Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL MEET THE EXPERT KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TENTANG “KONSEP DASAR ANALISA GAS DARAH (AGD) BAGI PERAWAT”

Tugas Kelompok Stase Gadar/Kritis

Diselenggarakan Oleh :
Mahasiswa Co Ners Stase Keperawatan Gadar/Kritis

1. Erina Puspita Sari (P2105011)


2. Ida Jahidatul Falah (P2105015)
3. Indah Budi Martiastuti (P2105017)
4. Melinda Setyowati (P2105012)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun proposal Meet The Expert ini dengan judul
“Konsep Dasar Analisa Gas Darah (AGD) Bagi Perawat” dapat terselesaikan dengan baik.
Proposal Meet The Expert ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas
individu program profesi Ners di stase Keperawatan Gadar/Kritis. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Romahoni Tri Purnomo, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik
2. Teman-teman kelompok stase Keperawatan Gadar/Kritis yang telah berjuang dan
berusaha bersama-sama dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, namun penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat terhadap
pembaca.

Klaten, 16 April 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I Pendahuluan 5

A. Latar Belakang 5

B. Tujuan Kegiatan 7

BAB II Isi Kegiatan 8

A. Nama dan Tema Kegiatan 8

B. Waktu dan Tempat Kegiatan 8

C. Peserta Kegiatan 8

D. Susunan Acara 8

E. Pengisi Acara/ Narasumber 8

F. Anggaran Dana 9

G. Susunan Acara Kegiatan 9

BAB III Tinjauan Pustaka 10

BAB IV Penutup 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang
bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD
juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Gas
darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit
berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan
hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut bahwa masalah-masalah tersebut dapat
bersifat ringan sampai muculnya kasus-kasus kegawatan yang berat dan seringkali
awitannya terjadi di rumah maka dari itu orang tua sangat perlu dibekali dengan
pengetahuan dan ketrampilan penanganan kasus bayi dalam kondisi sakit gawat dan
darurat sehingga dapat dirumuskan pertanyaan: “ bagaimana tanda-tanda
kegawatdaruratan pada neonatus dan bagaimana penanganannya di RSU Islam
Klaten?”.

C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui kegawatan yang dapat terjadi pada
pasien bayi atau anak dan mengetahui penanganannya di RSU Islam Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda bahaya yang terjadi pada bayi dan anak.
b. Untuk mengetahui penanganan kegawatdaruratan yang terjadi pada bayi atau
anak.
c. Untuk mengetahui status perkembangan kesehatan bayi atau anak.
d. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan neonatal pada kasus premature
e. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan neonatal pada kasus hipotermi
f. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan neonatal pada kasus hipoglikemi
g. Untuk melakukan penilaian tumbuh kembang bayi

BAB II
ISI KEGIATAN

A. Nama dan Tema Kegiatan


Meet The Expert (MTE) dengan tema “Tanda-Tanda Kegawatdaruratan pada
Neonatus dan Penanganannya”.

B. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Sabtu, 26 Februari 2022
Tempat : Zoom meeting
Waktu : 10.00 - WIB

C. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan ini di ikuti oleh :
1. Mahasiswa Co Ners Stase Keperawatan Maternitas Angkatan XVIII STIKES
Muhammadiyah Klaten sebanyak 12 orang.
2. Mahasiswa Co Ners Angkatan XVIII STIKES Muhammadiyah Klaten selain yang
melaksanakan Stase Keperawatan Anak.
D. Susunan Panitia
1. Ketua Pelaksana : Qorry Setyarini, S.Kep
2. Sekretaris : Rahma Putri Nur Aini, S.Kep
3. Sie Acara : Yanuario Burnama Putra, S.Kep
4. Sie Moderator : Erina Puspitasari, S.Kep
Moh.Yuda Pratama, S.Kep
5. Sie Humas : Indah Budi Martiastuti, S.Kep
Melinda Setyowati, S.Kep
6. Host ZoomMeeting : Triyawan Prasetyo Herlambang, S.Kep
7. Pendaftaran seminar : Bagas Wahyu Tri Setyawan, S.Kep
Ida Jahidatul Falah, S.Kep
8. Dokumentasi : Elsha Nurmalasari, S.Kep
Elin Agenesa Oktavia, S.Kep

E. Pengisi Acara/Narasumber
No. Pembicara Materi Waktu
1. Dr. Rista Ria Febriani, 10.00-12.00 WIB

F. Anggaran Dana
NO PERENCANAAN SATUAN JUMLAH
1. Narasumber 1 orang x @ Rp. 300.000,- Rp. 300.000,-
Total Rp. 300.000,-

G. Susunan Acara Kegiatan


Acara kegiatan Meet The Expert (MTE) dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Februari
2022 pukul 10.00 WIB – pukul 12.30 WIB dengan susunan acara :
No Jam Acara Penanggungjawab
1. 10.00 – 10.15 Registrasi ulang/ absensi Sekretaris
WIB
2. 10.20 – 10.35 Pembukaan Sie Acara
WIB
3. 10.35 – 10.50 Sambutan Ketua Pelaksana
WIB
4. 10.50 – 11.50 Materi 1 : Moderator
WIB
6. 11.50 – 12.20 Diskusi dan tanya jawab materi 1 Moderator
WIB
7. 12.20 – 12.30 Penutup Sie Acara
WIB

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Neonatus
A. Pengertian Neonatus
 Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim
menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua
system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur
anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang
serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini
hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah
system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan
penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi
terhadap neonatus. 
B. Faktor-Faktor yang menyebabkan kegawatdaruratan pada Neonatus 
1. Faktor Kehamilan
a. Kehamilan kurang bulan
b. Kehamilan dengan penyakit DM
c. Kehamilan dengn gawat janin
d. Kehamilan dengan penyakit kronis ibu
e. Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
f. Infertilitas
2. Faktor pada Partus
a. Partus dengan infeksi intrapartum
b. Partus dengan penggunaan obat sedatif
3. Faktor pada Bayi
a. Skor apgar yang rendah
b. BBLR
c. Bayi kurang bulan
d. Berat lahir lebih dari 4000gr
e. Cacat bawaan
f. Frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit

C. Asuhan Kegawatdaruratan Pada Neonatus


1. Bayi Premature
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Donna L Wong 2019).
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai
hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai  periode kehamilan
memendek (Nelson. 2018 dan Sacharin, 2019).
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara
bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir.
Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas
neonatus.
2. Etiologi
a. Faktor Maternal 
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta.
b. Faktor Fetal 
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda,
cidera radiasi (Nelson. 2018 dan Sacharin, 2019).
3. Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II,
riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah
kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1
cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1
cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus. Pasien tergolong resiko
tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh
resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2019 : 274)
4. Karakteristik Bayi Prematur
a. Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
b. Kepala dan badan disporposional c.
c. Kulit tipis dan keriput
d. Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
e. Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
f. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
g. Labia dan clitoris tampak menonjol
h. Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
5. Komplikasi pada Bayi Premature
a. Sindrom Gawat Napas (RDS)\
b. Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
c. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP). Akibat
terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring.
(Whaley & Wong, 2020)
d. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
6. Penatalaksanaan
a. Bayi yang prematur mudah mengalami hipotermia. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
b. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang
adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan
telungkup di dada ibu agar terjadi kontak langsung dngan ibu. Untuk menjaga
tubuh bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai metode kanguru.
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
c. Biasanya bayi prematur rentan terjadi hipotermi yang biasanya kemudian akan
mengalami hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit
sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10%
sebanyak 60-80ml/kg per hari.
II. Hipotermi
A. Definisi
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian. Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik,
dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan
intake kalori.
Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain:
prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan
perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan
eksposure suhu lingkungan yang dingin.
B. Tanda-Tanda Klinis Hipotermi
1. Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - <360C ), tanda-tandanya antara lain : kaki
teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna
tidak rata atau disebut kutis marmorata.
2. Hipotermia berat (suhu tubuh < 32 0C ), tanda-tandanya antara lain : sama
dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur,
bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
3. Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki dan
tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya  pucat,kulit
mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema).
C. Penanganan Hipotermi
1. Hipotermi sedang : dimana suhu tubuh 320C - <360C ) Gejala :
a. Suhu (320C - <360C ),
b. Akral dingin
c. Gerakan bayi kurang normal
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
f. Tangisan lemah
g. Aktivitas berkurang latarghi
Penanganan :
a. Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat
b. Bila ada ibu/pengganti ibu, KMC/perawatan bayi lekat bila tidak ada ibu
c. Hangatkan dengan alat pemancar panas/incubator
d. Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, berikan ASI peras
e. Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi
f. ASI lebih sering
g. Minta ibu mengenalai kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada
2. Hipotermi berat : dimana suhu BBL < 32 0C Gejala :
a. Suhu < 32 0C
b. Seluruh tubuh teraba dingin
c. Mengantuk/letargis
d. Sklerema (ada bagian tubuh yang mengeras dan berwarna merah)
e. Bibir dan kuku kebiruan
f. Pernapasan lambat
g. Pernapasan tidak teratur
h. Bunyi jantung lemah/lambat
i. Mungkin timbul hipoglukemia dan asidosis metabolic
Penanganan :
a. Hangatkan tubuh bayi
b. Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera
c. Pertahankan kadar gula darah
d. Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
e. Lakukan rujukan segera
III.  Hipoglikemia
A. Definisi
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah. Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa
darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau
ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus
umur 1  – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi
glukosadari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah
yang menurun.
Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah
berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan
sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf
pusat (Kamus Kedokteran Dorland : 2020). Hipoglikemia neonatorum adalah
masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 40 -45mg/dl (Sudarti
dkk: 2019). Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata
bayi seusia dan berat badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72 jam
pertama, dan < 40mg/dl pada hari berikutnya. Hipoglikemia pada neonates :
1. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak
normal.
2. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
3. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu
mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia
4. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang
serius
B. Etiologi
1. Berkurangnya persediaan dan menurunnya produksi glukosa, neonatus yang
mempunyai resiko untuk keadaan ini :
a. Janin yang mengalami pertumbuhan janin terhambat(PJT) atau kecil
masa kehamila
b. Bayi prematur atau pun lebih bulan
c. Neonatus yang mengalami penundaan pemberian asupan
d. Neonatus yang menderita asfiksia perinatal
e. Neonatus dengan hipotermia dan atau stress dingin
2. Peningkatan pemakaian glukosa (hiperinsulinisme)
a. Neonatus yang berisiko untuk keadaan ini
b. IDM-BMK (besar masa kehamilan)
c. Neonatus dengan polisitemia
d. Neonatus yang menderita eritroblastosis fetalis (isoimunisasi Rh-berat)
e. Neonatus dengan sindrom Beckwith-Wiedemann
f. Neonatus dengan nesidioblastosis atau adenoma pankretik
g. Malposisi kateter UA
3. Kedua mekanisme tersebut
4. Lain-lain Insufisiensi adrenal
a. Sepsis
b. Penyakit penyimpanan glikogen (glycogen storage)
c. Transfusi tukar
d. Penyakit jantung kongenital
e. Obat untuk ibu (steroid, beta blocker)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.


http://aldwinanovia.blogspot.co.id/2014/04/makalah-prinsip-
penanganan_3869.html

Feri, J., Oktaviani, E., Susmini, & Soewito, B. (2021). Penyuluhan Pengenalan
Tanda Bahaya Kegawatdaruratan Pada Bayi Muda dan Penanganannya Di
Rumah. Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol 4(2).

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2018). Wong’s nursing care of infants and
children-book. Elsevier Health Sciences.
Kemenkes, R. I. (2016). Buku kesehatan ibu dan anak. Kementrian Kesehatan RI dan
JICA Jakarta.
M Sacharin, Rosa. 2019. Prinsip Keperawatan Pediatrik., Jakarta: EGC. Markun.
AH.2019. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Masjoer, Arif, dkk. 2019. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapus.

 Nelson Waldo E. 2018. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta :

EGC

Setyaningsih, R. D., Adriyani, P., & Ulfah, M. (2016). Upaya Peningkatan


Pengetahuan Ibu Hamil Dan Kader Posyandu Baita tentang Pengenalan Tanda
Bahaya Kehamilan Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 22(3), 135-139.
Saifudin, Abdul Bari, 2020. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj

Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Kebidanan. 2019. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardo

Witt, N., Coynor, S., Edwards, C., & Bradshaw, H. (2016). A guied to pain
assessment and management in the neonate. Current Emergency and Hospital
Medicine Report, 4(1), 1-10.

Anda mungkin juga menyukai