Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS I

“Table Top Manajemen Bencana Kebakaran”

Fasilitator:
Sriyono, S.Kep., Ns., M. Kep SP. Kep.MB
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Kelas A-2 Angkatan 2015
1. Cherlys Tin L. 131511133016
2. Nyuasthi Genta S. 131511133018
3. Tyas Dwi R. 131511133019
4. Ferly Anas P. 131511133027
5. Sri Wulandari. 131511133048
6. Bunga Novia H. 131511133057
7. Zulfia Rahmih. 131511133116
8. Fida Asyariha A S. 131511133132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, dan semoga shalawat serta salam selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
Yaumul Qiyamah nanti. Kami ucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang telah
membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini menjelaskan tentang “Table Top Manajemen Bencana


Kebakaran”. Penulis mengharapkan bahwa calon perawat dapat
mengimplementasikan dengan tepat di waktu yang akan datang.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada :

1. Sriyono, S.Kep.,Ns., M.Kep.SP.Kep.MB selaku dosen pembimbing


dalam pembuatan makalah ini.
2. Dan teman – teman yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah
ini.

Sebagai penulis kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari


penampilan dan penyajian makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca, kami berharap makalah yang kami susun
dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Surabaya, 29 Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Daftar Isi.................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 3


1.2 Tujuan............................................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1 Definisi Kebakaran........................................................................................... 6


2.2 Klasifikasi Kebakaran...................................................................................... 6
2.3 Faktor Penyebab Kebakaran............................................................................ 8
2.4 Fase Bencana Kebakaran................................................................................. 8
2.5 Proses Penjalaran Api…………………........................................................... 9
2.6 Perawatan Prehospital...................................................................................... 10
2.7 Perawatan Intrahospital…………………....................................................... 11
2.8 Pencegahan Bencana Kebakaran..................................................................... 12
2.9 Sistem Mitigasi Bencana Kebakaran……………………................................14
2.10 Evakuasi Bencana Kebakaran..........................................................................14
2.11 Peran Perawat dalam Bencana Kebakaran...................................................... 15

BAB III. SKENARIO TABLE TOP DAN PENANGANAN SERTA EVAKUASI


KEBAKARAN ............................................................................................. 18

3.1 Kasus............................................................................................................. 18
3.2 Skenario Table Top....................................................................................... 18

BAB IV. PENUTUP............................................................................................ 20

4.1 Kesimpulan................................................................................................. 20
4.2 Saran........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu,
tempatatau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih
banyak terjadi. Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perluditingkatkan.
Kebakaran dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan
dan penanggulangan kebakaran mulai dari perencanaan darurat kebakaran, organisasi/uni
t penanggulangan kebakaran, penyediaan jalur evakuasi, penyediaan sarana dan
fasilitas dalammenghadapi kebakaran serta pembinaan dan latihan.Kebakaran merupakan
salah satu bencana yang memerlukan tindakan penanganan secaracepat dan tepat. Semakin
cepat dan tepat penanganan bencana kebakaran, maka kerugian (baik kerugian berupa
hilangnya nyawa, cederanya manusia maupun kerugian materiil) yang timbul akibat
kebakaran ini akan semakin kecil idak terkecuali apabila bencana kebakaran terjadi di
rnunah sakit. Penanganan bencana kebakaran di rumah sakit meliputi dua kegiatan besar,
yaitu kegiatan pemadaman kebakaran itu sendiri dan kegiatan tindakan evakuasi terhadap
penghuni gedung apabila ternyata kebakaran tidak dapat lagi diatasi. Agar kedua kegiatan
tersebut dapat berjalan dengan cepat, maka semua sumber daya di rumah sakit tersebut
harus dapat berfungsi dengan baik, dengan cara penetapan masing-masing tugas dan
tanggung jawab pada sumber daya manusia yang ada, serta kesiapan dan ketersediaan
sumberdaya peralatan yang memadai.
Bencana kebakaran harus dikelola dengan baik dan terencana mulai dari
pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi setelah terjadi kebakaran, karena
kecenderungan masyarakat selama ini hanya bereaksi setelah kebakaran terjadi bahkan
bahaya kebakaran sering diabaikan dan tidak mendapat perhatian dari sistem manajemen.
Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat pemadam atau
melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu program yang terencana
dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang merupakan upaya terpadu untuk mengelola

4
resiko kebakaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya
(Ramli, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi kebakaran ?
2. Apa sajakah Jenis-Jenis kebakaran ?
3. Apa sajakah Penyebab kebakaran ?
4. Bagaimana Fase-fase kebakaran ?
5. Bagaimana Perawatan Pre Hospital pada kebakaran?
6. Bagaimana Perawatan Intra Hospital pada kebakaran ?
7. Apa yang dimaksud dengan Mitigasi kebakaran ?
8. Penanganan kebakaran dan evakuasinya ?
9. Bagaimana Peran Perawat dalam manajemen kebakaran ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk memahami bagaimana penanggulangan dan evakuasi bencana kebakaran, serta
Perawatan Pre dan Intra Hospital.
1.3.2 Tujuan Khusus:
a. Memahami Defisini kebakaran
b. Memahami Jenis-Jenis kebakaran
c. Memahami Penyebab kebakaran
d. Memahami Fase-fase kebakaran
e. Memahami Perawatan Pre Hospital pada kebakaran
f. Memahami Perawatan Intra Hospital pada kebakaran
g. Memahami Mitigasi kebakaran
h. Memahami penanganan kebakaran dan cara evakuasi
i. Memahami Peran Perawat dalam mnajemen kebakaran

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebakaran


Menurut National Fire Protection Association (NFPA) kebakaran merupakan suatu
peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada yaitu bahan bakar yang
mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara dan sumber energi atau panas yang
berakibat meimbulkan kerugian harta benda, cedera bahkan kematian.
Sedangkan menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)
kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dapat
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda,
bangunan fisik, fasilitas sarana dan prasarana) maupun kerugian yang non materi (seperti
rasa takut dan trauma) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat
kebakaran.

2.2 Klasifikasi Kebakaran


1. Berdasarkan jenis bahan yang terbakar (menurut NFPA)
a. Kelas A
Merupakan kebakaran pada material yang mudah terbakar, misalnya kebakaran
kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lain
b. Kelas B
Merupakan kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api (flammable)
dan cairan yang mudah terbakar (combustible) misal kebakaran bensin, solven, cat,
alkohol, aspal, minyak, gas LPG, dan gas yang mudah terbakar lainnya.
c. Kelas C
Merupakan kebakaran listrik yang bertegangan
d. Kelas D
Merupakan kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium, sodium, lithium,
potassium, dll.

6
2. Berdasarkan tingkat potensi bahaya kebakaran (menurut NFPA)
a. Bahaya ringan
Bahaya ringan ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar
memiliki jumlah sedikit. Contoh yang termasuk bahaya ringan adalah kantor, kelas,
tempat ibadah, tempat perakitan, lobi hotel.
b. Bahaya sedang
Bahaya sedang ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar
memiliki jumlah yang lebih dari klasifikasi bahaya ringan. Contoh yang termasuk
bahaya sedang adalah area makan, gudang, pabrik lampu, pameran kendaraan,
tempat parkir.
c. Bahaya tinggi
Bahaya tinggi ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar
yang sedang digunakan, yang masih tersimpan, atau sisa produk melebihi kapasitas.
Contoh yang termasuk bahaya tinggi adalah bengkel dan pengecatan.

2.3 Faktor Penyebab Kebakaran


Menurut Anizar (2009) penyebab kebakaran terdiri dari berbagai faktor, namun
sering diakibatkan oleh adanya human error atau unsafe action dan unsafe condition.
Unsafe action terjadi karena kelalaian dari manusia yang kurang profesional dalam
melakukan pekerjaan. Sedangkan unsafe condition lebih mengarah kepada obyek dan
lingkungan kerja yang kurang aman atau peralatan kerja yang digunakan tidak layak dan
tidak memenuhi standar.
Menurut Ramli (2010) penyebab kebakaran dikelompokkan sebagai berikut:
1. Faktor manusia
Terjadinya kebakaran sebagian disebabkan oleh faktor manusia yang kurang sadar dan
peduli tentang bahaya kebakaran serta pentingnya keselamatan. Hal ini dapat diketahui
dari banyaknya pekerja yang masih merokok di area yang dekat dengan bahan yang
mudah terbakar, melakukan pekerjaan yang beresiko menimbulkan kebakaran tanpa
ada pengamanan khusus yang memadai, atau melakukan penyambungan listrik dengan
cara yang salah.

7
2. Faktor teknis
Selain dari faktor manusia, kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis
khususnya kondisi tidak aman (unsafe condition) yang dapat membahayakan seperti
kondisi instalasi listrik yang sudah tidak layak atau tidak memenuhi standar,
penempatan bahan mudah terbakar yang kurang tepat yaitu berdekatan dengan sumber
api.

2.4 Fase Kebakaran


Tahapan perkembangan api (kebakaran) NFPA 101
Dalam NFPA 101 tentang tahapan perkembangan kebakaran dibagimenjadi 5 tahap
yaitu
a. Ignition
Ignition adalah proses awal dari proses perkembangan api. Hal ini dimulai dengan
terbakarnya permukaan benda yang mudah terbakar.
b. Growth
Saat permukaan benda yang mudah terbakar telah terignition,ukuran api akan bertambah
atau semakin membesar dan menjalar kebagian lain dari benda yang terbakar sampai
menjalar ke benda yang lain. Aspek yang paling penting dalam fase iniadalah waktu yang
dibutuhkan oleh api untuk menyebar tergantung pada sumber ignition dan karakteristik dari
bahan yang terbakaritu sendiri. Tingkatan perkembangan dari api terbagi lagi menjadi :
 Radiation Stage: kebakaran yang hebat sudah terjadi pada saat ini. Pada tahap ini pula
ukuran api sudah cukup (kurang lebih10 inchi) dapat menimbulkan radiasi sebagai
sumber utamadari panas (heat)
 Enclosure Stage : kebakaran akan terus menjadi hebat.Pelepasan panas meningkat
secara drastis. Jilatan lidah api(flame) kurang lebih mencapai 3 – 4 feet tingginya.
Tahap initerjadi pada saat gas yang berada di atas langit-langit (ceiling) dan objek
lain yang telah memanas memberikan feed back pada bahan yang terbakar.
 Ceiling Stage : jilatan api ( flame) telah mencapai langit-langit( ceiling ). Pada tahap
ini gas yang berada diatas ceiling cukup untuk mengignition objek lain untuk ikut
terbakar.

8
c. Flashover
Tahap ini didefinisikan sebagai transisi perkembangan api dari growing menjadi,
perkembangan penuh‟ dari api, dimana semua benda yang mudah terbakar (combustibles) ikut
terbakar semua. Pada tahap ini temperatur udara mencapai 500 oC dan 600o C
(932oF – 1,112oF). temperatur ini sudah cukup membuat bendasekitar ikut terbakar. Proses
ignition yang cukup cepat dapat membuat seluruh bagian terbakar dan meluas sampai keluar
pintuatau jendela terbuka.
d. Fully Developed Fire
Tahap ini disebut juga post flashover, dimana temperatur meningkat cepat seiring dengan
waktu sampai sebagian besar daribenda terbakar semua. Temperatur yang dihasilkan pada
tahap I ini lebih dari 500oC dan 600oC (932oF– 1,112oF) dalam selang waktu 20 menit
sampai dengan 1 jam. Tahap ini merupakan tahapdimana ancaman yang paling substansial
bagi struktur bangunan.
e. Decay Stage
Saat bahan terbakar semua oleh api, temperatur akan menurun secara perlahan seiring
dengan habisnya bahan bakar

2.5 Proses Penjalaran api


Penjalaran api menurut Ramli, 2010 dapat melalui beberapa cara
a. Konveksi : yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi
beton, kayu atau dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan maka panas dapat
merambat melalui dinding sehingga ruangan di sebelah akan mengalami pemanasan yang
menyebabkan api dapat merambat dengan mudah.
b. Konduksi : api menjalar melalui fluida misalnya air, udara atau bahan cairan lainnya. Suatu
ruangan yang terbakar dapat menyebabkan panas melalui hembusan angin yang terbawa
udara panas ke daerah sekitarnya
c. Radiasi : pancaran cahaya atau gelombang elektro magnetik yang dikeluarkan oleh nyala
api. Proses radiasi ini terjadi proses perpindahan panas dan memberikan panas ke objek
penerimanya. Dan proses inilah yang menjadikan penyebab penjalaran api dari suatu objek
ke objek lainnya

9
2.6 Perawatan Prehospital
1. Perawatan Pre Hospital pada Kebakaran
a. Upaya menjauhkan korban dari sumber kebakaran tanpa membahayakan personil yang
menyelamatkan. Evakuasi korban dari sumber api ke tempat yang aman, pos lapangan
pada musibah massal. Jangan biarkan korban lari, karena hal tersebut hanya akan
membuat nyala api pada badan korban bertambah besar. Korban harus tidur terlentang
atau telungkup dengan sisi yang terbakar pada bagian atas untuk mencegah penjalaran
api ke bagian tubuh yang tidak terbakar.
b. Pada kejadian kebakaran dimana didapat korban luka bakar massal maka harus
dibentuk Pos Lapangan untuk menampung seluruh korban dengan derajat keparahan
dan luas luka bakar yang berbeda-beda sesuai dengan yang tercantum dalam Sistem
Penaggulangan Kegawat Daruratan Terpadu (SPGDT). Kegiatan tersebut dikenal
sebagai Triage (Field Triage). Dilakukan Triage di- Pos Lapangan yaitu memilah,
memilih dan mengklasifikasikan korban untuk menentukan prioritas pertolongan
setelah dan rujukan.
c. Perawatan luka bakar. Langkah pertama penatalaksanaan luka bakar setelah korban
berhasil dievakuasi adalah menghentikan proses pemanasan jaringan tubuh korban
dengan cara lepaskan pakaian ataupun perhiasan yang menempel pada badan korban
segera setelah api padam, lelehan material di atas luka bakar sebaiknya dibiarkan,
jangan memecah bula, dan jangan mengoleskan obat-obatan topikal apapun (mengoles
obat topikal akan mengacaukan pemeriksaan klinis luka bakar yang akan dilakukan
berikutnya). Menghentikan pemanasan tanpa penggunakan es atau air es karena selain
dapat menyebabkan mati rasa maka hal tersebut memicu vasokonstriksi yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut serta hipotermia. Setelah semua tersebut
dikerjakan segera tutup luka bakar dengan kain kering dan bersih.
d. Selama penanganan pertama, menunggu trasportasi korban diposisikan telentang
sambil memperhatikan kemungkinan terjadinya kondisi yang mengancam fungsi vital.
Bila korban tidak sadar dan tidak ada tanda napas, segera lakukan BLS. Bagi tenaga
medis penanganan korban dari tempat kejadian, Pos Lapangan pada korban massal dan
selama transportasi ke Rumah Sakit mengikuti prinsip dasar penanganan
kegawatdaruratan karena trauma, yaitu ABCDE.

10
 Airway: bebaskan jalan nafas pertahankan jalan nafas tetap bebas dengan
memperhatikan tulang leher bila ada kecurigaan ada trauma lain. Bila korban
tidak sadar, potensial terjadi obstruksi yang ditandai dengan terdengarnya suara
nafas tambahan yang biasanya berupa crowing pertimbangkan intubasi dini.
 Breathing: perhatikan nafasnya, adakah tanda distres nafas, bila fasilitas
dilapangan, Pos Lapangan ada, maka segera berikan suplemen oksigen kalau
perlu nafas dibantu, siapkan intubasi bila ada kecurigaan kuat adanya smoke
inhalation injury.
 Circulation: hati2 korban luka bakar yang luas seringkali diketumukan dalam
kondisi shock hipovolemia, sesegera mungkin pasang double infus dan diguyur
cairan kristaloid bila diperhitungkan untuk transportasi memerlukan waktu
lebih dari 30 menit
 Disability: perhatian khusus apabila korban diketemukan dalam kondisi tidak
sadar, pertimbangkan intubasi dini bila fasilitas ada,
 Enviroment: lepas pakaian korban yang terbakar, ganti dengan selimut,
waspada hipotermia, lepaskan benda logam yang dipakai misal: arloji, cincin,
kalung.
The American Burn Association menetapkan kriteria rekomendasi korban
perlu ditransfer ke-Rumah Sakit yang memiliki fasiltas perawatan khusus, Burn
Center.

2.7 Perawatan Intrahospital


Perawatan Intra Hospital pada Kebakaran
1) Resusitasi ABC
a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar,
dan sputum yang hitam.

11
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur
costae
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema.
pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas.
2) Resusitasi Cairan

a. Penuhi kebutuan cairan dengan balance cairan yang tepat bagi pasien atau korban.
b. Pasang Infus, kateter, CVP, oksigen,cek laboratorium, dan kultur luka.
c. Monitor urine dan CVP.
d. Topikal dan tutup luka
e. Berikan obat-obatan:
Antibiotik; tidak diberikan bila pasien datang <6 jam sejak kejadian. Bila perlu
berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur, dan berikan analgetik.

2.8 Pencegahan Kebakaran


Pencegahan kebarakan merupakan segala upaya atau tindakan yang terencana
untuk mencegah dan mentiadakan kemungkinan terjadinya kebakaran. Pencegahan
kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal sangat penting untuk dilakukan, baik dengan
jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun keterampilan khususnya tentang kebakaran.
(Sulaksmono, 1997). Dalam hal ini tindakan untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan
melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran (Suma’mur, 1996)
Pencegahan dalam menghadapi kbarakan dapat meliputi :
a. Perencanaan darurat kebakaran
Prinsip pada semua perencanaan menghadapi kebakaran adalah tidak meluasnya kebakaran
yang terjadi dan di mungkinkan untuk penanggulanhan kebarakan yang efektif.
Pendekatannya dilakukan dengan penelaah secara ccermat atas bangunan menurut

12
kegunaannya dan penentuan lokasi yang diperlukan. Bangunan-bangunan harus diatur
letaknya sehingga aman dari kebakaran, dan cuku jarak diantara satu dengan yang lainnya.
[erlengapan penganggulanagan kebarakan termasuk alat-alat pemadam kebakaran harus
tersedia dengan memperhatikan ketentutan-ketentuan yang berlaku.
b. Organisasi/unit penaggulangan kebakaran
- Petugas peran penanggulangan kebakaran
Petugas yang ditunjukan dan di serahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber
bahaya dan melaksanakan upaya penganggulanan kbakaran di unit kerjanya (Kepmenaker
RI, No: KEP-186/MEN/1999)
Tugas dari petugas kebakaran adalah:
o Mengidentifikasi dan melapoerrkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
o Memadamkan kebakaran pada tahap awal
o Mengarahkan evakuasi orang dan barang
o Mengadakan oordinasi dengan instansi terkait
o Mengamankan lokasi kebakaran
- Regu penanggulangan kebakaran
Satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan
kebakaran. Tugas dari regu penanggulangan adalah:
o Mengidentifiasi dan melaporkan adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya
kebakaran
o Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran
o Memberikan penyuluhan tentang penaggulangan kebaraan ada tahap awal
o Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penaggulangan kebakaran
o Memadamkan api
o mengarahkan evakuasi orang dan barang
o Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait
o Memberikan pertolongan pertama
o Memgamankan seluruh lokasi tempat kerja
o Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebarakan

13
2.9 Sistem Mitigasi Bencana Kebakaran

Fase pra bencana adalah mitigasi. Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Sedangkan mitigasi untuk kebakaran,
diantaranya :

1. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) minimal 1 unit/RT (sesuai standar sarana
penanggulangan kebakaran)
2. Menyediakan karung basah atau alat yang dapat memadamkan api
3. Pengaktifan dan pemeliharaan fungsi hidran dari sumber air rumah tangga secara
berkala
4. Pembangunan penampungan air hujan sebagai alternatif prasarana pemadaman

2.10 Evakuasi Bencana Kebakaran


Idealnya semua bangunan harusnya memiliki sekurang-kurangnya dua jalan
penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terrhadap setiap kebarakan yang terjadi
pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut. Jalur evakkuasi harus di pelihara
dengan baik, tidak terhalang oleh barang-barang dan mudah terlihat.
Jauh maksimuum jalur evakuasi pada umumnya adalah 40m, sekalipun pada
bangunan-bangunan yang berisiko kebakaran kecil atas dasar sifat tahan api maka jarak
tersebut di perbesar menjadi 50m. sebaliknya apabila bahaya perembetan api sangat cepat,
jarak tersebut harus dikurangi, kat menjadi 30 meter atau kurang dari 30 meter.
Peta evakuasi harus di tempatkan di beberapa lokasi pada tiap-tiap fasilitas di
lokasi. Peta harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan dan titik
pertemuan. Peta evakuasi menunjukkan lokasi rencana gawat darurat meha recepsionis,
alat pemadam kebakaran, pencuci mata, pancuran air, perlatan menangani tumpahan
bahan kimmia, P3K, dan elemen-elemen penting lainnya. Dan semua orangyang berada
di gedung harus di himbau untuk mengingat rute utama dan rute cadangan bila jalan
keluar utama tertutup.

14
2.11 Peran Perawat dalam Bencana Kebakaran
Perawat memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman
bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan post impact. Peran perawat
disini bisa dikatakan multiple yaitu sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian
bencana. Tujuan dari tindakan pertolongan pada bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana
tersebut. Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana
yaitu;
1) Fase pre impact
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
c) Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran,
RS dan ambulans.
d) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai).
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana. (ferry makhfudli efendi, 2009)
2) Fase impact
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

15
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership).
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama. (ferry makhfudli efendi, 2009)

Pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan


stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat dengan melakukan
triage untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana seleksi pasien
untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. Metode dan penjelasan Triage:
a. Merah (paling penting/ prioritas utama)
Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok,
trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka
bakar derajat I-II.
b. Kuning (penting/ prioritas kedua)
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan
syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60
menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera
medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau (prioritas ketiga)
Prioritas ketiga adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio,
abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam (meninggal)
Triage warna hitam adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
3) Fase postimpact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologi
korban.
b. Stres psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga post-traumatic stres
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala

16
trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback. Mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya.
Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD
dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan
unsur lintas sekor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman. (ferry
makhfudli efendi, 2009)

17
BAB III

SKENARIO TABLE TOP DAN PENANGANAN SERTA EVAKUASI

3.1 Kasus

Kebakaran di Percetakan Universitas Airlangga


Selasa, 28 Agustus 2018 terjadi kebakaran di gedung percetakan Kampus C Universitas Airlangga
pada pukul 10.00 WIB. Kebakaran di sebabkan oleh hubungan pendek arus listrik di lantai 2,
pegawai sudah berusaha memadamkan api namun dikarenakan faktor angin yang berhembus
dengan kencang, api semakin membesar dengan ketiggian kobaran sekitar 2 meter. sehingga
pihak dari UNAIR memanggil pemadam kebakaran. Dampak dari kebakaran tersebut dapat
menyebabkan Menyebabkan kerusakan pada 1/4 gedung dan hamper seluruh kertas yang berada
di dalam ruangan tersebut ikut terbakar sekaligus ada 4 unit computer ikut rusak dan terbakar..
Berdasarkan hasil pendekatan awal kepada pegawai yang berada di ruangan tersebut, ada
sejumlah 40 orang semua pegawai telah di evakuasi ke titik yang aman (zona biru). Ada pun
petugas pemadam kebakaran, polisi, dan PMI (Palang Merah Indonesia) kota Surabaya.

3.2 Skenario Table Top

SKENARIO KEJADIAN BANJIR BANDANG di KABUPATEN GARUT

Waktu,
Kejadian,
Dampak Kondisi Daerah Kejadian
Karakteristik
Kejadian

Selasa, 28 Menyebabkan  Pukul 09.30, saat jam kerja, di gedung


Agustus 2018 kerusakan pada percetakan UNAIR semua orang bekerja
pukul 10.00 1/4 gedung dan sesuai dengan pekerjaannya. Menurut saksi
WIB Amper seluruh mata, sebelum terjadinya kebakaran, tidak
kertas yang ada tanda-tanda yang muncul, hanya angin
Telah terjadi
berada di dalam kencang di luar gedung. Namun, tiba-tiba
kebakaran di
ruangan tersebut terlihat ada percikan api dari salah satu
gedung
ikut terbakar komputer.
percetakan
sekaligus ada 4
Kampus C

18
Universitas unit komputer  Percikan api tersebut menimbulkan api yang
Airlangga ikut rusak dan cukup besar. Api merambat dengan cepat
terbakar. dan mengenai benda-benda yang berada
Tinggi kobaran
disekitarnya.
api : kurang
 Api membesar hingga ketinggian kurang
lebih 2 m
lebih 2 meter. Pegawai yang berada di lantai
2 langsung mengamankan diri ke titik aman
di luar gedung
 Petugas keamanan UNAIR yang saat itu
sedang berpatroli mengetahui kejadian
tersebut dan langsung menelpon petugas
pemadam kebakaran (damkar)
 Lima menit setelah ditelpon, petugas damkar
datang dengan polisi dan petugas PMI.
 Petugas damkar berusaha memadamkan api
sedangkan petugas PMI mengevakuasi
korban kebakaran. Polisi juga membantu
evakuasi korban dengan mengamankan
korban di tempat aman dan mencegah orang
lain datang ke tempat kejadian
 Api bisa dipadamkan setelah 30 menit.
 Pegawai yang selamat ditemani petugas
damkar, masuk ke dalam gedung untuk
memeriksa kerusakan yang ditimbulkan.

19
BAB 4
PENUTUP
4.1. Simpulan
Menurut National Fire Protection Association (NFPA) kebakaran merupakan suatu
peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada yaitu bahan bakar yang
mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara dan sumber energi atau panas yang
berakibat meimbulkan kerugian harta benda, cedera bahkan kematian.
Sedangkan menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)
kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dapat
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda,
bangunan fisik, fasilitas sarana dan prasarana) maupun kerugian yang non materi (seperti
rasa takut dan trauma) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat
kebakaran.

4.2. Saran
Pencegahan kebarakan merupakan segala upaya atau tindakan yang terencana
untuk mencegah dan mentiadakan kemungkinan terjadinya kebakaran. Pencegahan
kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal sangat penting untuk dilakukan, baik dengan
jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun keterampilan khususnya tentang kebakaran.
(Sulaksmono, 1997). Dalam hal ini tindakan untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan
melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran (Suma’mur, 1996).

20
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, ferry makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam
keperawata. Jakarta: salemba medika

Moenadjat, Y. 2001. Luka Bakar: Pengetahuan Klinik Dan Praktis. Edisi 2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Puteri AM, Sukasah CL. 2009. Presentasi Kasus: Luka Bakar. Jakarta: Departemen Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

General Emergency Life Support, 2013, Buku Ajar Kursus PPGD/ GELS., Edisi XI, Diklat
IRD RSUD dr Soetomo – FK Unair., Surabaya.

Greenwood John A.M. Emergency Management of Adult Burns. 2011 Practice Guidelines,
Royal Adelide Hosp – Burns Unit

Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses tanggal 15


November 2012

Anizar, 2009, Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). 2007. Visi, Misi, Kebijakan,
Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2007 - 2010. Jakarta

National Fire Protection Association (NFPA)-1. 2000. Fire Prevention Code. United
States of America

Ramli, S, 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Putra, Bramasta Kharisma. 2010. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di PT.


INKA Madiun Jawa Timur. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret

21

Anda mungkin juga menyukai