LINGKUNGAN RADIASI
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada
Perempuan Anak Kondisi Rentan
Disusun Oleh :
KELOMPOK1
Maslikhah (227019059)
KEBIDANAN
PENDAHULUAN
Radiasi sangat bermanfaat bagi manusia tetapi juga mempunyai potensi bahaya yang perlu dikendalikan.
Dalam pemanfaatan sumber radiasi, pengguna harus mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh sumber radiasinya. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh sumber radioaktif bergantung pada jenis
radiasi, umur atau waktu paro dan aktivitas. Sedangkan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh pesawat
sinar-X, bergantung pada kondisi operasionalnya seperti kV, mA dan waktunya.
Setiap individu yang bekerja menggunakan radiasi pengion harus selalu sadar bahwa aktivitas yang
dilakukan dapat menimbulkan efek yang merugikan baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitar (pasien
dan masyarakat) bila tidak mengikuti ketentuan keselamatan radiasi. Salah satu pertanyaan yang paling
sering diajukan dalam kaitannya dengan penggunaan radiasi pengion pada pasien hamil. Pada umumnya,
penggunaan radiasi pada pasien hamil ingin dihindari karena ada potensi bahaya radiasi terhadap janin di
dalam kandungan, namun, ada sejumlah situasi dimana penggunaan radiasi untuk diagnosis atau terapi
harus dilakukan oleh pasien hamil.
PEMBAHASAN
penggunaan
Pada umumnya penggunaan ultrasonografi untuk pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh tenaga medis yaitu
seorang dokter yang sudah mempunyai sertifikat kompetensi dalam bidang ultrasonografi yang dikeluarkan
perkumpulan profesi. Selain dokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih kompeten dalam menggunakan alat
ultrasonografi ini kolegium dokter spesialis kebidanan dan kandungan memperlakukan standar yang sangat ketat
untuk para anggotanya, untuk melakukan kursus dan pendidikan ultrasonografi yang berkesinambungan. Agar hasil
pemeriksaan ultrasonografi bagi ibu hamil terukur accountable dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Dosis radiasi telah dipelajari dan terkenal untuk pemeriksaan diagnostik tipikal. Oleh karena itu, pada
pasien yang sedang hamil atau berpotensi hamil, pertimbangan khusus harus diberikan. Sebagian besar
pemeriksaan rontgen diagnostik yang dilakukan dengan melihat struktur selain panggul, ovarium, rahim,
dan tulang belakang lumbal tidak menyebabkan paparan radiasi yang terukur pada janin. Studi-studi yang
memiliki risiko pajanan lebih tinggi termasuk sinar-x tulang belakang lumbar, pielogram intravena, dan
seri gastrointestinal atas dan bawah; studi tentang fungsi kandung empedu dan kandung empedu, rontgen
panggul, pinggul, dan perut; dan rontgen spesifik rahim dan saluran tuba, seperti hysterosalpingogram.
Masyarakat Fisika Kesehatan menyatakan bahwa jika ada pertanyaan tentang jumlah paparan radiasi,
Praktik yang diterima untuk melindungi pasien dan janin dengan melindungi area yang paling rentan
terhadap efek radiasi, membatasi waktu paparan, dan menggunakan modalitas alternatif untuk
mempelajari area yang paling dekat dengan janin yang sedang berkembang bila memungkinkan.
Perusahaan yang memproduksi peralatan terus meningkatkan peralatan yang memusatkan dosis radiasi ke
area terbatas. Perangkat lunak telah ditingkatkan untuk menghasilkan pencitraan yang lebih baik untuk
memungkinkan lebih sedikit radiasi yang diberikan. Pengurangan voltase kilo dan pengaturan
miliampere/detik ditunjukkan baru-baru ini untuk mengurangi dosis
radiasi pada pasien hamil yang menjalani angiografi tomografi terkomputasi untuk dugaan emboli paru
dengan tetap menjaga kualitas gambar.
Prosedur diagnostik dan intervensi menggunakan fluoroskopi dapat membuat pasien terpapar radiasi.
Fluoroskopi dan sine angiografi keduanya digunakan di laboratorium intervensi. Hampir semua paparan
radiasi total disebabkan oleh fluoroskopi. Sinar ini diberikan dengan cara berdenyut, yang memungkinkan
penurunan dosis. Beberapa praktek dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah radiasi kepada pasien.
Membatasi waktu fluoroskopi, meningkatkan jarak dari pancaran, penggunaan kolimasi, membatasi
jangkauan sudut pancaran, dan terakhir, pelindung timbal dapat sangat mengurangi dosis untuk pasien
dan staf di ruangan. Sangat penting bahwa kinerja dan kalibrasi peralatan diuji secara teratur. Filtrasi
yang memadai harus ada. Timer harus menghentikan eksposur. Dalam banyak kasus, sinyal suara akan
mengingatkan operator untuk mengetahui waktu pemaparan. Tingkat eksposur tidak dapat melebihi
standar peraturan. Peraturan telah dibuat dan fasilitas telah diberi mandat untuk mengikutinya guna
meminimalkan dosis radiasi bagi dokter yang merawat, staf, dan pasien.
1. Efek radiasi pada janin dalam kandungan sangat bergantung pada umur kehamilan pada saat terpapar
radiasi. Dosis ambang yang dapat menimbulkan efek pada janin adalah 0.05 Gy (Gray). Efek radiasi pada
janin berdasarkan perkembangan janin dalam kandungan dapat di bagi menjadi 3 (tiga) tahap.
2. Tahap pertama yaitu pre-implantasi dan implantasi yang dimulai sejak proses pembuahan sampai
menempelnya zigot pada dinding rahim yang terjadi sampai umur kehamilan 2 (dua) minggu. Pengaruh
radiasi pada tahap ini adalah kematian janin.
3. Tahap kedua adalah organogenesis pada masa kehamilan 2 - 7 minggu. Efek yang mungkin timbul
berupa malformasi organ tubuh dan kematian neonatal.
4. Tahap ketiga adalah tahap fetus pada usia kehamilan 8 - 40 minggu dengan pengaruh radiasi berupa
retardasi pertumbuhan dan retardasi mental. Janin juga berisiko terjadinya efek stokastik, yaitu efek yang
terjadi sebagai akibat paparan radiasi yang menyebabkan perubahan pada sel dan yang paling besar
adalah risiko terjadinya leukimia pada masa anak-anak.
5. Kemunduran mental diduga terjadi karena kematian se-sel syaraf di otak yang menyebabkan
penurunan nilai IQ. Dosis ambang diperkirakan sekitar 0.1 Gy untuk usia kehamilan 8 - 15
minggu dan sekitar 0.4 - 0.6 Gy untuk usia kehamilan 16 - 25 minggu. Usia fetus lebih dari 25
minggu, belum tersedia data terjadinya retardasi mental pada fetus yang terpapar radiasi.
6. Rekomendasi untuk wanita usia subur dan berpotensi hamil adalah menghindari prosedur
radiologi yang tidak perlu untuk perawatan medis, doker harus mencari alternatif pemeriksaan
lain atau modalitas lain untuk menunjang pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosa misalnya USG. Namun apabila wanita usia subur, diduga hamil dan wanita hamil tetap
diperlukan pemeriksaan medis dengan radiasi harus dilakukan, maka dosis radiasi yang diberikan
diusahakan serendah mungkin untuk dapat memberikan informasi diagnostik yang diperlukan.
Sebelum dilakukan radiasi petugas harus menanyakan kepada pasien apakah dia sedang, atau
mungkin hamil. Bisa juga pasien memberikan informasi kepada petugas tentang kehamilan atau
kemungkinan hamil, agar dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya risiko radiasi terhadap
ibu dan janinnya.
7. Pemeriksaan medis dengan radiasi pada wanita hamil di area panggul dan perut, perlu dilakukan
perhitungan dosis serap terhadap janin. Pada pemeriksaan menggunakan radiasi selain area perut
dan panggul, dosis yang diterima kecil, kemungkinan terjadinya efek radiasi juga kecil.
8. Pekerja wanita yang hamil tetap dapat bekerja selama dosis radiasi yang diterimanya selalu
dikontrol secara ketat dengan pembatasan dosis radiasi yang diterima permukaan perut wanita
hamil tidak lebih dari 1 mSv selama kehamilan. Kondisi ini hanya bisa mencegah timbulnya efek
deterministik yaitu efek yang terjadi akibat paparan radiasi menyebabkan kematian sel contohnya
terjadi sterilitas, tetapi tidak dapat mencegah efek stokastik yaitu efek yang terjadi sebagai akibat
paparan radiasi yang menyebabkan perubahan pada sel. Petimbangan khusus pekerja radiasi
wanita hamil atau diperkirakan hamil, tidak bekerja di area radiasi. Ditempatkan di daerah kerja
yang tingkat radiasinya kurang dari 1mSv/tahun, misalnya di ruang administrasi, ruang
pemrosesan citra radiograf.
9. Jadi... jika Anda hamil atau menyangka hamil, maka beritahukan kepada petugas radiologi
sebelum anda melakukan pemeriksaan dengan sinar x.
https://yankes.kemkes.so. id/view artikel/117/bahaya-radiasi-bagi-ianin
2.3. MACAM - MACAM RADIASI
Perkembangan ilmu kedokteran saat ini, termasuk radiologi dan kedokteran nuklir sangat pesat, didukung
oleh perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra alat tubuh dengan komputer sebagai
pengolah data. Perkembangan radiasi dalam ilmu kesehatan kini telah berkembang menjadi peralatan
canggih yang dapat menampilkan citra alat tubuh dua dimensi ataupun tiga dimensi baik bersifat statis
maupun dinamis.
Selain berdasarkan sumber radiasi, Bentuk radiasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
Radiasi non pengion adalah radiasi yang apabila melewati bahan atau jaringan biologi tidak akan
mengionisasi bahan atau jaringan tersebut.
Contoh : Gelombang TV, radio, radar, sinar infra merah, sinar ultra violet, cahaya tampak.
Radiasi pengion adalah suatu gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan, karena enrgi yang
dimilikinya mampu megionisasi media lainnya. Apabila melintas dalam bahan atau jaringan biologi dapat
megionkan bahan atau sel jaringan.
Contoh : Partikel alphha, partikel beta, sinar-X sinar gamma, neutron dan lain-lain.
Pemanfaatan Sinar-X
Di bidang medis penyinaran menggunakan sinar-X, radiasi diperoleh dari dari pembangkit tegangan
tinggi. Sinar-X telah dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, sebagai salah satu sarana penunjang
diagnostik dan terapi. Diantaranya digunakan pada bagian Instalasi Radiologi, Radioterapi dan
Kedokteran Nuklir.
Penggunaan radiasi ionisasi dalam dunia kedokteran jauh lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
radiasi non ionisasi, akan tetapi efek samping dari penggunaan radiasi ionisasi tersebut lebih besar.
Penggunaan radiasi non ionisasi di antaranya adalah; gelombang mikro, gelombang pendek, gelombang
ultrasonik untuk pengobatan nyeri otot, nyeri sendi, neuritis dan lain-lain.
Radiasi Pengion dapat dibagi menjadi dua bagian menurut jenisnya, yakni :
Radiasi eksterna merupakan radiasi yang terletak diluar tubuh seseorang atau psien mendapat pajanan
radiasi dari luar tubuhnya yang dapat mengenai seluruh tubuh (penyinaran total) ataupun mengenai
sebagian tubuh saja (penyinaran parsial). Radiasi eksterna ada yang dimanfaatkan untuk keperluan
diagnosa maupun untuk keperluan terapi. Untuk keperluan diagnosa menggunakan sumber radiasi sinar-X
dengan energi relatif rendah, sedangkan untuk ke[erluan terapi menggunakan energi tinngi.
2.3.1.2. Radiasi Interna
Radiasi interna merupakan sumber radiasi yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Sumber radiasi yang
diperlukan adalah radioisotope yang mempunyai waktu paruh pendek dan aktivitas rendah, misalnya Tc-
99 atau I-131. Radiasi interna kebanyakan digunakan untuk keperluan diagnosa.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/991/radiasi-dalam-bidang-media
Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang muncul akibat kombinasi antara medan magnet dan juga
medan listrik. Keduanya kemudian menghasilkan energi yang merambat dan melewati satu tempat ke
tempat lainnya.
Radiasi elektromagnetik sendiri merupakan jenis radiasi yang tidak memiliki bentuk dan juga massa.
Contoh dari radiasi elektromagnetik diantaranya adalah cahaya tampak, gelombang radio, sinar-X,
inframerah, dan berbagai jenis radiasi lain yang tidak memiliki wujud.
sesuatu.
3. Radiasi Berdasarkan Asalnya
Jenis radiasi terakhir ditentukan oleh asal muasalnya. Berdasarkan asalnya, radiasi dibagi menjadi radiasi
alam dan radiasi buatan.
Radiasi Alam
Dari namanya, kamu pasti sudah bisa menebak bahwa radiasi satu ini adalah jenis radiasi yang muncul
dengan sendirinya akibat proses alamiah. Biasanya radiasi alam berasal dari sinar kosmos maupun sinar
gamma.
Radiasi Buatan
Radiasi buatan adalah radiasi yang muncul sebagai akibat dari kegiatan atau aktivitas manusia, seperti
senjata maupun pembangkit listrik tenaga nuklir.
Radiasi tingkat I adalah radiasi yang memiliki paparan rendah dan biasanya merupakan jenis radiasi yang
memang berasal dari alam. Misalnya seperti udara, bahan alami, bahkan radiasi yang berasal dari tubuh
manusia itu sendiri.
Selain berasal dari Bumi, radiasi alami juga berasal dari luar angkasa. Radiasi yang diterima Bumi sendiri
kebanyakan berasal dari matahari. Namun manusia tidak perlu khawatir dengan radiasi alami satu ini.
Meski radiasi yang dipancarkan oleh matahari cukup tinggi, tetapi hanya sedikit yang benar-benar
menyentuh permukaan Bumi.
Bagaimanapun, jarak Bumi dan matahari cukup jauh. Ditambah lagi, keberadaan atmosfer Bumi membuat
manusia bisa terbebas dari berbagai ancaman luar angkasa, termasuk radiasi dari matahari.
Berbeda dengan radiasi tingkat I dan II, radiasi tingkat III sangat berbahaya bagi manusia karena paparan
yang besar. Jika hanya terpapar sekali, manusia mungkin tidak akan merasakan gejala apapun.
Namun jika terpapar terus-menerus, radiasi tingkat III dapat memicu terjadinya berbagai penyakit
mematikan seperti kanker darah atau leukimia dan kanker tiroid. Memang penyakit ini tidak akan muncul
langsung, namun secara bertahap tanpa disadari oleh orang yang terpapar.
Semakin besar tingkatan dari radiasi, maka semakin berbahaya juga efeknya bagi manusia. Bahaya radiasi
tingkat IV jelas berbeda dengan tingkatan sebelumnya. Radiasi tingkat IV bisa membuat orang sehat
menjadi sakit hanya dengan sekali paparan saja.
Mereka yang terpapar radiasi tingkat IV biasanya akan langsung merasa mual, muntah, diare, dan
kelelahan yang parah. Di tahap ini saja, mereka sudah harus segera menjauh dan mendapatkan
pertolongan medis.
BAB III
Penutup
> Kesimpulan
Kehamilan menimbulkan pertimbangan khusus sehubungan dengan paparan radiasi. Oleh karena itu,
keputusan untuk mengekspos ibu harus mencakup kebutuhan prosedur, pertimbangan modalitas lain
untuk mengevaluasi kondisi, pengetahuan tentang dosis ibu dan janin, dan usia kehamilan janin.
Dokter yang merawat, asisten, dan teknolog yang terlibat dalam kasus harus menggunakan praktik
keselamatan radiasi standar. Interaksi rutin dengan perusahaan yang menyediakan kontrak layanan
untuk peralatan dan paket perangkat lunak harus membantu menjaga departemen tetap diperbarui
terkait peningkatan dan keselamatan pasien. UEA tidak lagi menjadi kontraindikasi untuk kehamilan
di masa depan. Pasien harus diberi konseling sebelum prosedur apa pun mengenai risiko dan manfaat.
> Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh lingkungan radiasi terhadap
kesehatan manusia masih banyak menimbulkan perdebatan dan masih diperlukan penelitian lebih
lanjut
DAFTAR PUSTAKA
BAPETEN. 2020. Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4, Keselamatan
Radiasi pada Penggunaan Pesawat Sinar-X dalam Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Jakarta.
International Commission on Radiological Protection. 2000. Annals of the ICRP Publication 84,
TR.KEB.%20%289.71%29OK..pdfI.pdf
https://yankes.kemkes.so.id/view artikel/991/radiasi-dalam-bidang-media
https://yankes.kemkes.go.id/view artikel/117/bahaya-radiasi-bagi-ianin
https://.eiournal.unri.ac.id>JIL>article>view