KELOMPOK I
(Kelas B)
1. Dea Abellia Anastasia (V8122027)
2. Dewi Andini Rahmadani Nasution (V8122028)
3. Fadilla Azzahra Witania Priandani (V8122033)
4. Juanita Firhan (V8122047)
5. Nadhika Pramudyaning Giri (V8122065)
Kelompok 1
Maria Paskanita W., SKM, M.Sc Maria Paskanita W., SKM, M.Sc
NIP.1980040620160101 NIP. 1980040620160101
ii
DAFTAR ISI
B. PERUNDANG-UNDANGAN ……………………………... 6
A. SIMPULAN ……………………..………………………..….. 13
B. SARAN ………………..……………………….……………... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat
atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.
Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran perlu
ditingkatkan. Kebakaran dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran mulai dari perencanaan darurat kebakaran, organisasi/unit
penanggulangan kebakaran, penyediaan jalur evakuasi, penyediaan sarana dan fasilitas dalam
menghadapi kebakaran serta pembinaan dan latihan.
Sebagaimana diketahui bahwa di dunia industri banyak sekali ditemukan kondisi dan
situasi yang memungkinkan terjadinya kebakaran. Karena hampir semua industri yang berbasis
pengolahan memiliki semua unsur dari segi tiga api di lingkungan kerjanya. Sehingga
dibutuhkan suatu program pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk memberi pengetahuan
yang cukup bagi pekerja yang bekerja dilingkungan yang berbahaya tersebut.
Disamping itu, rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur terhadap peralatan
operasional yang memiliki potensi bahan bakar, dan sumber penyalaan sangat diperlukan
sehingga kerusakan peralatan tersebut dapat diketahui secara dini dan perbaikannyapun bisa
dilakukan secara terencana. Pemeriksaan rutin peralatan pemadam kebakaran juga hal yang
sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari malfunction alat pemadam api
pada saat dibutuhkan.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, tentang masalah kebakaran yang masih sering terjadi
terutama di kawasan perusahaan, industri dan tempat kerja yang akan membawa dampak :
1. Kerugian material dan korban jiwa yang tidak sedikit.
2. Kesan tidak terjaminya keselamatan kerja di tempat-tempat keja.
3. Pengaruh psichologis yang dapat mengurangi semangat kerja karyawan yang merugikan
pembangunan sektor industri pada umumnya.
Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi suatu perusahaan untuk mengupayakan
terciptanya tempat kerja yang aman dan melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan dan bencana serta memberikan kesempatan/jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadiankejadian yang berbahaya sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pada BAB II pasal 3 ayat 1 huruf d dan e.
PT. SINTA PERTIWI merupakan perusahaan dibidang garment yang memproduksi
beberapa jenis produk, yaitu pakaian dalam pria maupun wanita, T-shirt, kemeja, ikat pinggang,
kaos kaki, dompet, sapu tangan, dasi, gantungan kunci. Dimana dalam kegiatan produksinya
1
terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar yang setiap saat dapat mengancam kesalamatan kerja
setiap orang yang berada di dalam pabrik maupun masyarakat sekitar. Dikarenakan sudah
terjadinya kebakaran di PT. SINTA PERTIWI pada 28 Juli 2022, maka penulis akan mengambil
topik masalah kebakaran dengan judul “Analisis Kebakaran di PT SINTA PERTIWI Jakarta
Barat”
B.Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas maka muncul permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa potensi bahaya yang menyebakan terjadinya kebakaran di PT. SINTA PERTIWI Jakarta
Barat?
2. Bagaimana sistem penanggulangan kebakaran di PT. SINTA PERTIWI Jakarta Barat?
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam
bidang penanggulangan kebakaran pada bangunan dan diharapkan dapat mengetahui sistem
penanggulangan kebakaran dengan baik.
b. Untuk Perusahaan
Sebagai informasi untuk perusahaan tentang sistem penanggulangan kebakaran yang
diharapkan dapat memacu meningkatkan kualitas safety di lingkungan PT. SINTA PERTIWI
Jakarta Barat.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kebakaran
1.1. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu peristiwa dimana suatu material terbakar oleh
api atau reaksi pembakaran yang tidak terkendali dan menimbulkan kerugian
materi atau nyawa manusia atau kebakaran juga dapat diartikan api yang tidak
terkendali atau tidak dikehendaki serta merugikan. Jadi dapat disimpulkan juga
bahwa suatu reaksi berantai yang menghasilkan energi panas yang cukup untuk
disebarkan kepada bahan bakar lainnya yang menjadi ikut terbakar.
Teori Segitiga Api (Triangel of Fire)
Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan tiga unsur
pokok yaitu adanya unsur : bahan yang terbakar (fuel), oksigen (O2) yang
cukup di udara atau bahan oksidator, dan panas yang cukup. Apabila salah satu
unsur tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup maka api tidak
terjadi.
3
• Kebakaran api tipe kelas D disebabkan oleh benda logam, yaitu:
magnesium, alumunium, kalium
• Kebakaran api tipe kelas E disebabkan oleh benda elektrikal, yaitu: motor
listrik, dynamo
4
Anda bisa menggunakan tabung pemadam api dry chemical powder, tabung
pemadam api gas, maupun tabung pemadam api dari CO2.
Kebakaran kelas D adalah tipe kebakaran yang disebabkan oleh material
logam mudah terbakar. Beberapa material logam yang mudah terbakar yaitu
magnesium, titanium, sodium, masih banyak lagi.Potensi kebakaran yang
mungkin terjadi untuk kelas D ini terjadi pada sektor pertambangan, pabrik
baterai, dan lain sebagainya.Untuk menangani kebakaran pada kelas Anda bisa
memanfaatkan tabung pemadam api dengan tipe dry chemical powder khusus.
2. Industri / Pabrik
2.1. Pengertian Pabrik
Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri
seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan
sumber daya alam (tanah, air, mineral, dan lain-lain) dikelola bersama-sama
dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara
efektif, efisien, dan aman (Pustaka Serpong, 2008).
5
dikenal sebagai “primary industry/extractive”. Contoh: Industri pengolahan
bijih besi dsb.
2. Industri Manufaktur (The Manufacturing Industries)
Adalah industri yang memproses bahan baku untuk dijadikan
berbagai macam model/bentuk produk, berupa produk setengah jadi
maupun yang telah berupa produk jadi. Disini akan terjadi transformasi
proses secara fisik maupun kimiawi terhadap input material dan akan
memberikan poin tambah terhadap material tersebut. Contohnya: Industri
mobil, industri permesinan, industri tekstil/garmen, dan lain-lain.
3. Industri Penyalur (Distribution Industries)
Adalah industri yang berfungsi untuk melakukan pelayanan jasa
industri baik untuk bahan baku ataupun yang sudah berupa produk jadi.
Disini bahan baku maupun bahan setengah jadi akan didistribusikan dari
produsen yang lain dan dari produsen ke konsumen. Operasi kegiatan akan
mencakup kegiatan pembelian dan penjualan, sorting, penyimpanan,
grading, packaging dan transportasi (moving goods).
4. Industri Jasa/Pelayanan (Service Industries)
Adalah industri yang bergerak di bidang Jasa atau pelayanan, baik
untuk melayani dan mensupport kegiatan industri yang lain ataupun
langsung memberikan jasa/pelayanan terhadap konsumen. Contohnya:
Jasa angkutan, bank, rumah sakit,dsb.
Berdasarkan klasifikasi di atas, pabrik garmen merupakan industry
manufaktur yaitu mengubah bahan bahan baku tekstil menjadi produk jadi
berupa pakaian dalam.
B. Perundang-undangan
1. Undang Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.[1]
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun
2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
(1) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)dan ayat
(2) dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; dan/atau
6
c. Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
(2) Pemeriksaan dilakukan:dan pengujian sebagaimana
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna;dimaksud pada ayat (1)
b. setelah ada perubahan/perbaikan; dan
c. secara berkala
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dan huruf b yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
K3 Listrik dan Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf c digunakan sebagai bahan pertimbangan penerbitan
pengesahan dan/atau pembinaan dan/atau tindakan hukum.
3. Kepmenakertrans No. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja.[2]
4. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11/M/B/1997 tentang Pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran
7
BAB III
HASIL PENGAMATAN
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b
yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan Ahli K3 bidang
Listrik pada PJK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c digunakan sebagai
bahan pertimbangan penerbitan pengesahan dan/atau pembinaan dan/atau tindakan hukum.
3. Kelas Kebakaran
National Fire Protection Association (NFPA) menetapkan 5 katagori jenis penyebab
kebakaran, yaitu kelas A, B, C, D dan K. Pada kasus pabrik garmen ini masuk pada kategori kelas
C karena disebabkan oleh malfungsi atau konsleting arus listrik. Alat Pemadam yang
8
dipergunakan adalah Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam
pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
5. Energi
A. Identifikasi
Identifikasi dari case yang terjadi, konsleting listrik merupakan penyebab dari kebakaran
gudang garment ini. Berdasarkan kejadian tersebut karena lokasi kebakaran adalah gudang barang
yang tidak selalu dicrosscheck instalasi listriknya sehingga konsleting terjadi pada saat hujan di
malam hari bertepatan saat off shift pekerja.
9
7. Kelas Potensi Kebakaran
Case kebakaran 2 gudang PT Sinta Pertiwi masuk ke dalam kelas potensi kebakaran
sedang III berdasarkan Kepmenaker No.KEP.186/MEN/1999.
Alasan masuk kelas potensi sedang III:
• Pergudangan merupakan Tempat kerja yang mempuyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi
• Apabila terjadi kebakaran dapat melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat
• Menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter.
8. Unit Penanggulangan Kebakaran
Unit penanggulangan kebakaran masuk dalam kelas sedang III dengan jumlah tenaga
kerja lebih dari 200, dan menggunakan petugas K3 kebakaran:
a. 2 ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
b. 2 koordinator unit penanggulangan kebakaran
c. 10 regu penanggulangan kebakaran
d. 24 pemimpin petugas peran kebakaran
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada PT Sinta Pertiwi, sudah di paparkan bahwa perusahaan ini tidak memiliki
teknisi/ahli K3 listrik. Dan pemeriksaan listrik pada perusahaan tersebut hanya dilakukan jika
ada keluhan. Dengan kata lain, tidak ada pemeriksaan listrik secara berkala. Hal itulah yang
menjadi salah satu pemicu terjadinya kebakaran akibat korsleting listrik.[4]
Ini tentu saja menyalahi aturan yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Mentri
Ketenagakerjaan RI No. 12 Tahun 2015 tentang keselamatan dan kesehatan kerja listrik di
tempat kerja, sangat jelas sekali bahwa PT Sinta Pertiwi tidak memenuhi regulasi. Pada pasal 10
ayat 1 sudah dijelaskan bahwa pemeriksaan dan pengujian listrik dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan spesialis K3 listrik, ahli K3 bidang listrik, atau ahli K3 pada PJK3. Sedangkan
pada perusahaan tersebut sama sekali tidak ada ahli K3 listrik.
Pada pasal 10 ayat 2 poin C juga dijelaskan bahwa pemeriksaan dan pengujian listrik
harus dilakukan secara berkala. Karena ketidakadaannya ahli K3 pada perusahaan tersebut, maka
tidak ada juga pemeriksaan listrik secara berkala. Berdasarkan pasal 11 ayat 1, pemeriksaan
listrik seharusnya dilakukan paling sedikit sekali dalam setahun.
Sarana proteksi kebakaran pada PT Sinta Pertiwi juga belum sesuai dan memadai.
Melihat dari kelas potensi kebakarannya yang masuk pada kelas sedang III, dimana kondisi
lingkungan perusahaan mudah terbakar dan bisa melepaskan panas tinggi, juga perusahaan ini
menimbun bahan lebih dari 4 meter, maka perusahaan ini harus memiliki deteksi dan alarm
kebakaran, APAR, hydran, dan springkle, bukan hanya menyediakan APAR saja.
Ketidaklengkapan sarana proteksi kebakaran tersebut, sangat memicu penjalaran api yang
cepat dan besar. Apalagi didukung dengan gudang yang berisi bahan-bahan mudah terbakar.
Perlu ada banyak pembenahan tentang K3 dan proteksi kebakaran pada PT Sinta Pertiwi agar
hal-hal semacam ini bisa dikurangi. Karena jika dibiarkan saja, maka perusahaan tersebut juga
akan mengalami kerugian yang cukup besar.
11
No Dok : P/ FRM/ K3/ 001
Terbit : 01 Februari 2013
Logo dan Nama
Perusahaan IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO K3 No Rev :0
Tgl Rev :-
Hal : 1/ 1
Penilaian Resiko
No Area/Aktivitas Potensi Bahaya Resiko Pengendalian Resiko Jadwal Wewenang Dokumentasi Awal Keterangan
Frekuensi Keparahan Kategori
A Gudang
1 Gudang Korsleting listrik Kecelakaan kerja Tinggi Tinggi Tinggi Substitusi : mengganti Februari P2K3, Ahli -
penyimpanan bahan : kabel yang mengelupas 2013 K3 Umum,
produksi Kebakaran dengan kabel baru Kepala
Penyakit akibat Engineering control : Bagian
kerja: meletakkan dan menyusun Operasional,
Luka-luka bakar kabel listrik ke daerah teknisi listrik
yang sulit dijangkau
dengan rapi
Administrative control :
membuat tanda peringatan
hati-hati aliran listrik
12
Catatan : Disusun Mengetahui Disetujui
Sekretaris P2K3 Ketua P2K3 Direktur
Memperbaiki prosedur pengecekan listrik, harus mengadakan pengecekan lstrik secara
berkala oleh ahli listrik.
Nama : Joko Nama : Widodo Nama : Megawati
Tanggal : 1 Februari 2013 Tanggal : 1 Februari 2013 Tanggal : 1 Februari 2013
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil
adalah:
a. Potensi bahaya tertinggi yang terdapat di PT Sinta Pertiwi adalah bahaya arus korsleting listrik
yang menyebabkan kebakaran.
b. Sistem sarana proteksi kebakaran pada PT Sinta Pertiwi hanya menggunakan APAR dan hydran
yang mengakibatkan sistem sarana proteksi kebakaran di perusahaan tersebut masih kurang.
c. Perusahaan tersebut memenuhi syarat rasio jumlah minimum klasifikasi, kualifikasi, dan
kompetensi personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja berdasarkan resiko bahaya.
B. Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah:
a. Kebakaran dari arus korsleting listrik merupakan potensi bahaya tertinggi di PT Sinta Pertiwi.
Perlu dilakukan analisa/kajian lebih mendalam mengenai arus listrik dan penyimpanan kabel yang
merupakan bahaya kebakaran di PT Sinta Pertiwi.
b. Perusahaan tersebut seharusnya menyediakan teknisi/ahli K3 khusus listrik untuk mengecek
secara berkala kondisi arus listrik/kabel dalam perusahaan tersebut.
c. Sistem sarana proteksi kebakaran dalam perusahaan tersebut masih kurang seharusnya
perusahaan menambahkan penyediaan sistem deteksi alarm kebakaran, sprinkle, sistem pemadaman
api, dan fire safety equipment.
13
DAFTAR PUSTAKA
14