Oleh:
FIQKRY SURYA SETIAWAN
NIM. 031811027
Puji dan syukur hanya kepada ALLAH SWT atas berkat dan
rahmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal dengan
judul “ Analisis Kesiapsiagaan Kebakaran Mahasiswa Universitas Binawan
’’ . Proposal ini dibuat sebagai salah satu persyaratan UJIAN TENGAH
SEMESTER dengan mata kuliah Metode Penelitian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH........................................................................ 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN.......................................................................... 4
1.5 RUANG LINGKUP .................................................................................. 4
BAB II TINJAU PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 DEFINISI ................................................................................................ 5
2.2 PENYEBAB KEBAKARAN ...................................................................... 6
2.3 DAMPAK KEBAKARAN .......................................................................... 6
2.4 PENGUKURAN KEBAKARAN ................................................................. 8
2.5 KERANGKA TEORI .............................................................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 11
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 11
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 13
3.3 Objek Penelitian .................................................................................... 13
3.4 Definisi Operasional .............................................................................. 13
3.5 Sumber Data Penelitian ......................................................................... 14
3.6 Instrument Penelitian ............................................................................. 15
3.7 Pengumpulan Data ............................................................................... 18
3.8 Pengelolaan dan Analisis Data .............................................................. 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 19
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................. 19
4.2 Hasil Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Universitas Binawan ........... 19
4.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Di
Area Universitas Binawan ..................................................................... 19
4.4 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 20
4.5 Identifikasi Bahaya Kebakaran di area Universitas Binawan .................... 20
4.6 Klasifikasi Bahaya Kebakaran di Universitas Binawan ............................. 21
4.7 Manajemen Tanggap Darurat ................................................................ 21
4.8 Sarana Protektif Aktif ............................................................................. 22
ii
4.9 Sarana Penyelamat Jiwa ....................................................................... 26
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 31
5.2 Saran ................................................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................................... 34
DATA WAWANCARA .................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
rs-hga.co.id/pelatihan-dan-simulasi-kesiapsiagaan-tanggap-darurat-bencana
2
eprints.uad.ac.id/15240/7/T1_1500029318_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
1
Dalam satu peristiwa, api melalap suatu tempat yang
merupakan gudang di Kampus Binawan, Jl Dewi Sartika, Jaktim.
Kebakaran ini menarik perhatian warga sekitar dan siswi perawat di
sekitar lokasi. Asap tampak mengepul pekat dari gudang yang
terbakar.
Pantauan detikcom, Jumat (11/4/2014) di lokasi, banyak yang
menyaksikan kebakaran itu. Akibatnya lalu lintas di sekitar lokasi
macet. Mobil pemadam pun sempat kesulitan untuk masuk ke lokasi.
Namun akhirnya bisa tembus dan pompa air bisa disemprotkan.
Di lokasi ada 21 mobil pemadam yang bergerak melakukan
pemadaman. Api juga menghanguskan sebuah gudang milik kampus
Binawan di Kramat Jati, Cawang.
Meski kebakaran hanya membakar tumpukan kasur, namun
kepulan asapnya membuat seluruh mahasiswa sekolah keperawatan
itu berlarian keluar gedung kampus. Dugaan sementara, kebakaran
berasal dari puntung rokok.
Rokok yang masih menyala dibuang sembarangan dari kios
fotokopi yang berada 1 bangunan dengan gudang. Tidak ada korban
jiwa,tetapi aktivitas perkuliahan di kampus Binawan sempat terganggu.
Kebakaran merupakan api yang tidak terkendali yang dapat
terjadi karena bereaksinya 3 unsur, yaitu bahan mudah terbakar,
sumber panas, dan oksigen. Suatu kejadian yang tidak terkendali
diluar kemampuan dan keinginan manusia. Kebakaran merupakan
suatu peristiwa atau kejadian yang sangat merugikan semua pihak,
baik pihak pengelola dan perusahaan, hal ini menimbulkan berbagai
macam kerugian yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi seperti
sakit, cidera bahkan meninggal dunia. Jika kebakaran sudah terjadi,
maka perusahaan harus melakukan penanggulangan yang tepat dan
sesuai dengan standar atau prosedur yang berlaku agar pekerja
selamat, meminimalkan kerusakan, dan ancaman bahaya bagi orang
sekitarnya dapat terhindar. Bahaya tersebut dapat dicegah apabila
perusahaan memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencegahnya.
2
Oleh karena itu, potensi bahaya kebakaran harus ditemukan
dan diteliti, agar selanjutnya risiko yang dihasilkan tidak berdampak
besar atau bahkan dapat dicegah, berbagai langkah dan upaya
penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal penting yang perlu
diterapkan dan dilaksanakan guna mencegah terjadinya bahaya
kebakaran. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya
kebakaran dapat dilakukan melalui pengertian dan pemahaman yang
baik tentang sebab-sebab terjadinya kebakaran, proses terjadinya
kebakaran dan akibat yang dapat ditimbulkan sebagai prinsip dasar
dalam melakukan penanggulangan kebakaran.
Dibutuhkan suatu sistem tanggap darurat guna sebagai
penanggulangan bahaya kebakaran. Upaya pencegahan bahaya
kebakaran haruslah menjadi program dalam kebijaksanaan
manajemen perusahaaan dan juga harus didukung oleh segenap
pekerja.
3
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan
dapatmemberikan manfaat bagi :
4
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 DEFINISI
5
2.1.3 Definisi Kesiapsiagaan
7
seharihari. Peristiwa kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia
pada tahun 1997 – 1998 dan 2002 – 2005 menghasilkan asap
yang juga dirasakan oleh masyarakat Malaysia, Singapura, dan
Brunei Darussalam serta mengancam terganggunya hubungan
transportasi udara antar negara.
9
Api memiliki unsur sinar ultra violet sehingga tentunya dapat
dideteksi oleh flame detector. Kemudian alat ini akan
membunyikan alarm kebakaran untuk memberitahu penghuni
gedung bahwa sedangterjadi kebakaran.
Kesiapsiagaan
Kebakaran
Dampak Penanggulangan
METODE PENELITIAN
INPUT
PROSES
OUTPUT
11
Gambar 2. Kerangka Konsep
12
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan
Berdasarkan Modul Rancangan Penelitian (2019) yang diterbitkan
Ristekdikti, penelitian kualitatif bisa dipahami sebagai prosedur riset
yang memanfaatkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.
13
2 Upaya Informasi Kuesioner Observasi Menggunakan Metode Nominal
tanggap yang di wawancara 1 mahasiswa
darurat miliki tentang kesiapsiagaan
Mahasisw seseorang tanggapdarurat kebakaran
a untuk
bidang
tertentu.
14
3.6 Instrument Penelitian
15
(1) Peneliti sendiri, artinya dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai
instrument pengumpul data utama, karena hanya peneliti yang ada
dapat berhubungan dengan responden dan mengamati secara
langsung peristiwa – peristiwa yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti. Menurut Moleong (2014: 169-172) cirri – cirri umum
manusia (peneliti) sebagai instrument yaitu:
16
yang tidak lazim terjadi
17
untuk merekaam suara dan foto – foto aktivitas yang dilakukan
responden. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis ketika
pelaksanaan wawancara ada bagian yang tidak dapat ditangkap
langsung oleh penulis
(4) Dokumen dan arsip – arsip, artinya instrument ini berupa data dari
salinan arsip atau catatan resmi yang digunakan penulis untuk
menambah hasil penelitian yang berkaitan dengan fokus penelitian
3.7.1 Wawancara
3.7.2 Dokumentasi
3.8.1 Triangulasi
18
BAB IV
19
4.4 Keterbatasan Penelitian
21
4.8 Sarana Protektif Aktif
Menurut KEPMEN PU No.10/KPTS/2000, sarana proteksi
kebakaran aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran
yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat
bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni
atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi
pemadaman. Adapun yang termasuk kedalam sistem proteksi
kebakaran aktif, adalah: APAR, detektor kebakaran, alarm,
sprinkler, hidran.
22
peneliti menghilangkan daftar checklist mengenai APAR yang
memiliki cabinet (lemari) tidak boleh dikunci dan APAR yang
diletakan di cabinet harus diletakan sedemikian rupa sehingga
instruksi operasi pemadaman dapat terlihat dari depan.
Sedangkan untuk komponen lainnya, APAR dan APAB yang
ada di area ini sudah sesuai dengan NFPA 10.
Saran yang dapat diberikan terhadap Universitas Binawan
adalah menyediakan APAR khusus untuk memadamkan kelas
kebakaran D dan agar tetap melakukan pemeriksaan secara
rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk
digunakan. Jadi ketika terjadi kebakaran, karyawan dapat
menggunakannya untuk penanggulangan dengan segera.
4.8.2 Alarm
Universitas Binawan sudah memiliki alarm yang terintegrasi
dengan detektor. Alarm yang terdapat di area-area ini adalah
alarm kebakaran yang berupa audible dan visible alarm.
Sedangkan berdasarkan cara pengaktifannya, alarm yang
terdapat di Universitas Binawan yaitu alarm manual dan panel
indikator kebakaran. Untuk di area Universitas Binawan alarm
yang digunakan adalah alaram manual tipe full down.
Area Universitas Binawan memiliki tingkat pemenuhan alarm
sebesar 85.71 %. Di area ini semua mesin terhubung dengan
panel indikator kebakaran control room 4, 5. Dimana panel
tersebut terhubung dengan detektor-detektor yang ada di
setiap mesin-mesin produksi. Jadi ketika terjadi kebakaran
karyawan mengetahui area/ mesin mana yang mengalami
kebakaran sehingga dapat ditanggulangi secara cepat oleh
tim pemadam kebakaran. Namun masih terdapat alarm
manual dengan tipe full down yang terletak di samping pintu
keluar area ini.
Alarm manual ini memiliki tinggi 1,47 m dari lantai dan
berjarak maksimal 20 m dari semua bagian area Universitas
23
Binawan.
Komponen yang tidak sesuai dengan NFPA 72 adalah alarm
yang ada di area Universitas Binawan tidak terhubung dengan
sprinkler. Saran yang dapat diberikan adalah menyediakan
sprinkler karena terdapat kemungkinan terjadi kebakaran yang
tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya terlihat
oleh karyawan saja.
4.8.3 Sprinkler
Sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadaman
kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada
ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke
semua arah secara merata (KEPMEN PU No.10/KPTS/2000).
Sedangkan menurut NFPA 13, sistem sprinkler untuk tujuan
perlindungan kebakaran, merupakan suatu sistem terpadu
dari pipa bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang
sesuai dengan standar teknik proteksi kebakaran.
Tidak terdapat sistem sprinkler yang terpasang di area
Universitas Binawan. Menurut pihak K3, hal tersebut
dikarenakan alat proteksi lainnya dirasakan cukup untuk
mencegah dan menanggulangi kejadian kebakaran. Apabila
terjadi kebakaran untuk area Universitas Binawan sehingga
dapat menggunakan APAR ataupun hidran untuk
menanggulanginya. Saran yang dapat diberikan adalah agar
menyediakan sprinkler karena terdapat kemungkinan terjadi
kebakaran yang tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan
hanya terlihat oleh karyawan saja.
4.8.4 Detektor
Menurut NFPA, detektor kebakaran otomatis adalah sebuah
alat yang didesain untuk mendeteksi adanya kebakaran dan
melakukan tindakan. Sedangkan menurut Permenaker
PER.02/MEN/1983 peralatan pendeteksian secara otomatis
disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
24
mendeteksi kebakaran, kemudian mengaktifkan alarmnya.
Tidak terdapat detektor di area Universitas Binawan. Area
Universitas Binawan tentunya memiliki banyak bahan
berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kebakaran.
Mengenai identifikasi potensi bahaya kebakaran, area
Universitas Binawan memiliki potensi kebakaran komputer,
kertas, kayu dan listrik, besi dan baja dari mesin produksi
yang ada di area ini. Selain dengan besarnya potensi
kebakaran yang ada, di area ini karyawan yang bekerja setiap
shift sangatlah terbatas. Saran yang dapat diberikan adalah
menyediakan sistem detektor yang sesuai dengan kondisi
area desalination plant untuk meminimalisir potensi terjadinya
kejadian kebakaran.
4.8.5 Hidran
Berdasarkan KEPMEN PU No.10/KPTS/2000, yang dimaksud
dengan hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan
mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang
digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
Sedangkan menurut NFPA 14, sistem pipa berdiri adalah
pengaturan dari pemipaan, katup, sambungan selang, dan
peralatan bersatu dipasang di sebuah bangunan atau struktur
dengan sambungan selang yang terletak di sedemikian rupa
sehingga air dapat dialirkan atau disemprotkan melalui selang
dan nozzlel terpasang, yang bertujuan untuk pemadaman
kebakaran dan melindungi sebuah bangunan atau struktur
dan isinya selain untuk melindungi penghuni.
Area Universitas Binawan memiliki tingkat pemenuhan hidran
halaman sebesar 100 %. Hidran halaman terletak di dekat
water intake dengan jarak 5-10 m ke area Universitas
Binawan.
Saran yang dapat diberikan adalah pemeriksaan rutin hidran
agar tetap dilakukan secara continue sesuai dengan standar
minimal. Agar hidran selau berfungsi dengan baik dan siap
25
untuk digunakan kapanpun. Selain hal itu karena bencana
selalu terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, maka
nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran.
Sehingga kapan pun terjadi kebakaran yang tidak dapat
ditanggulangi oleh alat proteksi kebakaran lainnya, dapat
langsung menggunakan hidran.
26
melihat tanda tersebut dengan mudah.
29
Area-area Universitas Binawan lainnya berada di dekat
gedung tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup.
Saran yang dapat diberikan terhadap Universitas Binawan
adalah agar tetap memelihara kondisi tempat berhimpun
selalu dalam kondisi aman. perawatan garis pembatas dan
tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
keadaan baik dan dapat dilihat dengan mudah oleh karyawan.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil identifikasi bahaya kebakaran yang ada di area Universitas
Binawan tahun 2021 adalah potensi bahaya kebakaran kelas
A,B,C dan D.
2. Ruang Kelas
3. Ruang Dosen
4. Perpustakaan
5. Kantin
6. Gudang
33
LAMPIRAN
Nama :
Umur :
Kelas :
34
Kelebihan dan kekurangannya?
Bagaimana dengan pemeliharaan dan pemeriksaannya?
B. Smoke alarm
detectorAda berapa?
Kinerjanya seperti apa?
Pemahaman mahasiswa?
8 Bagaimanakah dengan anggaran khusus untuk perlatan
kesiapsiagaan menghadapi bencana kebakaran ters ebut?
9. Dengan siapa bekerja sama dalam hal kesiapsiagaan menghadapi
bencana kebakaran? Sejak kapan? Bentuk kerja samanya?
10. Faktor apa yang menjadi penghambat dalam siaga menghadapi
kebakaran? Dan bagaimana cara mengatasinya?
35
DATA WAWANCARA
Link Video :
https://drive.google.com/file/d/1jkDBP7PJyxlXtT1EvW_mrHavq-
KZuBR5/view?usp=drivesdk
a. Pencegahan
b. Kesiapsiagaan
c. Respon
d. Pemulihan
3. Sudahkah dilakukan kesiapsiagaan? Dalam bentuk apa saja?
Jawab : Kesiapsiagaan nya terkhusus untuk mahasiswa K3
yaitu pelatihan Safety Fire disetiap tahunnya, dan tersedia apa
di sudut-sudut gedung
36
fokus terhadap kebakaran memang sudah ada karena ada di mata
kuliah dan menjadi agenda tahunan pelatihan safety fire
bencana kebakaran?
Jawab : Sejauh ini belum pernah ada tim khusus
yangmenanggulangi bencana kebakaran
7. Peralatan apa saja yang digunakan mahasiswa dalam siaga
menghadapi kebakaran?
a. APAR
Menggunakan jenis
apa?Jawab : Foam
37
Ada berapa?
Kinerjanya seperti
apa?
Jawab : yang saya ketahui apabila ada asap alarmnya akan
berbunyi
Pemahaman mahasiswa?
8 Bagaimanakah dengan anggaran khusus untuk perlatan
kesiapsiagaan menghadapi bencana kebakaran tersebut?
Jawab : sejauh ini saya belum mengetahui terkait anggaran
yangdiberikan untuk kesiapsiagaan bencana kebakaran
38
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, M. L., Prastiwi, T., Annabila, A., Rahmadani, N., & Kusuma,
A. D. P. (2018). Sosialisasi Kebakaran dan Penangannya pada Siswa
Sekolah Dasar di Surabaya Guna Meningkatkan Sel-Readiness
terhadap Bencana Kebakaran. Jurnal Cakrawala Maritim, 21–24.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.2017. “Buku Pedoman Latihann
Kesiapsiagaan Bencana Nasional,Membangun Kesadaran
Kewaspadaan Dan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana”.
Jakarta
Depnaker. Bahan Training Keselamatan Kerja Penanggulangan
Kebakaran.Jakarta: DEPNAKER- UNDP- ILO. 1987
Iskandar, Redion. Evaluasi Alat Proteksi Kebakaran Aktif dan Gambaran
Pengetahuan Pekerja Mengenai Penggunaan Alat Proteksi Aktif di
Gedung Wet Paint Production PT International Paint Indonesia Tahun
2008. UI. 2008
KEPMEN PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Tehnik Pengaman
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
KEPMEN PU No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran Di Perkotaan
Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum, Pd-T-11-2005-C tentang
Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung, 2005
Martanto, C., Aji, A., & Parman, S. (2017). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat
dalam menghadapi Bencana Kebakaran di Kelurahan Kembangsari
Kecamatan Semarang Tengah. Edu Geography, 5(2), 10–17.
NFPA 10 tentang Standard For Portable Fire Checklist, 2010
NFPA 13 tentang Standard For Installation Of Sprinkler Checklist, 2010
NFPA 14 tentang Standard installation of Standpipe and Hose System and
Hose System Checklist, 2010
NFPA 72 tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, 2010
NFPA 101 tentang Life Safety Code Checklist, 2009
39
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER.04/MEN/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan.
40