Fasilitator:
Sriyono, S.Kep., Ns., M. Kep SP. Kep.MB
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Kelas A-2 Angkatan 2015
1. Cherlys Tin L. 131511133016
2. Nyuasthi Genta S. 131511133018
3. Tyas Dwi R. 131511133019
4. Ferly Anas P. 131511133027
5. Sri Wulandari. 131511133048
6. Bunga Novia H. 131511133057
7. Zulfia Rahmih. 131511133116
8. Fida Asyariha A S. 131511133132
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, dan semoga shalawat serta salam selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
Yaumul Qiyamah nanti. Kami ucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang telah
membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
3.1 Kasus............................................................................................................. 18
3.2 Skenario Table Top....................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 20
4.2 Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu,
tempatatau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih
banyak terjadi. Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap
kebakaran perluditingkatkan.
Kebakaran dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan
dan penanggulangan kebakaran mulai dari perencanaan darurat kebakaran, organisasi/uni
t penanggulangan kebakaran, penyediaan jalur evakuasi, penyediaan sarana dan
fasilitas dalammenghadapi kebakaran serta pembinaan dan latihan.Kebakaran merupakan
salah satu bencana yang memerlukan tindakan penanganan secaracepat dan tepat. Semakin
cepat dan tepat penanganan bencana kebakaran, maka kerugian (baik kerugian berupa
hilangnya nyawa, cederanya manusia maupun kerugian materiil) yang timbul akibat
kebakaran ini akan semakin kecil idak terkecuali apabila bencana kebakaran terjadi di
rnunah sakit. Penanganan bencana kebakaran di rumah sakit meliputi dua kegiatan besar,
yaitu kegiatan pemadaman kebakaran itu sendiri dan kegiatan tindakan evakuasi terhadap
penghuni gedung apabila ternyata kebakaran tidak dapat lagi diatasi. Agar kedua kegiatan
tersebut dapat berjalan dengan cepat, maka semua sumber daya di rumah sakit tersebut
harus dapat berfungsi dengan baik, dengan cara penetapan masing-masing tugas dan
tanggung jawab pada sumber daya manusia yang ada, serta kesiapan dan ketersediaan
sumberdaya peralatan yang memadai.
Bencana kebakaran harus dikelola dengan baik dan terencana mulai dari
pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi setelah terjadi kebakaran, karena
kecenderungan masyarakat selama ini hanya bereaksi setelah kebakaran terjadi bahkan
bahaya kebakaran sering diabaikan dan tidak mendapat perhatian dari sistem manajemen.
Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat pemadam atau
melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu program yang terencana
dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang merupakan upaya terpadu untuk mengelola
4
resiko kebakaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya
(Ramli, 2010).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk memahami bagaimana penanggulangan dan evakuasi bencana kebakaran, serta
Perawatan Pre dan Intra Hospital.
1.3.2 Tujuan Khusus:
a. Memahami Defisini kebakaran
b. Memahami Jenis-Jenis kebakaran
c. Memahami Penyebab kebakaran
d. Memahami Fase-fase kebakaran
e. Memahami Perawatan Pre Hospital pada kebakaran
f. Memahami Perawatan Intra Hospital pada kebakaran
g. Memahami Mitigasi kebakaran
h. Memahami penanganan kebakaran dan cara evakuasi
i. Memahami Peran Perawat dalam mnajemen kebakaran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Berdasarkan tingkat potensi bahaya kebakaran (menurut NFPA)
a. Bahaya ringan
Bahaya ringan ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar
memiliki jumlah sedikit. Contoh yang termasuk bahaya ringan adalah kantor, kelas,
tempat ibadah, tempat perakitan, lobi hotel.
b. Bahaya sedang
Bahaya sedang ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar
memiliki jumlah yang lebih dari klasifikasi bahaya ringan. Contoh yang termasuk
bahaya sedang adalah area makan, gudang, pabrik lampu, pameran kendaraan,
tempat parkir.
c. Bahaya tinggi
Bahaya tinggi ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar
yang sedang digunakan, yang masih tersimpan, atau sisa produk melebihi kapasitas.
Contoh yang termasuk bahaya tinggi adalah bengkel dan pengecatan.
7
2. Faktor teknis
Selain dari faktor manusia, kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis
khususnya kondisi tidak aman (unsafe condition) yang dapat membahayakan seperti
kondisi instalasi listrik yang sudah tidak layak atau tidak memenuhi standar,
penempatan bahan mudah terbakar yang kurang tepat yaitu berdekatan dengan sumber
api.
8
c. Flashover
Tahap ini didefinisikan sebagai transisi perkembangan api dari growing menjadi,
perkembangan penuh‟ dari api, dimana semua benda yang mudah terbakar (combustibles) ikut
terbakar semua. Pada tahap ini temperatur udara mencapai 500 oC dan 600o C
(932oF – 1,112oF). temperatur ini sudah cukup membuat bendasekitar ikut terbakar. Proses
ignition yang cukup cepat dapat membuat seluruh bagian terbakar dan meluas sampai keluar
pintuatau jendela terbuka.
d. Fully Developed Fire
Tahap ini disebut juga post flashover, dimana temperatur meningkat cepat seiring dengan
waktu sampai sebagian besar daribenda terbakar semua. Temperatur yang dihasilkan pada
tahap I ini lebih dari 500oC dan 600oC (932oF– 1,112oF) dalam selang waktu 20 menit
sampai dengan 1 jam. Tahap ini merupakan tahapdimana ancaman yang paling substansial
bagi struktur bangunan.
e. Decay Stage
Saat bahan terbakar semua oleh api, temperatur akan menurun secara perlahan seiring
dengan habisnya bahan bakar
9
2.6 Perawatan Prehospital
1. Perawatan Pre Hospital pada Kebakaran
a. Upaya menjauhkan korban dari sumber kebakaran tanpa membahayakan personil yang
menyelamatkan. Evakuasi korban dari sumber api ke tempat yang aman, pos lapangan
pada musibah massal. Jangan biarkan korban lari, karena hal tersebut hanya akan
membuat nyala api pada badan korban bertambah besar. Korban harus tidur terlentang
atau telungkup dengan sisi yang terbakar pada bagian atas untuk mencegah penjalaran
api ke bagian tubuh yang tidak terbakar.
b. Pada kejadian kebakaran dimana didapat korban luka bakar massal maka harus
dibentuk Pos Lapangan untuk menampung seluruh korban dengan derajat keparahan
dan luas luka bakar yang berbeda-beda sesuai dengan yang tercantum dalam Sistem
Penaggulangan Kegawat Daruratan Terpadu (SPGDT). Kegiatan tersebut dikenal
sebagai Triage (Field Triage). Dilakukan Triage di- Pos Lapangan yaitu memilah,
memilih dan mengklasifikasikan korban untuk menentukan prioritas pertolongan
setelah dan rujukan.
c. Perawatan luka bakar. Langkah pertama penatalaksanaan luka bakar setelah korban
berhasil dievakuasi adalah menghentikan proses pemanasan jaringan tubuh korban
dengan cara lepaskan pakaian ataupun perhiasan yang menempel pada badan korban
segera setelah api padam, lelehan material di atas luka bakar sebaiknya dibiarkan,
jangan memecah bula, dan jangan mengoleskan obat-obatan topikal apapun (mengoles
obat topikal akan mengacaukan pemeriksaan klinis luka bakar yang akan dilakukan
berikutnya). Menghentikan pemanasan tanpa penggunakan es atau air es karena selain
dapat menyebabkan mati rasa maka hal tersebut memicu vasokonstriksi yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut serta hipotermia. Setelah semua tersebut
dikerjakan segera tutup luka bakar dengan kain kering dan bersih.
d. Selama penanganan pertama, menunggu trasportasi korban diposisikan telentang
sambil memperhatikan kemungkinan terjadinya kondisi yang mengancam fungsi vital.
Bila korban tidak sadar dan tidak ada tanda napas, segera lakukan BLS. Bagi tenaga
medis penanganan korban dari tempat kejadian, Pos Lapangan pada korban massal dan
selama transportasi ke Rumah Sakit mengikuti prinsip dasar penanganan
kegawatdaruratan karena trauma, yaitu ABCDE.
10
Airway: bebaskan jalan nafas pertahankan jalan nafas tetap bebas dengan
memperhatikan tulang leher bila ada kecurigaan ada trauma lain. Bila korban
tidak sadar, potensial terjadi obstruksi yang ditandai dengan terdengarnya suara
nafas tambahan yang biasanya berupa crowing pertimbangkan intubasi dini.
Breathing: perhatikan nafasnya, adakah tanda distres nafas, bila fasilitas
dilapangan, Pos Lapangan ada, maka segera berikan suplemen oksigen kalau
perlu nafas dibantu, siapkan intubasi bila ada kecurigaan kuat adanya smoke
inhalation injury.
Circulation: hati2 korban luka bakar yang luas seringkali diketumukan dalam
kondisi shock hipovolemia, sesegera mungkin pasang double infus dan diguyur
cairan kristaloid bila diperhitungkan untuk transportasi memerlukan waktu
lebih dari 30 menit
Disability: perhatian khusus apabila korban diketemukan dalam kondisi tidak
sadar, pertimbangkan intubasi dini bila fasilitas ada,
Enviroment: lepas pakaian korban yang terbakar, ganti dengan selimut,
waspada hipotermia, lepaskan benda logam yang dipakai misal: arloji, cincin,
kalung.
The American Burn Association menetapkan kriteria rekomendasi korban
perlu ditransfer ke-Rumah Sakit yang memiliki fasiltas perawatan khusus, Burn
Center.
11
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur
costae
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema.
pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas.
2) Resusitasi Cairan
a. Penuhi kebutuan cairan dengan balance cairan yang tepat bagi pasien atau korban.
b. Pasang Infus, kateter, CVP, oksigen,cek laboratorium, dan kultur luka.
c. Monitor urine dan CVP.
d. Topikal dan tutup luka
e. Berikan obat-obatan:
Antibiotik; tidak diberikan bila pasien datang <6 jam sejak kejadian. Bila perlu
berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur, dan berikan analgetik.
12
kegunaannya dan penentuan lokasi yang diperlukan. Bangunan-bangunan harus diatur
letaknya sehingga aman dari kebakaran, dan cuku jarak diantara satu dengan yang lainnya.
[erlengapan penganggulanagan kebarakan termasuk alat-alat pemadam kebakaran harus
tersedia dengan memperhatikan ketentutan-ketentuan yang berlaku.
b. Organisasi/unit penaggulangan kebakaran
- Petugas peran penanggulangan kebakaran
Petugas yang ditunjukan dan di serahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber
bahaya dan melaksanakan upaya penganggulanan kbakaran di unit kerjanya (Kepmenaker
RI, No: KEP-186/MEN/1999)
Tugas dari petugas kebakaran adalah:
o Mengidentifikasi dan melapoerrkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
o Memadamkan kebakaran pada tahap awal
o Mengarahkan evakuasi orang dan barang
o Mengadakan oordinasi dengan instansi terkait
o Mengamankan lokasi kebakaran
- Regu penanggulangan kebakaran
Satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan
kebakaran. Tugas dari regu penanggulangan adalah:
o Mengidentifiasi dan melaporkan adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya
kebakaran
o Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran
o Memberikan penyuluhan tentang penaggulangan kebaraan ada tahap awal
o Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penaggulangan kebakaran
o Memadamkan api
o mengarahkan evakuasi orang dan barang
o Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait
o Memberikan pertolongan pertama
o Memgamankan seluruh lokasi tempat kerja
o Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebarakan
13
2.9 Sistem Mitigasi Bencana Kebakaran
Fase pra bencana adalah mitigasi. Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Sedangkan mitigasi untuk kebakaran,
diantaranya :
1. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) minimal 1 unit/RT (sesuai standar sarana
penanggulangan kebakaran)
2. Menyediakan karung basah atau alat yang dapat memadamkan api
3. Pengaktifan dan pemeliharaan fungsi hidran dari sumber air rumah tangga secara
berkala
4. Pembangunan penampungan air hujan sebagai alternatif prasarana pemadaman
14
2.11 Peran Perawat dalam Bencana Kebakaran
Perawat memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman
bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan post impact. Peran perawat
disini bisa dikatakan multiple yaitu sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian
bencana. Tujuan dari tindakan pertolongan pada bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana
tersebut. Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana
yaitu;
1) Fase pre impact
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
c) Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran,
RS dan ambulans.
d) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai).
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana. (ferry makhfudli efendi, 2009)
2) Fase impact
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
15
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership).
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama. (ferry makhfudli efendi, 2009)
16
trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback. Mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya.
Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD
dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan
unsur lintas sekor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman. (ferry
makhfudli efendi, 2009)
17
BAB III
3.1 Kasus
Waktu,
Kejadian,
Dampak Kondisi Daerah Kejadian
Karakteristik
Kejadian
18
Universitas unit komputer Percikan api tersebut menimbulkan api yang
Airlangga ikut rusak dan cukup besar. Api merambat dengan cepat
terbakar. dan mengenai benda-benda yang berada
Tinggi kobaran
disekitarnya.
api : kurang
Api membesar hingga ketinggian kurang
lebih 2 m
lebih 2 meter. Pegawai yang berada di lantai
2 langsung mengamankan diri ke titik aman
di luar gedung
Petugas keamanan UNAIR yang saat itu
sedang berpatroli mengetahui kejadian
tersebut dan langsung menelpon petugas
pemadam kebakaran (damkar)
Lima menit setelah ditelpon, petugas damkar
datang dengan polisi dan petugas PMI.
Petugas damkar berusaha memadamkan api
sedangkan petugas PMI mengevakuasi
korban kebakaran. Polisi juga membantu
evakuasi korban dengan mengamankan
korban di tempat aman dan mencegah orang
lain datang ke tempat kejadian
Api bisa dipadamkan setelah 30 menit.
Pegawai yang selamat ditemani petugas
damkar, masuk ke dalam gedung untuk
memeriksa kerusakan yang ditimbulkan.
19
BAB 4
PENUTUP
4.1. Simpulan
Menurut National Fire Protection Association (NFPA) kebakaran merupakan suatu
peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada yaitu bahan bakar yang
mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara dan sumber energi atau panas yang
berakibat meimbulkan kerugian harta benda, cedera bahkan kematian.
Sedangkan menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N)
kebakaran adalah suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dapat
dikehendaki yang dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda,
bangunan fisik, fasilitas sarana dan prasarana) maupun kerugian yang non materi (seperti
rasa takut dan trauma) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat
kebakaran.
4.2. Saran
Pencegahan kebarakan merupakan segala upaya atau tindakan yang terencana
untuk mencegah dan mentiadakan kemungkinan terjadinya kebakaran. Pencegahan
kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal sangat penting untuk dilakukan, baik dengan
jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun keterampilan khususnya tentang kebakaran.
(Sulaksmono, 1997). Dalam hal ini tindakan untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan
melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran (Suma’mur, 1996).
20
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, ferry makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam
keperawata. Jakarta: salemba medika
Moenadjat, Y. 2001. Luka Bakar: Pengetahuan Klinik Dan Praktis. Edisi 2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Puteri AM, Sukasah CL. 2009. Presentasi Kasus: Luka Bakar. Jakarta: Departemen Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
General Emergency Life Support, 2013, Buku Ajar Kursus PPGD/ GELS., Edisi XI, Diklat
IRD RSUD dr Soetomo – FK Unair., Surabaya.
Greenwood John A.M. Emergency Management of Adult Burns. 2011 Practice Guidelines,
Royal Adelide Hosp – Burns Unit
Anizar, 2009, Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). 2007. Visi, Misi, Kebijakan,
Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2007 - 2010. Jakarta
National Fire Protection Association (NFPA)-1. 2000. Fire Prevention Code. United
States of America
Ramli, S, 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
21