diterima oleh tiroid dan lensa
mata semakin kecil 3 % per
10 cm (tinggi meja pasien
tetap).
Jika tinggi meja pasien
disesuaikan dengan tinggi
badan personil maka yg
diperhatikan adalah jarak II dan
orientasi tabung sinar-X.

Ref 7 Scatter entrance skin air kerma to 47

the operator position (S-ESAK-O)


Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

c. Posisi personil terhadap pasien (jarak)

Jika jarak pekerja 0,5 m


diubah menjadi 1 m
dari sumber radiasi
maka dosis yang
diterima personil
tereduksi dengan
faktor 4.

48
Ref 4
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

d. Posisi tabung sinar-X

Ref 4

Untuk meminimalkan dosis pekerja maka


direkomendasikan penguat citra ada di atas dan
tabung sinar-X ada di bawah meja pasien 49
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

e. Posisi personil terhadap monitor TV citra

Ref 7 50
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

f. Posisi tabung sinar-X terhadap personil

LAO

PA

Posisi tabung pada


RAO proyeksi LAO memiliki
potensi paparan radiasi
lebih tinggi dibanding
dengan proyeksi RAO.
Ref 7, 16 51
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

2. Meminimalkan waktu bekerja dengan radiasi;

• Besarnya dosis radiasi yang diterima berbanding lurus


dengan lamanya bekerja dengan radiasi.
• Semakin lama waktu bekerja dengan radiasi maka
semakin besar potensi dosis yang diterima.
• Ini berlaku untuk personil maupun pasien.
• Pada sinar-X yang dilengkapi dengan fitur Last Image
Hold (LIH),  waktu fluoroskopi dapat diminimalkan.
Namun, untuk memperoleh video citra dalam LIH
butuh perekaman radiografi (sine) yang dosisnya 10
kali dosis mode fluoroskopi.

52
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

2. Meminimalkan waktu bekerja dengan radiasi;

• Untuk pengoperasian sine selama 5 – 8 detik


memberikan dosis sama dengan 1 menit fluoroskopi.
• Selain itu dipengaruhi pemilihan laju paparan atau
mode penyinaran fluoroskopi, luasan FOV, dan laju
frame.
• pada kondisi fluoroskopi normal biasanya paparan
radiasi yang diperlukan untuk mencapai penguat citra
adalah 30 µR (0,3 µSv) per detik dan pada saat sine
diperlukan sekitar 20 µR (0,2 µSv) per frame. Jadi
apabila alat disetting 30 fps maka radiasi meningkat
hingga 20 kali.
53
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

2. Meminimalkan waktu bekerja dengan radiasi;

• Untuk pengoperasian sine selama 5 – 8 detik


memberikan dosis sama dengan 1 menit fluoroskopi.
• Selain itu dipengaruhi pemilihan laju paparan atau
mode penyinaran fluoroskopi, luasan FOV, dan laju
frame.
• pada kondisi fluoroskopi normal biasanya paparan
radiasi yang diperlukan untuk mencapai penguat citra
adalah 30 µR (0,3 µSv) per detik dan pada saat sine
diperlukan sekitar 20 µR (0,2 µSv) per frame. Jadi
apabila alat disetting 30 fps maka radiasi meningkat
hingga 20 kali [ref 15].
54
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

• Shielding ada 3 jenis: arsitektur shielding,


shielding yang melekat pada pesawat sinar-
X, dan peralatan protektif radiasi.
• Arsitektur shielding: disain ruang radiasi
• Pesawat sinar-X untuk tindakan
intervensional secara khusus didisain
dilengkapi dengan fitur keselamatan radiasi
untuk shielding, yaitu kaca & tirai Pb yang
menggantung dan tirai Pb di samping meja
pasien.
• Peralatan protektif radiasi: apron Pb, kaca
mata Pb, pelindung tiroid Pb, sarung tangan
Pb. 55
Ref 4
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Tabir Kaca Pb • tabir kaca Pb didesain mudah


dipindahkan, biasanya posisinya
menggantung dan ditempatkan antara
pasien dan personil untuk melindungi
mata dan tiroid personil dari hamburan
radiasi pasien.
• Sebagian besar tabir kaca Pb
dilengkapi dengan potongan timbal
yang ada di bawah tabir kaca Pb untuk
perlindungan tubuh operator.

56
Ref 4
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Ref 4

• Tabir kaca harus diberi tanda tentang ketebalan ekivalen


timbal (Pb), dan tegangan tabung maksimum (kVp) yang
dapat dicapai pada ketebalan tersebut. 57
Ref 4

Dari tabel tersebut menunjukkan reduksi radiasi hambur


dari pasien jika pakai tabir kaca Pb berkisar 50 – 76%.
58
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Tirai meja Pb • berguna untuk melindungi kaki, tangan


dan tubuh selama tindakan bila posisi
tabung sinar-X ada di bawah meja
pasien.
• Pada posisi tabung seperti itu,
hamburan balik radiasi dari pasien
hampir sebagian besar di bawah meja
sehingga tubuh bagian bawah
Ref 4 operator seperti kaki harus memiliki
pelindung ekstra.
Penggunaan tirai meja akan dapat mereduksi paparan radiasi dengan
59
faktor 19.
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Peralatan Protektif Radiasi: Apron Pb


• Semua personil yang ada
dalam ruang tindakan
intervensional harus
menggunakan apron selama
tindakan.
• direkomendasikan
menggunakan apron dg tebal
ekivalen minimal 0,5 mmPb,
sebab dapat mereduksi
Ref 4
radiasi sekitar 90 %. 60
Hasil Kajian BAPETEN 2006

Untuk posisi dokter, efektifitas apron mencapai > 70%

61
Ref 4
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Peralatan Protektif Radiasi: kaca mata Pb


• Pelindung mata atau kaca mata Pb
agar lebih efektif mereduksi radiasi
harus dilengkapi dengan
perlindungan dari samping.
• Kaca mata Pb harus nyaman
termasuk sudah pakai kaca mata.
• kacamata Pb didesain dengan
ketebalan ekivalen 0,35 atau 0,5
mmPb
Ref 4
• Dapat mereduksi radiasi 83 – 90% 62
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Peralatan Protektif Radiasi: pelindung tiroid Pb


• direkomendasikan jika dosis
leher per bulan terbaca melebihi
4 mSv.
• penggunaannya bermanfaat
untuk tiap tingkat dosis karena
dapat mengurangi risiko kanker
tiroid dan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap dosis
efektif.
63
Ref 4
Implementasi Proteksi Radiasi pada
Tindakan Intervensional

3. Menggunakan shielding (penahan) radiasi.

Peralatan Protektif Radiasi: sarung tangan Pb


• Pelindung dan bahan pelapis
untuk sarung tangan harus lebih
fleksibel dan mempunyai
atenuasi ekivalen tidak kurang
dari 0,25 mmPb pada seluruh
bagian sarung tangan.
• Apabila dalam prakteknya
susah menggunakan sarung
tangan Pb maka dapat diganti
Ref 4
dengan disposabel lead sheet. 64
Disposabel lead sheet

Mereduksi radiasi hambur paling tidak 23% atau lebih


[ref 9]
65
Implementasi proteksi radiasi untuk
paparan medik (Pasien)
Ilustrasi:
• Potensi risiko radiasi tidak hanya di terima oleh
intervensionis.
• Pasien yang menjalani tindakan juga berpotensi
mengalami risiko radiasi.
• Bahkan pasien-lah yang menerima radiasi primer &
menerima dosis yang lebih dari pada personil.
• Personil menerima paparan radiasi karena
hamburan yang berasal dari pasien.

66
Implementasi proteksi radiasi untuk
paparan medik (Pasien)

Ilustrasi:
• Sehingga dosis pasien berkaitan erat dengan dosis
pekerja, apabila dosis pasien meningkat maka akan
meningkatkan radiasi hambur yang diterima oleh
pekerja.
• Dengan mengurangi dosis terhadap pasien, tanpa
mengesampingkan tujuan klinis, penggunaan alat
pelindung diri dan tindakan proteksi yang
sederhana, maka dapat mengurangi dosis pekerja
secara signifikan.

67
68
Proteksi radiasi pada pasien dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1. Pemilihan modalitas sinar-X, detektor II atau flat panel,
filtrasi total.
2. Pengaturan jarak detektor dengan pasien dan tabung sinar-
X dengan pasien
3. Ukuran tubuh pasien
4. pengaturan kolimasi dan magnifikasi
5. Orientasi berkas / arah penyinaran
6. Penggunaan grid
7. Pemilihan mode dosis rendah dan tinggi
8. Rangkaian seri penyinaran / fragmentasi
9. Penggunaan fluoro dan sine
10.Rekaman dosis pasien
69
11.Monitoring pasien dengan dosis tinggi
Faktor utama kontributor dosis pasien

Image Handling
Image Receptor
and Display

Faktor
Automatic
pasien
Operator Dose Rate
Control
prosedur
Patients
Electrical
Stabilizer
Foot
X-Ray tube
Switch
Operator Controls
Spesifikasi
modalitas

Power High-voltage
Primary Controls Controller transformer 70
Pasien butuh proteksi:
Semakin besar radiasi yang diterima pasien maka semakin besar
pula risiko yang diakibatkannya. Khususnya risiko efek
deterministik pada kulit pasien.

Hanya butuh ~1% radiasi yang tembus ke


detektor untuk membuat citra.

Sebagian besar radiasi berinteraksi dan terserap


oleh organ & jaringan sehingga berpotensi
mengakibatkan perubahan biologik
ukuran
pasien
Radiasi yang masuk ke tubuh pasien ~100x lebih
banyak dibandingkan yang keluar atau tembus

Reproduced with permission from Wagner LK and Archer BR. Minimizing Risks from Fluoroscopic Radiation, R. M. Partnership, Houston,
TX 2004.
71
72
Jarak pasien dengan tabung sinar-X

73
Membuat pola proteksi radiasi pada pasien mulai
sebelum sampai setelah tindakan:
1. Pasien dan/atau keluarga pasien diberi info terkait
tindakan yang akan dilakukan serta potensi risiko
radiasi (informed Consent)
2. Saat tindakan dilakukan, dibangun pola interaksi
dan komunikasi antara teknologist dan
intervenionis untuk melakukan pembatasan dosis
atau bahkan menghentikan tindakan jika
diperlukan;
3. Membuat program tindak lanjut untuk melacak
pasien yang menerima dosis lebih dari 3 Gy dalam
satu tindakan atau prosedur.
74
Pre-Procedure Intra-Procedure Post-Procedure

Catat: dosis akumulasi,


Informed Consent Alert Level 1: Dosis 2 Gy
DAP, total fluoro,
total sine,
lama tindakan
Alert Level 2: Dosis 3 Gy

dosis > 3 Gy :
Alert Level 3: Dosis 6 Gy Buat jadwal pantau pasien
dalam 1 bulan

Alert Level 4: Dosis 10 Gy Follow up:


rekonstruksi dosis

Hentikan tindakan
Follow up lanjutan
Alert level 5: ingatkan dokter
utk tiap kenaikan 2 Gy 75
ALAT PELINDUNG DIRI DAN ALAT
UKUR RADIASI

• Bekerja di dalam ruang


radiasi dan dekat dengan
sumber radiasi artinya
bekerja di daerah
pengendalian (controlled
area)
• Artinya, personil yang
masuk ke daerah
pengendalian harus
Ref 5
dilengkapi dengan alat
Tidak satupun dari indera kita dapat pelindung diri dan alat
mendeteksi keberadaan radiasi ukur radiasi.
pengion, untuk itu secara total kita
tergantung pada instrumen deteksi 76

radiasi.
ALAT PELINDUNG DIRI

• Pada regulasi nasional disebut dengan peralatan protektif


radiasi.
• Untuk personil yang melakukan tindakan intervensi:
– Apron
– Pelindung tiroid
– Kaca mata
– Sarung tangan
– Penutup kepala atau cover cap
– Disposable leadsheet
– Kaca pelindung yg menggantung melekat pd
– Tabir tirai Pb disamping meja pasien modalitas sinar-X

• Ketebalan peralatan tersebut minimal ekivalen dengan 77


0,35 mmPb dan 0,5 mmPb.
ALAT UKUR RADIASI

• Radiasi dapat diidentifikasi dengan besaran paparan (X


atau K) dan dosis (D).
• Alat ukur yang dapat mendeteksi radiasi:
– TLD (ThermoLuminescent Dosimeter) Badge Alat
– Film Badge pemantau
– Pendose dosis
personil
– Digital dosimeter
– Survey meter alat pemantau paparan di daerah kerja

78
Beberapa hal penting dalam menggunakan pemantauan dosis
personil (TLD badge/film badge/digital dosimeter) :
1. Jika pakai 1 dosimeter, maka:
• dipakai di pinggang atau di dada di dalam atau di balik
apron  utk dosis efektif.
• Dipakai di bagian leher di luar apron, untuk perkiraan
dosis ekivalen lensa mata dan tiroid.
• Dipakai di lengan atas bagian kiri di luar apron, untuk
perkiraan dosis ekivalen lensa mata dan tiroid.
2. Jika pakai 2 dosimeter, maka 1 bh di pakai di dada dibalik
apron, 1 bh di pakai dileher diluar apron.
3. Pastikan, hanya memakai dosimeter badge sesuai dengan
nama pemakai. 79
Penggunaan Alat Pemantauan Dosis
Personil
• Selain mengkombinasikan penggunaan jarak, waktu dan
shielding, maka perlu dilakukan pemantauan dosis pada
personil yang melakukan tindakan intervensional.
• Pada tindakan intervensional dengan sistem fluoroskopi,
paparan pada tubuh tidak seragam antara bagian tubuh
yang terlindung (apron, layar pelindung lainnya), dan
yang tidak terlindung.
• Personil pada tindakan intervensional harus
menggunakan minimal 2 (dua) dosimeter personal:
– 1 buah di pakai di saku dibalik apron, dan
– 1 buah lagi di leher diluar apron.
• Dosimeter yang diluar apron dapat menggunakan yang
jenis terbaca langsung (digital dosimeter). 80
Penggunaan Personal Dosimeter untuk
personil tindakan intervensional
Penggunaan personal
dosismeter tersebut
untuk memperhitungkan
perkiraan dosis yang
diterima oleh personil
tindakan intervensional
per periode (per
tindakan atau per
tahun).

Dosis hasil perhitungan


dibandingkan dengan
NBD.

Perkiraan dosis yang


dihitung merupakan
dosis ekivalen dan
dosis efektif.
81
Sumber: ICRP 85
Pemantauan Dosis Personil

• Penggunaan dosimeter personil berfungsi untuk


memastikan bahwa personil yang bekerja dalam
tindakan intervensi dipantau dosis yang
diterimanya dan untuk manajemen dosis radiasi
yang seminimal mungkin.
• Setiap personil yang bekerja di daerah radiasi
(apalagi dekat dengan sumber radiasi) harus
pakai dosimeter personil.
• Setiap personil harus mengetahui besarnya
dosis radiasi yang diterima dalam periode
tertentu.
• Apalagi personil yang bekerja lebih dari 1 center.
82
Pemantauan Dosis Personil

Penanggung jawab atau manajemen harus


memiliki program investigasi terkait perolehan
dosis personil.

Besarnya dosis personil yang harus diinvestigasi


jika:
a. Dalam periode tertentu naik 2 kali lipat dari kondisi
normal; atau
b. Dosis di balik apron lebih besar dari > 2 mSv per 3
bulan;
c. Dosis pada tiroid diluar apron > 5 mSv/bulan;
d. Dosis pada tangan > 5 mSv/tahun; 83
Pemantauan Paparan Radiasi pada
Daerah Kerja
Pemantauan daerah kerja merupakan aspek
penting lain dari program proteksi radiasi yang
harus dilakukan dalam ruang fluoroskopi.
Pemantauan paparan radiasi di daerah kerja dapat
dilakukan dengan survey meter

Pemantauan daerah kerja bermanfaat untuk:


1. mengetahui jumlah paparan radiasi hambur
ruang sinar-X dan ketepatan dari beban
kerja; dan
2. melakukan penilaian dosis radiasi berkala 84

dalam kondisi tertentu.


KESIMPULAN: POIN POIN PENTING

1. DOSIS PASIEN VS DOSIS PERSONIL

85
86
s00270-016-1526-8.pdf
POIN POIN PENTING

2. BERBAGAI KATA KUNCI DAN MUTIARA DALAM


TINDAKAN INTERVENSI

RESEP JOS
• RE-Reseptor: Jaga posisi reseptor citra selalu dekat dg pasien
• S-Sudut pandang: atur posisi penglihatan ke monitor jauh
dengan sumber radiasi
• E-ekstrimitas: jangan sampai tangan personil terkena radiasi
langsung
• P-Pedal: jangan menginjak pedal kecuali saat melihat monitor
• J-Jarak: jaga jarak, hukum kuadrat terbalik
• OS-Dosis: batasi sine, atur laju frame, pakai dosimeter
personil. 87
POIN POIN PENTING LAIN YANG TAK
KALAH PENTING

2. BERBAGAI KATA KUNCI DAN MUTIARA DALAM


TINDAKAN INTERVENSIONAL
• Gunakan radiasi hanya jika butuh imajing. Jika butuh
preprosedur dapat mengunakan modalitas non pengion.
• Minimalkan penggunaan sine atau rekam radiografi
• Minimalkan penggunaan proyeksi obliq / tabung sinar-X
dekat dengan personil (proyeksi LAO)
• Minimalkan penggunaan mode perbesaran/magnifikasi
• Minimalkan waktu fluoroskopi sebisa mungkin
• Minimalkan laju frame pada cine dan laju fluoro
• Minimalkan perekaman / jumlah citra radiografi
88
• Usahakan reseptor citra dekat dengan pasien
POIN POIN PENTING LAIN YANG TAK
KALAH PENTING

2. BERBAGAI KATA KUNCI DAN MUTIARA DALAM


TINDAKAN INTERVENSIONAL
• Gunakan kolimasi yang sesuai
• Pantau dosis radiasi (indikator dosis di monitor tv) secara
realtime
• Gunakan metode reduksi dosis pada modalitas (low rate
fluoro, low frame rate, pulsed fluoro, anti scatter grid, dll)
• Posisi personil di area radiasi hambur rendah
• Gunakan peralatan protektif radiasi untuk personil
• Gunakan modalitas fluoroskopi yang sesuai
• Memperoleh pelatihan yang sesuai
89
• Variasikan arah radiasi, tidak satu sisi pada tubuh pasien.
Poster Anjuran Proteksi Radiasi

90
http://idrl.bapeten.go.id/assets/upload/poster/poster-proteksi-radiasi-pekerja-
fluoroskopi-S12R.jpg
Poster Anjuran Proteksi Radiasi

91
http://idrl.bapeten.go.id/assets/upload/poster/poster-proteksi-radiasi-anak-
intervensional-S12R.jpg
Poster Anjuran Proteksi Radiasi

92
http://idrl.bapeten.go.id/assets/upload/poster/poster-proteksi-radiasi-pasien-
fluoroskopi-S12R.jpg
PELAPORAN DOSIS PERSONIL
BERBASIS WEB

93
PELAPORAN DOSIS PERSONIL
BERBASIS WEB

Langkah-langkah bergabung dengan ISEMIR IC adalah:


• Register ke web NUCLEUS IAEA
http://nucleus.iaea.org
• Konfirmasi melalui email setelah registrasi
• Setelah akun diaktivasi maka masuk ke web ISEMIR
https://nucleus.iaea.org/isemir/
• Pilih ISEMIR-IC
• Lebih lanjut dapat mendownload dan membaca
userguide (http://www-ns.iaea.org/tech-
areas/communication-
networks/orpnet/documents/isemir-ic-user-guide.pdf)
94
Pustaka

1. Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011


2. Peraturan Kepala BAPETEN No. 4 Tahun 2013
3. TECDOC IAEA No. 1735/2014
4. P2STPFRZR BAPETEN, Laporan Hasil Kajian (LHK) Tahun 2006,
Pengkajian Sistem Pengawasan Tentang Proteksi Radiasi di Fasilitas
Radiologi Intervensional, Jakarta
5. P2STPFRZR BAPETEN, Laporan Hasil Kajian (LHK) Tahun 2013,
Kajian Pengawasan Paparan Pekerja Di Fasilitas Radiologi
Intervensional, Jakarta.
6. Annals of the ICRP, PUBLICATION 103, The 2007 Recommendations
of the International Commission on Radiological Protection, ICRP
Publication 103, 2007
7. E Kuon, etc., INTERVENTIONAL CARDIOLOGY AND SURGERY,
Radiation exposure benefit of a lead cap in invasive cardiology,
http://heart.bmj.com/content/heartjnl/89/10/1205.full.pdf diakses
Tanggal 3 Juli 2017 95
Pustaka

8. Report on the Pilot Survey on Obtaining Occupational Exposure Data


in Interventional Cardiology, Working Group on Interventional
Cardiology (WGIC), Information System on Occupational Exposure in
Medicine, Industry and Research (ISEMIR), IAEA, June 2013
9. http://www.radpad.com/our-blog/
10. http://circinterventions.ahajournals.org/content/8/8/e002384
11. Efstathios P Efstathopoulos, Occupational Eye Lens Dose in
Interventional Radiology and Cardiology: New Insights, Journal of
Imaging and Interventional Radiology, Vol. 2 No. 1: 24, 2016
12. Donald L. Miller, etc., Occupational Radiation Protection in
Interventional Radiology: A Joint Guideline of the Cardiovascular and
Interventional Radiology Society of Europe and the Society of
Interventional Radiology, Special Communication, J Vasc Interv
Radiol 2010; 21:607–615.
96
Pustaka

13. Draft version 2.5 , IAEA SAFETY STANDARDS for protecting people
and the environment , Radiation Protection and Safety in Medical Uses
of Ionizing Radiation, DRAFT SAFETY GUIDE , DS399, 25 November
2014
14. http://ncrponline.org/wp-
content/themes/ncrp/PDFs/2016/LensEye_Workshop_presentations.p
df
15. http://slideplayer.com/slide/10159700/ , Radiation Safety In the
Cardiac Catheterization Laboratory Saudi Arabia Cardiac Interventional
Society Society of Cardiovascular Angiography and Intervention.
16. https://journals.lww.com/em-
news/blog/spontaneouscirculation/Pages/post.aspx?postid=15 diakses
27/2/2018.
17. http://www.acc.org/latest-in-
cardiology/articles/2015/12/31/10/12/radiation-safety-for-the-
interventional-cardiologist, diakses 27/2/2018. 97
Pustaka

13. https://www.wired.com/2009/10/1030first-coronary-angiogram/,
diakses 27/2/2018.
14. http://www.wmhs.org.nz/cardhist/angiography3.html
15. https://www.iaea.org/file/2017/training-cardiologyalllectureszip
16. https://www.medscape.com/viewarticle/824022
17. https://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.321115002

98
Terima kasih semoga bermanfaat

99

Anda mungkin juga menyukai