Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (2016) Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi
karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes melitus merupakan
masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan seksama, bila mana penyakit
ini tidak diobati dengan benar dapat menimbulkan ketidaksetabilan kadar gula
darah (hiperglikemi atau hipoglikemi)

Gejala khas pada penyakit diabetes melitus antara lain : 3P (Polipagi poliuri
polidipsi). Polipagi adalah keinginan untuk makan terus – menerus atau cepat
merasa lapar, Poliuri adalah produksi urine berlebih, yaitu lebih dari 2,5 liter
dalam 24 jam, dan Polidipsi adalah rasa haus berlebihan, gejala ini menunjukan
kemungkinan terjadi ketidaksetabilan kadar gula darah.

Pada pasien diabetes melitus tipe 1, biasanya terjadi ketidaksetabilan kadar


glukosa darah yaitu variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.
Yang ditandai dengan tanda dan gejala yaitu gangguan koordinasi, kadar
glukosa darah/urin rendah dan kadar glukosa dalam darah/urin tinggi, gemetar,
kesadaran menurun, prilaku aneh, sulit bicara, berkeringat, jumlah urin
meningkat (Tim Pokja SDKI 2017).

Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes melitus


yang mengalami hiperglikemia dapat terjadi karena resistensi insulin. Hal
tersebut dapat disebabkan karena ketidak patuhan dalam pola makan klien serta
ketidakpatuhan klien dalam hal pengobatan sehingga insulin mengalami
resistensi yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah menjadi tidak stabil
dan cenderung meningkat (Ginting dalam Elsa Agustiana,2020)

1
Pasien Diabetes Mellitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah bila tidak
ditangani dengan baik maka akan beresiko menyebabkan komplikasi. Jika hal
ini berlanjut dan bertambah parah maka akan terjadi perubahan serius dalam
kimia darah akibat defisiensi insulin. Perubahan tersebut disertai dengan
dehidrasi, gangguan penglihatan seperti mata buram, gangguan pada neuropati
seperti merasa kesemutan, gangguan pada nefropati sehingga 4 menyebabkan
komplikasi pada pelvis ginjal, serta dapat terjadi diabetes ketoasidosis hingga
terjadi kematian (Bryer, dalam sonya Kristiania, 2019).

Pada penatalaksanaan Diabetes Melitus masalah keperawatan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terbagi atas 4 pilar
yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik dan terapi farmakologis. Dari
penatalaksanaan medis diatas Terapi Nutrisi Medis merupakan aspek terpenting
dari penatalaksanaan Diabetes Melitus secara menyeluruh yang membutuhkan
ketertiban multidisiplin (dokter, perawat, ahli gizi, pasien serta keluarga
pasien). Setiap diabetes sebaiknya mendapatkan terapi nutrisi sesuai dengan
diet diabetes melitus tipe 1. Terapi Nutrisi Medis ini pada dasarnya adalah
melakukan pengaturan pola makan berdasarkan status gizi, kebiasaan makan
dan kondisi atau komplikasi yang sudah ada. (chris tanto, 2014)

Terapi Nutrisi medis dapat dipakai untuk mencegah timbulnya Diabetes bagi
penderita yang mempunyai resiko Diabetes, terapi pada penderita yang sudah
terdiagnosis diabetes (diabetisi) serta mencegah atau memperlambat laju
berkembangnya komplikasi penyakit Diabetes. (chris tanto, 2014)

Pasien Dibetes Melitus memerlukan penangan, ada empat pilar, yaitu :


1. Edukasi : Yang komprensif dan upaya peningkatan motivasi.
2. Terapi Gizi/Diet : Diatur berdasarkan 3J yaitu : Jumlah (Kalori), Jenis, dan
Jadwal.

2
3. Olahraga : Yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepedah santai, jogging, dan berenang.
4. Obat : Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Meliputi pemicu sekresi insulin
(sulfonilurea, glinid), Penambah sensitivasi terhadap insulin
(tiazolidindion), Penghambat glukoneogenesis (metformin), Penghambat
glukosidase alfa (acarbose), dan Insulin (soelistijo dalam Dwi Anisa
Sukmawati 2019).

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tercatat 422 juta
orang di dunia menderita diabetes melitus atau terjadi peningkatan sekitar 8,5
% pada populasi orang dewasa dan diperkirakan terdapat 2,2 juta kematian
dengan presentase akibat penyakit diabetes melitus yang terjadi sebelum usia
70 tahun, khususnya di negara-negara dengan status ekonomi rendah dan
menengah. Diabetes Mellitus sendiri merupakan salah satu penyakit
degenerative yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dibuktikan
pada hasil penelitian Internatiomnal Diabetes Federation (IDF) indonesia
bersetatus waspada diabetes karena menempati urutan ke – 7 dari 10 negara
dengan jumlah pasien diabetes tertinggi. Jumlah penderita DM di dunia pada
seluruh kelompok usia sebanyak 382 juta orang pada tahun 2013 dan
diperkirakan meningkat 55 % menjadi 592 juta penderita pada tahun 2035.
China menjadi negara dengan penderita DM terbanyak di dunia dengan 98,4
juta penderita, kemudian diikuti oleh India dengan 65,1 juta penderita, dan
Amerika Serikat dengan 24,4 juta penderita. Indonesia menduduki peringkat
ketujuh untuk penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 8,5 juta
penderita (IDF, 2013). Prevalensi DM meningkat setiap tahun, terutama
kelompok tinggi.

Prevalensi diabetes melitus berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah


(kriteria ADA dan PERKENI 2011) pada penduduk umur ≥ 15 tahun di
indonesia tahun 2018 menurut Data Reskesdas 2018 adalah sebesar 8,5%.
Analisis proporsi diabetes melitus berdasarkan karakteristik menunjukan bahwa

3
diabetes melitus banyak ditemukan pada kelompok umum 45 – 54 tahun
(29,3%) dan kelompok umur 55 – 64 tahun (28,4%). Berdasarkan jenis kelamin,
orang dengan diabetes melitus sebagian besar adalah perempuan, yaitu sebesar
60,7%. Sama dengan karakteristik penderita hipertensi dan penyakit jantung,
orang berpendidikan tamat SD juga merupakan penderita diabetes melitus
terbanyak (34,1%) dan yang berpendidikan tamat D1 – D3/PT paling sedikit
(5,6%). Sebagian besar penderita diabetes melitus bertempat tinggal di daerah
perkotaan (52,6%).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dirumah sakit umum daerah dr. Dradjat
Prawiranegara Serang, didapatkan data bahwa penderita diabetes melitus dalam
kurun waktu 6 bulan terakhir berjumlah 296 orang. Berdasarkan hasil
wawancara pada 2 orang penderita diabetes melitus didapatkan data bahwa
masalah yang sering muncul adalah sering haus, sering lapar dan sering kencing
akibat kerusakan pankreas yang mengakibatkan produksi insulin terganggu.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
maalah tersebut dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan di RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini penulis
merumuskan masalah yaitu bagaimanakah asuhan keperawatan
ketidaksetabilan kadar glukoa darah pada pasien diabetes melitus dengan
tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara

4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami gambaran asuhan keperawatan ketidaksetabilan kadar glukosa
darah pada pasien diabetes melitus dengan tindakan pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD dr.Dradjat Prawiranegara.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pasien diabetes
tipe 1 pada masalah ketidaksetabilan kadar glukosa darah dengan
tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang
2. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada pasien diabetes
tipe 1 pada masalah ketidaksetabilan kadar glukosa darah dengan
tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang
3. Mampu menetapkan rencana asuhan keperawatan pada pasien
diabetes tipe 1 pada masalah ketidaksetabilan kadar glukosa darah
dengan tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD
dr. Dradjat Prawiranegara Serang
4. Mampu melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien diabetes
tipe 1 pada masalah ketidaksetabilan kadar glukosa darah dengan
tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang
5. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien diabetes
tipe 1 pada masalah ketidaksetabilan kadar glukosa darah dengan
tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan di RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang

5
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
diabetes melitus tipe 1 dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa
darah dengan tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan.
2. Bagi Institusi / Pendidikan
Sebagai bahan pustaka atau referensi dengan sumber bacaan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus tipe 1.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
diabetes melitus tipe 1 dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa
darah dengan tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya
khususnya pasien diabetes tipe 1
5. Bagi Pasien Diabetes Melitus
Dari hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan tentang nutrisi
untuk penderita Diabetes militus tipe 1

Anda mungkin juga menyukai